Nubie hendak menambahkan kesaksian Oemar Dhani, seorang menteri panglima angkatan udara, korban tak bersalah yang dituduh ikut terlibat dalam gerakan g30s, yang ditangkap oleh soeharto. Jenderal Oemar Dhani, Menteri Panglima Angkatan Udara, dalam buku “Pergunakanlah Hati, Tangan dan Pikiranku: Pledoi Oemar Dhani”
Membeberkan beberapa hal, yang menegaskan soeharto menjadi salah satu dalang dalam peristiwa g30s , yang antara lain adalah :
1. Soeharto dipanggil menghadap presiden soekarno, dan soeharto nggak datang dan itu bukan keanehan lagi. Itu artinya menentang atasan, apalagi atas perintah Panglima Tertinggi. Ini artinya subordinasi. Kalau dipanggil Pangti harus datang, apapun situasinya. Jawaban soeharto waktu itu karena AD sudah kehilangan banyak jenderal, jadi dia nggak mau mengambil risiko lagi. Tetapi saya pikir tetap nggak boleh. Kalau A. Yani meninggal, katanya dia terus hendak mengambil alih Panglima AD juga, padahal tidak bisa dilakukan begitu saja.
2. Para jenderal dikorbankan oleh dua orang. Soeharto dan Nasution. Dewan jenderal itu udah ada rekayasa. Kok tahu-tahu muncul istilah G-30S/PKI. Sejak kapan kok terus PKI disangkutkan? Buktinya apa? Heru Atmodjo, Soejono, nggak pernah menandatangani pernyataan Dewan Revolusi. Ketika Letkol Untung jadi saksi dalam persidangan Soepardjo, hakim menanyakan siapa yang memimpin aksi G-30S, Untung langsung menyahut: saya. Keanehan yang lain soal pengumuman Dewan Revolusi 1 Oktober, bahwa pangkat di atas Letnan Kolonel harus dicopot menjadi Letkol. Brigjen Soepardjo, waktu 1 Oktober 1965 pergi ke Halim menghadap BK, memakai pangkat Brigjen.
3. Ada soal trio Soeharto-Ali Moertopo-Yoga Soegama yang disebut Dokumen Gilchrist sebagai our local army friends. Bahwa G-30-S itu suatu rekayasa, memang begitulah. CIA itu sangat terlibat, dan Harto adalah tangan yang dipakai. G-30 S itu bikinan Harto.
Waktu itu, nggak ada jenderal di Indonesia yang bisa membuat suatu operasi intelejen yang begitu canggih seperti G-30-S yang sampai sekarang belum ada titik terangnya. Yani itu termasuk yang dikorbankan, seperti para jenderal itu.
4. A. Yani, Nasution, DI Panjaitan dan lainnya dikorbankan. Saya pribadi berpendapat, kalau orang hendak melakukan pemberontakan, pantasnya targetnya adalah jenderal yang memegang komando, misalnya, Yani (Menpangad), Soeharto (Pangkostrad), Sarwo Edie (Komandan RPKAD), Umar Wirahadikusumah (Pangdam Jaya). Ini sangat aneh karena Nasution dan A. Yani dalam satu paket sasaran, padahal keduanya bertentangan terus. Justru Soeharto dan rekan-rekannya yang memegang komando tidak di culik. Ini adalah suatu bentuk keanehan, yang menunjukkan bahwa soeharto juga terlibat dalam g-30-s.