Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Jumat berkah..mohon dibaca setelah traweh. 😂😂


Suara erangan dan lenguhan di dalam kamar tengah seakan menulikan dua pasang telinga dua insan yang sedang beradu syahwat. Suara motor yang halus yang berhenti di teras dan langkah kaki cepat dari si pengendara motor yang dengan berhati-hati membuka pintu depan dan menuju ke arah kamat itu sama sekali tidak mampu didengar oleh mereka.

"Aaaahhhh..Adriaaaannn..yang da...leeeemmn..teee..***uuusss..ooohhh.."

Gadis itu meletakkan tasnya dengan hati, melepaskan sepatunya, lalu dengan perlahan membuka pintu kamar dan melongok ke dalam setelah mendengar suara desahan dan racauan wanita yang sangat dikenalnya.

"Mama!!!" Teriaknya dengan lantang setelah membuka pintu itu lebar-lebar.

Kedua insan yang sedang bergelut gairah itu pun seketika terperanjat dan menoleh ke arah suara teriakan gadis itu.

"Di..di..dini??!!" Ujar Bu Laila sambil melepaskan vaginanya dari penis Adrian beringsut sambil menutupi kedua payudaranya.

"Mas Adrian!!!" Teriak Dini dengan muka memerah.

Adrian hanya diam terpaku menatap Dini yang terlihat manis dan menggairahkan dalam balutan seragam putih abu-abu nya. Bukannya melemas, penis Adrian makin menegang keras.

Bu Laila bergerak menjauhi Adrian dan turun dari ranjang, dengan wajah ketakutan dan badan gemetar, ia hendak berjalan mendekati Dini yang melotot memandanginya.

"Din..Din..Dini.." Bu Laila coba mendekat.

"Mama diam!!!" Seru Dini penuh emosi.

Adrian masih tetap tidak bergerak, sandiwara ini disutradarai oleh gadis remaja itu, dia hanyalah pemeran utama jadi dia tidak berani melakukan adegan yang bisa saja tidak sesuai dengan skenario sang sutradara.

"Kenapa mama mengkhianati Papa?"

"Kenapa mas Adrian mengkhianati Tiara?"

"Kenapa???!!!"

Dini berkata lirih dengan emosi yang menggebu. Ada desiran halus di dadanya saat melihat tubuh telanjang ibunya. Payudara yang bulat dan besar itu tergantung indah. Pinggul yg ramping dengan bulatan bokong yang padat membuat ibunya terlihat menggairahkan baginya. Ia lah yang merancang kejadian ini, emosinya hanyalah pengalihan dari syahwatnya yang telah menggebu semenjak ia memakirkan motornya. Bayangan kepuasaan dan kenikmatan seksual yang beberapa minggu ini menghantui pikirannya bakalan terwujud siang ini di rumahnya sendiri. Ia harus bisa menguatkan kepura-puraannya agar sandiwara ini bisa berjalan dengan sukses. Wajah memerah dan mata melotot bukanlah gambaran emosinya. Itulah gambaran birahi yang mendekati ledakannya.

Bu Laila memandang Dini dengan mata berkaca-kaca dan akhirnya menunduk tanpa menjawab pertanyaan putrinya. Adrian pun, masih dengan penis yang menegang sempurna sudah turun dari ranjang hanya berdiam berdiri di samping ranjang.

"Mama, bagaimana jika Dini menceritakan ini kepada papa?"

"Mas Adrian, bagaimana jika aku menceritakan ini kepada Tiara?"

Ucap Dini dengan mata berkilat saat melihat penis Adrian yang mengacung mengkilat karena berlumur cairan kenikmatan Bu Laila saat penetrasi tadi. Nafsu Dini semakin membesar dan ia tidak sabar untuk segera merasakan penis pria muda itu.

"Jangan Dini!!" Ucap Adrian dan Bu Laila hampir bersamaan.

"Maafkan Mama sayang, mama khilaf, mama malu, tolong jangan mencoreng muka mama dihadapan papa mu." Rengek Bu Laila dengan mata berlinang dan telanjang.

"Aku akan melakukan apa saja asal kamu tidak menceritakan kejadian ini kepada Tiara, Din." Timpal Adrian berpura-pura.

"Benarkah mas Adrian akan melakukan apa saja untuk ku??" Tanya Dini dengan senyuman binal saat ia melihat ibunya menundukkan muka.

"Aku janji Din." Kata Adrian berpura-pura ketakutan saat Bu Laila menatapnya dengan wajah bingung.

"Baiklah, aku mau mas Adrian membuat mu mendesah seperti yang mas Adrian lakukan ke mama." Kata Dini dengan nafas memburu. Nafsunya semakin menguat, detak jantungnya meningkat seiring dengan ketidak sabarannya untuk mengakhiri drama ini.

"Dini!!" Bu Lalila langsung berteriak kaget saat Dini mengutarakan keinginannya.

"Kamu tidak boleh melakukan itu, kamu masih SMA!!" Bu Laila berteriak marah.

"Kalau mama melarang, baiklah akan saya turuti larangan Mama, tapi saya akan menceritakan ini kepada Papa, Tiara, dan seluruh keluarga." Ancam Dini kepada ibunya.

Bu Laila jatuh bersimpuh sambil menangis mendengar ancaman Dini. Ia tidak menyangka kenikmatan gairah bersama Adrian justru membawa malapetaka untuk dirinya sendiri dan sekarang justru anaknya sendiri yang ingin menyerahkan kegadisannya karena kecerobohannya.

"Dan aku juga mau mama membuatku merasakan kenikmatan seperti yang mama alami bersama mas Adrian." Ujar Dini dengan dada bergemuruh.

"Jedeeeeeerrrrrrr!!!!"

Kata-kata Dini barusan seperti sambaran petir di siang bolong untuk telinga Bu Laila. Ia mendongak dengan mata melotot dan bibir terbuka seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya sendiri.

"Aku sudah tau apa yang mama lakukan bersama mas Adrian ini beberapa kali di kamar belakang." Sambung Dini.

Bu Laila semakin terperanjat dan terkaget. Tanpa sadar ia menoleh ke arah Adrian yang juga sedang menatapnya dengan mimim yang susah diartikannya.

"Mama tidak punya pilihan dan aku pun tidak main-main dengan keinginan ku." Tegas Dini yang semakin membuat Bu Laila tidak berkutik.

Bu Laila menatapa mata putri satu-satunya itu dengan tatapan tidak percaya. Setelah berdiam diri sejenak dan menarik nafas berulang-ulang, akhirnya Bu Laila hanya bisa menganguk tanpa berkata-kata.

"Aku tidak mau kalian melakukan ini karena terpaksa. Kalian harus mau melakukan ini seperti saat kalian melakukannya hanya berdua." Ujar Dini dengan hati gembira karena dramanya terpentaskan dengan sukses.

"Beri mama waktu sayang, tidak bisa sekarang." Akhirnya Bu Laila bersuara.

"Aku maunya sekarang mama!" Tegas Dini saat mendengar perkataan ibunya.

"Tapi Din,"

Bu Laila menghentikan ucapannya saat melihat wajah putrinya yang semakin memerah. Ia tau Dini tidak menyukai penolakan dan penundaan. Itulah sifat Dini yang menurun dari papanya.

"Baiklah, kamu lakukan dulu dengan Adrian, mama masih belum bisa menerima ini Dini, tolong dimengerti." Kata Bu Laila bingung.

"Mama tidak boleh meninggalkan kamar ini. Aku mau mama melihat apa yang aku lakukan bersama mas Adrian seperti yang kulakukan saat melihat mama mendesah di kamar belakang." Perintah Dini yang lalu beranjak mendekati ranjang.

Dini adalah gadis polos yang belum pernah sama sekali melakukan hubungan seksual. Ia tidak tau sama sekali apa yang akan diperbuatnya sekarang. Sandiwara yang diciptakannya hanya tamat di ancaman kepada Mamanya. Selanjutnya, ia hanya berharap pemeran utamanya, Adrian, bisa melakukan adegan untuk melanjutkan skenarionya. Dini hanya duduk di pinggir ranjang dan dengan perlahan membuka kancing baju seragamnya lalu melepasnya. Sambil berdiri hanya menggunakan bra abu-abu, Dini mulai melepaskan sabuk, kancing rok dan menurunkan resleting beserta rok biru yang abu-abu yang dikenakannya.

"Mama, lihat ke arah Dini." Pinta Dini kepada Bu Laila.

Bu Laila yang masih bersimpuh di lantai mendongak dan memandang tubuh putrinya. Ada rasa bangga sekaligus malu di benak Bu Laila. Bangga dengan bentuh tubuh Dini yang sudah matang di usianya yang ke delapan belas. Mata lentik, bibir tipis merona, hidung agak mancung membuat wajah putrinya terlihat cantik manis. Kulit yang putih bersih dan mulus, payudara yang membusung indah, perut dan pinggang yang ramping, pinggul dan bokong yang membulat sempurna dengan kaki yang jenjang membuat gadis remaja itu terlihat semampai dan proporsional. Dini mengingatkan dirinya sendiri di waktu remaja, hanya beda warna kulitnya.

"Kamu sangat indah sayang."

Pujian itu terlontar begitu saja dari mulut Bu Laila. Ia sendiri heran kenapa ada rangsangan kecil di kalbunya melihat tubuh indah dan wajah cantik putrinya sendiri. Ia menekan rangsangan itu karena hal itu bukanlah sebuah kewajaran. Tidak boleh seorang ibu terangsang dengan putrinya sendiri. Permintaan Dini pun dianggapnya sesuatu yang tidak masuk akal.

Mata Adrian nanar menatap tubuh semampai gadis remaja yang sudah setengah telanjang itu. Selama ini ia hanya melihat ketelanjangan wanita paruh baya. Walaupun para ibu itu masih mulus dan menawan, tapi pesona gadis perawan dalam hal kekencangan dan kemulusan jelas sama sekali berbeda. Apalagi ditambah wajah cantik nan imut seorang Dini semakin membuat sisi predatornya tersenyum licik penuh kemenangan saat si mangsa yang sama sekali tidak diinginkannya ternyata lebih menggoda.

"Bangun Ma, duduklah di ranjang." Kata Dini sambil mengulurkan tangan membantu Bu Laila bangun.

Adrian yang hanya berdiri akhirnya bergerak mendekati Dini. Tanpa melihat Bu Laila, Adrian memeluk Dini dari belakang dan menciumi pipi gadis cantik itu.

Bu Laila bangkit sambil memandang Adrian yang mencumbu leher Dini.

"Ssshhh..Maaaa...ssshhh..ajari Dini agar bisa mencapai kenikmatan seperti yang mama dapatkan bersama mas Adrian."

Dengan cepat Dini membalikkan tubuh dan mencium bibir Adrian.

"Muaachh..mmpphh..mpphhh.."

Kedua remaja itu berciuman dengan liar. Dini yang pernah diajari Adrian berciuman menjadi semakin lihai dalam permainan lidah dan ludah untuk bisa mengimbangi Adrian. Keduanya seakan tidak mempedulikan Bu Laila yang telanjang duduk dipinggir ranjang dengan dada berdebar-debar.

Setelah puas berciuman, Adrian membalikkan tubuh Dini menghadap ke ibunya.

"Slurrp..cup..slurrpp..cup.."

Bibir dan lidah Adrian bebas mengeksplore leher jenjang Dini yang putih bersih.

"Sssshhh..aaaaahhh..maaaaa..eeeegghhh.."

Dini tidak menyebut nama Adrian dalam desahannya. Ia memanggil mamanya saat bibirnya yang terbuka mendesah dan matanya menatap ibunya dengan pandangan sayu. Adrian pun ikut memandang Bu Laila saat tangannya membuka pengait bra yang berada di depan dada indah Dini. Ia memberikan senyuman genit dan kerlipan mata yang menggoda saat tangannya meremas dua bukit mungil berukuran 34A dengan perlahan.

"Oooohhh..maaaassss...remes yang kuat..ooouuuhhh..mamaaaa..."

Entah apa yang ada di dalam diri Dini. Gadis polos itu seperti dengan sengaja menggoda dan merayu gairah ibunya sendiri. Suara desahannya yang terdengar agak surau membuat desiran aneh di sekujur tubuh Bu Laila yang sudah ditekannya melakukan serangan balik.

Tangan Dini terangkat dan memeluk leher Adrian saat payudaranya yang indah digeranyangi dengan lincah oleh kedua tangan Adrian. Payudara membulat yang kencang, kenyal dan halus itu membuat Adrian merasakan pengalaman pertama memegang payudara perawan. Lebih menggairahkan walaupun tidak sebesar payudara Bu Laila, lebih terasa padat, tidak terlalu lentur seperti dua bukit besar Bu Laila. Puting yang masih malu-malu untuk menonjolkan dirinya membuat jemari Adrian gemas mempermainkannya.

"Maaaasssss...eengghhhh...aaauuhhh..."

"Ssssshhhh..maaaaa...eeeeehhhh.."

Dini memejamkan mata saat cumbuan bibir Adrian merayap di sekitar leher dan bahunya. Bibir Adrian bergerak lambat menyusuri punggung hingga ke pinggang belakang Dini. Dengan tenang, Adrian menurunkan perlahan celana dalam gadis itu hingga terpampanglah bokong nan putih mulus dan kencang di depan matanya.

Bu Laila yang menyaksikan aksi Adrian kepada Dini semakin terangsang. Hal tabu dan terlarang yang coba ditekankan didalam otak dan hatinya perlahan melemah. Panggilan serak Dini dalam setiap desahannya membuat syahwat sang ibu terprovokasi. Pertentangan nafsu versus nalar berlangsung seru di dalam dirinya.

"Muacchh..mmmppphhh..mmmppphhh.."

Adrian ganas melumat bibir tipis merona Dini hingga tubuh mereka berdua terjatuh di atas ranjang dengan kedua kaki masih terjuntai. Sang predator dengan cerdas langsung mengambil perannya sebagi tokoh utama. Otaknya bekerja otomatis memperagakan adegan dengan tenang dan terarah.

Kedua tangan Dini ditariknya ke atas melewati kepala, lalu ia mencumbu seluruh wajah mulus gadis cantik itu.

"Eeennggghhh...eeehhhh.." Dini pun melenguh.

Bibir Adrian langsung mengarah ke puting yang masih bersembunyi, lalu menjilat dan menariknya keluar dengan bibirnya. Tangannya aktif meremas payudara yang semakin kenyal mengencang.

"Maaaassss...geliiiii...ooouuuhhh.."

"Sssshhh...maaaaa...aaaahhhh..geliiii..bangeeetttt...maaaaa...eeeehhhh.."

Desahan Dini disertai racauan dan panggilan kepada dirinya membuat rasa gatal dalam diri Bu Laila bergerak merayap ke sekujur tubuhnya. Matanya mulai nanar dan menyayu saat ia melihat bibir Adrian rakus melumat kedua puting payudara putrinya. Gemuruh gairah di dadanya semakin kencang. Rasa gatal pada putingnya sendiri tiba-tiba menyergapnya. Perlawanan nalarnya semakin melemah.

Bibir Adrian merayap turun ke perut setelah puas dan berhasil menampilkan puting mungil Dini yang mengeras. Dengan berjongkok, ia mengangkat kedua kaki Dini dan menahan dengan kedua tangannya. Sebuah gundukan kecil yang bergaris tengah dengan bulu-bulu halus terpampang di depan matanya. Tapi kali ini, sang predator tidak ingin memangsa dengan terburu-buru. Ia ingin menelusuri seluruh bagian tubuh mangsanya yang ranum sebelum menikmatinya.

"Slurrrpp..slurrrpp..sluurrppp.."

Lidah Adrian menjilat paha bagian dalam hingga ke selangkangan Dini. Lidahnya seakan terpeleset kala menempel di paha yang begitu putih dan pulus bak pualam.

"Ssssshhhh..maaasssss...uuuuhhhh..."

Kedua tangan Dini mencengkeram sprei dengan kuat saat kegelian di selangkangannya menjalar ke vagina. Tangan kirinya berupaya menggapai tangan ibunya yang tertopang di atas bed empuk itu.

"Maaaaa...aaaaahhhhh...geliiiii..aaaauuuhhhh.."

Tangan Dini meremas tangan ibunya saat lidah Adrian membelah garis vaginanya yang akhirnya terbuka. Rangsangan dari lidah kasar Adrian membuat vaginanya semakin basah dan bibir vagina itu terbuka semakin lebar.

Bu Laila masih dalam kebimbangan walaupun aliran darah dalam tubuhnya semakin cepat karena gairahnya yang terpancing. Kali ini rasa gatal mencapai vaginanya akibat tontonan permainan lidah Adrian di vagina putri satu-satunya. Seakan vaginanya lah yang sedang dijilati oleh pria muda itu. Tanpa sadar, tubuh Bu Laila merangsek mendekati mereka.

Lubang yang mulai terbuka itu menampilkan warna merah segar vagina perawan. Tanpa susah payah dan penuh gairah, lidah Adrian merangsek masuk dan menjilati bagian dalam hingga menemukan tonjola kecil, titik tersensitif Dini.

"Maaaassssss...aduuuuhhh...geliiii...maaaa..uuuu..piii...piii...piiisss.."

"Ooouuuhhh..mamaaa...aaaaahhhh.."

Dini berseru lirih dalam desahannya saat rasa geli di vaginanya berubah menjadi rasa kencing yang rasanya susah digambarkannya. Matanya terpejam, kakinya menjepit kepala Adrian, dan tangan kirinya meremas kuat jemari ibunya. Dini tidak menyadari kalau rasa yang hampir sama saat ini pun menghinggapi ibunya.

"Heeehh..heeehhh.."

Dini mengatur nafas saat gelombang kenikmatan yang diimpikannya mulai mereda. Tapi ia merasa tidak cukup kalau hanya ini kenikmatan yang sesungguhnya. Ia tau ada lagi yang lebih nikmat dari ini dan ia ingin menggapainya untuk mewujudkan fantasi ternikmatnya.

Adrian bangun setelah melepaskan diri dari jepitan kaki Dini. Ia dengan tenang mendekati Bu Laila yang memandangnya dengan mata sayu. Tanpa berkata-kata, bibir keduanya pun menyatu dengan penuh nafsu.

"Mmmmppphhh..mmmppphhh..mmmppphhh.."

Kali ini Adrian mendapatkan perlawanan yang berimbang. Bu Laila meregangkan kakinya lebar di tepi ranjang saat jemari Adrian memasuki liang rahimnya.

"Sssshhh...aaaahhh...Adriaaaannn...mmmmmhhhhh..mmmhhhh.."

Desahan keduanya tertahan oleh penyatuan bibir mereka. Adrian mengalihkan bibirnya ke payudara besar yang tergantung bebas. Dengan liar, lidahnhay bermain gembira di atas kedua puting yang mengacung keras.

Keduanya sedikit terkejut saat Dini tiba-tiba memeluk Bu Laila dari belakang dan meremas kedua payudara besar ibunya.

"Diniiii...eeeehhhh..aaaa..paaa..yaaannngg..kaa..muuuu..laaa..kuuuu..kaaann..sssshhh..oooohhh.." Desis Bu Laila tanpa perlawanan.

Bibir Dini pun nakal mencumbu leher eksotik Bu Laila. Lidahnya bermain cantik menelusuru leher hingga menggigit kecil kedua bahu ibunya.

"Aku suka tubuh mama, dan selalu terbayang dalam pikiran ku saat melihat mama dan mas Adrian ngentot." Dini berkata binal.

Bu Laila sedikit terkejut, tapi rasa geli dari rangsangan di vaginanya yang dilakukan oleh lidah Adrian yang berpindah saat kedua tangan Dini meremas bukit kembar Bu Laila.

"Sayaaaaannnggg..eeengghhh..oooohhh..maaaffffkaaann..maaa..maaaa..sssshhh...aaaahhhh.."

Ucapan permintaan maaf disertai desahan Bu Laila membuat gairah Dini kembali beranjak naik. Dengan agak ragu, ia menolehkan kepala ibunya lalu melumat bibir Ibunya dengan ganas.

"Muaaacch..mmmppphhh..mmmpphhh.."

Bu Laila yang terjebak dan terbakar birahi membalas lumatan putrinya. Keduanya saling bertukar ludah dan saling membelit lidah. Mata Adrian melirik sebentar ke atas, mulutnya tersenyum puas saat melihat anak dan ibu itu berciuman mesra. Jemarinya kembali mencolok vagina Bu Laila dan lidahnya mengorek klitoris wanita setengah baya itu.

"Diiiinnn....aaaaaahhhhh...diniiii..."

"Aaadddduuuhhh...adriaaaannn...aaaaa...kuuuu..aaaahhh..aaaaahhhhhh..."

Bu Laila terlonglong pelan saat orgasme melandanya. Orgasme yang menurutnya lebih dahsyat daripada orgasme yang selama ini didapatnya dari Adrian. Kehadiran Dini, ancaman Dini, hingga provokasi Dini dan pertempuran nalar versus syahwatnya beberapa menit yang lalu membuat rasa nikmat yang didapatkannya berkali lipat.
Adrian bangkit dan mencium bibir Dini sambil tersenyum puas. Mereka berdua menjalankan sandiwara dengan sangat baik.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd