Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Selama mulustrasi bentuk sudah digambarkan dengan gamblang, ane pribadi sih ga butuh mulustrasi visual. Betul adanya, memancing imajinasi pembaca.

Karena pas scene adrian dengan bosnya dari mulai bosnya dateng ke rumah, sampai adrian mengeksekusi bosnya di rumahnya. Ane ampe ngecrot banyak karena imajinasi ane sendiri 🤣🤣
Apalagi omsuhu TS menggambarkan adegan flirting sampe SS nya bener bener masuk ke fantasi ane 😁😁
 
Next part.


Staring at the moon so blue
Turning all my thoughts to you
I was without hopes or dreams
Try to dull an inner scream
But you saw me through



Walking on a path of air
See your faces everywhere
As you melt this heart of stone
You take my hand to guide me home
And now I'm in love



You took my heart away
When my whole world was grey
You gave me everything
And a little bit more
And when it's cold at night
And you sleep by my side
You become the meaning of my life



Living in a world so cold
You were there to warm my soul
You came to mend a broken heart
You gave my life a brand new start and now
I'm in love



You took my heart away
When my whole world was grey
You gave me everything
And a little bit more
And when it's cold at night
And you sleep by my side
You become the meaning of my life



Holding your hands
I won't fear tomorrow
Here where we stand
We never be alone



You took my heart away
When my whole world was grey
You gave me everything
And a little bit more
And when it's cold at night
And you sleep by my side
You become the meaning of my life




Gadis remaja itu menggonta-ganti baju, ia kebingungan dengan pilihan pakaian yang hendak dikenakannya. Pagi ini, di hari minggu yang cerah ia hendak diajak keluar oleh seorang pria remaja yang menjadi kekasihnya. Ia ingin memberikan penampilan yang terbaik bagi seseorang yang istimewa baginya.



Lemarinya berantakan, di atas kasurnya berserakan berbagai model pakaian wanita. Baru kali ini ia merasa begitu bingung untuk memilih pakaian yang akan dikenakannya nanti saat kekasihnya datang menjemput.



"Ma, mama!!!"



Serunya dari dalam kamar, tapi tidak ada sahutan dari luar pintu kamarnya yang tertutup rapat. Dengan berdecak sebal ia pun keluar kamar mencari sosok wanita yang dipanggilnya Mama untuk membantunya membuat pilihan tepat bagi penampilannya nanti. Ia berkeliling rumah mencari Mamanya, tapi nihil, dan dengan semakin kesal ia pun kembali ke kamar lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.



"Aaaaaarrrgggghhh.." serunya kesal.



Sementara itu beberapa menit yang lalu...



Sesosok lelaki remaja tampak berdiri di depan pagar rumah menanti pintu pagar itu terbuka setelah ia memencet tombol bel di sebelah dalam pagar rumah itu. Bercelana jeans biru panjang, berkaos hitam, dan berjaket jeans yang sewarna dengan celananya, ia tampak maskulin. Tak berselang lama, keluarlah seorang wanita paruh baya yang berdaster biru muda bercorak kembang-kembang. Wanita paruh baya itu memandang beberapa saat sebelum membukakan pintu pagar.



"Kamu terlihat hmmmm.." kata wanita itu dengan pandangan genit.



"Dan ibu terlihat sangat seksi." Balas Adrian sambil mengedipkan mata kirinya.



"Tiara masih mandi, kamu tunggu sebentar." Ujar wanita bahenol itu sambil sedikit menungging menutup pintu pagar rumahnya.



"Bokong yang selalu membuat kontol ku berontak." Kata lelaki muda itu sambil mengusap bongkahan pantat menantang wanita itu.



"Hei, jangan sembarangan Rian." Desis wanita itu dengan kesal.



"Makanya, kalau janjian itu ditepati Bu!" Ujar Adrian pelan sambil mendekatkan mukanya ke muka wanita itu.



"Maaf Rian, kemarin tiba-tiba papanya Tiara mengajak pulang kampung." Jawab Bu Anis dengan wajah menyesal.



"Mau menunggu di gazebo atau di dalam?" Tanya Bu Anis.



"Di rumah sepi Bu?" Tanya Adrian balik.



"Suami sama adiknya Tiara pergi ke rumah saudara dari jam 6 tadi." Jawab Bu Anis sambil melangkah mendekati Adrian.



"Ayo masuk aja." Ajak Bu Anis.



Mereka berdua masuk ke dalam rumah, saat Bu Anis hendak menutup pintu.



"Mmmppphhh..mmmppphhh.."



Adrian mendesak tubuh Bu Anis hingga mendorong pintunya tertutup. Bibir remaja itu melumat habis bibir pucat Bu Anis yang dengan refleks membalasnya.



"Ada Tiara, Rian." Desis Bu Anis ketakutan karena ulah nekat Adrian.



"Tiara sedang mandi kan?" Tanya Adrian dengan wajah nakal menggoda sambil mengusap dagu dan pipi Bu Anis.



"Dia bisa melihat kita saat nanti ia selesai mandi Adrian." Ucap Bu Anis lirih, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan, tapi gairah.



"Ibu harus membayar janji ibu, sekarang!" Desis Adrian yang lalu menjilat dan mengigit lembut leher kanan Bu Anis.



"Sekarang???"



"Kamu jangan gila Adrian!"



Badan Bu Anis menggigil dengan perlakuan bibir Adrian yang menempel di lehernya bak Vampire. Dilema melandanya, antara kegelian yang merasuki tubuhnya harus dituntaskan, atau mengundurkan diri karena beresiko ketahuan putrinya yang bisa saja keluar sewaktu-waktu dari kamar mandi.



"Tete ini, bokong ini, dan aroma tubuh Ibu ini membuat saya gila dan tidak tahan untuk menagih janji Ibu sekarang, di sini!"



Sang Predator cerdas mempermainkan pikiran Bu Anis, remasan lembut tangannya bermain cantik di payudara yang membusung dibalik daster. Lidahnya mempermainkan bibir Bu Anis disertai hisapan-hisapan kecil nan lembut membuat libido Bu Anis seolah menjadi permainannya.



"Ikut aku."



Bu Anis menyerah dengan godaan Sang Predator. Dengan terburu-buru tapi perlahan, ia menarik tangan Adrian dan membawanya ke dalam kamar pelaminannya. Ia sadar dengan resiko yang diambilnya bersama Adrian, setelah menutup pintu kamarnya, ia pun mengunci pintu itu dengan rapat. Adrian menyeringai penuh nafsu melihat Bu Anis yang ketakutan sekaligus penuh nafsu.



"Ini gila!" Bu Anis mendesis lalu menarik tubuh Adrian dan menciumnya.



"Mmmmpppphhh..mmmpppphhh.."



Keduanya berciuman dengan ganas, liar dan penuh nafsu. Setelah beberpa menit, dengan nafas ngos-ngosan, Adrian melepaskan semua pakaiannya hingga ia bertelanjang bulat dengan penis mengacung sempurna. Ia pun menaruh pakaiannya dengan hati-hati agar tidak menjadi kusut. Bu Anis menjauhi Adrian, mengangkat dasternya lalu melepaskan celana dalamnya. Ia beringsut dan bersandar di meja rias yang berada di samping kasurnya. Setelah meletakkan bokongnya, ia mengangkat kedua kakinya sambil mengedipkan mata menantang Adrian untuk mendekatinya. Jari tengah kiri diemutnya sendiri, jari tengah kanan membelai vaginanya, sungguh sebuah pemandangan yang menggairahkan bagi Adrian. Ia pun dengan merangkak mendekati Bu Anis.



"Sssssshhhh..mmmmhhhhhh.."



Desahan tertahan terdengar pelan saat bibir Adrian mencium dan menggigit mesra kedua paha putih mulus Bu Anis bergantian. Bibirnya mengecup setiap mili paha itu hingga ke tengah selangkangan yang berupa gua mini yang dihiasi vulva yang begitu menggoda.



"Uuugghhhh..mmmmhhhh.."



Bu Anis melenguh dengan menggigit sendiri bibirnya menahan kegelian pada labia mayora nya. Ciuman dan hisapan bibir Adrian pada vulva nya menimbulkan kegelian yang bergerak menyelimuti seluruh syaraf di tubuhnya. Cengkraman kedua tangannya pada tepian meja rias itu menguat. Kenikmatan seperti inilah yang membuatnya nekat melunasi hutang janjinya kepada Adrian. Cara Adrian menggugah nafsunya benar-benar membuatnya tidak mampu menolak. Beberapa kali bercinta dengan remaja cungkring itu selalu menghasilkan kenikmatan yang memabukkan, kenikmatan yang mencandukan. Rasa takut dan kewaspadaan ekstra bercampur dengan kegelian pada vaginanya membuat rasa nikmat itu menjadi berlipat. Kegilaan yang baru pertama kali dilakoninya, bersama seorang remaja yang adalah kekasih anaknya sendiri.



"Eeeggghhh...eeegghhh.."



Desahan tertahan berulang-ulang karena jari nakal Adrian memainkan benjolan kecil di dalam vaginanya. Sentuhan yang awalnya lembut dan perlahan, meningkat intensitasnya menjadi semakin cepat.



"Mmmmmhhhh...mmmhhhh..."



Mata Bu Anis melotot sambil tangannya menutupi mulut. Jilatan yang disertai kocokan jari tengah remaja itu hampir saja membuat desahannya meledak dengan keras. Untunglah kesadarannya untuk bisa menikmati kegelian yang dialaminya lebih lama membuat tangannya refleks menyembunyikan auman kenikmatan yang bisa saja membawa celaka bagi mereka berdua. Kekhawatiran yang berbalut kegelian membuat reaksi tubuhnya bergejolak hingga meluaplah cairan kenikmatannya sebagai penanda bahwa ia telah terseret ombak syahwat. Saat ini hanyalah permukaan, Bu Anis ingin menyelam semakin dalam di lautan birahi bersama Adrian.



Adrian duduk di pinggir ranjang setelah membuat Bu Anis kelonjotan nikmat. Dengan tatapan penuh gairah, ia mengocok sendiri penisnya. Bu Anis yang sudah tidak mampu menahan gairahnya langsung berjongkok di depan Adrian. Tapi Adrian menariknya berdiri.



"Waktu kita tidak banyak Bu, ibu harus entotin saya sekarang, duduk di atas ku." Bisik Adrian memerintah.



Bu Anis hanya memberikan senyum manis nan binal kala ia beringsut dan menduduki paha Adrian. Kedua tangan Adrian menopang ke belakang agar tubuhya tidak terjatuh di kasur.



"Mmmmppphhh..mmmppphhh.."



Bibir Bu Anis melumat bibir Adrian dengan ganas, tangannya menyentuh lembut penis yang menjulang lalu mengocoknya dengan cepat. Dengan mata sayu nan genit, ia mengangkat pantatnya dan mengarahkan penis itu tepat di bibir vaginanya.



"Mmmpppphhh...mmmmpppphhh.."



Ia kembali melumat bibir Adrian untuk menutupi jeritan kegelian yang melanda sekujur tubuhnya. Bokongnya bergerak naik turun dengan lembut. Mata mereka saling menatap penuh nafsu. Deru nafas mereka sama-sama menggebu. Bu Anis lalu berjongkok, menapakkan kedua kakinya di sebelah kedua paha Adrian, menopangkan kedua tangannya di pundak kanan kiri Adrian lalu menggerakkan pinggulnya naik turun. Penis itu timbul tenggelam di lubang surgawi Bu Anis.



"Mmmmhhhh..mmmmhhh.."



Gerakan pinggul itu hanya perlahan. Bu Anis ingin memaksimalkan gesekan klitorisnya dengan penis yang selalu membuatnya bertekuk lutut dalam kepuasan bercinta. Dan Adrian pun hanya bisa mendongakkan kepala sambil memejamkan mata menikmati peraduannya.



Bagi Adrian, Bu Anis adalah yang terbinal, wanita paruh baya yang punya banyak fantasi seks tapi tidak pernah terlaksana bersama suaminya. Dan Adrianlah yang menyukai fantasi-fantasi seks wanita bahenol itu. Banyak hal-hal baru yang selalu ia dapatkan dari wanita paruh baya itu, dan hal-hal itu selalu membuatnya selalu ingin berpetualang dengan ibu pacarnya sendiri.



"Ma..Mama!!".



Teriakan Tiara dari luar kamar membuat mereka terperanjat. Bunyi ceklek dari gagang pintu yang coba dibuka dari luar semakin menambah ketegangan dua insan yang sedang berasyik masyuk di dalam kamar. Kedua nya saling menatap dengan wajah khawatir, mulut mereka membungkam agar tidak menimbulkan kecurigaan Tiara yang berada di luar. Setelah beberapa saat, Bu Anis mencoba melepaskan penis Adrian dari vaginanya. Tapi Adrian menahannya pinggulnya.



"Gila kamu, kalau Tiara tau bagaimana?" Bisik Bu Anis khawatir.



"Goyang lagi Bu, pelan seperti tadi." Kata Adrian mengalihkan kekhawatiran Bu Anis.



"Tapi Rian..uuugghhh..mmmhhhh.."



Adrian menggerakkan pinggulnya dari bawah saat Bu Anis hendak menolak permintaannya. Ia mengangkat sedikit bokong bahenol itu dan mulai menghujamkan penisnya dengan kuat.



"Ibu yang goyang pelan atau aku yang mengentot ibu dengan kuat-kuat?" Adrian memberikan ancaman.



"Tiara di luar, Rian."



"Oouugghhh...mmmmhhhh..mmmhhh.."



Bu Anis melotot sambil membekap mulutnya sendiri karena Adrian dengan kuat menghentak-hentakkan penisnya.



"Stop Rian, ssshhhh...mmmmhhhh.."



Adrian tidak mempedulikan protes Bu Anis, dengan semakin kuat dan dalam, ia menghujamkan penisnya ke dalam gua kenikmatan Bu Anis yang terasa legit. Bu Anis pun melawan, ia mendorong dengan kuat hingga tubuh Adrian telentang di kasur. Tanpa bersuara, ia topangkan tangannya ke perut Adrian, lalu menaik turunkan pinggulnya.



"Eeeeghhhh..."



Adrian melenguh memejamkan mata saat gesekan vagina Bu Anis seakan mengurut penis kerasnya. Hatinya tersenyum karena sekali lagi ia behasil membuat kebinalan Bu Anis menampakkan diri. Kedua tangannya menggapai buah dada besar yang bergoyang bergelantungan, memilin kedua putingnya sambil meremasnya kuat.



"Mmmmmhhhh..ssshhhh..aaaaahhhh.."



Gerakan pinggul dan bokong gede itu semakin bervariasi. Naik turun, berputar, maju mundur, mengejar puncak kenikmatan yang terlihat semakin dekat. Rasa khawatir dan ke horny an yang simultan menjadikan sensasi bercinta mereka berdua pada pagi itu terasa lebih nikmat.



"Jangan lama-lama Rian, uuuuhhhh.."



"Aku dicariin Tiara..mmmmhhhh.."



Gerakan bokong itu semakin serampangan, kegelian pada lubang kenikmatan Bu Anis membuatnya tidak mampu lagi menjaga ritme gerakan pinggulnya. Ia berusaha sekuat tenaga membendung luapan orgasmenya agar bisa bersamaan dengan pacar anaknya menggapai kedalaman samudra syahwat yang menenggelamkannya.



"Aku bentar lagi Bu, ooouuuhhhhh..."



Adrian pun merasa harus menyelasaikan pergumulan ini dengan cepat karena tidak enak kalau ia nanti terlihat terlambat menjemput Tiara. Ia tidak ingin mengecewakan kekasihnya. Ia pun langsung berinisiatif untuk mengimbangi goyangan liat Bu Anis dengan ikut menaik turunkan pinggulnya. Hasilnya,



"Aaaakkkuuu..aaaaahhhhh..Riaaaannn.."



Jeritan tertahan Bu Anis menandakan bahwa ia sudah tidak sanggup lagi menahan gempuran syahwatnya. Cairan kenikmatan itu meleleh membasahi penis keras yang masih saja menghujam vaginanya. Beberapa detik kemudian,



"Aaarrrggggh...mmmmppphhhh...mmmppphhh.."



Adrian merengkuh kepala Bu Anis dan melumat bibir seksi wanita paruh baya itu agar erangan kenikmatannya tidak menimbulkan suara yang terdengar hingga ke luar kamar. Ia selalu puas saat bercinta dengan ibu pacarnya. Itulah kenapa ia ingin menjaga betul kesucian Tiara kekasihnya.
Bu Anis tergeletak menindih Adrian, keduanya mengatur nafas agar bisa kembali ke tepian samudra yang telah menenggelamkan mereka dengan kenikmatan hakiki.



"Saya keluar dulu Bu, nanti ibu berlagak seperti orang baru bangun tidur agar Tiara tidak curiga." Bisik Adrian setelah memakai kembali pakaiannya dengan rapi. Ia pun keluar kamar lalu keluar rumah dengan hati-hati.



----------------------------



"Ting tong!!!"



Suara bel pagar yang terdengar lantang membuat gadis remaja itu membuka korden jendela kamarnya yang terletak di lantai dua rumah itu. Wajahnya terlihat panik karena ia belum menemukan pakaian yang dianggapnya bagus untuk dipakai jalan bersama kekasihnya. Dengan buru-buru ia pun langsung mengambil kaos hitam lalu dibalut dengan kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna merah dan celana jeans abu-abu. Ia baluri mukanya dengan bedak tipis dan lip balm untuk mencerahkan bibirnya. Setelah menghela nafas panjang berkali-kali di depan cermin besar yang menempel di lemari pakaiannya, ia pun menyemprotkan sedikit parfum agar menambah pesonanya. Kepercayaan dirinya meningkat saat ia terlihat tersenyum bangga melihat dirinya di depan cermin. Dan ia pun keluar kamar dengan wajah yang berseri-seri.
"Cantiknya anak mama." Puji Bu Anis saat melihat anaknya keluar dari kamar.
"Ma, aku mau jalan dulu ya." Pamit Tiara sambil mencium tangan mamanya.
"Emang Adrian sudah datang?" Tanya Bu Anis sambil melongok di depan pintu.
"Itu udah di depan pagar." Jawab Tiara.
"Eh, kenapa gak dibukain dan disuruh masuk Ara?" Tegur mamanya.
"Ini baru mau bukain pagar Ma, Ara baru aja selesai ganti baju." Jawab Tiara yang kemudian berlalu dari depan mamanya.
"Ajak masuk dulu, biar dia pamitan sama Mama!." Seru Bu Anis pada Tiara.
Adrian terkesima saat melihat kekasihnya membuka pintu rumah dan menghampirinya.
"Maaf, Tiara nya ada?" Tanya Adrian berpura-pura saat Tiara membuka pintu pagar.
"Maaass, apaan sih?!" Ujar Tiara jengah.
"You look wonderful" Kata Adrian dengan wajah bahagia.
"Thank you." Jawab Tiara dengan wajah merona.
"Masuk dulu mas, pamitan sama Mama." Ajak Tiara.
"Sendiko dawuh kanjeng putri." Kata Adrian sambil menelungkupkan tangan di depan dada dan membungkuk.
"Maaassss!!!" Seru Tiara gembira sambil mencubit lengan kekasihnya.
Adrian memasuki rumah dan melihat Bu Anis yang masih awut-awutan seperti orang yang baru saja bangun tidur. Sandiwara yang sempurna diperlihatkan keduanya di depan Tiara.
"Selamat pagi Bu."
"Saya mau minta ijin mengajak Tiara jalan-jalan."
Adrian menyalami lalu mencium tangan kanan Bu Anis yang tersenyum manis melihat akting luar biasa dari remaja itu.
"Jangan pulang malam-malam, sebelum maghrib Tiara diantar pulang ya." Jawab Bu Anis.
"Iya Mama." Balas Tiara.
Saat keduanya melangkah keluar, berboncengan dan berlalu dari pagar rumahnya, Bu Anis terlihat berdiri merenung, tubuhnya menyender di kusen pintu.
"Maafkan Mama, Ara. Sebelum dengan mu, Adrian adalah kekasih Mama, ia berhasil menaklukkan Mama dengan kejantanannya. Bahkan mama dibuat tak berdaya saat bersamanya. Tapi mama percaya janji Adrian untuk selalu menjaga mu, dan itulah kejantanan yang membuat mu dan Mama mencintainya."

Bu Anis menutup pintu, mengunci, lalu masuk ke kamarnya dan merebahkan diri di atas kasurnya. Kasur yang baru saja dipakainya berbagi kenikmatan surgawi bersama kekasih putrinya.

Let me wrap you in my warm and tender love, yeah
Let me wrap you in my warm and tender love
Oh, I loved you for a long, long time
Darling, please say you'll be mine
And let me wrap you in my warm and tender love
Let me wrap you in my warm and tender love, yeah
Let me wrap you in my warm and tender love
You're so lovely, you're oh so fine
Come on and please me with your touch
And let me wrap you in my warm and tender love
For I loved you for a long, long time
Darling please say you'll be mine
And let me wrap you in my warm and tender love
I said it'll be alright if you just let me
Let me wrap you in my warm and tender love
Oh baby, come on and let me
Let me wrap you in my warm and tender love
I said it'll be alright if you just let me
Wrap you in my warm and tender love, yeah


Iringan lagu dari Percy Sledge membuatnya tersenyum dalam lelapnya. Ia merasa puas sekaligus lemas karena Adrian.
 
Selama mulustrasi bentuk sudah digambarkan dengan gamblang, ane pribadi sih ga butuh mulustrasi visual. Betul adanya, memancing imajinasi pembaca.

Karena pas scene adrian dengan bosnya dari mulai bosnya dateng ke rumah, sampai adrian mengeksekusi bosnya di rumahnya. Ane ampe ngecrot banyak karena imajinasi ane sendiri 🤣🤣
Apalagi omsuhu TS menggambarkan adegan flirting sampe SS nya bener bener masuk ke fantasi ane 😁😁
Mulustrasi memudahkan pembaca utk berimajinasi. Ane lebih prefer pembaca mengembangkan imajinasi, karena ane yakin para pembaca pasti pernah berfantasi liar dengan seseorang yang pernah diperhatikan atau diamatinya. Ini bertujuan untuk memompa pikiran liar kita yang tidak terbatas. Membaca adalah untuk memfantasikan sesuatu atau seseorang sesuai pikiran kita saat kita hanyut ke dalam apa yang kita baca.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd