Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Lanjutkan petualanganmu menaklukan, menikmati dan memberikan kenikmatan ke para STW, rocka :jempol:
Makasih updatenya suhu @RockarollA
Mantaappp
Sang predator makin lihai. Sang Ibu calon mertua dibuatnya gal punya pilihan selain tenggelam dl samudera nikmat pdhl anaknya ada depan pintu kamer.
Dinanti sll updatenya Hu
Btw... berarti Tiara mah bakal dijaga terus prewikah?
Monggo dilanjut
 
Bimabet
Update tanpa sange.

Cuaca siang itu begitu terik, mentari seakan sedang memelototi bumi dengan cahayanya yang menyengat. Langit yang berhiaskan awan putih seolah menjadi pemberi jalan bagi sang surya untuk mengeringkan bumi dengan sinar panasnya. Pohon-pohon besar di sekitar air terjun yang tidak terlalu tinggi itu menjadi tempat bernaung bagi beberapa pasang remaja putra dan putri untuk bersantai memadu kasih. Pancaran sinar terik itu tak mampu menembus rimbunnya dedaunan.


Tak terkecuali Adrian dan Tiara. Keduanya mencari sebuah pohon besar yang melindungi tubuh mereka dari teriknya sinar mentari. Beberapa pasangan tampak tersebar di bawah pohon-pohon yang tumbuh subur dan rindang di kawasan air terjun itu.


"Ternyata ramai juga ya mas." Ujar Tiara sambil menengok ke kanan-kiri memperhatikan sekitarnya.


"Emang di sini selalu ramai Ara, tapi ya gini lah, semuanya menyembunyikan diri di balik pohon." Jawab Adrian dengan tersenyum.


"Kita juga kan mas?" Tanya Tiara seakan menyindir.


"Hahaha, karena di sini memang tempat untuk pacaran Ara, jadi ya begitulah." Jawab Adrian dengan geli.


"Duh.." Tiba-tiba Tiara melengos.


"Kenapa Ra?" Tanya Adrian penasaran.


"Arah jam 2 mas." Jawab Tiara memberi arahan.


"Uuuppss."


Adrian menutup mulut menahan tawa saat menoleh ke arah yang ditunjukkan Tiara. Tampak sepasang remaja sedang french kiss dengan semangatnya.


"Mau nyobain jg Ra?" Goda Adrian geli.


"Enggak ah." Ketus Tiara.


"Hahaha, malu karena di tempat umum Ra?" Goda Adrian lagi.


"Iya lah, gila aja ciuman gitu di balik pohon yang tetap aja bisa dilihat banyak orang." Jawab Tiara sengit.


"Siapa yang lihatin Ra, semuanya sibuk sama mereka sendiri-sendiri, tengok lah sekeliling mu." Kata Adrian dengan tersenyum.


Tiara kembali memutarkan pandangannya ke sekelilingnya. Dan benar saja, sepertinya hanya dia yang memperhatikan orang lain, sedangkan masing-masing pasangan yang lain tampak asyik dengan pasangannya sendiri-sendiri. Ada yang bercengkerama tertawa-tawa, ada yang jahil saling menggerayangi, ada yang berciuman. Mereka seolah tidak peduli dengan orang-orang lain yang berada di sekitarnya. Mereka tidak merasa malu dengan aktifitas kemesraan yang mereka umbar.


"Iya sih, mereka sepertinya tidak peduli." Ujar Tiara menundukkan muka setelah selesai mengamati sekitarnya.


"Mas Adrian kepengen menciumku seperti itu?" Tiara bertanya sambil menatap tajam.


"Eehh." Adrian celingukan saat Tiara bertanya tiba-tiba sambil menatapnya.


"Pengen sih Ra, jujur aja."
"Tapi aku sendiri tidak tahu bagaimana mencium mu seperti itu. Aku tidak punya pengalaman berciuman." Jawab Adrian malu-malu.


"Apalagi aku Mas." Timpal Tiara mengendurkan pandangan matanya dan mengalihkan pandangan.


"Tapi semua bisa berjalan dengan sendirinya Ra..eeemmm..sepertinya begitu." Balas Adrian.


Keduanya tanpa sadar merapatkan tubuh hingga berdempetan. Dan kepala Tiara pun terkulai lemah di bahu kekasihnya.


Bagaimanapun, perasaan hati yang sama akan selalu membawa tubuh kita untuk selalu berdekatan dengan orang yang kita sayangi. Keinginan untuk berdempetan itu terdorong dari sedikit nafsu yang timbul dari rasa cinta. Kita akan selalu tidak ingin berjauhan karena hati kita menolak itu. Dua hati yang bersatu akan selalu ingin menempel, mereka secara naluri tidak ingin terpisah.


"Maksudnya, semua harus dimulai atau diawali dulu mas?" Tanya Tiara sambil memejamkan matanya. Dadanya berdebar keras saat bertanya.


"Mungkin saja begitu Ra, tapi bagaimana memulainya itu yang aku, dan sepertinya kamu juga tidak tau caranya kan?" Jawab Adrian bingung.


Dada keduanya berdebar, Tiara memejamkan mata, Adrian menundukkan muka. Adrian, walaupun telah membohongi Tiara soal berciuman, bagaimanapun tidak ingin menodai belahan hatinya sebelum waktunya. Ia sudah berniat untuk menjaga kesucian Tiara, bukan karena janjinya kepada Bu Anis tapi lebih karena ia merasa Tiara adalah kebahagiaan yang ia rasakan sepenuhnya dalam hatinya. Berduaan dengan Tiara seperti sekarang ini memberikan rasa nyaman, damai, tenang, rasa yang tidak pernah ada saat ia bercinta dengan siapapun, bahkan dengan Dini sekalipun.


Bagi Tiara, Adrian adalah seorang pria yang ingin dia berikan dirinya seutuhnya. Pria yang layak untuk mendapatkan setiap mili tubuhnya, dan ia akan merasa bangga untuk memberikannya kepada kekasihnya. Tapi ia tidak ingin memulainya, ia siap mempersembahkan tubuhnya saat ia diminta Adrian. Kalau Adrian tidak meminta, ia tidak akan merendahkan diri dan memohon kepada kekasihnya untuk menikmati tubuhnya sebagai persembahan cinta kasihnya. Rasa cintanya kepada Adrian timbul dari insting naluriahnya yang meyakini kalau Adrian akan menjaganya. Insting itu semakin terasah tajam setelah melihat perlakuan Adrian kepadanya yang penuh perasaan. Adrian tidak pernah menyembunyikan apapun yang ada dipikirannya, selalu mengatakan tetapi tidak pernah menuntutnya untuk menuruti apa yang ada di otaknya.


"Bukankah hal seperti itu akan terjadi secara alamiah mas?" Tanya Tiara.


"Maksudnya Ra?" Adrian balik bertanya.


"Misalnya soal ciuman, bukankah itu suatu saat akan kita lakukan dan terjadinya secara naluriah kita, dan secara naluriah pula kita otomatis akan belajar untuk berciuman dengan lebih baik, lebih enak, atau lebih apapun itu." Jawab Tiara bersemangat.


Ia mengangkat kepalanya, memutar tubuhnya menatap Adrian dari samping. Adrian pun menoleh, lalu menatap Tiara dengan tatapan bingung. Adrian pun ikut memutar tubuhnya hingga mereka sekarang duduk berhadapan. Dengan tersenyum ceria, ia benyanyi,


"Have I told you lately that I love you


Have I told you there's no one else above you
You fill my heart with gladness
Take away all my sadness
Ease my troubles, that's what you do.



For the morning sun and all it's glory
Greets the day with hope and comfort, too
You fill my life with laughter
And somehow, you make it better
Ease my troubles, that's what you do.



There's a love that's divine
And it's yours and it's mine
Like the sun
And at the end of the day
We should give thanks and pray
To the one, to the one.



Have I told you lately that I love you
Have I told you there's no one else above you
You fill my heart with gladness
Take away all my sadness
Ease my troubles, that's what you do.



There's a love that's divine
And it's yours and it's mine
Like the sun
And at the end of the day
We should give thanks and pray
To the one, to the one."



"
Ini lagunya Rod Stewart Ra, pernah dengar?" Tanya Adrian setelah selesai bernyanyi.



"Huuhhh..lagi ngomongin apa malah nyanyi." Tiara berkata kesal sambil bertolak pinggang.



"Hahaha, justru karena perkataan mu yang seperti seorang filsuf tua sedang mengajari ku mengenai naluri alamiah manusia membuat ku menyanyi lagu itu untuk memuji dan menyatakan perasaan ku kepada mu Tiara." Ujar Adrian dengan gembira.



"Filsuf tua???!!!!" Tiara menggertak tapi wajahnya bersemu-semu.



"Eh,,salah, pujangga muda nan jelita, hehehe." Rayu Adrian sambil tersenyum dan menatap lekat wajah ayu kekasihnya.



"Cup..cup.."



Tiara melotot dan semu merah di kedua pipinya semakin menyala karena Adrian mencium kedua pipi putih itu dengan tiba-tiba.



"Aku mencintai mu Tiara." Kata Adrian sambil memegang kedua pipi kekasihnya. Lalu menempelkan kepala itu di dadanya dan memeluknya penuh mesra.



Telinga Tiara mendengar debaran jantung Adrian yang berdegup kencang. Ia pun diam dan memejamkan mata karena merasa tak sanggup untuk mengutarakan betapa bahagianya dia mendengar pernyataan yang sebenarnya sudah beberapa kali ia dengar. Suasana yang diliputi keromantisan membuat apa yang didengarnya barusan terasa lebih dalam merasuk ke dalam hatinya. Setelah beberapa saat, Adrian pun melepaskan pelukan di kepala Tiara.



"Cup..cup.."



Adrian terhenyak, matanya menatap tidak percaya akan apa yang dilakukan Tiara barusan. Kecupan bibir gadis pujaan hatinya di kedua pipinya seakan menjawab pernyataan hatinya. Kebahagiaan pun menyeruak ke dalam hati kedua insan remaja itu, senyum tersipu-sipu keduanya menggambarkan apa yang mereka rasakan saat ini.



Siapapun dari kita pasti pernah merasakan gelombang asmara yang datang bertubi-tubi menghantam hati dan jiwa kita, menerbangkan angan dan khayalan kita hingga ke titik teratas saat kita berduaan, bermesraan dengan seseorang yang mempunyai perasaan cinta kasih yang sama dengan kita. Bagaimana kita menganggap apapun di sekitar kita menjadi lebih menyenangkan, hati yang selalu ceria saat kebersamaan kita dengan pasangan seakan tidak akan pernah berakhir. Bagaimana kita seolah tidak memperdulikan apapun dan siapapun kecuali orang yang kita cintai. Tak sedikit orang yang tidak akan bergeming dengan cintanya, walaupun semua orang mengatakan orang yang kita cintai adalah orang jelek, jahat, tidak layak dengan kita, tapi bagi hati yang sedang terselimuti asmara, semua itu hanyalah omong kosong ke iri an orang-orang pada perasaan kita. Walaupun kita kadang mengeluh mengenai orang yang kita cintai, tapi apapun nasihat dan anjuran mereka bukanlah sesuatu yang harus kita dengar, karena perasaan cinta itu bisa membutakan mata, mematikan nalar, dan sanggup menerima semua derita demi CINTA.



.......................



Kedua remaja itu asyik menyantap tahu gimbal saat sebuah mobil berhenti di depan warung . Dari dalam mobil, terlihat seorang gadis muda yang menatap nanar ke arah mereka, mata itu menjadi sembab saat ia melihat gestur kemesraan yang nampak dari kedua insan di dalam warung.



"Itu Adrian sama Tiara ya?" Tanya seorang perempuan paruh baya yang duduk di belakang kemudi.



Matanya beralih ke arah gadis di sebelahnya, yang sedang menatap ke arah warung.



"Dini, mau cari warung lain?" Tanya wanita paruh baya itu.



"Pulang aja Ma." Jawab Dini dengan mata sembab.



Ibu dan anak itu berlalu dari depan warung, melajukan mobil dengan perlahan meninggalkan pemandangan pahit untuk Dini. Ibunya, Bu Laila seakan mengerti dengan apa yang dirasakan putri kesayangannya. Menyetir dengan pelan menyusuri jalanan pusat kota Semarang dalam diam, Bu Laila sengaja memberikan Dini banyak waktu untuk meredakan gejolak hatinya. Kisah cinta remaja yang dulu pernah ia rasakan juga. Setelah hampir satu jam mereka mengelilingi kota Semarang,



"Ke taman Kethek aja yuk mah." Ajak Dini.



"Es campur durian dan tahu campur cocok nih." Sahur Bu Laila sambil tersenyum gembira menyambut ajakan putrinya.



Taman itu kecil untuk ukuran sebuah area yang disebut taman, ditengah-tengah terdapat sebuah pohon akasia yang berdaun lebat dan rindang. Para penjual makanan dan minuman memakai gerobak berderet memutar di luar taman, sedangkan meja dan kursi tertata rapi memehuni seluruh lokasi.



Bu Laila dan Dini duduk, dua mangkok es campur durian tersaji di depan mereka. Wajah Bu Laila yang bersemangat saat diajak berubah, semendung wajah Dini yang nampak tidak bersemangat. Sudah,hampir kosong mangkok es campur Bu Laila, mangkok di depan Dini masih terisi penuh. Daritadi remaja itu hanya mengaduk-aduk es campur dengan wajah lesu. Sesekali ia membasahi bibir dan tenggorokannya dengan sesendok minuman dari mangkok. Pandangannya kosong menatap es campur di depannya, beberapa kali matanya berkedip untuk menghapus air mata yang hampir saja jatuh. Gambaran kemesraan sahabatnya dengan pria dambaannya menggoreskan luka pada kalbunya.



"Apakah Dini salah Ma?" Dini bertanya tiba-tiba tanpa menatap mamanya.



"Salah apa sayang?" Bu Laila balik bertanya karena kaget.



"Mencintai pacar sahabat ku sendiri." Jawab Dini sambil memejamkan mata.



"Kamu dan Mama tidak jauh berbeda sayang." Bu Laila berkat sambil memegang jemari putrinya.



"Apa Mama juga mencintai mas Adrian?" Dini bertanya dengan wajah mengeras.



"Tidak sayang, bukan begitu maksud Mama."



"Adrian adalah sesosok lelaki yang akan mudah disukai dan disayangi oleh para wanita. Pembawaannya yang sopan, jenaka, dan sikapnya yang selalu menghargai wanita menjadikan para wanita akan terlena, kejujurannya pun semakin menjadi nilai tambah."



"Awal perkenalan mama dengannya membawa simpati yang tidak bisa dengan mudah dipadamkan. Setiap kali dia menunggu Tiara dan kalian belajar, dia hanya menjauh ke samping rumah lalu merokok. Beberapa kali mengobrol dengannya, mama merasa ada sebuah wibawa dalam dirinya, ada sebuah energi atau entah apa disebutnya, yang membuat dia terlihat jantan dan menarik."



"Sikapnya yang sopan, caranya berkomunikasi yang baik, bagaimana ia bisa menjadi pendengar yang baik, membuat mama terlena. Dan itulah yang membuat Mama menyerahkan tubuh untuk dipuaskannya. Dan ternyata ia justru lebih jantan, dewasa dan romantis saat bercinta. Dan kamu pun merasakan juga Dini, itu benar-benar seperti hipnotis, apa ya, melenakan, membutakan mata, menulikan telinga, mematikan logika. Kita menjadi terpesona karena segala perkataan dan perbuatannya membuat kita menjadi WANITA, kamu paham maksud mama?"



Dini menganguk pelan, membenarkan penjelasan mamanya. Ia merasakan hal yang sama persis seperti yang dikatakan mamanya.



"Mama tau sayang, akan sangat mudah bagi kamu untuk jatuh cinta kepada seorang Adrian. Mama pun hampir saja mencintai lelaki itu, tapi setelah kejadian kita bertiga itu, Mama menyadari kalau Adrian bukanlah seorang pria yang mudah mencintai kita walaupun kita sudah menyerahkan tubuh kita padanya. Mama memahami perasaan mu sayang, dan mama tidak akan mencegah itu. Bukan berarti mama jahat atau apa, tapi remaja seusiamu butuh pengalaman hidup, terutama tentang percintaan agar di masa depan kamu bisa berhati-hati dengan perasaan mu sendiri. Tidak ada yang salah dengan mencintai seseorang tapi waspadalah dengan perasaan mu sendiri sayang."



"Bermain cinta harus memakai perasaan, tapi itu tidak sama dengan mencintai seseorang. Ada nafsu dan perasaan yang ingin terpuaskan saat bermain cinta dengan Adrian, tapi mencintainya bukanlah pilihan yang tepat karena kita tau pasti cintanya hanya untuk siapa."



Senyuman penuh kasih kepada putrinya mengakhiri uraian panjang Bu Laila. Pandangan mata yang mulai bercahaya membuat ibu itu merasa berhasil meredakan gejolak hati anak semata wayangnya.



"Kenapa aku jadi sange ya Ma?" Dini bertanya pelan tanpa dosa.



Bu Laila terhenyak, tapi kemudian tersenyum cerah.



"Membahas dia emang selalu bikin sange, hehehe." Kekeh Bu Laila.



"Apa kita ajakin aja Ma?" Tanya Dini penuh semangat.



"Kamu tau rumahnya sayang?" Bu Laila balik bertanya.



"Tau lah." Jawab Dini dengan wajah bersemu-semu.



"Hmm.." Bu Laila tersenyum gembira.



Setelah membayar, keduanya bergegas menuju ke rumah Adrian seakan tidak sabar untuk kembali berpetualang cinta dengan remaja cungkring yang membuat nafsu mereka membuncah.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd