Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MAYA ISTRIKU (COVER)

Siapa pasangan ideal menurut (harapan) kalian?

  • Gio - Maya

  • Gio - Frieska

  • Bazam - Maya

  • Anto - Maya

  • Gio - Farin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAGIAN 31

FIRST TIME


POV GIO

Cigetih, Minggu, 4 Februari 2024….


Pukul 10, ada perasaan gelisah tak menentu di hari ini, aku yang sudah memiliki janji dengan Frieska, sedikit khawatir saat meminta izin untuk keluar, karena di rumah sedang ada ibu mertuaku dan juga Om Hartowo yang belum pulang.

Akhirnya aku meminta izin pada Maya, mudah-mudahan dia membantuku untuk berbicara pada ibu mertuaku.

“Mah, Papah mau ngeliat perkebunan cengkeh dulu, ya..” Aku mengarang sebuah alasan.

“Lama nggak?”

“Belom tau sih...”

“Oh gitu….”

“Tapi Papah nggak enak ninggalin Mama….”

“Nggak apa-apa… ntar aku yang bilang ke Mama… Tapi jangan sampe malem ya, Pah…”

“Iyaaa…”


Dan aku mendekati istriku ini, istri yang mengkhianatiku ini, istriku yang sedang sakit ini, lalu kami berdua berciuman. Aku memeluknya erat dan merasakan tubuhnya yang sexy ini. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, ternyata bukan hanya aku saja yang mencicipi tubuh Maya. Karena selain aku, kini sudah banyak pria yang sudah mencicipi tubuhnya selama ini.

“Eh besok kita ke psikolog ya.... mau kan?” Batinku penuh harap. Kulepas pelukan dan ciumanku, lalu aku tersenyum kepadanya.

“Iya Sayaang… jadi, dianter sama Papah, kan?”

“Iya lah...”
Kataku sambil mencubit pipinya.

“Oh iya...” Tiba-tiba wajah Maya berubah serius lalu memelukku lagi, “Papah kemaren ngapain?”

“Di Ciraos?”


Maya hanya membalas dengan anggukan kecil.

“Mamah udah tau kan jawabannya?”

“Jadi….. Papah yang….?”


Aku mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Aku pun langsung pergi. Sempat bersalaman dulu dengan Bu Farin dan Om Hartowo, untung saja Maya ikut membantuku meminta izin. Jadi semuanya lancar.


÷÷÷÷÷÷​



Akhirnya aku sampai di sebuah halte dimana Frieska sudah menungguku disana. Kulihat langit lagi-lagi gelap. Kurasa wajar karena sekarang lagi musim hujan. Kulihat Frieska berlari pelan lalu masuk ke mobilku dengan ceria.

Dan.... Aku sedikit terpesona melihatnya, meskipun hari ini dia tampak seperti anak kecil yang imut dan polos. Rambutnya diikat dan memakai baju pink.

“Ayo….” Ujarnya begitu dia sudah duduk dan mobil ini belum juga berangkat.

Aku masih asyik melihatnya. Sampai akhirnya aku kaget karena dia tiba-tiba menciumku dan berucap, “Ngapain sih liatin aku teruuus?”

“Cantik….”


Dia tertawa saat aku memberikan alasanku tersebut.

“Kemana nih kita?” Tanyanya.

“Nggak tau, kamu maunya kemana?”

“Ke Pantai, yuk..”

“Pantai?”

“Iya… deket kok dari sini..”

“Kakak takut laut..”

“Hah? Masa? Emang kenapa?”

“Takut Tsunami…”

“Hihihi… siapa juga yang nggak takut tsunami…”
Jawab Frieska tertawa seolah mengejekku.

“Selain laut emang ada apa aja di sana?”

“Mmm.. apa ya?... tempat makan ikan bakar, atau paling villa-villa gitu sih..”

“VILLA?!”

“HEH! KENAPA?”

“AYOOO!!!”
Ucapku semangat mendengar kata itu.

“Ih Papa Gioooo…. Pelan-pelan bawa mobilnya!!!” Ucap Frieska mencubit lenganku karena aku tak sadar menginjak pedal gas begitu bersemangat.


÷÷÷÷÷÷​



POV MAYA


Aku sempat bertanya-tanya, namun aku tak berani menanyakan pada suamiku. Bagaimana suamiku tahu saat dulu aku sedang bersama dengan Bogo… di tengah hutan, yang jauh dari pemukiman?

Lalu peristiwa kebakaran di Ciraos kemarin… bagaimana suamiku tahu hingga dia membakar pabrik itu yang kemungkinan besar dibakar bersama ketiga lelaki yang menyetubuhiku?

Apakah selama ini suamiku tahu? Apakah selama ini suamiku melihat aku berhubungan badan dengan lelaki lain? Tapi mengapa dia tak marah kepadaku? Dia hanya marah pada lelaki-lelaki itu… yang padahal kesalahan tidak hanya ada di mereka saja, tapi aku pun bersalah… mengapa suamiku sebaik itu kepadaku?

Bodohnya aku!!! Yang menyia-nyiakan suami sebaik, setampan, dan penuh tanggung jawab seperti dia!!!! Pokoknya aku harus sembuh… tapi bagaimana caranya? Apakah dengan berkonsultasi pada Psikolog semuanya bisa teratasi? Kenapa aku merasa tak yakin, ya?

Tadi, setelah suamiku pergi, Kang Bazam mengirimkan pesan kepadaku dan mengatakan ‘kangen’. Aku tahu maksud ‘kangen’nya itu… bukanlah kerinduan seperti pasangan kekasih pada umumnya, tapi jauh dari itu. Dan tentu saja aku hiraukan, karena aku merasa kesal dengan dirinya yang tak memberikan perlindungan apa-apa, malah suamiku yang justru melindungiku!!!

Namun karena saking kesalnya, aku katakan saja agar dia tak perlu menemuiku lagi, aku katakan mau sembuh dan besok aku sudah mulai berobat ke Psikolog dengan suamiku. Eh, dia malah marah… bilang aku tak cinta dia…. Bodo amat!!!

Kang Bazam lalu bilang, nanti pulang dari Jakarta ingin bertemu denganku, lagi-lagi aku tolak, meskipun saat aku membaca pesan itu, ada getaran dan kedutan dari balik celana dalamku!!! Astaga, Maya!!!


÷÷÷÷÷÷​



POV GIO


Setelah sampai di ujung selatan Pulau Jawa, kami menikmati indahnya laut pantai selatan yang terbentang luas di sepanjang jalan. Kami sempat berhenti dan berjalan ke arah pantai, menyapa ombak yang mengguyur kaki. Tapi karena kami datang tepat tengah hari, dan cuaca disini begitu cerah, sehingga aku merasa kepanasan.

“Udah yuk… mending kita istirahat aja..” Ucapku sambil menggamit lengan Frieska.

“Istirahat kemana?” Dia balik bertanya sambil tersenyum.

“Cari Villa!”

“Ih, ngapain?”

“Istirahat aja, hehehe….”
Jawabku malu-malu.

“Kan bisa disitu!” Frieska menunjuk sebuah warung kelapa muda di tepi pantai.

“Nggak enak diliat orang, ah…”

“Iiih… emang kalo nggak ada orang mau ngapain?!?!”

“Nggg… terapi!!”

“Modus!!”
Frieska mencubit lenganku.

“Yaudah deh… nggak… nggak akan ngapa-ngapain… ngobrol aja..” Ucapku pasrah dan kecewa.

“Hihhihi… ya udah ayok…. Tapi ngobrolnya sambil telanjang ya..”

“HUSS!!!”
Responku kaget, walau tentu saja aku senang, namun tetap saja tak menyangka Frieska akan mengucapkan hal sevulgar itu.

Dan akhirnya kami cukup lama mencari villa yang cocok untukku, aku memang mencari villa yang benar-benar nyaman, tak peduli seberapa mahalnya tarif sewanya… yang pasti harus berkesan, karena ini ibaratnya sebuah malam pertama meskipun dilakukan di siang hari. EMANGNYA MAU NGAPAIN GIOOOO?!?!?!

“Papa Gio…” Katanya saat kami melangkah menuju sebuah villa yang telah kami pesan.

“Apa, Sayang?”

“Kok yang mahal banget sih… kita nggak sampe nginep kan?”

“Iyaaa… takut amat diajak nginep…”

“Bukan gitu, tapi ngapain yang mahal-mahal? kan sayang uangnya!”

“Nggak apa-apa….”
Ucapku sambil membuka pintu villa.

Begitu masuk, aku tak kecewa dengan harganya, meskipun bentuknya hanya kamar, tapi bisa dibilang setara dengan kamar hotel bintang 5, apalagi view yang menghadap ke lautan lepas dari teras kamar ini, sangat indah!!!

“Ya ampun…. Bagus banget.”
Ujar Frieska melongo takjub.

“Nyesel nggak? Masih sayang sama uangnya?”
Sindirku.

Frieska tak menjawab, dia memeluk dan mengajakku berciuman, meskipun bibir kenyal ini pernah kukecup, namun kali ini rasanya beda… terasa jauh lebih nikmat.

Saat melepaskan ciuman, aku berucap, “Sayang, kamu gampang jatuh cinta, ya?”

“Kayaknya sih gitu...”
Dia menahan tawanya, namun dengan cepat dia melanjutkan, “Eh tapi nggak juga kayaknya, Cuma sama Ayang yang cepet…. Sama mantan suami aku sih… nggak tau deh!!!” Ucapnya seperti kesal.

“Ya udah, Nggak usah diinget-inget. Sekarang kan Ayang udah punya aku….”
Ucapku yang merasa geli sendiri karena tak biasa mengucapkan hal-hal yang terlalu romantis.

“Makasih ya, Sayang…. aku mau buktiin ucapanku kemaren malem.”

“Hah yang mana?”


Dia memelukku lagi dan berkata, “Oooh… yaudah kalo Ayang udah lupa… nggak apa-apa deh… nanti aja lagi berarti…”

“Eh.. eh.. eh... tunggu… yang itu kan?”
Ucapku tak mau kehilangan momen meskipun ragu untuk mengatakannya.

“Mmm… ’yang Itu’ apa?”

“Mmmm… tidur sama aku.. hehehe….”
ucapku sambil melihat tubuhnya.

“Lalu?” dia tersenyum.

Aku menatapnya dan berucap, “Kamu nggak kepaksa kan, Sayang?”

Frieska terdiam, dia lalu menunduk dan tersenyum tipis. Tak lama kemudian Frieska mengangkat kepalanya, dia memegang wajahku dan berucap, “Selama Ayang mau penuhin janji Ayang buat nikahin aku.... aku udah siap…..”

Aku tidak menjawabnya dan mengajak dia untuk duduk di tempat tidur. Frieska mengerti, dan kini kami duduk di atas tempat tidur yang empuk.

“Ayang mau nikah hari ini? Disini ada yang bisa nikahin nggak?” Ucapku serius dan sudah nekat untuk melakukan pernikahan ini.

“Hahaha… buru-buru amat!!!”
Frieska malah tertawa.

Kutarik tangan kirinya sehingga dia kaget dan ketarik ke belakang. Alhasil dia pun berbaring di atas kasur. Dan dengan sigap aku mengunci tubuh Frieska dengan cara menindihnya.

“Kan Ayang yang selalu nanyain nikah… diajak nikah sekarang malah ketawa…” Ucapku kesal.

“Papa Gio....” Matanya membulat.

“Mama Frieska....” Balasku dan membalas tatapannya.

Frieska menutup matanya dan tertawa ringan, tangannya kemudian melingkar di leherku dan ia membuka matanya.

“Apa Ayang udah yakin sama aku?” Tanya Frieska.

“Yakin banget!” Jawabku pasti.

“Mmm…. Coba bilang sekali lagi.”

“Yakin, Sayaaang! Yakin! Yakin! Yakin! Aku sayang banget sama kamu… aku mau bahagiain kamu sama Dimas!”
Ucapku.

Frieska akhirnya mencium diriku. Dan aku kembali merasakan bibir lembut ini lagi, bibir Frieska benar-benar lembut disaat dia membalas ciumanku. Aku melepaskan ciuamnku sejenak dan memandangnya, begitu juga dengan dirinya. Kucium lagi bibirnya sekali, lalu ke pipinya dan merambat ke lehernya.

“Nnnnhhhhh...” Frieska mulai mendesah saat lidahku menjilat lehernya dalam gigitan mulutku pada lehernya.

Tangannya tidak lagi melingkar di leherku dan aku merasakan tangannya mencoba membuka ikat pinggang celanaku. Tapi dari posisi ini tentu saja sulit, maka aku mulai menghentikan ciumananku dan menegakkan punggungku. Kubuka ikat pinggangku dan membuka pengaitnya. Frieska lalu membuka baju kaos pinknya sehingga dia sekarang hanya memakai BH.

Saat Frieska mau membuka pengait celananya sendiri, aku mencegahnya dengan menubruknya pelan. Kami kembali berciuman dan tangannya sekarang mau membuka kaos yang kupakai. Kubantu dia sedikit agar dia mudah melepaskan kaosku, setelah aku bertelanjang dada, aku menubruknya lagi untuk mencium bibirnya. Puas melumat mulutnya maka aku pindah ke dagunya untuk kucium, lalu berpindah ke bawah lagi tepat di bawah lehernya, terus-terus sampai ke bawah dan dia tertawa geli saat aku mencium area pusarnya.

Dan inilah akhirnya, aku membuka pengait celana panjangnya, kuturunkan resletingnya, dan dengan perlahan menarik celana itu ke bawah. Dan saat celana itu terlepas, maka tertampanglah tubuh Frieska yang benar-benar seksi dan menggiurkan meski dia hanya memakai BH dan celana dalam.

Frieska tersenyum dan beranjak sejenak.

“Ayang mau kemana?” Tanyaku.

Tapi dia tidak mendengarkanku, aku didorongnya sehingga aku terbaring diatas kasur. Dia lalu merangkak mendekat dan mencium bibirku sejenak. Setelah ciuman itu terlepas dia tersenyum dan merangkak mundur. Sekarang giliran Frieska yang membuka celana panjangku sehingga aku hanya memakai celana dalam.

Frieska merangkak lagi ke arahku. Aku tersenyum dan menyambut ciumannya. Dalam ciuman itu aku mengambil kesempatan untuk meraba tubuhnya, dan punggungnya sangat lembut saat kuraba, begitu juga pantatnya.

Frieska kemudian melorotkan BH-nya ke bawah dan akhirnya aku melihat payudaranya di hari ini. Payudara indah yang sama indahnya dengan milik Maya, tapi Frieska unggul 1 poin. Karena dari dekat seperti ini, payudara bulatnya sedikit lebih besar ternyata, apalagi dari payudaranya masih keluar air susu. Dia lalu mendekat dan mengarahkan payudaranya ke wajahku. Tentu saja langsung kulumat putingnya!

“Aaaaaahhhhh!!” Frieska mendesis saat mulutku mengulum payudaranya ini.

Putingnya yang ada didalam kulumanku ini tentu saja terus kumainkan. Kujilat-jilat dulu areanya, menggigit pelan putingnya, dan kugelitiki ujung putingnya dengan ujung lidahku dalam gigitanku.

“Nnnnhhhgggg Papa…. Gioooo...” Lenguhnya manja.

Kuhentikan sejenak proses ini, aku lalu mencoba duduk sehingga Frieska duduk di pangkuanku. Setelah itu kulanjutkan proses penyedotan putingnya yang sempat tertunda. Frieska mendesah hebat saat aku melakukannya, tangannya sampai memeluk kepalaku. Aku tahu karena rata-rata puting adalah area sensitif bagi wanita.

“Papa Giooo!” Pelukannya di kepalaku semakin erat, “Pelan-pelan....”

Mungkin dia kelabakan dengan permainan lidahku di kedua putingnya ini. Puas aku menyusu di payudaranya, maka aku kembali berciuman dengannya. Didalam ciuman ini lidahku berusaha menyeruak bagian dalam bibirnya. Frieska pasti menyadari lidahku yang bermain di dalam mulutnya itu, dan tak butuh lama lidah Frieska juga menyusul ke depan sehingga lidah kami berdua bertemu.

“Mmmmhhhhhh, mmmhhhh!” Suara kami begitu konstan saat melakukan french kiss ini.

Di dalam ciuman ini perlahan-lahan aku memajukan tubuhku agar dia berbaring lagi, dan disaat dia berbaring kami terus berciuman, tanganku mulai gemas dan meremas-remas payudaranya yang besar dan kenyal ini. Penisku sudah sangat tegang di dalam celana dalamku, aku yakin Frieska juga sadar karena penisku ini menempel di pahanya. Kulepas ciumanku dan memelintir pelan puting kanannya.

Dia tersenyum dan aku menciumnya lagi sebentar. Setelah itu aku meminta menarik BH Frieska kebawah, terus sampai bagian pinggulnya, kuputar sejenak arah nya dan kulepas pengait BH nya. Kutarik dan kulempar BH nya itu ke bawah kasur. Dan sekarang pertahanan terakhir wanita ini. Aku agak turun ke bawah dan mulai melepaskan celana dalamnya. Frieska menaikkan pantatnya agar mudah bagiku melepaskannya, celana dalam itu terus kutarik ke bawah dan kulempar sembarangan saat sudah terlepas. Dan sekarang tertampanglah vagina miliknya yang tak memiliki bulu sehelaipun.

“Jangan diliat!!!” Ucapnya malu.

Aku menuruti saja dan mendekat ke arahnya, dia tersenyum menyambutku dan terjadilah ciuman untuk kesekian kalinya. Ciuman terlepas dengan gigiku yang menarik pelan bibir bagian bawahnya sampai kulepaskan. Aku lalu berpindah ke samping kirinya dan berbicara sambil meremas payudaranya.

“Istri aku cantik banget.....”

Frieska kulihat sedikit tersipu dan menahan tawanya melihatku. Sepertinya dia juga ingin mengatakan sesuatu.

“Papa Gio....”

“Apa…?”

“Aku sayang banget…”

“Hm...”
aku tersenyum, “Aku juga.”

“Aku suka ciuman Ayang… enak hihihihi...”
ucapnya yang membuatku merasa tersanjung karena baru dia yang memuji ciumanku, Maya pun tak pernah.

“Mau lagi?” Ucapku lalu mendekat ke arahnya.

Kami kembali berciuman. Tangan kiriku yang sedari tadi meremas payudaranya mulai turun ke bawah, menuju vagina, dan tentu saja yang lebih kutuju adalah area klirotisnya.

“Nnnghhhh!!!” Frieska tercekat dalam ciuman ini saat aku melakukannya.

Area pinggang sampai ke bawah tubuhnya ini menggeliat bukan main saat aku memainkan klirotisnya. Aku melepaskan ciumannya dan dia terengah.

“Sayaaaang, Sayangggg...” Panggilnya untukku dengan nafas tersengal.

“Enak?”

“Nnnngghhhhhh!!!”
Matanya terpejam erat dan kepalanya menukik saat kumainkan terus klirotisnya.

Kepalaku lalu berpindah ke bawah dan kuhisap lagi payudaranya. Tak cukup satu payudara sebelah kiri, payudara kanannya juga kulahap sampai-sampai Frieska menggelinjang menerima semua rangsanganku.

“Aaaaahahhhhhhh Sayaaaaaaaaaaaannnggg!!!” Erangnya.

Tangannya itu memegang kepalaku dan meremasnya, sepertinya dia benar-benar menikmatinya. Aku juga ingin menikmatinya lebih lama, untuk itu aku mengigit bagian dadanya yang aku tak peduli jika nanti akan membekas. Seolah gigitan itu adalah cap yang mengatakan ‘INI MILIKKU!’ Frieska terus meliuk-liukkan bagian pinggulnya yang membuat tanganku semakin ganas memainkan klirotisnya.

“Saaayyyyyyyyaaaaaannnggg!!!” Dia kembali mengerang nikmat.

Lalu tanganku dijepit oleh kedua pahanya, aku rasa dia sudah tak kuat lagi. Maka kuhentikan aktivitas untuk tubuh bagian atasnya dan fokus sama vaginanya.

“SAYAAAAAAAAAAAANNNGGG!!!” Frieska berteriak histeris.

Dan aku semakin cepat memainkan klirotisnya. Pantatnya itu bergerak kesana kemari, sampai akhirnya pahanya melebar begitu juga pantatnya yang naik. Dan muncratlah air bening dari vaginanya.

“Aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!” Air orgasme yang dikeluarkan Frieska begitu deras mengalir sampai-sampai membasahi kasur dan juga lantai di bawah tempat tidur.

Pantatnya turun ke bawah dan dadanya naik turun yang mengakibatkan nafasnya tidak beraturan. Kulap tanganku yang basah ke bagian perutnya dan kembali mendekatinya. Setelah mendekat maka kukecup-kecup wajah cantiknya. Dari kening, pipi dan terus mengecup pipinya. Tidak di mulut karena mulutnya itu masih terengah-engah. Dengan lemah dia menoleh dan tersenyum kepadaku.

“Ayang nakal....” Ucapnya.

“Hahaha...” Aku tertawa, “Ayang yang nakal… basahin kamar orang…”

Dia terus tersenyum dan menutup matanya, sekarang kucium lagi bibirnya dan dia menyambutnya dengan senang hati. Kubiarkan dia beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaganya kembali tanpa memberinya rangsangan. Cukup lama berciuman lalu dia melepaskannya.

“Sini...” Katanya.

“Ini udah disini.”

“Maksudku...”
Frieska meraba penisku yang masih tertutup celana dalam, “Ini….”

“Oh...”
Aku tertawa. Aku berdiri sejenak dengan Frieska yang masih berbaring di bawah. Kuturunkan celana dalamku dan keluarlah penisku yang menegang dengan gagahnya.

“Sini...” Frieska tersenyum.

Aku lalu duduk di dekat kepalanya dan dia tidur menyamping untuk melihat penisku, dan dia tampak sedikit takjub. Dia terus tersenyum memandang penisku seolah penisku ini enak dilihat baginya.

“Mau terapi ya?” Tanyaku sedikit menggoda.

Dia menahan tawanya, “Nggak usah terapi lagi, buat aku udah lebih dari cukup….”

“Katanya mau dibikin kuat sejam?”

“Hihihi…. Terlalu lama juga malah bikin jadi nggak enak...”


Dan akhirnya Frieska memegang penisku, jemarinya yang lembut itu mengocok pelan penisku memunculkan rasa nikmat juga mendera bagian tubuhku.

“Emang enak ya?” Tanyanya saat melihat ekspresiku barusan.

“Yaa!!” Kataku dengan nada nikmat.

“Ayang pengen diapain lagi sekarang?”

“Dimasukin…. Hahaha...”

“Iyaa… sebelum dimasukin maksudnya….”

“Hahaha, coba jilat lubang kencingnya..”
Ucapku bercanda.

Tapi Frieska benar-benar melakukannya, dia julurkan lidahnya dan memainkan ujung lidahnya di lubang kencing penisku!”

“Ouo-uoooo!!” Aku terpekik nikmat.

“Kenapa, Sayang?” Dia tampak cemas, “Sakit?”

Aku menggelengkan kepala dengan punggung meringkuk dan mengacungkan jempol tangan.

“Nik…..mat....” Kataku dengan susah payah.

“Kirain kenapa… ngagetin aja!” Frieska cemberut.

Aku menatapnya dan dia menatapku. Dia tersenyum lagi dan mengecup kepala penisku sambil mengelus penisku.

“Tau nggak? Aku nggak pernah ngelakukan ini sama laki-laki lain lho, bahkan sama suamiku dulu…..”

“Hah? Masa?”


Dia mengangguk dan tak bosannya tersenyum, “Aku sayang Papa Gio...”

Astaga, apakah semua perempuan sama? Maya juga dulu tak pernah mau menghisap atau memainkan penisku dengan mulutnya, tapi ke lelaki yang bukan suaminya, mau! Baru kemarin-kemarin saja dia mau melakukannya untukku, ketika nafsunya sudah tak bisa dikendalikan.

“Ayang mau kulumin kantong zakar….?” Tanyaku ragu-ragu.

Dan benar, dia mengangkat penisku dan melahap kantong biji penis ini dengan mulutnya, bahkan lidahnya bermain di dalamnya.

“OOOOHHH!!!” Kepalaku mendongkak ke atas saking nikmatnya.

Gila! Benar-benar nikmat! Aku mau mencoba yang lain!

“Jilatin batangnya….”

Frieska langsung melakukannya, dia keluarkan lidahnya lebih panjang dan menjilat batang penisku dari kantong penis sampai kepala penisnya.

“AAAARGGGHHHH!!” Batinku berteriak nikmat, sambil memegang kepalaku sendiri dengan remasan kuat. Gila! Gila! Gila! Benar-benar nikmat! Mau lagi! Aku mau lagi!

Dengan segera kuperintah Frieska untuk melakukannya.

“Kulum, Sayang! Maenin juga buah zakarnya…”

Frieska melakukannya setelah puas membasahi seluruh penisku dengan air liurnya, bahkan bagian buluku saja dibasahinya dengan air liur! Lalu dia membuka mulutnya, setelah itu perlahan-lahan memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan HAP! Penisku di telan dalan mulut itu dan tangan satunya memainkan buah zakarku.

GILA!!! INI BENAR-BENAR NIKMAT!! AKU PERNAH BEBERAPA KALI MENDAPATKAN BLOWJOB DARI FRIESKA, TAPI TAK PERNAH SENIKMAT INI!!! SEPERTINYA HARI INI DIA BENAR-BENAR MEMAKAI PERASAAN!!!

“Mmmhhhh mmmmhhh!” Suara Frieska juga begitu sexy saat mengulum penisku ini.

“Uugghh!!” Batinku.

Aku benar-benar takluk dengan blow job yang Frieska berikan dan kulihat dia juga agak kesusahan melakukannya. Biar sama-sama enak, aku lalu duduk di dekatnya dan membaringkan kepalanya di pahaku, dan barulah dia bisa leluasa mengulum penisku ini. Kulihat ke bawah dan melihat kepala Frieska begitu berirama saat mengulum penisku ini. Aku lalu membelai rambutnya, agar dia juga mendapatkan kenyamanan dari perlakuanku. Lama kelamaan lidahnya mulai aktif di dalam. Gila! Enak banget! Apalagi bibirnya juga lembut, astaga! Double enaknya!!

Tiba-tiba aku merasa mau ‘keluar’ namun aku tak mau muncrat dulu. Maka aku meminta Frieska berhenti. Frieska menurut, dia keluarkan penisku itu dari mulutnya dan kaget melihatku terengah-engah.

“Papa kenapa? Kok keringetan gitu.”

“Nhhiik...mhaaat...”
Kataku dengan suara serak. Suaraku saja sampai serak saking nikmatnya tadi!

“Iihhh…” dia tertawa, “Ada-ada aja deh….”

“Bentar dulu ya...”
Suaraku berangsur pulih, “Hampir keluar tadi….”

“Hmm, padahal keluarin aja….”
Dia tersenyum manis dan merentangkan tangannya padaku. Aku pun menyambutnya uluran itu dan memeluknya, dan dia pun memelukku.

Kami berciuman lagi dengan suara hujan yang tanpa kusadari telah turun di luar. Dalam pelukan ini penisku sudah beberapa kali bergesekan dengan area kelaminnya. Aku tahu Frieska juga merasakannya, dia lalu menatapku dalam dan berucap, “Pelan-pelan ya, sayang....”

Aku tersenyum dan menciumnya lagi. Dan inilah saatnya yang kunanti-nantikan! Akhirnya penisku akan menerobos kemaluannya!

“Siap?”

“Aku sayang Papa Gio....”
Ucapnya itu lagi, buset dah, beneran enak didengar dan lembut suaranya.

Oke, itu akan menjadi mantra buatku. Dan perkataannya tadi kuanggap ‘Iya, siap!’. Aku lalu berpindah ke area kakinya dan dengan perlahan aku membuka lebar kakinya untuk mengangkang. Aku mengelus penisku ini.

Frieska mulai mengatur nafas untuk hal ini. Tangannya sudah siap sedia memegang bantal yang ia tiduri dan menutup matanya. Dan aku bersiap melakukan tugasku. Kupegang penis ini, mengocoknya sejenak, dan perlahan kuarahkan. Raut wajah Frieska berubah sewaktu kepala penisku menyentuh dinding vaginanya.

Aku tak mau terburu-buru. Aku mendekatinya lagi dan berada tepat didepan wajahnya.

“Mama Frieska...”

Frieska membuka matanya dan mengulum bibirnya.

Aku tersenyum dan mengatakan, “Kamu beneran mau ngasih ini sama aku?”

“Iya...”
Jawabnya dan berkata, “Beneran….”

“Yakin?”

“Banget...”


Aku tersenyum dan terus mengelus kepalanya. Dia tertawa dan memintaku menciumnya sejenak. Kulepas ciumanku dan berkata. “Siap, cantik?”

Dia mencubit hidungku, “Ayo, suami aku!”

Aku mengarahkan penisku ke vaginanya lagi dan kali ini dia benar-benar sudah tampak siap.

“Nnnghh!!” Frieska mulai meringis.

Aku lalu berhenti. Lalu kulanjutkan untuk penetrasi yang sempurna! Ada beberapa kali dia meringis sehingga aku berhenti. Meringis. Berhenti. Meringis. Berhenti. Akhirnya vaginanya mulai terbiasa dan aku mencoba memasukkannya lebih dalam.

“NNNGHHHHHHH!!!” Rintihnya keras dan lehernya mendongkak ke atas.

Frieska terengah-engah. Dengan penis yang sudah memasuki vaginanya maka aku maju perlahan untuk memeluknya. Dia langsung membalas pelukanku dan masih terengah-engah. Cukup lama kubiarkan sampai akhirnya dia bisa mengatur nafasnya. Dia menatapku, tersenyum.

“Sayang....” Panggilnya.

Lagi-lagi kami berciuman. Kubiarkan dulu vagina terbiasa dengan penisku itu. Dirasa sudah siap maka aku akan mulai menggenjot vaginanya, hanya saja dia memanggilku.

“Papa Gio.....”

“Hm?”


Aku terdiam walau aku masih tersenyum, begitu juga Frieska yang mengulangi kalimat yang sama.

“Cinta banget aku sama Papa Gio....” Wajah sendu bahagianya itu terus terarah kepadaku.

Aku tak membalas ucapannya, aku hanya menciumnya. Dan di dalam ciuman ini akhirnya aku mulai menggenjot vaginanya secara pelan. Rasa vaginanya sangat sempit sekali, oooh, nikmat… ini seperti perawan, padahal dia sudah pernah bersuami, bahkan pernah melahirkan tapi ini lebih sempit dari lubang anus Maya sekalipun!!!

“Nnggghh...” Dia mulai meringis disaat kami berciuman.

Kulepas ciumanku dan berkata, “Sayang, kok masih sempit gini?”

“Nnggghh... udah lama...”

“Terakhir kapan?”
Aku tertawa.

“Pas bikin Dimas...” Dia juga tertawa.

Kami berdua tertawa dan aku menarik mundur badanku. Kami berdua saling mengaitkan jari-jari tangan kami dan aku siap menggenjotnya lagi.

“Pelan-pelan ya....” Pintanya dengan senyum.

“Nggak tau ya, kalau udah enak nanti...” Aku kembali tertawa.

Dan kulakukan juga. Memang aku melakukannya pelan-pelan terlebih dahulu agar vaginanya itu mulai terbiasa, tapi yang namanya proses tentu saja tinggal menunggu waktu. Karena lama kelamaan aku menggenjotnya semakin cepat.

“AAAAHHHHHH NNGNNNHHH!!!” Frieska mendesah hebat saat penisku semakin cepat menyodoknya.

Aku lalu meremas-remas payudaranya dan menghisap putingnya.

“AAAAAAHHH!!! SAYAAAAAAAANGGG!!” Desahnya lagi begitu kuat.

Dan inilah yang terjadi. Di hujan yang turun semakin lebat, kami melakukan kegiatan yang mampu menghasilkan panas alami dari dalam tubuh kami. Ini juga untuk pertama kalinya bagiku berhubungan seks dengan wanita lain selain istriku.

FRIESKA! KAU TELAH MEMECAHKAN KEPERAWANAN KESETIAANKU!!

Wanita ini akhirnya bisa beradaptasi dan mampu mengimbangi permainan ini. Dan payudaranya begitu dahsyat bergoyang saat kugenjot vaginanya. Karena itu aku terus memegang dadanya untuk meredam getararan pada payudaranya itu yang agak sedikit lebih besar dari punya Maya. Aku memintanya untuk mengubah posisi dan ia mengiyakan. Aku lalu memintanya menungging dan....

“Oouuuhhhh sssshhhhh!!” Desisnya.

Aku tidak langsung menggenjotnya begitu saja, tapi kuturunkan pantatnya agar dia tengkurap secara sempurna. Dengan pelan aku menimpa punggungnya dan mencium pundaknya itu sampai tengkuk lehernya. Semua kulakukan dengan pelan dan lembut. Beneran, aku mencium pundak dan lehernya begitu pelan, tak seirama dengan penisku yang bergerak cepat.

“Aaaahhhh ooohhhh aaaaaaaaaaaahhh ahhhhhhhh!!!” Frieska saja sampai mendesah hebat seperti ini saat kugenjot dengan sekuat tenaga dari posisi ini.

Cukup lama aku menggenjotnya sampai-sampai aku sudah tak tahan lagi ingin keluar, dan kurasa Frieska juga begitu karena dia sudah mulai meracau.

“Sayaaang! Sayaaaaaangg!! Sayaaaaannng!!!!!!!”

Dan aku merasakan ada air yang menembus di sela vaginanya yang kusodok ini.

“AAAAAAHHHHHHH!!!” Frieska begitu erat meremas seprainya.

Frieska akhirnya orgasme, begitu juga aku yang sudah hampir sampai. Kupercepat genjotanku dan pasukan-pasukan sperma sepertinya sudah mulai memberontak! Dengan segera aku mengeluarkan penisku dan menembakkan lahar putih hangat ini di pantat putih mulus milik Frieska, begitu banyak sampai-sampai air maniku itu nyungsep ke dalam belahan pantatnya.

Aku terkulai duduk dan mau mengambil nafas terlebih dahulu. Begitu juga Frieska yang terengah-engah di posisinya yang tengkurap. Luar biasa! Meski dengan gaya seks yang normal, tapi rasanya begitu nikmat.

Aku lalu melihat pantat Frieska yang basah karena spermaku yang tercampur dengan air orgasmenya. Karena Frieska sudah memberikan kenikmatan ini, maka aku berinisiatif mencari sesuatu untukn mengelapnya. Kulihat ada handuk hotel putih, aku turun mengambil benda itu dan kembali ke kasur. Kubersihkan pantat Frieska dengan handuk ini, dia membangkitkan diri walau setengah, menoleh ke belakang, dan tersenyum kepadaku.

“Hai Mama cantik...” Kataku saat masih fokus membersihkan pantatnya.

“Hai Papa ganteng, enak banget Pah…. Papa hebat…” Dia tersenyum dengan mata sayu dan mulai duduk saat aku selesai membersihkan spermaku.

Lalu Frieska membersihkan sendiri area vaginanya. Aku berbaring disamping untuk melepas lelah. Frieska yang masih asyik membersihkan vaginanya lalu menoleh ke arahku, “Nanti mandi bareng ya?” Ucapnya meminta sambil tersenyum.

“Iya, Sayang...”

“Hihi...”
Dia kembali menoleh ke depan untuk mengelap vaginanya.

Aku lalu duduk sejenak, memeluknya ke belakang dan langsung menariknya agar dia berbaring di atasku. Awalnya dia terkejut, tapi dia menerima perlakuanku ini.

Dia mengangkat tanganku untuk memeluk perutnya. Tapi setelah itu kuangkat tanganku untuk menyentuh payudaranya. Kenyal sekali soalnya, fleksibel untuk diremas. Tapi dia terlihat biasa saja, karena dia tak protes maka terus kulakukan.

“Habis mandi, ngapain lagi?” Pintanya.

“Kenapa emangnya?” Sambil kucium-cium pundaknya.

“Bobo dulu yuk....” Pintanya dengan suara manja.

“Ya, terserah Mama. Tapi bangunin kalo Papa tidurnya bablas.”

“Iya-iya….”


Kami berdua lalu berciuman sebelum mandi bersama dengan kucuran air hangat. Tentu saja dalam keadaan ini bisa dibilang tenaga kami sudah bugar lagi. Tentu saja acara ini tidak hanya acara mandi semata, tapi…….

“Aaaahhhh ahhhhhhh, nnnggghhh, pelaaaann-pelaaan iiiihhh...” Erangnya di kamar mandi ini bersahut-sahutan dengan suara lenguhanku.​



÷÷÷÷÷÷​
 
bazam ketemu maya, menceritakan waktu gio liat maya di perkosa marco tp malah pergi sama mpris

maya : pantesan aj dia ga marah sama aku, ternyata dia juga main gila
nggak hu... ane create karakter Gio dan Bazam itu bukan tipe lelaki bermulut bocor yg mau ngebeberin rahasia kompetitornya untuk saling menjatuhkan di depan Maya, entah karena sikap ksatria atau mereka mungkin sebetulnya masih menjaga sikap persaudaraan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd