Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 2 (racebannon)

Bimabet
Cerita selingkuhnya arya masih ada om? kalau masih jadi penasaran sama siapa ceweknya? bukan sama hanum lagi ya om?
 
woooo MDT season 2.:semangat: dah ane tunggu2 seperti nunggu GOT season 8.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Magnum opus! Semoga MDT 1-2 berubah dr has been RB's Magnum Opus menjadi had been RB's Magnum Opus karena bakal ada cerita baru abis MDT ini yg lebih keren. Ya kan? Hahaha *maksa*
 
Finally, i just wanna know how the twist gonna work
 
wah....
start nya d honeymoon....
nanti problem nya masih kaya yg dulu bukan hu ???
 
Akhirnya bisa baca lagee lanjutan MDT,, jd nostalgia ama tulisan bang Racebannon yg ciamikkkk,,, :Peace::mantap:... Keep on rolling dude :cendol:
 
MDT SEASON 2 – PART 1

------------------------------

Aku menggenggam CD yang diberikan kepadaku kemarin sambil menyesap kopi pagi itu. Kopi yang kuminum setelah sarapan itu terasa begitu menyegarkan, dan aku siap untuk kembali menjelajah Jogja bersama Kyoko.

“SPEED DEMON” tulisan besar-besar dengan style seperti logo band-band metal tahun 80an tertera di kertas yang tertempel di sampul CD tersebut. Sampul CD plastik, berwarna oranye, yang biasa dijual di tempat fotokopian. Di kertas print-print an tersebut ada daftar nama personil.

Billy (Aditya Setiawan) – vokal
Nanang (Muhammad Anang Tauhid) – gitar
Panji (Panji Prabowo) – bass
Ibam (Ibrahim Setyo) – drum.


Sebentar. Nama asli Aditya Setiawan, tapi panggilannya Billy? Ini serius panggilan atau nama panggung bikin-bikinan? Sementara aku hampir tertawa geli karena membayangkan tidak ada korelasi antara nama Billy dan Aditya Setiawan, aku lantas mengalihkan perhatianku pada daftar lagu.

Ada tiga lagu disana:

1. Jalan penuh darah – 4.30
2. Romance before dawn – 3.44
3. Berlari mengejar mimpi – 5.00


Judulnya agak membingungkan semuanya. Ada judul yang kesannya gahar, ada judul yang kesannya cinta-cintaan, dan ada judul yang rasanya lebih cocok untuk jadi salah satu lagu soundtracknya film Laskar Pelangi. Aku menggaruk-garuk kepalaku tanda penasaran.

“Kenapa Aya?” tanya Kyoko yang masih makan.
“Engga, aku pengen banget dengerin ini, tapi gak bawa laptop, dan jaman sekarang ga ada orang punya CD Player” jawabku.

“Nanti saja kalau sudah sampai Jakarta dengarnya…” lanjut Kyoko dengan manisnya.
“Penasaran tapi….” aku menunjuk dan mengetuk-ngetuk sampul CD plastik itu.
“Penasaran kenapa Aya? Sama lagunya mereka?”

“Iya, aku penasaran banget…. Kenapa ya…. Kok kayak… Amduradul konsepnya tapi curiga bakal bagus gitu lho” tawaku.
“E?”

“Amburadul”
“An… bu radul?” tanya Kyoko. Eh iya, itu mungkin pertama kalinya Kyoko mendengar kata amburadul.

“Ano…. Jadi, kayak agak aneh gitu lho, judul lagunya bikin penasaran dan kayak gak ada hubungan dari satu lagu ke lagu lain, tapi firasatku bilang sih lagunya bakal bagus…..” senyumku.

“Ah Hai… Tentu Aya, semalam mereka juga ano… Mainnya hebat sekali” puji Kyoko ke Speed Demon. Kenapa pula namanya Speed Demon ya? Rasanya terdengar seperti band-band dari era Black Sabbath atau semacamnya. Aku menebak, sepertinya sound mereka agak-agak berkiblat ke Heavy Metal tahun 80 an atau lagu-lagu Trash Metal di awal-awal perkembangannya. Gaya bermain gitarisnya sepertinya agak-agak Paul Gilbert atau entahlah, sementara sang Vokalis sepertinya mengidolakan entah Bon Jovi atau Axl Rose. Warna suaranya terdengar seperti anak haramnya Jon Bon Jovi dengan Axl Rose memang. Walau kadang di lagu-lagu yang lebih keras, dia berusaha membuat suaranya terkesan lebih gahar dengan menggunakan growl yang halus namun sebenarnya agak tak perlu.

Sial, penasaran begini, bagaimana caranya ya, mendengarkan lagu-lagu demo mereka? Apa aku harus beli CD Player? Jangan, mubazir, atau pinjam laptop ke hotel? Not a good idea actually.

“Ano, hari ini kita kemana Aya?” tanya Kyoko dengan manisnya. Ah, dia membuyarkan lamunanku soal Speed Demon.
“Ah…. Iya, aku sih rencananya pingin ngajak kamu ntar sore liat Sunset” senyumku.
“Doko?” senyumnya.

“Himitsu” jawabku. Rahasia maksudnya.
“Nande…. Bilang ke Kyoko” senyumnya. “Kyoko juga pasti tidak tahu dimana tempatnya”

“Liat entar aja, sekarang kita cari oleh-oleh dulu yuk buat orang Jakarta…..” aku tersenyum dan menggenggam tangannya.

“Hai, biar Kyoko habiskan ini dulu ya” senyumnya balik.

“Oke”

--------------------------------------------

55ed0c10.jpg

Kami baru saja kembali dari hunting oleh-oleh menggunakan motor sewaan. Tidak begitu banyak yang bisa kami beli, paling hanya makanan khas Jogjakarta, seperti Bakpia dan semacamnya. Oleh-oleh yang cukup netral sepertinya untuk keluargaku dan anak-anak Hantaman. Besok sore kami akan pulang ke Jakarta, setelah beberapa hari yang menyenangkan di Jogja.

Kyoko sedang di kamar mandi, entah sedang apa, mungkin sedikit bersih-bersih atau entah ngapain. Yang pasti kami sudah makan siang dan kini aku ingin sedikit menyimpan tenaga untuk perjalanan ke Pantai Pok Tunggal nanti. Aku belum pernah kesana, dan aku ingin itu semua menjadi kejutan untukku dan Kyoko. Mudah-mudahan indah seperti yang internet bilang.

Dan aku masih penasaran.

Musik seperti apa yang kira-kira ada berada dalam CD ini? Aku masih memutar otak, akan seperti apa lagu dari Speed Demon.

Ah! Aku ada ide mendadak. Ide yang brilian.

“Kyoko?” Aku mengetuk pintu kamar mandi, setelah bangkit dari tempat tidur.
“Hai!” jawabnya dari dalam kamar mandi.

“Aku ke resepsionis bentar ya”
“Okei Aya!” jawabnya.

Aku lantas bergegas mengambil handphoneku dan kabel data. Aku lalu dengan cepat berjalan ke lift, setelah keluar dari kamar dan mengunci pintu dari luar. Dengan ritme cepat aku berjalan ke pintu lift, menekan tombol turun dan menunggu. Tak lama kemudian pintu lift terbuka. Aku masuk, dan menekan tombol yang menuju ke lantai lobby. Setelah lift sampai di bawah, aku keluar dan berjalan ke arah resepsionis.

“Permisi” tegurku ke Mbak-mbak resepsionis yang sedang ada di front desk.
“Iya pak, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya.
“Ah gini, saya bisa pinjem komputer officenya sebentar gak? Saya harus mindahin data dari CD ini ke handphone” senyumku.

Sang resepsionis lalu melihat CD yang sedang berada di tanganku. Tak lama kemudian ia menjawab.

“Boleh pak, sebentar ya…. Silahkan lewat sini” sang resepsionis memanduku berjalan ke kantor hotel, yang berada di balik meja resepsionis. Aku mengikutinya berjalan ke dalam, dan didalamnya aku menemukan beberapa orang yang sedang fokus di depan komputer mereka. Entah accounting atau apalah.

“Mas” tegur sang resepsionis ke salah seorang yang terlihat tidak terlalu sibuk.
“Ya? Kenapa?” bingung sang karyawan, yang tampaknya agak terganggu dengan keberadaan kami disini.
“Anu, bapaknya mau pinjem komputer bentar, mau mindahin data dari CD ke handphone, boleh?” tanyanya, meminta izin kepada sang karyawan.

Sang karyawan menghela nafas panjang, sambil menekan keyboardnya. CTRL + S. Save.

“Boleh, silakan pak” ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.
“Maaf ya…. Sebentar kok….” senyumku balik, berusaha membuatnya nyaman. Dia lantas menyingkir dari kursinya dan bergeser, agar aku dapat dengan leluasa duduk di kursinya.

Aku lantas duduk dan menekan tombol untuk membuka CD Tray. Aku langsung memasukkan CD demo Speed Demon dengan cepat. Lalu dengan gerakan yang agak terburu-buru, aku membuka windows media player, dan menekan opsi untuk me-rip tiga buah lagu itu menjadi file. Nah, ini yang mesti ditunggu dengan sabar. Aku memperhatikan sang resepsionis, tampangnya tampak tidak enak kepada empunya komputer. Tapi mau bagaimana lagi? Sabar sebentar ya mas, ucapku dalam hati.

Ah, akhirnya, setelah beberapa menit yang sebentar lewat namun terasa begitu lama itu, ketiga file lagu itu langsung aku kopikan ke handphoneku yang tadi baru saja aku hubungkan dengan komputer.

Dan selesai. Aku langsung mencabut handphoneku, dan mengeluarkan CD dari tray.

“Sip, makasih ya pak” aku tersenyum begitu lebar ke sang karyawan, lantas kembali keluar mengikuti sang resepsionis.

“Mbak, sori banget, makasih banget ya, saya jadi gak enak….” aku berterimakasih sambil menunduk ke sang resepsionis, karena telah merepotkannya dan membuatnya jadi harus berhadapan dengan situasi yang agak tak enak tadi.
“Gapapa pak, sama-sama…. Seneng udah ngebantu” senyumnya.
“Sip mbak, nanti di tripadvisor saya kasih nilai paling tinggi deh reviewnya” candaku.
“Bisa aja hahaha….”
“Bisa lah, sip… Makasih ya” aku tersenyum kembali padanya, dan dengan tidak sabar kembali ke atas, kembali ke kamar. Aku ingin mendengarkannya bersama Kyoko.

Aku lantas membuka pintu kamar dan menemukan Kyoko sedang bersantai di kasur.

“Hai Aya? Dou yatte?” tanyanya, menanyakan bagaimana perjalananku ke resepsionis tadi.
“Ah Hai… Bisa, aku udah kopiin ke handphone..” senyumku.

“Yatta… Kikoemasho….” serunya senang. Aku lantas membuka tasku, mengambil speaker bluetooth, dan langsung mengkoneksikannya ke handphoneku. Aku melempar diriku ke kasur, ke sebelah Kyoko. Kyoko lantas bersandar ke badanku, sambil menunggu aku mulai memutar lagu-lagunya Speed Demon.

Baik, kita coba lagu pertama. “Jalan penuh darah”. Press Play.

Woh. Aku dan Kyoko mendadak kaget. Dentuman rock oktan tinggi, dengan riff gitar yang padat langsung terdengar. Sound rekamannya agak mendem, tapi tak apa, namanya juga hasil rekaman swadaya. Aku lebih fokus ke betapa padatnya riff gitar yang begitu garang.

Suara vokal mendadak masuk.

“Darah, jalan yang keras, kuhadapi…. Bahkan, kutantang balik, dengan semangatku!” Oke, liriknya masih agak generik, tentang pemberontakan. Jalan penuh darah nama lagunya. Di lagu ini, entah kenapa tone nya terdengar agak-agak mirip Black Sabbath atau Judas Priest. Menarik. Menarik mendengar di tahun segini ada band anak kuliahan yang mengejar sound seperti band metal jaman kuda.

“Bagus, Aya” bisik Kyoko.
“Iya, buat seumur mereka ini something banget”

Kami berdua mendengarkan dengan seksama, lirik-lirik pemberontakan ala anak muda umur belasan menjelang dua puluhan. Diselingi dengan riff riff nakal ala Judas Priest. Nice. Tidak asal kencang, tidak asal keras. Pasti mereka banyak referensi. Hebat anak muda jaman sekarang, pasti rajin nge youtube. Tidak hanya itu, walaupun sound nya kurang, mereka bermain rapih. Dan sebenarnya mereka sudah siap jual, hanya butuh ruang lebih dan kesempatan untuk membuat album.

Oke, sekarang lagu kedua. Aku penasaran kepada lagu yang judulnya “Romance Before Dawn” ini. Judulnya tampaknya berbau cinta-cintaan, makin menguatkan kesan bahwa mereka terpengaruh dengan band-band metal di era 80an yang tidak malu untuk menyatakan cinta lewat lagu yang keras.

Tunggu.

Lagunya kok feel nya mellow sekali? Dengan riff-riff gitar yang melengking, dan suara drum dan bassnya seakan-akan misterius. Aku mencoba dengan seksama memperhatikan artikulasi gitarnya. Memang luar biasa permainan Nanang. Di umurnya yang masih muda, dia terdengar dewasa dan rapih.

Oh, suara vokalnya memang cocok dengan lagu mellow semacam ini. Lagu seperti ini pasti laku dijual di medio tahun 80an, tapi sekarang, rock yang menyayat hati seperti lagu-lagunya Steelheart atau Meatloaf mungkin agak-agak susah dijual. Dan liriknya agak lebay. Liriknya isinya tentang seseorang yang menunggu pagi tiba, untuk melihat kekasihnya kembali di pelukannya. Rasanya ini seperti percintaan anak kuliahan yang dibalut dengan nada musik rock balada.

Dan solo gitar Nanang, agaknya kurang pantas untuk lagu-lagu slow seperti ini. Dia bermainnya lebih teknikal, bermain lebih mengandalkan skill dan sweeping-sweeping not-not yang banyak, dan terdengar agak pedas. Cocok untuk lagu yang memang keras dan gahar, tapi tidak cocok untuk lagu slow seperti ini. Rasanya untuk lagu-lagu seperti ini, dia tidak perlu memaksakan untuk mempertontonkan skillnya.

“Bagus Aya” bisik Kyoko sambil bermanja-manja di sebalahku.
“Tapi gak nyambung sama lagu sebelumnya, dan rasanya agak dipaksain…..” jawabku sambil berpikir keras.

“Wakarimasen” bisik Kyoko, menandakan bahwa dia tidak mengerti apa yang kubicarakan. Wajar. Kyoko tidak hidup dan tidak mengerti musik. Dia hanya pendengar, walaupun kakaknya musisi. Dan setelah lagu yang solo gitarnya melelahkan dan dipaksakan itu selesai, aku bersiap-siap untuk mendengarkan lagu terakhir. Lagu yang judulnya seperti sebuah bab dalam buku motivasi.

“Berlari mengejar mimpi” gumamku ke diriku sendiri saat lagunya sudah mulai main.

Ya, tonenya ternyata kembali lagi, mirip seperti lagu pertama. Riff-riff keras dan cepat, dan dentuman drum yang stabil serta penggunaan power chord yang banyak mewarnai lagu ketiga ini. Lagunya kembali gahar, mengingatkan kita lagi kepada Judas Priest dan Black Sabbath. Riff-riff gitar yang susah dan nyelekit, mewarnai musik yang liriknya agak lucu menurutku. Liriknya benar-benar mengingatkanku kepada ceramahnya Mario Teguh. Isinya tentang hidup optimis dan menerima tantangan. Liriknya gamblang, jujur apa adanya, seperti kebanyakan band indie di Indonesia ini.

Sungguh lirik mereka jauh berbeda dengan lirik-lirik Stefan yang puitis, multi tafsir, lancang tapi depresif dan nakal. Mungkin disini keunggulan kami. Kami secara lirik memang multi tafsir. Sedangkan Speed Demon begitu jujur. Dengan gamblang mereka mengatakan di lagu yang terakhir bahwa mereka ingin hidup mengejar mimpi dan harapan. Begitu optimis dan positifnya, tidak seperti lirik-liriknya Frank’s Chamber juga, yang begitu absurd, aneh, tanpa makna dan kadang kala grammar bahasa Indonesianya amburadul, dengan sengaja.

Lucu, kalau diurutkan dari segi lirik, Speed Demon liriknya begitu jujur dan apa adanya. Hantaman begitu enigmatic, penuh pengandaian, puitis dan misterius. Sedangkan Frank’s Chamber asal. Suka suka mereka dan tanpa maksud.

Menarik sepertinya kalau mereka bisa satu pergaulan dengan kami, sekaligus menancapkan pengaruh Hantaman di Jogja, yang selama ini agak sulit ditembus oleh band-band indie Jakarta. Mungkin kami bisa masuk lewat mereka, sebagaimana kami banyak diterima publik Bandung gara-gara Frank’s Chamber yang membimbing kami. Dan kalau disini kebalikannya, karena kami membimbing Speed Demon, maka kami akan bisa lebih banyak penetrasi lagi ke pasar Jogjakarta. Masa ke Jepang lancar, ke Jogja belum kuat?

Sepertinya menarik. Secara tak sadar aku tersenyum.

“Aku kayaknya jadi tertarik ngeproduserin mereka deh…..”
“Memang bagus Aya, masih muda juga….. Jyadi Aya bisa didik mereka kan, supaya sebesar Hantaman?” tanya Kyoko dengan polosnya.

“Yoi”

--------------------------------------------
--------------------------------------------
--------------------------------------------

“Selamat sore Panji, ini Arya, besok pagi atau siang kita bisa ketemu dulu? Mau bicarain soal kalian (Speed Demon). Gue udah dengerin demonya dan menurut gue menarik” pesan singkatku di media sosial sudah dibaca oleh Panji, sang bassist. Nomor kontak yang terterat di sampul CD adalah nomornya.

Dan balasannya langsung masuk.

“Oh tentu mas, kami mau sekali ketemu besok pagi, Mas Jam berapa bisanya, nanti kami yang datang ke hotelnya mas…..” jawab Panji dengan diiringin ribuan emoticon senyum.
“Oke… Gue di Gallery Prawirotaman, ntar dateng aja jam 10 pagi ya, kita ngobrol-ngobrol di restorannya”
“SIAP MAS!!!” ucapan penuh semangat dari Panji Prabowo selaku perwakilan dari Speed Demon menutup obrolan kami. Dan aku sekarang kembali menaruh handphoneku ke saku celana, kembali ke dunia nyata, bersama Kyoko.

pantai10.jpg

Pantai yang indah, dan ini adalah pemandangan jarang yang tidak setiap hari bisa kita nikmati.

Pantai yang indah memang. Kami berdua berdiri di atas pasir, memandang lautan yang menghampar di selatan Pulau Jawa. Pantai Pok Tunggal sepertinya adalah surga tersembunyi Jogjakarta. Tak banyak orang disana, terutama yang memang meniatkan diri datang untuk menikmati sunset yang tenang.

Aku lantas menggenggam tangan Kyoko, merasakan tangannya yang lembut dan hangat. Dia melirik dan tersenyum kepadaku.

“Ini perutama kalinya ke Pantai dengan Aya” tawanya.
“Untung kita gak ke pantai yang di Jakarta ya… Waktu terakhir kali kamu kesini…” jawabku.
“Kenapa Aya?”
“Gak sebagus disini……”

Kyoko hanya mengangguk, berusaha mengerti. Kami hanya saling menatap dalam diam, menunggu matahari menghilang dari hari.

Ingin rasanya mengalami hal seperti ini di Jepang bersamanya. Ingin rasanya menikmati pantai-pantai Jepang yang menjadi destinasi turis di musim panas. Pasti lebih nikmat lagi rasanya, walau mungkin tidak seindah pantai-pantai di Indonesia. Tapi ada sesuatu tentang Jepang yang nyaman disana. Rasanya urusanku dengan Kyoko belum selesai di Jepang.

“Kita baru bisa ke Jepang lima tahun lagi ya?” tanyaku tiba-tiba, sambil tetap menggandeng tangannya, dan kami mulai berjalan menyusuri pantai, entah mencari apa, tapi yang pasti kami merasa tentram disana.
“Hai Aya, Kyoko memang tidak ingin kemana-mana, agar cepat menjadi orang Indonesia” jawabnya tegas dengan ekspresinya yang manis.

“Padahal aku pengen sih kesana…. Sama kamu, dalam kondisi kayak sekarang, udah jadi suami istri, pasti nyaman rasanya, kita bisa kemana-mana, pengen kemana-mana aku sama kamu, ke Kyoto, Osaka, ke tempat-tempat lain yang belum pernah kita datangin berdua di Jepang” lanjutku panjang.

“Demo… Lebih nyaman disini Aya, di Indonesia, lebih hangat….”
“Suhunya maksud kamu?”
“Ie… Janaiyo…” dia lantas memegang permukaan jantungnya dengan tangannya, menepuk dadanya. “Disinya hangatnya” jawabnya sambil tersenyum.

“Oh… Oke… Kamu ngerasa lebih damai disini? Di Indonesia?” tanyaku.
“Hai, rasa lebih nyaman kalau bersama Aya, di tempat Aya tinggal dan bekerja sehari-hari” jawabnya dengan jelas.

Suasana langit sudah mulai agak gelap, dengan semburat merah yang terpancar dari Matahari. Sang matahari. Buat Kyoko, mungkin Matahari dari timurnya adalah aku dan Indonesia.

“Aya, Kyoko tida sabar kembali ke Jakarta, untuk memulai hidup dengan Aya….. Aku sudah bilang Okasan sebelum perugi ke Jogjya, nanti masaknya bergantian” senyum Kyoko. “Tapi pasti tiap hari Kyoko akan bantu Okasan dan urus rumah, jadi sehabis Okasan kerja, tida perlu lagi urus rumah….. Biar Kyoko saja”

Aku menepuk kepalanya, terharu mendengar penjelasannya yang begitu tulus atas keinginannya menjadi ibu rumah tangga untuk menyokong kehidupanku, Ai dan ibuku. Dan rasanya tidak sabar untuk memakan masakan Kyoko yang magical itu.

Warna biru di langit semakin gelap.

“Sunset…..” aku menunjuk ke arah matahari. Cahayanya sudah tidak menyilaukan, karena sang mata angkasa akan tertutup, tertidur dan menyongsong malam.
“Kirei..” senyum Kyoko melihat tenggelamnya matahari.

“Iya, kayak kamu” senyumku. Kyoko melirikku sambil memicingkan matanya. Dia tersenyum geli, karena mungkin aku tidak berhenti memujinya sejak pertama kami berdua memulai hubungan. Dan memang rasanya seperti itu buatku. Dia sempurna buatku. Dia sempurna bagi keluargaku. Sebesar apapun rasa penasaranku untuk selalu mengunjungi Jepang, rasanya selalu bisa dikalahkan oleh gambaran Kyoko bersarang di rumahku. Dan dia sudah memutuskan dengan bulat, untuk menjadi ibu rumah tangga bagi rumah kami.

“Nanti kita ke Jepangnya kalo gitu lima tahun lagi aja oke” bisikku.
“Hai, nanti kita keliling disana” senyumnya.
“Pas lima tahun lagi anak kita udah besar belum ya?” tawaku.

“Ada saja belum, Aya”
“Sepertinya bisa kita percepat kedatangannya” tawaku, dan tepukan ringan Kyoko di tanganku, mengiringi reaksi gelinya akan kalimatku. Bisa kulihat dia tertawa tanpa suara, sambil menikmat Pantai yang semakin lama semakin gelap ini, walau garis-garis cahaya matahari masih berjuang melawan malam.

“Jadi, mau dipercepat gak kedatangannya?” tanyaku sambil berbisik.
“Aya…. Nande…” tawanya, lucu sekali, dia seperti malu-malu kucing, padahal kami sudah tidak terhitung lagi berapa kali melakukan hubungan suami istri.

“Kenapa emangnya kok kayak ngehindar gitu, gak mau ya?” tanyaku sambil mencoba mendekatinya dan mencium rambutnya.
“Mau Aya… Demo….”
“Kok pake tapi?”

Mendadak Kyoko tersenyum lebar kepadaku.

“Tunggu setelah sunsetnya selesai Aya….”

Not a problem. Kita dapat melakukannya kapanpun tanpa ada batasan jarak dan waktu lagi. Itulah keunggulannya hidup menikah bukan? Semuanya tanpa jarak dan tanpa batasan.

--------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bimabet
Mantap

Thanks update nya om,, dan rasanya masih terngiang di kepala konflik2 nya dulu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd