Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memperbudak Para Mama

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
maap huu,, tanya nih kira-kira si anak bakalan ampe ekse gak ya?? kalo sekiranya bakal spoiler cerita gak usah dijawab hu :D

Kancutkeen ! :jempol:
balik kepojokan dulu sambil elus-elus si otong :D

ekse gak ya ekse gak ya ekse gak ya ekse gak ya :D
 
Waduh..., ditinggal olahraga udah apdet 2 kali mana makin panas pula... :)

Ayoo suhu ga sabar nunggu bagian eksyennya, hbs bnyk pamerannya drpd test drivenya hehehe ;)

Gelar tiker lg dah..., tiker kmrn ilang diambil org haha :ngeteh:
 
Btw ada yang tau gak cara membuat index supaya pembaca tinggal mengklik link menuju ke page yang dimaksud? Jadi gak perlu repot-repot klik per page.
 
Semangat suhu!,

Ditunggu apdet cerita yg lebih hot lagi, kalo bs yang panjang sekalian biar nikmat #eh :)
 
Cerita 8

Perjalanan masih cukup jauh. Kami meninggalkan Ibu Boni yang terkapar di bawah pohon. Boni sudah berpesan kepada ibunya untuk menyusul kami bila ia sudah cukup tenaga untuk bangkit. Sekarang tinggal aku, Boni dan mama. kami bertiga berjalan melintasi pematang sawah yang dikelilingi oleh wilayah perbukitan kecil. Tujuan kami adalah sebuah lapangan kecil yang biasa dijadikan tempat peristirahatan para peserta jalan santai.

"Tidak apa-apa meninggalkan mamaku seperti itu?" tanya Boni khawatir. "Bagaimana kalau orang-orang melihatnya?"

"Malah bagus," jawabku yakin. "Kita berjalan pelan-pelan saja. Kalau ibu kamu cukup kuat berjalan, ia pasti bisa menyusul."

Benar saja, tak lama kemudian Ibu Boni berjalan tertatih-tatih di belakang kami tanpa mengenakan celana. Pahanya sedikit lecet akibat terkena ranting-ranting pohon saat ia terduduk tadi. Ia menatap kami dengan pandangan penuh rasa kesal. "Tunggu aku," katanya.

Mama memandang Ibu Boni dengan kasihan. "Nak sudahlah. Berikan dia pakaian, mama gak tega melihat kulitnya penuh luka kayak gitu."

"Wah mama kasihan sama Ibu Boni? Tumben," aku sedikit kaget melihat reaksi mama. "Omong-omong mama sesak gak pakai kaos ketat? Kalau ketat ya dibuka saja ma."

Wajah mama mendadak berubah drastis.

"Jangan-jangan mama masih malu? Lha hampir semua orang sudah pernah melihat mama telanjang, gak usah sungkan-sungkan buka baju ma," aku memanasi. "Lagi pula mama kasihan sama Ibu Boni kan? Nah berikan baju mama ke Ibu Boni sekarang. Ayo mama jongkok dulu."

Mama menuruti perintahku. Ia berjongkok di depanku sampai tingginya hampir setara denganku. Aku meraih bagian bawah kaosnya lalu menariknya ke atas. Boni membantuku dengan memegangi tubuh mama dari belakang. Sesekali tangannya menyelip masuk di celana mama. Aku menarik kaos mama sampai melewati kedua tangannya. Agak sulit karena tubuh mama berkeringat dan kaos itu sangat ketat. Namun setelah sedikit bersusah payah, akhirnya kaos ketat itu terlepas dari tubuh mama.

Aku memandangi tubuh mama yang sedikit gemuk dan berkeringat terkena panasnya sinar matahari. Mama menutupi kedua teteknya yang menggantung di atas perutnya. Ia menunduk malu. "Ma, gak usah ditutupi. Buka dong tangan mama," pintaku. Aku menarik kedua tangan mama sampai benar-benar terbuka. Kedua tetek mama yang gemuk berisi langsung bergoncang hebat ketika kedua tangannya tak lagi menahan. Aku memilin-milinkan kedua putingnya sebentar sampai mengeras.

"Bon, sudah main-mainnya. Jangan sampai kita ketinggalan terlalu jauh," kataku ke Boni yang masih asik mengusap-ngusap telapak tangannya ke selangkangan mama. "Oh oke boss," kata Boni. Telapak tangan kananya terlihat berlendir saat ia mencabutnya dari dalam celana mama.

Aku melempar kaos ketat mama ke Ibu Boni. "Pakai itu," kataku. Ibu Boni buru-buru mengenakannya. Karena ukuran tubuh mama dan Ibu Boni hampir sama, kaos itu juga terlihat sangat ketat ketika dikenakan oleh Ibu Boni. Kedua putingnya terlihat nyemplak di depan kaos. Tapi aku yakin itu cukup untuk menutupi kedua teteknya.

"Mama begini aja terus sampai pulang nanti yah," kataku menggoda sambil menyuruh mama berdiri. Mama membersihkan tanah yang mengotori kakinya. Wajahnya tidak lagi menunjukkan rasa malu seperti saat aku pertama kali meyuruhnya bugil di tempat umum. Mungkin mama sudah terbiasa.

Kamu bergegas melanjutkan perjalanan.

Tiga puluh menit kemudian kami sudah hampir mendekati area peristirahatan. Aku bisa menduganya karena aku mendengar suara-suara ribut teman-temanku dan teriakan guru-guru yang menertibkan murid-muridnya. Mengetahui itu, mama menutupi kedua teteknya lebih erat. Suara keramaian itu jelas menghantuinya. Tidak hanya mama yang takut, Ibu Boni juga menutupi teteknya dengan kedua tangannya meski ia sudah mengenakan kaos.

"Ayo ikut aku," seruku sambil menyibak semak belukan di samping jalan. "Kita tidak mungkin bertemu mereka dalam keadaan seperti ini. Resikonya terlalu besar."

"Kamu punya rasa khawatir juga ya," sahut Ibu Boni sedikit mengejek.

Aku tidak menjawab. Kami pun masuk ke wilayah semak belukar yang tingginya hampir melebihi kepalaku. Beberapa ekor belalang berterbangan ketika tanganku berusaha membuka jalan dengan cara mendorong semak-semak ilalang ke samping. Aku menyuruh mama dan Ibu Boni merangkak di antara semak belukar agar tidak ketahuan oleh pihak sekolah. Boni aku suruh untuk berbaur dengan murid-murid lainnya sementara aku melaksanakan rencanaku.

Sebisa mungkin aku berjalan mendekati area peristirahatan tanpa terlihat oleh guru-guru yang berdiri mengawasi para muridnya. Untungnya di sekeliling kami terdapat banyak pohon kecil yang tumbuh liar sehingga cukup menyembunyikan keberadaan kami. Tampaknya mama dan Ibu Boni sedikit kesulitan melewati ilalang karena tubuh mereka yang sedikit gempal harus bersempit-sempitan dengan pohon-pohon liar yang tumbuh merapat.

Kami berjalan memutari area peristirahatan. Di belakang area peristirahatan terdapat semak-semak belukar yang tumbuh lebih tinggi dan lebih tebal dibandingkan dengan yang lain. walau demikian, tempat itu sangat dekat dengan area peristirahatan. Aku mempersilahkan mama dan Ibu Boni untuk maju duluan.

"Ayo ma ke tempat itu," bisikku sambil menunjukkan tempat yang harus dituju. Mama dan Ibu Boni menganggukan kepala. Aku memukul-mukul pantat mama dan pantat Ibu Boni supaya maju lebih cepat.

Setelah bersusah payah, akhirnya kami tiba di tempat yang aku maksud. Aku menyuruh mama dan Ibu Boni berbaring terlentang di atas rumput ilalang yang tebal. Mama dan Ibu Boni langsung berbaring terlentang tanpa banyak tanya. Setelah keduanya berbaring, aku berdiri dan membuka celanaku.

"Mau apa kamu nak?" tanya mama khawatir.

"Mau ngentot mama dan Ibu Boni lah ma," kataku santai. Aku menurunkan celana dalamku dan mengocok batang kontolku di depan wajah mama.

"Tapi kalau ketahuan bagaimana?" Ibu Boni juga khawatir.

"Ya jangan sampai ketahuan," jawabku lagi.

Aku menurunkan sempak mama lalu menggantungnya ke dahan pohon liar terdekat. Mama tersentak kaget ketika jari-jariku masuk ke dalam sela-sela memeknya. Ibu Boni memandang kami dengan jijik. Aku menciumi leher mama yang sedikit basah oleh keringat. Napas mama mulai memburu.

"Nak bahaya di sini. Gimana nanti kalau mama mendesah," kata mama.

"Tutup mulut mama kalau mama mau mendesah," jawabku sambil terus menciumi lehernya. Tanganku mulai masuk semakin dalam ke lubang memeknya yang basah. Mama refleks mendekap tubuhku erat. Kucabut tanganku dari lubang memeknya lalu aku arahkan kontolku yang sudah tegak berdiri ke dalam memeknya yang sudah menunggu untuk dimasuki.

"Aaaah..." desahku saat kepala kontolku mulai masuk ke memek mama yang hangat. Memek mama berkedut-kedut di batang kontolku seakan-akan sedang memijat. Aku berusaha lepas dari pelukan mama. Aku remas kedua bongkahan tetek mama lalu aku tarik-tarik kedua putingnya. Setiap kali aku memompa tubuhku, mama selalu menutup matanya. Ia menggigit bibirnya agar tidak mendesah.

Aku elus-elus pusar mama dengan jari telunjukku. Bulir-bulir keringat kami saling bertemu di perutnya yang sedikit berlemak namun masih kencang. Aku terus memompa memek mama sampai aku merasa ada sebuah dorongan yang sangat besar dari batang kontolku.

"Oooh mama..." desahku sembari menyemprotkan sperma ke dalam memeknya. Mama terus mencengkram rumput ilalang di kiri dan kanannya. Dari wajahnya saja aku sudah menebak kalau ia berusaha mati-matian untuk tidak mendesah. Aku biarkan kontolku menunaikan tugasnya terlebih dahulu sebelum aku mencabutnya dari lubang memek mama. Setelah benar-benar selesai, aku mengurut batang kontolku supaya sperma yang tersisa bisa keluar. Aku usap sperma sisa ke perut mama dan satu olesan ke bibirnya.

"Ah memek mama memang yang terbaik," pujiku sambil menepuk-nepuk memeknya yang tembem. "Nah Ibu Boni kemari dong."

Ibu Boni yang dari tadi hanya diam memperhatikan, merangkak mendekati kami berdua. "Ya kenapa?" tanyanya.

"Bersihkan memek mamaku dong," kataku sambil menunjuk ke lubang memek mama yang berlumuran cairan putih.

"Hah?" ia kurang mengerti.

"Ayo jangan hah heh hah heh doang," kataku. Lalu dengan sedikit tenaga, aku mendorong kepala Ibu Boni ke arah memek mama. Mungkin karena tenagaku yang berlebihan, Ibu Boni sampai terdorong dan kepalanya terjerembab di antara selangkangan mama. Mama sampai terhenyak kaget.

"Jilatin memeknya!" aku setengah berteriak.

Ibu Boni memandang memek mama dengan ragu. Tetapi kemudian ia menjulurkan lidahnya ke memek mama yang masih diselimuti sperma. "Sssssssh..." mama mendesis ketika ujung lidah Ibu Boni menyentuh memeknya. Ia mencengkram rumput ilalang di sampingnya lebih erat lagi. Ibu Boni menjilati seluruh memek mama sampai sisa-sisa spermaku berpindah ke lidahnya. Ia memegangi kedua paha mama agar mama tidak terlalu banyak bergerak.

"Sekarang susuin tetek mama," pintaku lagi. "Tapi jilatin dulu perut mama sampai ke teteknya."

Ibu Boni menurut saja. Ia meluncurkan ujung lidahnya ke perut mama yang masih berkeringat. Tubuh mama sontak menggelinjang geli. Sambil terus menahan kedua paha mama, Ibu Boni terus menjilati setiap permukaan kulit perut mama sampai perut mama terlihat mengkilap karena air liur Ibu Boni.

"Oh jangan..." erang mama saat lidah Ibu Boni mengenai gumpalan putingnya. Ibu Boni acuh tak acuh. Ia melahap puting mama seperti bayi kelaparan. Agar lehernya tidak pegal, Ibu Boni memeluk mama sambil terus menyedot putingnya.

"Wow!" aku berseru kegirangan. Pemandangan ini sangat langka terjadi.

"Siapa itu!" tahu-tahu terdengar suara berat dari balik dinding ilalang di belakang kami. Kami spontan terdiam. Aku menahan napasku. Ibu Boni menghentikan jilatanya sambil memeluk mama. Mama sepertinya sangat terangsang sampai-sampai ia harus menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya agar tidak bersuara.

Tiga menit itu rasanya seperti tiga tahun. Aku sangat mengenal pemilik suara itu. Ya, itu adalah suara milik salah satu guru di sekolahku. Kepalaku terasa pening karena tegang. Kalau sampai guru itu tahu apa yang sedang kami lakukan di sini maka habislah sudah. Aku bisa melihat mama dan Ibu Boni juga merasakan hal yang sama denganku. Wajah mereka gugup bukan main.

Rumput ilalang di belakang kami bergoyang seperti ada yang sedang menyibaknya. Aku yakin guru itu pasti sedang memeriksa keadaan. Lokasi tempat kami berada memang sangat dekat dengan area peristirahatan, namun lokasi ni justru lokasi paling tersembunyi di antara tempat lain.

Detik demi detik berlalu, rumput-rumput ilalang di belakang kami berhenti bergoyang. Aku bisa mendengar suara batuk laki-laki yang menjauh dari tempat kami berada. Begitu tahu bahaya sudah lewat, aku segera merebahkan tubuhku ke atas rumput tebal. Aku menghembuskan napas lega. Tadi itu bahayanya bukan main tetapi aku sangat suka!

Ibu Boni juga melepaskan pelukannya ke mama. Ia dan mama berbaring di atas rumput karena kehabisan tenaga. Sekujur tubuh mereka berdua dipenuhi oleh keringat. Mata mereka berdua tertutup sembari menikmati angin semilir yang berhembus di antara pepohonan dan rumput liar. "Sungguh aku tidak mau lagi seperti ini," keluh mama.

"Ah itu tadi bukan apa-apa," kataku sambil mengenakan kembali pakaianku. Aku melempar kembali sempak ke arah mama yang langsung dikenakannya dengan terburu-buru.

"Tapi acara jalan santai ini belum berakhir bukan?"
 
Terakhir diubah:
Mantap!, akhirnya ada eksekusi jg hehehe :)

Sumpeh makin lama makin hot nih cerita, mdh"an cerita makin panjang ama ttp hot

Semangat suhu jgn lupa RL, biar bs beres cerita ama skrip hehe

Gelar tiker lg dah :ngeteh:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd