Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mendung Menggantung di Ambang Cinta

PART IX

FLASH BACK

New Empire Begun


Masa pahit Joanes membuatnya banyak belajar dan merenung. Bahwa semua impian dan keadaan baik yang dia ingin kejar tidak akan datang jika tidak ada usaha dan kerja keras, serta belajar tanpa henti. Meski SD pun dia tidak tamat, namun dia bekerja keras untuk menamatkan semua jenjang sekolah lewat sistem paket A,B dan C.

Dia pun sadar bahwa jika dia menghabiskan masa mudanya dengan bolak balik masuk penjara, maka selamanya hidupnya hanya akan berkubang di dalam dunia kelam. Joanes punya impian tinggi. Dia ingin jadi orang yang sukses, berhasil dan diberkati. Dan hanya kerja keras dan usaha yang ulet yang akan buat dia menuju kesana.

Selesai dia menamatkan paket B nya, dia lalu dengan ulet belajar dan kursus bahasa Inggris, dan komputer. Dia meluangkan waktunya disela kerjaannya dia sebagai tukang ojek dan malam membantu di warung pecel lele, siangnya dia ikut kursus bahasa Inggris.

Setelah dia merasa cukup mampu dalam conversation, dia lalu mencoba menghubungi temannya dia didalam penjara anak dulu yang sudah di Australia. Bermodalkan kartu nama orangtuanya, dan no telp yang dia punya, lalu dia menghubungi kawan baiknya itu.

Gayung pun bersambut. Ternyata Roger masih mengingatnya dengan baik. Dan orangtuanya juga dengan sangat senang menyambutnya. Mereka menawarkan Joanes untuk ke Australia, karena mereka tahu masa lalu anak malang ini yang tidak memiliki saudara sama sekali. Ibu Roger memang sangat menyukainya, karena dia begitu melindungi anaknya selama mereka didalam sel tahanan anak.

Mereka lalu membantu Joanes, mengirimkan tiket dan membantu untuk mengurus visanya, untuk dirinya agar bisa ke Melbourne untuk berkunjung ke sana. Jasa baik Joanes selama di dalam penjara ternyata membekas di hati mereka.

Di Melbourne, Joanes lalu diajak tinggal di rumah Roger dan ikut membantu Papanya Roger untuk ikut jadi agen property di perusahaan property milik mereka. Disinilah fase hidup baru Joanes dimulai. Meski agak hick up di 3 bulan awal, namun tidak menyerah, dia belajar banyak, membaca dan mendengar tekhnik-tekhnik dan seni berjualan dari Papanya Roger. Dan dia membangun koordinasi pasarnya dengan mencari jaringan dari sesama orang asia, termasuk orang Indonesia.

Pintu kesuksesan pun terbuka bagi anak malang ini. Secara perlahan, meski sosoknya sebenarnya pendiam, namun pemahaman dan pendekatan marketingnya yang santun, membuat dia dengan cepat mendapat banyak klien dan mulai mapan dengan penjualannya. Pintu kesuksesannya terbuka lebar baginya disana.

5 tahun menetap di Melbourne ternyata tidak menghapus rasa rindunya akan Jakarta, dia juga rindu ingin mencari kakaknya Tirtasari. Hasil kerjanya selama di Australia membuatnya percaya diri untuk membuka bisnis yang sama di Jakarta.

Roger dan keluarganya sebenarnya agak berat melepas Joanes, karena bagi mereka Joanes sudah seperti anak mereka sendiri. Namun mereka tidak bisa menahan karena Joanes memang rindu dan ingin mencari kakaknya kembali. Membuat mereka melepas dirinya untuk kembali ke Jakarta

“our door always open for you…” ujar ibunya Roger

*********************

Setiba di Jakarta, Joanes datang menemui Pak Pendeta William dan Ibu Inggrid terlebih dahulu. Dan kemudian dia memulai bisnisnya. Dia kemudian dibantu oleh Edward, kawannya dia yang dia temui saat sama-sama di gereja Indonesia di Melbourne. Edward kuliah disana, sedangkan Joanes bekerja sebagai sales property. Pertemanan mereka berlanjut hingga Joanes balik ke Jakarta.

Modal selama bekerja di Australia lalu dipakainya untuk membuka Tirtasari Propertindo yang bergerak dibidamg penjualan properti. Dia kemudian mengajak 2 karyawan lain untuk membantunya, dan Edward ketika itu juga sering membantunya secara part time, karena dia masih bekerja di perusahaan lain.

Membuka usaha sendiri tentu berbeda dengan bekerja dengan orang lain. Ini yang tidak disadari oleh Joanes. Usaha yang dia bangun dengan model selama bekerja di Australia tidak berjalan sesuai yang dia perkirakan. Ternyata selera pasar dan cara kerja property di Jakarta sengat bertolak belakang, dan ini yang kurang diantisipasi oleh Joanes, termasuk sistem perbankan dan hukum di Indonesia

8 bulan hampir tanpa hasil sama sekali, sedangkan sewa kantor dan bayar gaji karyawan harus jalan, operational kantor juga harus bergulir, dan ini membuat keuangannya nyaris tergerus. Pikiran untuk kembali ke Austraia kembali berputar di kepalanya, ditambah dengan belum bertemunya dia dengan kakaknya. Meramu bisnisnya saja dia kelabakan, apalagi dia harus mencari kakaknya, membuat dia hampir patah semangat.

Di ujung keputusasaannya, hadirlah Edward membantunya. Mereka kemudian berdiskusi saat akhir pekan dan mencari properti yang bisa mereka pakai dan jual untuk menjadi lifeline bisnis mereka. Uang di bank simpanan Joanes pun sudah sangat menipis, dia frustasi karena hasil kerja kerasnya selama 5 tahun di Australia nyaris tidak berbekas.

Dan disaat itulah, berkat doa dan usahanya, mereka berdua kemudian menemukan celah untuk balik dan naik lagi. 2 karyawan Joanes sudah memutuskan mundur, sehingga Joanes dan Edward yang tersisa menjadi all round liner untuk mengcover bisnisnya.

Satu ruko yang mereka pasarkan akhirnya terjual.

Ini melecut semangat Joanes. Dia sangat gembira akhirnya setelah 8 bulan dia boleh pecah telur untuk perdana penjualannya. Dia tidak henti-hentinya bersyukur atas kebaikan Tuhan baginya. Dan kemudian sukses itu bergulir dengan seiring waktu bagi dirinya.

Sebuah kawasan perkantoran yang sudah nyaris hancur dan ditinggalkan, lalu dengan strategi yang tepat, Joanes dan Edward memulai dengan menjual 1 unit, dengan modal yang mereka miliki, ruko itu diperbaiki, lalu dipasarkan. Lewat saran dari Edward, mereka lalu menawarkan untuk mentake over pengelolaan perkantoran itu. Joanes lalu bertaruh nasib, dia menarik semua sisa uangnya, lalu mengajukan pinjaman ke orangtua Roger untuk membantu modalnya, dan kemudian setelah perusahaannya menjadi pengelola kawasan perkantoran tersebut, mereka memperbaiki mulai dari lahan parkir, pagar depan, dan paving blok yang rusak semua dibersihkan. Lalu ruko-ruko yang ditinggalkan dan tidak berpenghuni, mereka kemudian melakukan pendekatan untuk menjadi marketing, dengan syarat mereka boleh merenovasi dan menentukan harga jual dari ruko tersebut.

Strategi ini kemudian ternyata berhasil. Dari total 18 unit ruko yang terbengkalai, satu persatu mereka renovasi sambil dalam proses jual. Kawasan yang tertata, dan tampilan depan sudah terenovasi, membuat kawasan perkantoran ini dengan cepat terjual dan laku. Pundi pundinya semakin bertambah karena kontrak pengelolaan juga dipegangnya. Selisih harga jual yang cukup gainnya membuat dia menangguk keuntungan yang cukup besar.

Dan kemudian usahanya mulai dia kembangkan ke beberapa lini. Mulai dari pembangunan perumahan, perkantoran, apartement hingga menjadi rekanan BUMN untuk pembangunan infrastrruktur. Tirtasari Group kemudian semakin berkibar lewat usaha mereka di bagian konstruksi, pembangunan dan penjualan properti, ditambah dengan unit usaha lain.

3 tahun setelahnya, Joanes lalu mulai menepi dari front line bisnisnya. Dia lebih suka berada di belakang dan mengontrolnya dari jauh. Edward lalu mulai sering tampil terdepan, aplagi setelah mereka merekrut profesional sekelas Johan, mereka bertiga mulai saling bahu membahu mebangun bisnis yang tadinya kecil, kini mulai menggurita.

Dibawah bendera besar Tirtasari Group, mereka memiliki Tirtasari Propertindo yang bergerak di bidang pembangunan perumahan serta penjualannya. Lalu ada Tirtasari Construction yang bergerak dibidang konstruksi, Graha Tirtasari selain memiliki gedung, perusahaan ini bergerak dalam pengelolaan gedung-gedung perkantoran, aplikasi Bangunan, serta usaha penjualan kendaraan yang dinamai Garasi Tirtasari.

Dibawah langsung koordinasinya, ada satu perusahaan jual beli rumah dan bangunan bekas dengan nama Tirtasari Persada. Perusahaan ini bergerak dibidang jual beli dan renovasi rumah. Uang besar miliknya juga selalu muncul dari perusahaan ini. Dan seketika Joanes atau yaang disapa oleh keloganya dengan panggilan Jef, semakin berlibar dalam bisnisnya.

*********************

Memiliki usaha yang maju pesat dan berkembang, sisi bisnis yang digeluti oleh Joanes menggeliat bagaikan jamur di musim hujan. Apa yang dia sentuh bagaikan midas semua jadi emas. Bisnisnya semakin membesar, mulai dari properti, konstruksi, toko bangunan, aplikasi bangunan yang berkembang pesat, hingga building management dan otomotif.

Bagi dirinya hidup hanyalah kerja dan kerja semata. Dia bisa menghabiskan waktu dari pagi hingga tengah malam didepan computernya dan sibuk menganalisa dan memantau setiap pergerakan semua usahanya. Masa lalunya yang tidak mengenyam pendidikan yang mumpuni, kini ditebusnya dengan belajar keras dan bekerja dengan giat, semua bahan dan data-data serta analisa-analisa bisnis dikunyahnya dengan lahap.

Banyak orang yang sekolahnya gagal tapi bisa berhasil dalam bisnis, demikian prinsipnya dia. Jika mereka mampu, maka saya pun harus mampu seperti mereka. Dan itu memicu dirinya menjadi sosok workaholic, yang lebih banyak menghabiskan waktu dibalik komputernya, memantau semua lewat online, dan mengisi kesepiannya dengan bekerja dengan senyap.

Kerinduannya terhadap Kakaknya seperti dijadikan kompensasi untuk bekerja giat. Dan memang dia menuai hasilnya secara finansial. Usaha yang semakin besar, dia pun semakin menumpukan kekayaannya, dan sebagian besar dia nikmati sendiri tanpa ada orang terdekat yang mendampinginya.

Setelah menjalani hidup dengan berpacaran tanpa keseriusan dengan beberapa wanita lokal Australia, Joanes lalu sempat berpacaran dengan Chatherine, anak salah satu pengusaha Frozen Food yang dikenalnya lewat pertemuan di ajang komunitas mobil.

Mobil Porsche Sport yang dibelinya menuntunnya ke komunitas penggemar mobil porsche. Dan disitulah dia kenal dengan Chaterine. Wanita cantik yang juga menjabat sebagai GM di perusahaan kosmetik. Dengan status sebagai anak pengusaha sukses, jabatan yang tinggi di perusahaannya, sosok Chaterine memang menarik banyak perhatian kaum adam, dan dia kemudian memilih Joanes sebagai pasangannya.

Hubungan mereka yang berjalan dan dilandasi saling sayang dan cinta, akhirnya harus berakhir tragis karena orangtua Chaterine tidak menyetujui hubungan mereka. Sosok berhasil dan sedang merintis usaha besar di diri Joanes tidak membuat orangtuanya terkesan. Ternyata tidak jelasnya asal usul Joanes, serta pendidikan dan juga statusnya sebagai mantan napi anak, itu yang membuat orangtuanya tidak merestui hubungan mereka.

Ancaman bahkan Catherin harus dikawal oleh angkatan laut yang disewa oleh orangtuanya, agar Joanes tidak mendekatinya lagi, membuat cinta mereka harus kandas dan gagal.

Kondisi inilah yang semakin membuat Joanes merasa remdah diri dan minder.

Dia lalu memutuskan pindah dari apartemen mewahnya yang dia tinggali dan punya banyak kenangan manis dengan Catherine, untuk pindah ke apartemen lain, sebelum akhirnya menemukan tempat yang kemudian dia namakan Tirtasari Hotel.

Dia seperti sedang terbang tinggi, namun harus jatuh dan terpuruk kembali dalam dasar yang curam. Dia seketika disadarkan akan dirinya yang harusnya tahu diri, bahwa dia tidak lebih lebih anak yatim piatu yang tidak jelas sehingga dia tidak pantas mencintai seorang Catherine yang memang cantik jelita.

Hal inilah yang semakin membuat dirinya semakin mengisolasi diri untuk tidak muncul ke publik.

Sempat dia diminta memimpin komunitas mobil sport saat dia membeli satu unit McLaren, namun kembali lagi hanya 3 bulan dia lalu mundur dan menyerahkan posisinya ke sosok lain yang lebih aktif. Silent dan bergerak dibawah radar lebih menyenangkan baginya dan dia merasa lebih secure dengan itu.

Untuk masalah sex, one night stand tanpa ada ikatan lebih baik baginya, daripada mneseriusi sebuah ubungan lalu berakhir dengan kegagalan seperti yang dia alami dengan Catherine. Impian dan sayangnya dia, harus kandas dean terasa sangat menyakitkan hati untuk dia jalani.

“maaf, Jeff…. kami bukannya tidak suka, tapi apa jadinya jika semua rekan bisnis, keluarga besar kami menanyakan tentang siapa calon suami Catherine, apa yang harus kami jawab……” petikan kata-kata bapaknya Catherine saat berbicara dengannya di sebuah acara keluarga Catherine, yang dia juga hadir sebagai pacarnya Catherine. Asa dan harapan untuk mengenal keluarga yang dia idamkan selama ini, kandas dan berantakan seketika.

Acara yang di harapkan bisa jadi ajang untuk mengenal keluarga besar Catherine harus dia akhiri lebih awal, dan bahkan sebelum santap malam berjalan dia sudah memutuskan menghilang dari acara tersebut. telpon dan whatsapp dari Catherine tidak dia indahkan sama sekali. bagi Joanes hinaaan itu sangat berbekas dan dia meras seperti bukan sosok yang tepat berada disana ketika itu.

Kandasnya hubungannya dengan Catherine sekaligus mengirimkannya kembali ke dunianya dia. Seketika dia sadar, bahwa meski sebesar apapun usahanya, banyak kalangan yang memilik harta banyak pun akan mengajukan banyak syarat untuk dirinya agar bisa masuk ke dalam kelompok mereka. Malangnya lagi, Catherine pun seperti mengiyakan keputusannya, tanpa menanyakan lebih jauh, atau mungkin mengajak Joanes untuk bertarung melawan orangtuanya membuktikan bahwa dia tidak seperti yang mereka anggap, malah Catherine seperti oke oke saja dengan keputusan Joanes yang pergi darinya karena terhina dengan ucapan orangtuanya.

Ini membuat Joanes semakin mantap memutuskan diam dan lebih banyak mengurung dirinya. Semua rapat level atas dia percayakan ke Edward dan juga Johan, serta dewan direksinya. Dia hanya memantau dan menyampaikan kata YA atau TIDK untuk sebuah keputusan besar. Maka sangat wajar jika sosok yang suka disebut Leader di kalangan top management Tirtasari Group, hanyalah sosok yang jadi hayalan bagi banyak orang yang bekerja, namun fisik dan sosoknya seakan jadi misteri, hingga masuk ke tahun ke 8 bisnisnya, Joanes tetap menjadi sosok dibelakang layar, yang bahkan tempat tinggalnya di Griya Tirtasari pun sedikit yang tahu, bahkan jarang orang diundang datang ke istana sepinya itu.
 
PART X

The Sweetest Girl



Hari minggu kali ini Joanes mendapat tugas ibadah pagi jam 6 dan jam 8 pagi, sehingga saat ibadah yang ketiga dia sudah free dan bebas. Semenjak mulai bertugas melayani, Joanes harus belajar untuk menyesuaikan waktu dan kondisi kerjanya dengan tugas pelayanan. Baginya pelayanan adalah tugas agung dan mulia, karena dia harus melayani Tuhan yang bagi dirinya sudah membawa dia masuk ke tatanan hidup baru.

Bisnisnya kini semakin diberkati dan menjadi salah satu developer dan pengusaha properti yang cukup memiliki nama. Aset-aset dan bisnisnya kini berkembang pesat, dan dia meyakini bahwa ini semua bisa terjadi karena campur tangan Tuhan dalam hidupnya.

Melayani merupakan jalan yang dia pilih karena dia berharap dengan makin dekat dengan Tuhan, dia bisa menemukan impian terbesarnya, yaitu bertemu dengan kakaknya Tirtasari. Sosok yang sangat dia rindukan yang sduah terpisah hingga 19 tahun lamanya.

Lingkungan pelayanan sebenarnya kadang tidak berbeda jauh dengan lingkungan kebanyakan. Masih saja ada yang welcome dan ada juga yang cuek dengan dirinya. Imam musik dan para singer kadang ibarat artis dalam lingkungan pelayanan, karena sering tampil didepan orang banyak, membuat semua mata tertuju ke para imam musik.

Kehadiran Joanes di lingkungan imam musik ini sedikit banyak memberi warna baru. Banyak jemaat terutama kaum hawa yang diam-diam bertanya tanya akan sosoknya. Sosoknya yang tampan, rambutnya yang agak gondrong ala badboy, berkulit putih dengan tinggi menjulang, membuatnya dengan mudah menarik perhatian kaum hawa di lingkungan gereja.

Ditambah dengan sifatnya yang pendiam dan tertutup, membuat sosok misteriusnya banyak menundang tanya. Di lingkungan para gadis dia dikagumi, namun di lingkungan kaum pria ada yang agak kurang menyukainya karena sifatnya yang pendiam dan jarang berbicara. Joanes hanya berbicara seperlunya, dan jarang membaur berbicara banyak dengan kawan-kawan sesama imam musik, membuat ada saja termasuk koordinator mereka, Felix yang kurang menyukainya.

Siang ini sambil menunggu Pak Darwin menjemputnya, dia duduk sebentar di kantin sambil membuka ponselnya. Selain membalas pesan yang masuk, dia juga duduk menunggu sopirnya datang. Dia akan anik angkot atau gojek seperti biasa dan sopirnya menunggu di suatu tempat lain yang agak jauh dari gereja.

Joanes memang sengaja menyembunyikan identitasnya. Baginya dengan kondisi seperti ini dia merasa lebih nyaman dan santai. Jangankan di lingkungan gerejanya yang masih baru, di lingkungan kantornya pun dia hanya bisa ditemui beberapa orang saja. Selain Edward dan Managing Directornya, ada juga Michael yang kini memegang perusahaan jasa secirity miliknya yang sering bertemu dengannya. Bahkan Ayu sekretarisnya pun sangat jarang bisa bertemu secara langsung dengannya.

Abigail yang juga bertugas siang hari hingga jam 10, selesai dari backstage, sempat ke kantor jemaat lalu bergerak ke belakang ke kantin gereja. Dia tersenyum melihat sosok Joanes sedang duduk di kantin dan memegang ponselnya.

“bang….” sapanya ramah

“hai Abi….”

“ abang ngga makan?”

“eh….ngga…..” jawab Joanes pendek

“ih….. aku traktir yah……” ujar Abi

“ngga usah….” tolak Joanes

“ ngga apa-apa Bang…..”

Joanes bingung jadinya

“ngga baik menolak rejeki…” sambil tersenyum manis

Di mata Aby, pria ini adalah sosok pendiam dan belum kerja, jadi mungkin itulah sebabnya dia tidak makan siang, mungkin hanya ada ongkos untuk dirinya. Dia tahu dan sadar bagaimana jika dalam posisi seperti itu, maka karena kebetulan dia ada uang lebih, rasanya traktir makan siang teman pelayanannya wajar saja

“nasi ayam atau pakai ikan?” tanya Aby

Joanes hanya tersenyum tipis

“ikan boleh….”

“minumnya?”

“aqua aja….”

“oke….”

Tidak lama makanan pesanan sudah datang didepannya. Aby lalu duduk di depannya, dia memesan mie ayam dengan teh botol.

“doa yuk…..”

Aby lalu berdoa untuk makan siang mereka berdua…

Sambil makan mereka mengobrol dengan santainya

“abang tinggal di Jatisari?”

“iya…..”

“kost?”

“iya….”

“oh….. keluarga abang?”

“di kampung……di kalimantan….”

“wah jauh yah…..”

Joanes tersenyum

“abang jangan suka dimabil hati yah kata-kata dan kelakuan anak-anak….”

“ngga kok….”

“iya…takutnya abang malah down dan jadi ngga semangat pelayanan lagi….”

“ngga kok…..”

“semangat yah Bang…..”

Joanes secara khusus memang suka dengan Aby. Anaknya selalu ceria dan senyum. Diomelin pun dia tetap senyum. Ceria dan penuh tawa. Sosoknya yang hitam manis, meski agak berisi, namun dia tidak menjadi rendah diri, malah dengan penuh senyum dan sennag hati dia selalu terlihat gembira. Sesuatu yang sangat berbeda dengan Joanes yang cenderung diam dan tidak banyak berbicara.

“dari sini abang pulang?”

“iya….”

“semangat yah Bang…. semoga segera dapat kerjaan juga……”

“amin ….”

Sambil meneruput teh botolnya

“melayani Tuhan khan kerja juga Bang……” ucapnya lagi

“iya sih…..”

Joanes lalu mengirim pesan agar sopirnya jangan menjemputnya dulu dan menunggu saja di mall terdekat. Dia akan menyusulnya selesai makan siang dengan Aby, meski ini tidak direncanakan sebelumnya. Namun dia menikmati ngobrol ringan dengan Aby. Entah kenapa dia sangat menyukai gadis ini. Senyum dan kebaikan hatinya sangat menyentuh hatinya, dan benar-benar alami tanpa dibuat buat.

Acara makan siang mereka terputus karena orangtua Abigail tiba-tiba datang bersama adiknya yang perempuan. Aby segera bangun dari duduknya dan memperkenalkan kedua orangtuanya ke Joanes

“shallom Om dan Tante…. saya Joanes”

Bapaknya dan adiknya dengan ramah menyambut dia, namun Mamanya Aby terlihat sekali judesnya. Hanya menganggukan kepalanya tanpa memberi tangannya untuk disalami. Abigail terlihat agak malu dengan Joanes melihat tingkah mamanya.

“ayo…. mobil parkir dimana?” tanya Mamanya

“di sebelah kiri Ma….”

“ya sudah…ayo….”

Aby lalu segera pamitan ke Joanes

“aku duluan yah Bang….”

Dia lalu bergegas membayar makanan dian minuman mereka berdua, lalu pamitan ke Joanes. Adiknya juga menganggukan kepala dengan ramah, bapaknya juga, namun Mamanya dengan dingin bahkan seperti tidak menganggap ada Joanes disitu.

“ kamu kalau bergaul pilih-pilih dong….” tukas Mamanya saat mereka sudah di mobil

“pilih-pilih gimana Ma?”

“itu tadi? Siapa namanya….?”

“oh Joanes….. keyborist kita…..”

“iya sama-sama imam musik tapi khan ngga harus makan siang bareng gitu berduan kali…..”

Abigail kaget mendengar kata-kata dan protes dari Mamanya

“cuma makan Ma…..”

“iya cuma makan….awalnya begitu…..selanjutnya khan kita ngga tau…..”

Abi hanya terdiam mendengar protes Mamanya

“mama kenapa sih? Lagian Ka Aby khan cuma makan aja bareng ama teman pelayanan? Parno amat….” protes adiknya

“kamu tau apa masalah begituan?? mama ini lebih lama dan lebih pengalaman dalam hidup….” bantah Mamanya

“ih…. biarin aja sih Ma… lagian khan si Bang Joanes juga ganteng kok….. teman-teman aku aja pada ngefans ama dia….” ujar adiknya sambil tertawa

“ganteng itu ilusi aja…. yang penting sudah kerja belum?? bisa jamin hidup ngga??” serga Mama lagi

“mama matre ih….” tukas adiknya

“hush…udah ah….” tepis Aby

“matre? Memang kamu mau hidup pakai apa kalau bukan pakai duit? Realistis Mamamu ini bukan matre…”

Manyunnya Mama memang mengisyaratkan bahwa dia terlihat tidak suka dengan Joanes. Padahal mereka hanya makan dan sungguh Aby malu sekali melihat tingkah Mama di depan Jaones. Siapa dia coba? Lalu sampai Mama harus seperti itu tidak sukanya ke temannya dia.

“kalo sama Levin, nah itu baru Mama setuju…..” cetus mamanya lagi

Levin?? OMG anak itu saja menegur dia jarang bahkan suka terlihat kesal jika teman-temannya meledek dirinya dengan Aby. Ini Mama lagi mau coba-coba, bisa-bisa dibilang tidak tahu malu dan tidak ngaca, dia yang biasa-biasa saja penampilannya lalu berani naksir sama cowok idola gadis-gadis di gereja.

“mama suka ngaco ih…..” Tukas Mima adiknya.

“Kok ngaco sih……” tanya Mamanya balik…

“ih…suka ngga tau yah…. Ka Aby itu sampe diledek ledek anak-anak, gara-gara Mama yang suka over gitu…..”

Aby hanya bisa diam mendengarnya.

“over gimana?”

“ih sudah ah….malaes dah Mama kalo gini….”

Aby lalu menengahi….

“Udahlah Mima…..pulang gereja malah ribut kita…..”

“mama itu cuma pengen yang terbaik buat kalian….biar ngga susah kayak Mamamu ini…..” manyun mulut mamanya, membuat Samuel papanya Aby hanya terdiam, dia jadi merasa tersentil dengan kondisi mereka sekarang, seakan akan dia sebagai ayah tidak mampu memberikan kehidupan yang layak buat mereka.

Akhirnya suasan mobil terdiam dan hening, suara lampi sign untuk belok dan suara kendaran lain malah mendominasi masuk dan terdengar ke dalam mobil. Selalu begini suasana jika sudah bicara tentang kondisi mereka.

Dan aby selalu menjadi sosok yang mengalah, dalam segala hal. Meski terlihat ramai dan ceria, namun dalam hatinya dia selalu seperti teriris melihat kondisi rumah mereka. Uang seperti hal yang sangat mewah bagi mereka, karena terkadang hanya mampir sejenak dan langsung hilang. Belum gajian pun semua uang yang ada sudah ada posnya masing-masing, bahkan kurang dan Aby harus memendan semua keinginannya, demi adik-adiknya, demi mama dan keluarganya dia.

Dia teringa perlakuan Mama ke Joanes tadi. Baginya sosok JOanes adalah anak yang snagat baik, meski pendiam, namun dia terlihat ramah dan sopan ketika berbicara. Bagi Aby dia seperti menemukan teman baru, yang kebetulan punya ansib yang sama.

Mereka berdua dalam latihan juga sering dibuli, atau dalam briefing menjelang naik suka berkali kali diingatkan, meskipun Aby merasa dirinya sudah oke kok, namun tetap saja ada yang kurang sepertinya. Bahkan untuk bulan depan dia melihat jadwalnya dia banyak dilempar ke gereja ranting, bersama dengan Joanes juga.

Sebenarnya melayani Tuhan itu dimana saja, tapi bukan rahasia lagi bagi para imam musik, persembahan kasih untuk gereja di ranting berbeda jauh dengan gereja di cabang yang jemaatnya besar. Meski sedih dan dirasa kurang adil, namun Aby selalu bersyukur, dia percaya Tuhan apsti kasih berkat berlimpah untuk dirinya nanti.

Dia teringat tadi akan tindakan mama ke Joanes, rasanya dia perlu wa dan minta maaf…..

Bang, maafin yah jika tingkah Mama agak kurang ramah

Whatssapp Aby ke Joanes

Ngga apa By. Belum kenal pasti begitu. Makasih yah traktirannya. GBU

Sama- sama Abang.

Aby hanya tersenyum simpul melihat wa nya dibalas oleh Joanes. Entah kenapa dia suka berdebar jadinya melihat pria itu. Sosoknya yang pendiam namun memiliki wajah yang rupawan memang jadi daya tarik utama bagi para wanita, termasuk abigail.

Sementara itu dilain tempat, setelah tiba dengan gojek, Joanes segera naik ke sedan mewahnya

“kita ke Karawang Pak….”

“baik Boss….”

Proyek sportcentre di Karawang memang sedang dikerjakan oleh perusahaannya Tirtasari Konstruksi. Kelak salah satu anak perusahaannnya yang baru dibentuk yaitu PT Tirtasari Sport Management akan menjadi pengelola kawasan olahraga yang terdiri dari mall, stadion bola dan juga stadion indoor plus lingkungan perkantoran dan apartemen.

Dengan bantuain consortium dari Korea Selatan, kawasan tandus ini dirubah menjadi kawasan komersial yang sangat bergengsi. Ini merupakan salah satu mega proyek selain proyek di Palembang dan Batam. Dukungan investor asing benar-benar dimanfaatkan untuk memajukan bisnisnya. Di setiap lokasi bisnis baru yang dia bangun, selalu dia selipkan pembangunan perumahan di dekat lokasi tersebut yang pure milik dari perusahaannya sendiri yaitu Tiratsari Propertindo. Sehingga harga dan nilai jual perumahaan dan marketingnya terkerek akibat adanya pembangunan pusat bisnis di dekat lokasi tersebut.

Dan ditengah membesarnya bisnis dan usahanya, terselip rasa yang kontras dengan melajunya kemajuan perusahaannya, yaitu sebuah kesendirian dan kesunyian hati. Masa lalunya yang sangat pahit, ditambah dengan hilangnya pegangan hatinya, membuat itu terakumulasi dengan sikapnya yang cenderung memilih menjauh dari keramaian. Dan di balik kesunyian itu dia lalu mampu mengelola semua sumber daya yang dia miliki hingga menjadi apa yang dia miliki saat ini.

Dia sempat melihat ada whatsapp dan miss called dari Liza. Wanita cantik itu mengabarkan bahwa dia akan datang ke Jakarta minggu depan. Joanes hanya tersenyum membacanya, jawabannya hanya singkat mengokein tanpa menyambut lebih jauh lagi. Dia lebih suka membalas whatssapp dari Abigail, baginya seperti menemukan teman baru yang menyenangkan di diri Aby.

Meski gaya penampilannya terlihat tidak fashionable, rambut keritingnya juga sering jadi pusat perhatian jika digerai, namun Joanes suka dengan gaya polosnya dan penuh kejujuran dari gadis ini. Dia selalu ramah dan penuh senyum meski sering diomeli saat latihan. Tubuhnya yang agak cubby dengan rambut keritingnya sering jadi omongan karena dinilai dia kurang meperhatikan penampilan, karena memang imam musik di gereja haruslah dituntut punya penampilan menarik karena berada dibawah spotlight sepanjang acara.

Namun menurut Joanes, suara Aby justru yang paling bagus. Dia punya lengkingan yang indah didengar, tekhnik vokalnya juga bagus, meski memang harus dilatih lagi agar terarah. Dan senyuman tulus dan cara dia meperlakukan Joanes berbeda dengan orang lain yang agak aneh melihat dirinya yang jarang berbicara, membuat Joanes merasa nyaman dan memiliki teman yang mengerti akan dirinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd