PART X
The Sweetest Girl
Hari minggu kali ini Joanes mendapat tugas ibadah pagi jam 6 dan jam 8 pagi, sehingga saat ibadah yang ketiga dia sudah free dan bebas. Semenjak mulai bertugas melayani, Joanes harus belajar untuk menyesuaikan waktu dan kondisi kerjanya dengan tugas pelayanan. Baginya pelayanan adalah tugas agung dan mulia, karena dia harus melayani Tuhan yang bagi dirinya sudah membawa dia masuk ke tatanan hidup baru.
Bisnisnya kini semakin diberkati dan menjadi salah satu developer dan pengusaha properti yang cukup memiliki nama. Aset-aset dan bisnisnya kini berkembang pesat, dan dia meyakini bahwa ini semua bisa terjadi karena campur tangan Tuhan dalam hidupnya.
Melayani merupakan jalan yang dia pilih karena dia berharap dengan makin dekat dengan Tuhan, dia bisa menemukan impian terbesarnya, yaitu bertemu dengan kakaknya Tirtasari. Sosok yang sangat dia rindukan yang sduah terpisah hingga 19 tahun lamanya.
Lingkungan pelayanan sebenarnya kadang tidak berbeda jauh dengan lingkungan kebanyakan. Masih saja ada yang welcome dan ada juga yang cuek dengan dirinya. Imam musik dan para singer kadang ibarat artis dalam lingkungan pelayanan, karena sering tampil didepan orang banyak, membuat semua mata tertuju ke para imam musik.
Kehadiran Joanes di lingkungan imam musik ini sedikit banyak memberi warna baru. Banyak jemaat terutama kaum hawa yang diam-diam bertanya tanya akan sosoknya. Sosoknya yang tampan, rambutnya yang agak gondrong ala badboy, berkulit putih dengan tinggi menjulang, membuatnya dengan mudah menarik perhatian kaum hawa di lingkungan gereja.
Ditambah dengan sifatnya yang pendiam dan tertutup, membuat sosok misteriusnya banyak menundang tanya. Di lingkungan para gadis dia dikagumi, namun di lingkungan kaum pria ada yang agak kurang menyukainya karena sifatnya yang pendiam dan jarang berbicara. Joanes hanya berbicara seperlunya, dan jarang membaur berbicara banyak dengan kawan-kawan sesama imam musik, membuat ada saja termasuk koordinator mereka, Felix yang kurang menyukainya.
Siang ini sambil menunggu Pak Darwin menjemputnya, dia duduk sebentar di kantin sambil membuka ponselnya. Selain membalas pesan yang masuk, dia juga duduk menunggu sopirnya datang. Dia akan anik angkot atau gojek seperti biasa dan sopirnya menunggu di suatu tempat lain yang agak jauh dari gereja.
Joanes memang sengaja menyembunyikan identitasnya. Baginya dengan kondisi seperti ini dia merasa lebih nyaman dan santai. Jangankan di lingkungan gerejanya yang masih baru, di lingkungan kantornya pun dia hanya bisa ditemui beberapa orang saja. Selain Edward dan Managing Directornya, ada juga Michael yang kini memegang perusahaan jasa secirity miliknya yang sering bertemu dengannya. Bahkan Ayu sekretarisnya pun sangat jarang bisa bertemu secara langsung dengannya.
Abigail yang juga bertugas siang hari hingga jam 10, selesai dari backstage, sempat ke kantor jemaat lalu bergerak ke belakang ke kantin gereja. Dia tersenyum melihat sosok Joanes sedang duduk di kantin dan memegang ponselnya.
“bang….” sapanya ramah
“hai Abi….”
“ abang ngga makan?”
“eh….ngga…..” jawab Joanes pendek
“ih….. aku traktir yah……” ujar Abi
“ngga usah….” tolak Joanes
“ ngga apa-apa Bang…..”
Joanes bingung jadinya
“ngga baik menolak rejeki…” sambil tersenyum manis
Di mata Aby, pria ini adalah sosok pendiam dan belum kerja, jadi mungkin itulah sebabnya dia tidak makan siang, mungkin hanya ada ongkos untuk dirinya. Dia tahu dan sadar bagaimana jika dalam posisi seperti itu, maka karena kebetulan dia ada uang lebih, rasanya traktir makan siang teman pelayanannya wajar saja
“nasi ayam atau pakai ikan?” tanya Aby
Joanes hanya tersenyum tipis
“ikan boleh….”
“minumnya?”
“aqua aja….”
“oke….”
Tidak lama makanan pesanan sudah datang didepannya. Aby lalu duduk di depannya, dia memesan mie ayam dengan teh botol.
“doa yuk…..”
Aby lalu berdoa untuk makan siang mereka berdua…
Sambil makan mereka mengobrol dengan santainya
“abang tinggal di Jatisari?”
“iya…..”
“kost?”
“iya….”
“oh….. keluarga abang?”
“di kampung……di kalimantan….”
“wah jauh yah…..”
Joanes tersenyum
“abang jangan suka dimabil hati yah kata-kata dan kelakuan anak-anak….”
“ngga kok….”
“iya…takutnya abang malah down dan jadi ngga semangat pelayanan lagi….”
“ngga kok…..”
“semangat yah Bang…..”
Joanes secara khusus memang suka dengan Aby. Anaknya selalu ceria dan senyum. Diomelin pun dia tetap senyum. Ceria dan penuh tawa. Sosoknya yang hitam manis, meski agak berisi, namun dia tidak menjadi rendah diri, malah dengan penuh senyum dan sennag hati dia selalu terlihat gembira. Sesuatu yang sangat berbeda dengan Joanes yang cenderung diam dan tidak banyak berbicara.
“dari sini abang pulang?”
“iya….”
“semangat yah Bang…. semoga segera dapat kerjaan juga……”
“amin ….”
Sambil meneruput teh botolnya
“melayani Tuhan khan kerja juga Bang……” ucapnya lagi
“iya sih…..”
Joanes lalu mengirim pesan agar sopirnya jangan menjemputnya dulu dan menunggu saja di mall terdekat. Dia akan menyusulnya selesai makan siang dengan Aby, meski ini tidak direncanakan sebelumnya. Namun dia menikmati ngobrol ringan dengan Aby. Entah kenapa dia sangat menyukai gadis ini. Senyum dan kebaikan hatinya sangat menyentuh hatinya, dan benar-benar alami tanpa dibuat buat.
Acara makan siang mereka terputus karena orangtua Abigail tiba-tiba datang bersama adiknya yang perempuan. Aby segera bangun dari duduknya dan memperkenalkan kedua orangtuanya ke Joanes
“shallom Om dan Tante…. saya Joanes”
Bapaknya dan adiknya dengan ramah menyambut dia, namun Mamanya Aby terlihat sekali judesnya. Hanya menganggukan kepalanya tanpa memberi tangannya untuk disalami. Abigail terlihat agak malu dengan Joanes melihat tingkah mamanya.
“ayo…. mobil parkir dimana?” tanya Mamanya
“di sebelah kiri Ma….”
“ya sudah…ayo….”
Aby lalu segera pamitan ke Joanes
“aku duluan yah Bang….”
Dia lalu bergegas membayar makanan dian minuman mereka berdua, lalu pamitan ke Joanes. Adiknya juga menganggukan kepala dengan ramah, bapaknya juga, namun Mamanya dengan dingin bahkan seperti tidak menganggap ada Joanes disitu.
“ kamu kalau bergaul pilih-pilih dong….” tukas Mamanya saat mereka sudah di mobil
“pilih-pilih gimana Ma?”
“itu tadi? Siapa namanya….?”
“oh Joanes….. keyborist kita…..”
“iya sama-sama imam musik tapi khan ngga harus makan siang bareng gitu berduan kali…..”
Abigail kaget mendengar kata-kata dan protes dari Mamanya
“cuma makan Ma…..”
“iya cuma makan….awalnya begitu…..selanjutnya khan kita ngga tau…..”
Abi hanya terdiam mendengar protes Mamanya
“mama kenapa sih? Lagian Ka Aby khan cuma makan aja bareng ama teman pelayanan? Parno amat….” protes adiknya
“kamu tau apa masalah begituan?? mama ini lebih lama dan lebih pengalaman dalam hidup….” bantah Mamanya
“ih…. biarin aja sih Ma… lagian khan si Bang Joanes juga ganteng kok….. teman-teman aku aja pada ngefans ama dia….” ujar adiknya sambil tertawa
“ganteng itu ilusi aja…. yang penting sudah kerja belum?? bisa jamin hidup ngga??” serga Mama lagi
“mama matre ih….” tukas adiknya
“hush…udah ah….” tepis Aby
“matre? Memang kamu mau hidup pakai apa kalau bukan pakai duit? Realistis Mamamu ini bukan matre…”
Manyunnya Mama memang mengisyaratkan bahwa dia terlihat tidak suka dengan Joanes. Padahal mereka hanya makan dan sungguh Aby malu sekali melihat tingkah Mama di depan Jaones. Siapa dia coba? Lalu sampai Mama harus seperti itu tidak sukanya ke temannya dia.
“kalo sama Levin, nah itu baru Mama setuju…..” cetus mamanya lagi
Levin?? OMG anak itu saja menegur dia jarang bahkan suka terlihat kesal jika teman-temannya meledek dirinya dengan Aby. Ini Mama lagi mau coba-coba, bisa-bisa dibilang tidak tahu malu dan tidak ngaca, dia yang biasa-biasa saja penampilannya lalu berani naksir sama cowok idola gadis-gadis di gereja.
“mama suka ngaco ih…..” Tukas Mima adiknya.
“Kok ngaco sih……” tanya Mamanya balik…
“ih…suka ngga tau yah…. Ka Aby itu sampe diledek ledek anak-anak, gara-gara Mama yang suka over gitu…..”
Aby hanya bisa diam mendengarnya.
“over gimana?”
“ih sudah ah….malaes dah Mama kalo gini….”
Aby lalu menengahi….
“Udahlah Mima…..pulang gereja malah ribut kita…..”
“mama itu cuma pengen yang terbaik buat kalian….biar ngga susah kayak Mamamu ini…..” manyun mulut mamanya, membuat Samuel papanya Aby hanya terdiam, dia jadi merasa tersentil dengan kondisi mereka sekarang, seakan akan dia sebagai ayah tidak mampu memberikan kehidupan yang layak buat mereka.
Akhirnya suasan mobil terdiam dan hening, suara lampi sign untuk belok dan suara kendaran lain malah mendominasi masuk dan terdengar ke dalam mobil. Selalu begini suasana jika sudah bicara tentang kondisi mereka.
Dan aby selalu menjadi sosok yang mengalah, dalam segala hal. Meski terlihat ramai dan ceria, namun dalam hatinya dia selalu seperti teriris melihat kondisi rumah mereka. Uang seperti hal yang sangat mewah bagi mereka, karena terkadang hanya mampir sejenak dan langsung hilang. Belum gajian pun semua uang yang ada sudah ada posnya masing-masing, bahkan kurang dan Aby harus memendan semua keinginannya, demi adik-adiknya, demi mama dan keluarganya dia.
Dia teringa perlakuan Mama ke Joanes tadi. Baginya sosok JOanes adalah anak yang snagat baik, meski pendiam, namun dia terlihat ramah dan sopan ketika berbicara. Bagi Aby dia seperti menemukan teman baru, yang kebetulan punya ansib yang sama.
Mereka berdua dalam latihan juga sering dibuli, atau dalam briefing menjelang naik suka berkali kali diingatkan, meskipun Aby merasa dirinya sudah oke kok, namun tetap saja ada yang kurang sepertinya. Bahkan untuk bulan depan dia melihat jadwalnya dia banyak dilempar ke gereja ranting, bersama dengan Joanes juga.
Sebenarnya melayani Tuhan itu dimana saja, tapi bukan rahasia lagi bagi para imam musik, persembahan kasih untuk gereja di ranting berbeda jauh dengan gereja di cabang yang jemaatnya besar. Meski sedih dan dirasa kurang adil, namun Aby selalu bersyukur, dia percaya Tuhan apsti kasih berkat berlimpah untuk dirinya nanti.
Dia teringat tadi akan tindakan mama ke Joanes, rasanya dia perlu wa dan minta maaf…..
Bang, maafin yah jika tingkah Mama agak kurang ramah
Whatssapp Aby ke Joanes
Ngga apa By. Belum kenal pasti begitu. Makasih yah traktirannya. GBU
Sama- sama Abang.
Aby hanya tersenyum simpul melihat wa nya dibalas oleh Joanes. Entah kenapa dia suka berdebar jadinya melihat pria itu. Sosoknya yang pendiam namun memiliki wajah yang rupawan memang jadi daya tarik utama bagi para wanita, termasuk abigail.
Sementara itu dilain tempat, setelah tiba dengan gojek, Joanes segera naik ke sedan mewahnya
“kita ke Karawang Pak….”
“baik Boss….”
Proyek sportcentre di Karawang memang sedang dikerjakan oleh perusahaannya Tirtasari Konstruksi. Kelak salah satu anak perusahaannnya yang baru dibentuk yaitu PT Tirtasari Sport Management akan menjadi pengelola kawasan olahraga yang terdiri dari mall, stadion bola dan juga stadion indoor plus lingkungan perkantoran dan apartemen.
Dengan bantuain consortium dari Korea Selatan, kawasan tandus ini dirubah menjadi kawasan komersial yang sangat bergengsi. Ini merupakan salah satu mega proyek selain proyek di Palembang dan Batam. Dukungan investor asing benar-benar dimanfaatkan untuk memajukan bisnisnya. Di setiap lokasi bisnis baru yang dia bangun, selalu dia selipkan pembangunan perumahan di dekat lokasi tersebut yang pure milik dari perusahaannya sendiri yaitu Tiratsari Propertindo. Sehingga harga dan nilai jual perumahaan dan marketingnya terkerek akibat adanya pembangunan pusat bisnis di dekat lokasi tersebut.
Dan ditengah membesarnya bisnis dan usahanya, terselip rasa yang kontras dengan melajunya kemajuan perusahaannya, yaitu sebuah kesendirian dan kesunyian hati. Masa lalunya yang sangat pahit, ditambah dengan hilangnya pegangan hatinya, membuat itu terakumulasi dengan sikapnya yang cenderung memilih menjauh dari keramaian. Dan di balik kesunyian itu dia lalu mampu mengelola semua sumber daya yang dia miliki hingga menjadi apa yang dia miliki saat ini.
Dia sempat melihat ada whatsapp dan miss called dari Liza. Wanita cantik itu mengabarkan bahwa dia akan datang ke Jakarta minggu depan. Joanes hanya tersenyum membacanya, jawabannya hanya singkat mengokein tanpa menyambut lebih jauh lagi. Dia lebih suka membalas whatssapp dari Abigail, baginya seperti menemukan teman baru yang menyenangkan di diri Aby.
Meski gaya penampilannya terlihat tidak fashionable, rambut keritingnya juga sering jadi pusat perhatian jika digerai, namun Joanes suka dengan gaya polosnya dan penuh kejujuran dari gadis ini. Dia selalu ramah dan penuh senyum meski sering diomeli saat latihan. Tubuhnya yang agak cubby dengan rambut keritingnya sering jadi omongan karena dinilai dia kurang meperhatikan penampilan, karena memang imam musik di gereja haruslah dituntut punya penampilan menarik karena berada dibawah spotlight sepanjang acara.
Namun menurut Joanes, suara Aby justru yang paling bagus. Dia punya lengkingan yang indah didengar, tekhnik vokalnya juga bagus, meski memang harus dilatih lagi agar terarah. Dan senyuman tulus dan cara dia meperlakukan Joanes berbeda dengan orang lain yang agak aneh melihat dirinya yang jarang berbicara, membuat Joanes merasa nyaman dan memiliki teman yang mengerti akan dirinya.