Hallo,
Salam kenal gw X seorang programmer yang merupakan pemikir berat dan tipe orang yang bisa nekad. Dan sekarang, gw membuat sebuah permainan yang bertujuan untuk sedikit mencari tau apakah gw seorang Berkpribadian Ganda atau seoarang Skizofrenia.
FYI :
----------------------
*Berkpribadian Ganda*
Kondisi ketika seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Kepribadian ganda disebut juga gangguan identitas disosiatif. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh pengalaman traumatis yang terjadi berulang.
----------------------
*Skizofrenia*
Gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Di permainan gw, ada 3 peran pembantu :
- Orang-1 : Pasangan, real-life, with-sex, 18+
- Orang-2 : Pacar, virtual, no-sex, 18-
- Orang-3 : Teman konsul, virtual, no-sex, 18+
Bermula dari "pemikiran" gw yang selalu menganggap Orang-1 terlalu berbelit-belit, agak so-tau, cenderung susah di mengerti. Yang membuat otak gw berfikir jika Orang-1 terlalu keras kepala (hipotesis). Tentu saja itu membuat gw menjadi sedikit tidak nyaman, yang menggiring gw untuk membuat sebuah permainan otak.
Yup, sebuah game kecil dengan segala konsekuensi yang jelas.
Game Start! gw main sebuah aplikasi anonymous yang mana disana kita dapat menemukan orang secara random (harus orang yang tidak gw kenal) bertujuan agar mudah gw paksa logout dari permainan. Cukup lama nyari orang yang cocok, namun akhirnya ketemu. Peran Orang-2 login disini, gak sedikit kata yang gw lontarkan agar dia secara gak sadar mau ikut ke permainan. Tentu saja Orang-2 harus jadi pacar gw supaya dia bisa merasa lebih nyaman, meski nyatanya gw gak terlalu suka dengan perempuan yang umurnya dibawah gw. Alasan gw pilih Orang-2 hanya karena cukup asik di ajak ngobrol (ini penting untuk permainan). Exactly! dalam waktu 3 hari permainan sudah berjalan mulus.
Gw sadar Orang-2 ini asik di ajak ngobrol hanya saja dia punya waktu yang sangat sedikit di depan layar (punya kesibukan di real-life) nyatanya kita hanya chatan 1-2 waktu dalam sehari, misalnya hanya chatan di pagi & malam saja, dan waktu yang singkat. Dengan waktu yang ada itu, gw selalu coba untuk sharing pemikiran & keseharian gw. Setelah beberapa hari, gw buat sedikit percikan (untuk bahasan lanjutan) dalam sebuah dialog :
FYI : Orang-2 ini terlahir dari keluarga yang berada dan orang tua yang tidak melarang anaknya untuk mabuk asalkan tidak nakal di belakangnya. Bahkan Orang-2 ngasih tau jika di rumahnya isi kulkas itu banyak minuman ber-alkohol.
[Dialog-1]
Orang-2 : Kalau gw mabuk-mabukan, lu bakal marah ngelarang gw atau gak?
----
Gw : Ngapain marah, kalau lu mau ya lu lakuin aja.
----
Orang-2 : Oh, jadi lu gk masalah ya? lu semacam gak perduli gitu?
----
Gw : Ya lu lakuin aja yang lu mau, kalau lu gak mau di atur yauda jgn ngomong ke orang lain.
----
Orang-2 : Fine!
Damn! Gw butuh waktu buat memahami dialog tersebut. Hingga akhirnya gw tidak menarik kesimpulan apapun terhadap dialog tersebut.
Berjalan beberapa hari, tentu saja sebuah kebohongan tidak akan berjalan sesuai rencana.
Yes, you know what I mean? Orang-1 tau gw ada hubungan dengan Orang-2. Hahaha, mulai disini agak seru. Tentu saja Orang-1 bakal marah, gw di minta buat mutusin Orang-2. Tapi, kalau gw turutin langsung tentu permainan nya berakhir dengan gw tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan gw sendiri. Jadi, mari kita lanjutkan.
Kemarin, gw coba random orang lagi bertujuan untuk mencari tau bagaimana pendapatnya tentang Dialog-1 (sebagai pembanding). Skip-skip lama akhirnya dapetlah si Orang-3 ini, seklias Orang-3 ini punya pemikiran yang berbeda dengan gw, dia melihat gw dari sudut pandang terbalik. Ini cocok banget buat jadi peran ke tiga sebagai teman konsul.
Ada yang menarik ketika gw ceritain Dialog-1 ke Orang-3, pertanyaan yang gw lontarkan setelah gw cerita kurang lebih seperti ini.
[Dialog-2]
Gw : ~ceritain tentang Dialog-1 dan sedikit penjelasan tentang pola fikir gw~
Gw : Menurut lu, siapa yang salah? Gw atau Orang-2?
----
Orang-3 : Lu ataupun Orang-2 sama-sama benar menurut logika. Tapi ada satu sisi yang seharunya lu fahami, yaitu tentang hati. Lu boleh berfikir menggunakan logika, tetapi jangan melupakan hati sebab lawan bicara lu adalah manusia.
----
Gw : Apa salah nya mengijinkan permintaan orang lain? Toh si Orang-2 juga yang bertanya dan gw jawab.
----
Orang-3 : Itu alasannya kenapa gw bilang lu terlalu mentingin logika, seoarang perempuan berfikir dengan otak dan juga mempertimbangkan perasaan. Ada yg miss di diri lu yaitu tentang perasaan. Lu gak faham soal itu karena lu orangnya terlalu pemikir. Lu gak bisa ngasih apapun yang dimau orang lain, artinya lu harus bisa ngebatasi pola fikir lu dengan memepertimbangkan perasaan. Lu mending gak usah ngebantah omongan gw, semakin lu ngebantah fikiran lu malah semakin rumit. Lu butuh istirahatin otak lu dengan berfikir yang ringan-ringan. Gw kasih saran buat lu baca komik dan gak usah terlalu di fikirin isi komiknya, lu cukup baca dan nikmati alur ceritanya doang. Pelan tp pasti, pemikiran berat lu itu bisa hilang dengan lu biasain mikir yang ringan-ringan. Balik lagi ke pertanyaan lu (dialog-1) kalau lu liat, yg dia minta itu sesuatu yang negatif, dan disini lu kasih ijin. Artinya lu gak tau mana hal negatif & positif, jelas itu menggambarkan kalau lu gak bisa tegas sebagai laki-laki sejati.
Shiiittt! baru kali ini ada orang yang berani ngebolak-balikin fikiran gw. Tp, setelah gw renungi dan nyoba buat introspeksi, memang benar ternyata kesalahan gw yang fatal adalah soal *mati rasa*. Ada yang gw lupa tentang perempuan, yaitu sebuah *perasaan*. Lagi-lagi gw buat sebuah hipotesis jika pasangan gw Orang-1 pun sebenernya orang dengan kelebihan perasaan dan sedikit logika.
So far, gw masih belum dapat jawaban untuk pertanyaan gw. Hanya saja beberapa indikator yang membuat gw tidak disukai Orang-1 sudah mulai terlihat. Yup, gw lakuin ini demi hubungan gw dengan Orang-1. Sebab Orang-1 jika diajak bicara tidak menjelaskan sedetail mugkin seperti halnya Orang-3 yang menjelaskan secara rinci kesalahan gw sekaligus ngasih saran juga.
Meski gw masih bingung untuk jawabannya, yang jelas gw sekarang sadar. Ternyata yang gw butuhin hanyalah pola fikir yang tidak terlalu rumit, dan cenderung lebih tegas dalam berperasaan.
FYI, sampai saat ini pun permainan masih gw lanjutin, hanya saja untuk Orang-2 gw mau dia logout pelan-pelan (karena masih ada yg mau gw tau dari Orang-2 tentang sudut pandang perasaan). Orang-3 masih ngasih kritikan & saran buat gw. Dan untuk Orang-1 dia masih memendam amarah HAHAHA.
Gw tau cerita diatas terlalu sulit buat di percaya, tapi seperti itulah kenyataan nya. Gw cukup gila buat ngorbanin perasaan Orang-1 cuma karena gw pengen pribadi gw jadi lebih baik. Karena awalnya gw berfikir dengan begitu gw bisa lebih faham dengan Orang-1. Faktanya itu semua salah dan di bantah oleh Orang-3. Peran Orang-2 disini hanya sebuah pion yang gw anggap bisa jadi percikan untuk pembahasan gw.
Jika ada yg bertanya, kenapa gw gak ngomong baik-baik dengan Orang-1? jawabannya sederhana karena gw gak ada masalah dengan Orang-1. Masalah sebenernya ada pada diri gw sendiri.
Poin yang gw dapet :
- Jadi orang jangan terlalu berfikiran berat, otak butuh istirahat
- Jadi orang harus faham perasaan
- Jadi seorang pria harus bisa tegas
- Dengan membatasi fikiran, bakal mempengaruhi omongan dan prilaku terhadap orang lain
Di penghujung cerita, alasan gw share disini hanya sebatas ingin tau bagaimana pendapat suhu-suhu tentang permainan ini dan tentu saja dari sedikit cerita diatas, menurut suhu ane termasuk "Berkpribadian Ganda, Skizofrenia atau Normal". Ane menghormati segala jenis kripik pedas dan saran nya juga.
Salam semprot loverss...