Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Menyesal? Tentu Saja Tidak! (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
Nampaknya si sandra udah tau,
Apa mungkin udah pernah/sering ya?
 
Selamat sore semproterrss....!!!

Pertama ane mau minta maaf karna terlalu lama untuk mengupdate cerita, ane juga jadi jarang membalas komentar2 dari para suhu disini :ampun:

Update berikutnya akan di post nanti malam, semoga gak kemaleman biar gak basi nih cerita:D

Semoga suhu2 disini gak bosen nungguin update dan tetap excited menunggu update berikutnya. Ane apresiasi buat kalian yang udah selalu setia dan memberi semangat buat ane! Thank you very muchh😘😘..!!

Akhir kata,
Keep Semproooottt..!!!!
 
Akhirnya update juga, melanjutkan kebinalan bersama teman teman
 
UPDATEE...!!!

Selamat malam semproteerrsss....!!!
Sesuai janji ane tadi sore, ane udah kelarin Part 12 tepat waktu hehe...
Jangan lupa beri saran dan like nya untuk update kali ini

Keep Semprooott...!!!

Part 12

Pagi ini aku bangun dengan tubuh yang lebih segar dibandingkan kemaren. Rasa sakit dan kesedihan sudah sirna, aku siap masuk sekolah kembali setelah kemaren sakit. Aku beranjak dari kasurku untuk bersiap2 menuju sekolah, setelah rapih, aku diantar Pak Herman menuju sekolah. Disepanjang perjalanan aku memikirkan bagaimana caranya memutuskan hubungan pertemanan dengan Bella dan Sherly beserta teman2nya. Apa mereka akan terima dengan keputusanku? Apa mereka benar2 akan menjauhi diriku? Aku bingung, sebelumnya aku tidak pernah merasa sebingung ini. Bagaimana caranya ya? Kata2 yang bagus keluar apa ya? Duh! Aku benar2 pusing memikirkan semua ini.
"Ehh... Non Olive gapapa? Masih belum sehat ya? Apa mau balik lagi ke rumah?" Tanya Pak Herman melihatku dari spion dalam, tutur katanya sangat sopan dan dihiasi dengan senyuman.
"Gapapa kok Pak, lanjut aja ke sekolah." Ucapku sambil membalas senyumannya, lalu dijawabnya dengan anggukan dan kata 'siap' padaku. Karna sudah terlalu pusing dengan isi otakku, aku pun bertanya pada Pak Herman.
"Pak, caranya memutuskan hubungan pertemanan itu gimana sih?" Tanyaku dengan melihat ke arah spion melihat wajahnya. Pak Herman dengan segera membalas tatapanku dari spion, raut wajahnya seketika berubah.
"Waduh non, kalo menurut Bapak sih sebaiknya jangan pernah memutuskan sebuah hubungan pertemanan, karna teman itu orang terpenting kedua setelah keluarga" Ucapnya memberi saran. Aku kemudian terdiam memikirkan ucapannya. Aku semakin ragu untuk menjauhi mereka setelah saran Pak Herman. Apa yang harus aku lakukan? Cukup lama aku terdiam hingga tanpa sadar aku sudah sampe di sekolah.
"Makasih ya Pak udah anterin Olive. Makasih juga Pak atas sarannya." Ucapku sebelum turun dari mobil.
"Iya sama2 non." Balasnya dengan sopan.

Aku kemudian melangkahkan kaki menuju kelas. Aku masih memikirkan keputusan yang harus aku ambil sampai ketika aku sudah tiba di kelas. Aku menuju kursiku, Bella dan Sherly sudah tiba lebih dulu dariku.
"Eh lu udah sembuh? Sakit apaan kemaren?." Ucap Bella sambil tetap duduk di sebelah Sherly.
"Gak enak badan aja sih kemaren hehe." Jawabku sambil menaruh tas di bangku, kemudian aku hendak menuju keluar kelas menghampiri sahabat2ku.
"Eh sini dulu dong, main cabut aja. Kangen tauu." Ucap Sherly yang membuat langkahku terhenti. Kemudian aku memutar arah menghampiri mereka.
"Sorry yaa kemaren kita gak sempet jenguk lu." Ucap Sherly meminta maaf.
"Iya nih Liv, gue juga kemaren gak ngejenguk lu." Ucap Bella juga meminta maaf padaku.
"Iyaa gapapa kok, eh gue mau ke Dea bentar ya." Ucapku yang segera meninggalkan mereka berdua. Baru keluar kelas, bel sudah berbunyi menyuruh para murid untuk apel pagi di lapangan. Karna hanya apel aku langsung menuju lapangan, biasanya apel tidak diwajibkan memakai atribut lengkap. Ketika akan sampai tangga hp ku bergetar, ada sebuah chat yang masuk. Kubuka hp ku, ternyata Sherly mengajakku untuk cabut apel hari ini, dia menungguku di kelas Dion seperti waktu itu. Aku pun membalas chatnya, kutolak ajakannya itu dengan alasan sudah terlanjur di lapangan. Aku segera bergegas ke lapangan agar tidak ketemu Sherly dan Bella maupun anak2 MT lainnya.

Sesampainya di lapangan, apel pagi segera dimulai. Seperti apel pada umumnya, hanya berisi ceramah yang membosankan dari salah seorang guru. Apel pagi telah usai, ketika bubar aku bertemu dengan sahabat2ku itu, termasuk keberadaan Sandra yang sudah kuanggap sahabat.
"Eh Olive, alhamdulillah kamu udah masuk lagi." Ucap Vina dengan rasa syukur melihatku sudah kembali ke sekolah.
"Iya alhamdulillah Vin, makasih ya kemaren udah jenguk aku." Ucapku pada mereka bertiga. Kemudian kami berjalan bersama menuju kelas.
"Eh bentar ada telepon." Ucap Sandra menghentikan langkah kami, kemudian dia menjauh untuk mengangkat telepon tersebut. Tak lama kemudian dia kembali lagi.
"Siapa San?" Tanya Dea pada Sandra.
"Eh anuu... Itu tadi Papa nelpon. Kalian duluan aja ya, aku mau ke toilet dulu sakit perut." Jawab Sandra sambil memegangi perutnya, Sandra kemudian bergegas menuju toilet yang berbeda arah dengan jalan menuju kelas. Sesampainya di kelas Dea dan Vina, aku berpisah dengan mereka dan menuju kelasku sendiri. Ketika sampai, belum tampak keberadaan Bella dan Sherly, begitu juga dengan Daffa yang sebangku denganku. Baru juga sempet kenalan dengan Daffa di kelas 3, eh dia udah berapa hari ini gak masuk. Meskipun baru kenal di kelas 3 ini, akhir2 ini dia sering mengechatku. Entah itu menanyakan pr ataupun basa basi lainnya. Tapi sejak hari Sabtu kemaren, dia sudah tidak mengechatku kembali. Saat itu juga aku duduk di bangkuku dan mengechat Daffa, menanyakan kenapa dia tidak masuk sekolah. Cukup lama mendapat balasan darinya, hingga Bella dan Sherly tiba di kelas sambil cekikan, aku tetap bermain hp.

"Eh Liv, Daffa kemana ya? 3 hari ini kok doi gak masuk." Tanya Sherly padaku sambil duduk di belakang.
"Gak tau tuh." Jawabku sambil bermain hp.
"Emang lu gak kangen sama Daffa?" Tanya Bella padaku.
"Ihh apaansih kangen2an." Jawabku sambil memutar badan menghadap mereka.
"Cieee Olive kangen Daffa..." Ucap Bella yang membuat mukaku memerah. Sherly juga ikut2an meledekku.
"Ihh apaansih gak jelas kalian." Jawabku sambil mencubit tangan mereka berdua.
"Lu suka ya sama Daffa?" Tanya Sherly tiba2 serius padaku. Aku kaget dengan pertanyaannya, aku tak mampu menjawab pertanyaan itu.
"Keliatan kok Liv. Dari cara lu ngobrol sama dia, ketawa bareng, trus juga gue sempet kok liat chat lu berdua. Jujur aja siih sama kita2." Ucap Sherly berusaha membuktikan dugaannya itu.
"Hmm... Gimana yaa... Abis orangnya baik, keren, ganteng lagi hehe.." Ucapku dengan jujur, kurasa sudah tidak perlu lagi menyembunyikan perasaan ini.
"Sejak kapan lu suka sama dia?" Tanya Bella yang ikut2an bertanya serius.
"Dari kelas 1 sih udah timbul gitu, suka merhatiin dari kejauhan, tapi karna gak kenal yaa cuma jadi pengagum rahasia gitu deh, baru kenalan juga kelas 3 ini kok. Trus kemaren tuh Daffa sempet ngomong gini 'gue baru tau ada cewe secantik lu di sekolah'. Trus gue langsung meleleh gitu tau gak siihh..." Ceritaku sambil nyengir2 sendiri pada mereka.
"Waah kalo gitusih Daffa juga suka sama lu." Ucap Sherly yang membuat jantungku semakin berdebar debar.
"Ihh apaansih." Ucapku masih salting mengingat kejadian yang dulu.
"Inimah tinggal nunggu ditembak ajaa Liv hahaha..." Ujar Bella padaku.
"Kalo pun dia nembak sih, gak bakal gue terima juga Bel." Jawabku yang membuat mereka terkejut.
"Loh emangnya kenapa? Kan lu juga suka sama dia" Tanya Bella dengan wajah yang kebingungan.
"Yaa tau sendiri kan Dea sama Vina gimana orangnya. Kita tuh udah komitmen gak mau pacaran karna 'dosa'. Nanti kalo gue ngelanggar bisa2 dicampakkan." Jawabku yang membuat mereka mengangguk paham dengan keadaan persahabatanku. Tak lama setelah curhat, pelajaran pertama kemudian dimulai, dibuka dengan pelajaran Bu Iis, guru agama. Beberapa murid non islam termasuk Sherly keluar menuju ruang kerohanian, sedangkan aku dan Bella duduk sebangku.

Materi pelajaran membahas mengenai 'orangtua'. Beberapa murid terlelap dalam omongan Bu Iis, termasuk Bella juga tidur disampingku. Meski pelajaran tampak membosankan, aku tetap terjaga karna setiap kata2 yang dilontarkan oleh guruku membuat rindu kepada orangtuaku semakin menjadi jadi. Hingga pelajaran selesai, aku masih terngiang dengan kata2 yang disampaikan oleh Bu Iis tadi.
"Sayangilah orangtuamu, maka kamu akan bahagia dunia akhirat."
"Orangtua tidak akan mengecewakanmu, tidak seperti teman yang bisa mengecewakanmu kapan saja."
Kata2 itu sangat menempel di otakku. Aku kembali mengingat kata2 Pak Herman, baginya teman itu orang terpenting nomor 2 setelah keluarga. Kesimpulan yang aku dapat adalah: keluarga nomor 1, teman nomor 2. Keputusanku sudah bulat untuk memutuskan pertemanan dengan Bella dan Sherly. Mama ingin aku berteman dengan orang yang baik2, sedangkan mereka bukan teman yang baik untukku. Meskipun aku sudah menganggapnya sahabat, tapi aku tetap harus menjauhi mereka demi kedua orangtuaku. Aku tau ini tidak akan mudah, memutuskan hubungan pertemanan memanglah terdengar konyol. Aku akan terus terang dengan apa yang terjadi, semoga saja mereka menerima keputusanku apa adanya. Waktu istirahat pertama tiba, Bella dan Sherly mengajakku ke kantin seperti biasa.
"Gue mau ngomong sama kalian." Ucapku serius pada mereka.
"Ada apa Liv?" Tanya Sherly penasaran.
"Hmm... Lu inget gak gue boleh ngejauhin kalian demi persahabatan gue sama Dea dan Vina?" Tanyaku mengingatkan kata2 mereka dulu. Mereka pun mengangguk tanda mereka ingat dengan ucapannya. Akhirnya, aku menyampaikan keinginanku untuk menjauhi mereka demi kedua orangtuaku. Awalnya aku sangat tidak enak menyampaikan ini pada mereka, tapi jawaban mereka sesuai dengan keinginanku.
"Gapapa kok Liv, dari awal juga sebenernya gue yg salah. Gue sama anak2 MT akan terima keputusan lu. Kita juga tetep ada buat lu kalo sewaktu waktu lu butuh kita." Ucap Sherly yang membuat hatiku sangat lega. Selesai sudah tugasku memutuskan hubungan pertemanan dengan mereka. Sesuai dengan keinginan Mama, aku akan berteman dengan yang memberikan pemgaruh baik untukku. Seperti kata Bu Iis, teman bisa mengecewakan kita kapan saja, tapi tidak dengan orangtua yang tidak akan mengecewakan kita. Aku pun juga tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Begitu pula dengan ucapan Pak Herman, aku harus mementingkan keluargaku terlebih dahulu dibandingkan dengan teman2ku. Aku akan terbiasa dengan menjauhi Bella dan Sherly meskipun kami sekelas, mereka juga menghormati keputusanku yang 'bertobat' lagi.

-2 minggu kemudian-

Sudah hampir dua minggu sejak kejadian waktu itu, aku telah kembali ke kehidupan yang diinginkan orangtuaku. Persahabatanku dengan Dea, Vina, dan Sandra semakin erat. Ditambah lagi dengan anak baru bernama Mutiara atau biasa dipanggil Muti,

http://www.imagebam.com/image/4527ed1265625124 (Muti)

dia duduk sebangku denganku. Ya, dia sebangku denganku karna Daffa pindah sekolah. Daffa terpaksa mengikuti orangtuanya pindah ke luar kota karna urusan pekerjaan. Aku cukup sedih dan kecewa karna dia harus meninggalkan sekolah ini, terlebih lagi aku menyukainya diam2. Benar kata Bu Iis, seorang teman bisa mengecewakan kapan saja. Karna merasa kecewa aku meminta kepada Daffa untuk tidak mengechatku lagi. Meski berat, aku yakin hal ini yang terbaik untukku. Dengan kepergiannya, aku jadi lebih fokus beribadah dan belajar lebih rajin untuk menggapai mimpiku. Keesokan harinya setelah Daffa pergi, Muti masuk sebagai anak baru dan duduk disampingku menggantikan Daffa. Di kelas, aku masih suka mengobrol dengan Bella dan Sherly. Kami hanya sebatas mengobrol dan bercanda seadanya, aku juga sudah tak ada kontak apapun dengan anak2 MT lainnya. Beberapa hari yang lalu aku sempat digangguin oleh adek kelas yang mengentotiku di kelas. Mereka memaksaku untuk menuruti nafsu mereka dan mengancam akan menyebarkan foto2 bugilku kala itu. Aku yang sudah tobat dari perbuatan keji itu kemudian melapor pada Dion dan teman2nya. Dion segera bertindak cepat dan keesokannya adek kelas itu meminta maaf padaku dan berjanji tidak menggangguku lagi, foto2ku juga sudah mereka hapus. Aku sangat berterimakasih pada anak2 MT yang bersedia membantuku meskipun aku bukan bagian dari mereka lagi.

"Sandra gak masuk ya Vin?" Tanya Muti sambil melipat mukenanya karna kami baru selesai solat zuhur. Biasanya kami solat zuhur selalu bersama2, tapi hanya Sandra yang tidak ada siang ini.
"Tadi ada kok, cuma dia tadi pulang gara2 sakit." Jelas Vina menjawab pertanyaan dari Muti.
"Nanti pulang sekolah kita ke rumahnya aja yuk, sekalian aku ingin tau rumahnya dimana." Usulku yang kemudian disetujui oleh ketiga sahabatku, aku ingin membalas budi karna dulu ketika sakit aku sempat dijenguk oleh Sandra. Selesai beres2, kami kemudian makan siang bersama di kantin. Di salah satu pojokan kantin kulihat anak2 MT tengah berkumpul, ada sedikit rasa rindu bercengkrama dengan mereka. Tapi aku harus tetap pada pendirianku, aku tidak ingin terjerumus lagi ke pergaulan yang salah dan menyesatkan. Aku juga harus menjaga pertemananku agar kedua orangtuaku tidak kecewa padaku. Selesai makan bersama, kami hendak menuju kelas kembali. Tiba2 diperjalanan perutku jadi mules, mungkin karna sambal soto ayam yang kutuang kebanyakan.
"Duh sakit perut nih. Kalian duluan aja ya ke kelas, aku mau ke toilet." Ucapku pada sahabat2ku, aku kemudian memutar arah menuju toilet wanita yang letaknya berseberangan dengan arah kelas. Dengan langkah sedikit berlari aku menuju ke toilet wanita. Huuh akhirnya sampe juga di toilet ini, segera aku masuk ke salah satu bilik dan membuka rok beserta dengan legging dan celana dalamku. Aaahhhh.... Enak sekali rasanya mengeluarkan isi perut ini.

Ketika sedang enak2nya BAB aku teringat dengan bilik toilet ini, di bilik ini tempat Bella dulu mengerjaiku dengan vibratornya. Mengingat kejadian itu aku memaki diriku sendiri, terlebih lagi mengingat akibat yang ditimbulkan dari vibrator tersebut, aku menjadi sangat2 liar saat itu. Pada hari itu aku dientoti oleh 3 adek kelas sekaligus yang saat ini sudah minta maaf padaku, dan malamnua aku melacurkan diri pada seorang supir ojol. Benar2 masa yang kelam. Sambil tetap bernostalgia, tanpa sadar vaginaku berkedut dan mengeluarkan sedikit cairan.
"Ah tidak mungkin, aku sudah tidak menginginkan hal2 buruk lagi, aku harus berhenti mengingat kejadian itu." Ucapku dalam hati memantapkan diri agar tidak melakukan hal2 yang keji lagi. Tapi vaginaku berkata lain, dia masih berkedut dan tetap mengeluarkan cairannya. Kuseka sedikit cairan itu dari vaginaku dan...
"Aaahhh... Mppphh.." Desahku seketika dan tanganku langsung menutup mulut. Tanpa kusadari ternyata tangan yang kupakai untuk menutup mulutku adalah tangan yang sama saat aku menyeka cairanku. Tanpa disengaja cairan itu masuk ke mulutku dan rasa asin yang khas langsung terasa di lidahku. Ahh rasa ini lagi. Sudah cukup lama aku tidak merasakan cairan vaginaku sendiri, biasanya rasa cairan ini tercampur dengan cairan sperma. Kubuka mulutku kembali dan kumulai menjilati cairanku itu. Hmmm rasanyaa.... Tunggu. Aku tidak boleh seperti ini! Aku sudah bertobat dan tidak boleh melakukan hal2 keji seperti ini lagi. Kusudahi aksi keji itu, dan segera cebok. Ketika akan membersihkan area vagina, lagi2 aku mendesah dan cairanku semakin banyak yang keluar. Kutahan sekuat tenaga nafsuku, dan setelah selesai aku kembali mengenakan rok ku seperti sedia kala. Aku keluar bilik kamar mandi dan memrapihkan seragamku, masih dapat kurasakan vaginaku tetap berkedut. Dengan rasa yang sedikit horny, aku kembali berjalan menuju kelas dengan cepat. Baru jalan sebentar ada telpon masuk dari Rizki ke hp ku
"Eh Liv tadi kata Muti lu lagi di toilet ya? Nanti kalo balil ke kelas tolong bawain buku MTK di ruangan Pak Tejo ya, tadi gue mau ambil tapi sekarang gue lagi dipanggil wali kelas, tolong ambilin ya Liv" Ucap Rizki dengan cepat, dia merupakan ketua kelasku.
"Ok nanti gue ambilin." Ucapku dan kemudian telponku langsung dimatikan olehnya. Hari ini selepas istirahat kedua memang pelajaran Pak Tejo, karna dia adalah wakil kepala sekolah jadinya dia punya ruangan yang terpisah dari ruangan guru2 yang lain. Jrak toilet wanita dan ruangan Pak Tejo tidak jauh, jadi aku segera menuju ruangan Pak Tejo untuk mengambil buku MTK. Ketika sampai di depan pintu aku sedikit mengintip ke dalam ruangan, tidak ada keberadaan Pak Tejo di dalam. Dengan mengucapkan salam aku memasuki ruangannya yang cukup luas itu. Di dalamnya terdapat meja kerja dan ada sofa untuk para tamu Pak Tejo. Ruangannya juga dingin, tidak seperti ruangan kelas2 di sekolahku. Setelah mengamati sebentar ruangan itu, aku segera menemukan setumpuk buku MTK milik kelasku. Ketika hendak menhambil buku2 itu, aku mendengar suara desahan dari sebuah pintu yang terletak di sudut ruangan. Karna penasaran, kuhampiri pintu itu dan mengintip dari kaca yang ada di pintu. Alangkah terkejutnya aku! Ternyata....

Bersambung....
 
Alangkah terkejutnya aku! Ternyata....

Bersambung....


Ternyata..... BERSAMBUNG
Terima kasih updatenya hu..
 
Hmmm anda pandai membuat kentang wahahaha
Sangat ditunggu kelanjutannya gan
 
Waduuuh kentang, tp jd lebih natural dg olive yg sperti ini. Hrus ada pergolakan batin sih klo cwe alim mah....
 
Bimabet
Bagus sih, kalo liar kali jadinya malah feelnya kurang, good job suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd