Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Menyusui warga satu desa.

Noisy6

Semprot Baru
Daftar
9 Dec 2022
Post
27
Like diterima
355
Bimabet
Diantara hutan belantara dan perbukitan di pulau Jawa terdapat sebuah desa kecil yang cukup terisolir dari dunia luar. Desa itu bernama Desa Sado. Jumlah warganya yang tidak terlalu banyak, rumah-rumah masih terbuat dari papan dan tanpa adanya aliran listrik. Kehidupan ekonomi disana cukup makmur, kebutuhan pokok masih mudah dipenuhi. Mata pencaharian warga biasanya kebanyakan menanam kopi atau teh dan biasanya hasilnya akan dijual sebulan sekali ke kota oleh utusan tetua adat disana.

Tanpa adanya pemerintahan ataupun aparat, Desa Sado tetap dijalankan oleh tetua adat dalam hal menentukan putusan bersama. Warga disana masih memegang erat budaya leluhur, sering menyembah serta memberikan persembahan ke alam. Sehingga masih banyak warga yang datang ke dukun untuk meminta pertolongan. Desa Sado juga selalu mengadakan ritual tarian tiap minggu dan pesta rakyat tiap tahunnya. Warga Desa masih acuh akan perkembangan dunia luar. Cara berpakaian saja sangat kuno, untuk sehari-hari yang perempuan hanya memakai kemben jarik batik tanpa bra namun tetap memakai celana dalam. Sedangkan pria hanya memakai celana saja polos ataupun motif batik tanpa atasan baju. Selain itu mereka juga mempunyai pakaian adat yang dikhususkan untuk upacara atau ritual.

Setiap malam kamis, Desa itu mengadakan pertunjukan tari. Penari yang terdiri dari 3 orang serta beberapa orang yang memainkan alat musiknya. Warga selalu antusias menonton pertunjukan itu terutama bagi kaum adam. Karena penari-penarinya biasanya wanita-wanita muda. Untuk penarinya biasanya ditentukan oleh para tetua adat, untuk wanita yang sudah berumur 20 tahun keatas jika terpilih, maka tidak bisa menolak. Untuk gerakan tariannya cukup erotis dan terkesan seperti biduan. Warga diperbolehkan menyentuh ataupun melecehkan para penari. Setelah acara selesai pun biasanya para penari diharuskan untuk melayani para warga dan tetua adat yang telah membayar sejumlah uang kepada ketua penari yang kalau didalam dunia pelac*ran biasanya disebut mami.

Walaupun dengan beragam kontroversi dan keanehan, desa ini tetap memiliki daya tarik tersendiri terutama dari sumber alamnya yang berlimpah serta keramahtamahan dari warganya yang selalu hidup rukun.

Dan konon ada sebuah desa lagi di balik perbukitan di dekat desa Sado, yang sudah ditandai "dilarang melintas" di kawasan tersebut.
...

Disebuah rumah tua diatas bukit, hiduplah seorang wanita cantik yang polos serta lugu bernama Kaia Utari yang tinggal bersama kedua kakek dan neneknya. Kaia berparas blasteran/bule dengan wajah yang cantik, berkulit putih bersih, berambut hitam kecoklatan, bertubuh kurus dan tinggi namun walaupun kurus Kaia memiliki Payudara yang besar dengan pentilnya yang masih berwarna merah muda. Sehingga membuat Kaia selalu mendapatkan perhatian dari siapapun yang melihat.

Pemberian nama Kaia merupakan dari ayahnya yang seorang penjelajah dari Mongolia. Ayahnya saat itu sedang menjelajah hutan-hutan di Indonesia, lalu terdampar di desa Sado. Kemudian tanpa sengaja jatuh cinta kepada Ibu Kaia yang merupakan kembang desa di Desa Sado. Mereka pun menikah dan setelah Kaia lahir, beberapa bulan kemudian Ayahnya diam-diam kabur meninggalkan istrinya dan Kaia tanpa alasan yang pasti. Membuat Ibu Kaia sedih dan menjadi sakit-sakitan hingga Ibunya menghembuskan nafas terakhir saat Kaia masih balita. Kakek dan Neneknya lah yang merawat Kaia hingga dewasa sekarang.

Kakek dan neneknya sudah cukup berumur. Kakeknya bernama Usman yang berumur 65 tahun berperawakan kurus dan berjanggut serta rambutnya sudah putih. Sedangkan neneknya bernama Wati berumur 60 tahun memiliki perawakan pendek dan gemuk serta memiliki payudara yang jumbo juga namun sudah kendor termakan usia. Kakeknya merupakan salah satu tetua adat di desa itu.
 
Kaia adalah orang yang tertutup, tidak banyak memiliki teman dan banyak menghabiskan waktunya di rumah atau membaca buku di tepian sungai kecil di belakang rumah kakek-neneknya. Kadang sesekali turun ke desa untuk menemani neneknya ataupun bermain dengan sahabat sebayanya yang hanya 2 orang yaitu Sinta dan Meri.

...

Pada sore hari menjelang malam, Kaia terbangun dari tidur siangnya lalu berjalan keluar kamar untuk minum.

"Ehh udah bangun Neng" Ujar Bu Wati yang tengah masak di dapur.

Selesai minum, Kaia langsung mengambil pakaian kotor dan handuk. "Iya Nek, Neng mau pergi mandi dulu ya Nek" Ujar Kaia

"Biar Nenek suruh kakek temenin Neng, udah mau gelap ini, bahaya kalau sendirian" Ujar Bu Wati sembari berjalan ke depan memanggil suaminya. "Pak, oh Pak, ini kawanin Kaia mandi, cepat Pak nanti keburu gelap" Teriak Bu Wati.

Di luar terlihat Pak Usman bersama seorang kakek yang seumuran dengan beliau. "Hati-hati Pak" Ujar Pak Usman kepada temannya yang merupakan tetua adat juga di desa itu.

Setelah kepergian temannya Pak Usman menyahut istrinya. "Oh iya-iya Bu, Bapak temenin Neng" Ujar Pak Usman bersiap langsung bergegas menemani Kaia. "Ayok Neng" Ucap Pak Usman.

"Itu siapa kek?" Tanya Kaia yang melihat dari kejauhan kakek-kakek sedang menuruni bukit.

"Biasa itu temen kakek, tetua adat juga" Ucap Pak Usman

"Ohhh"

Kaia pun berjalan beriringan dengan kakeknya sambil menggendong bakul cucian dan sabun.

Sesampainya di tepi sungai kecil, Kaia langsung mencuci pakaian kotornya lalu setelah itu bergegas mandi. Dengan perlahan Kaia berendam di sungai yang kedalamannya hanya sebatas pinggang.

"Kakek ga mandi?" Tanya Kaia sambil merendam tubuhnya dan menggosok giginya.

"Kakek sudah mandi tadi Neng" Jawab Pak Usman.

Setelah beberapa saat, Kaia pun berdiri dari sungai. Saat hendak berdiri, kainnya sedikit melorot sehingga payudaranya sebagian menyembul dan hampir menampakkan putingnya. Beruntung, Kaia sigap memegang kainnya lalu menaikkannya lagi. Pak Usman yang menyaksikan momen itu, tampak terperangah dengan keseksian tubuh cucunya sendiri. Pak Usman gelisah karena insting prianya keluar walaupun umur sudah tidak muda lagi. Yang jadi masalah, ia birahi dengan cucunya sendiri.

"Kenapa liat Neng gitu kek?" Ujar Kaia dengan polosnya.

"Gapapa Neng, Kakek kagum liat neng semakin dewasa saja sekarang" Ujar kakeknya.

"Ohh iyalah kek, kan umur neng 20 tahun sebentar lagi." Kaia pun melanjutkan mandinya dengan menyabunkan badannya secara merata.

Tak terasa hari pun sudah mulai gelap, mereka pun bergegas pulang dari sungai.

...

Hari pun berganti malam, setelah makan malam bersama mereka berkumpul di ruang tamu ditemani lampu sumbu dan suara jangkrik.

Pak Usman mengkode Bu Wati namun Bu Wati menggelengkan kepala. Dengan berat hati, Akhirnya Pak Usman yang menyampaikannya ke Kaia.

"Neng Kakek boleh ngomong sesuatu?" Ucap Pak Usman

"Ya ngomong aja Kek, silahkan" Ucap Kaia keheranan

"Tadi sore Mbah Siwo kan kesini, nyampein ke kakek sama nenek untuk nyiapin Neng jadi penari untuk ritual 2 minggu lagi" Ucap Pak Usman

"Ha? Neng gamau Kek jadi penari, Neng takut, Neng belum siap di apa-apain nanti" Ucap Kaia

"Yahh.. Gimana neng itu kesepakatan para tetua adat disini, Kakek juga berat ngelepas Neng sebenarnya" Ucap Pak Usman

"Tolongin Nek. Neng belum siap, neng gamau, neng masih perawan" Ucap Kaia sambil menangis di bahu neneknya.

"Pak tolong nanti diputuskan kembali sama para tetua adat, cari cara biar Kaia mengabdinya nanti tanpa berhubungan badan" Ucap Bu Wati

"Iya Bu, besok Bapak sampaikan" Ucap Pak Usman.

Kaia pun pergi ke kamar meninggalkan kakek dan neneknya dengan kesal dan sedih.

Sekitar pukul 11 malam diiringi hujan.
 
Sekitar pukul 11 malam diiringi hujan. Dari sebelah kamar Kaia yaitu kamar Kakek dan Neneknya terdengar suara grasak-grusuk. Kaia mendengar suara itu karena saat itu ia belum bisa tidur karena ucapan kakeknya, Kaia alihkan kesedihannya dengan membaca buku. Suara itu masih terdengar sayup-sayup seperti suara pasangan yang sedang bercinta namun tidak terlalu jelas karena kalah dengan suara hujan, saat mendengar dengan saksama rupanya Kaia mendengar suara nenek dan kakeknya. Kaia cuek saja, ia tak ingin ikut mengganggu mereka, Kaia melanjutkan kembali bacaannya.

Dari kamar sebelah. "Ahh.. Udah Pak, Ibu dah ga sanggup" Ucap Bu Wati kewalahan

"Yaudah Bapak keluarin, tapi Bapak nyusu sampe pagi ya Bu hehe" Ujar Pak Usman sambil mengeluarkan penisnya dari vagina istrinya.

"Ehh Bapak nih udah bangkotan masih aja, Ibu nih dah ga kuat ngeladenin nafsu Bapak terus, nyusu tiap malam padahal Ibu kan ga ada ASI lagi" Ucap Bu Wati

"Tetek Ibu kan gede bikin Bapak nafsu, ya walaupun kendor" Ucap Pak Usman

"Makanya kurang-kurangin liat Kaia, masa setiap nafsu sama Kaia lampiasin ke Ibu" Ujar Bu Wati

"Iya sama siapa lagi kalo gitu Bu?" Ucap Pak Usman

"Emang kurang puas apa Pak?. Kan tiap pas ritual, Bapak selalu main sama penari" Ujar Bu Wati

"Ya itukan sebulan sekali Bu, liat Kaia kan tiap hari jadi nafsunya tiap hari juga, lagian badan Kaia jauh lebih bagus dibanding penari itu" Ucap Pak Ujang

"Ibu gamau ya tiap hari gini, Ibu ga kuat." Ucap Bu Wati

"Yaudah biar Kaia aja gantiin Ibu" Ucap Pak Usman dengan lancangnya

"Kurang ajar Bapak, itu cucu Bapak sendiri, dan juga Kaia masih perawan" Ucap Bu Wati

"Ya Bapak ga ambil perawannya Bu, tapi Bapak mau teteknya aja, Bapak nafsu banget apalagi tadi pas liat Kaia mandi" Ucap Pak Usman

"Bapak kok tega sama cucu sendiri" Ucap Bu Wati

"Tolongin lah Bapak, Bu. Tolong Bu, biar Ibu ga usah capek-capek lagi layanin nafsu Bapak" Ucap Pak Usman

"Yaudah nanti kita cari caranya, tapi ingat Pak kalo Kaia ga mau, jangan di paksa!" Ujar Bu Wati tegas.

"Iya-iya makasih Bu, Bapak cinta Ibu" Ujar Pak Usman lalu mencium pipi istrinya.

"Besok jangan lupa omongin ke para tetua adat masalah tadi" Ucap Bu Wati

"Iya Bu"

Pak Usman pun memakai kembali celananya, namun saat Bu Wati mau menaikkan kembali kainnya, perbuatannya dicegat Pak Usman.

"Biarin dulu Bu, Bapak masih mau" Ucap Pak Usman.

Pak Usman kembali menyusu ke Bu Wati. Dengan terpaksa Bu Wati membiarkannya. Tangan Pak Usman memegang payudara Bu Wati lalu ia arahkan ke mulutnya, Pak Usman mulai menjilat dan menghisap payudara kendor Bu Wati.

"Sebentar aja ya Pak" Ujar Bu Wati

"Ehe.. " Ucap Pak Usman mengiyakan.

Waktu sudah mau tengah malam, Kaia masih mendengar suara kakek dan neneknya, karena penasaran Kaia langsung menaruh bukunya kembali ke rak. Lalu berjalan keluar kamar dan lalu menyingkap sedikit hordeng kamar kakek dan neneknya untuk mengintip. Alangkah terkejutnya Kaia saat melihat Kakeknya menghisap payudara neneknya. Melihat itu hatinya menjadi tak karuan, ia tak menyangka bahwa mereka masih terus bercinta walau sudah di usia renta. Birahi Kaia ikut naik saat samar-samar melihat mulut kakek dengan lihainya menjilat dan menyedot payudara neneknya. Kaia merasakan putingnya mengeras di balik kainnya. Lalu Kaia mulai meremas payudaranya sendiri dari luar kain. Kemudian Kaia tersadar dari perbuatannya, lalu ia masuk kembali ke kamarnya.

Tak beberapa lama, akhirnya mereka pun tidur, karena kelelahan semua, mereka pun terlelap hingga pagi menjelang.
 
Keesokan harinya, Kaia masih berdiam diri di kamar. Sedangkan Pak Usman sudah turun ke desa menuju balai adat untuk menyampaikan keputusan dari cucunya.

Di balai adat, terdapat 5 orang termasuk Pak Usman. Saat berdiskusi, para tetua adat lain tidak setuju dengan penyampaian dari Pak Usman, karena bagi mereka cucu Pak Usman merupakan buah ranum yang begitu manis, mereka bakal sangat senang bila mendapatkan tubuh si gadis. Namun karena menghormati Pak Usman, para tetua adat akhirnya bakal merembukkan kembali dengan mengadakan sidang malam nanti dan harus dengan kehadiran Kaia. Pak Usman pun kembali ke rumah dan menyampaikan ke Istri dan cucunya.

Para tetua adat terdiri dari 5 orang yaitu Mbah Sukun selaku pimpinan, sedangkan Kakek Kaia sebagai wakil. Dan yang lainnya: Mbah Siwo, Mbah Joko, dan Pak Subri sebagai anggota.
 
Pada malam hari, Pak Usman menyiapkan obor untuk penerangan mereka berjalan ke desa. Tak berselang lama mereka sampai di balai adat, disana sudah ada para tetua adat, ketua sanggar tari bernama Bu Ambar dan beberapa perwakilan warga. Terlihat mereka melirik Kaia layaknya santapan malam.

Diskusi pun dimulai, pimpinan adat bernama Mbah Sukun memimpin persidangan. Pertama Mbah Sukun menjelaskan tujuan dan manfaat tarian bagi warga dan alam semesta. Setelah itu para tetua adat lainnya menanyai alasan ke Kaia. Kaia menjawab dengan nada lemah lembut dan gemetaran.

"Kenapa Kaia tidak ingin menari?" Tanya salah satu tetua adat.

"Saya mau menari, tapi saya gamau dilecehkan saat menari dan saya tidak mau melakukan hubungan badan setelah menari, Mbah" Jawab Kaia dengan sedikit gemetaran.

"Setiap gadis yang berumur 20 tahun keatas diwajibkan menari jika terpilih" Ujar salah satu tetua.

"Dan kamu sudah dipilih oleh para tetua dan warga kecuali kakekmu" Ucap salah satu tetua

"Kamu tau kan hukumannya di desa ini jika warganya tidak patuh? Ucap Salah satu tetua.

*Kaia mengangguk.

"Kalau tidak dengan cara seperti itu, kamu mau memberi andil apa ke warga dan tanah leluhur kita?" Ucap Mbah Sukun

"Saya bisa memberi andil dalam hal lainnya, Mbah, seperti menjahit atau memetik teh" Jawab Kaia

"Tidak bisa seperti itu, harus tubuh kamu yang ikut andil dalam kemakmuran desa ini, bukan keahlian kamu" Ucap salah satu tetua.

Kaia terdiam lesu mendengar jawaban itu.

"Benar Kaia, kamu harus memberi andil dengan tubuhmu. Karena kami menghormati kakekmu, kami memberi keringanan, kami akan memberi kamu pilihan dan kamu harus memilih salah satu dari pilihan itu dan tidak bisa menolak, jika menolak akan dihukum sesuai adat yang berlaku" Ujar Pimpinan adat, Mbah Sukun.

*suasana hening

"Huu... Baik Mbah" Kaia menarik nafas panjang.

"Baik, pilihan pertama, kamu melayani dengan tubuh kamu secara keseluruhan seperti penari lainnya dengan imbalan 2 kali lipat dari penari lainnya. Pilihan Kedua kamu melayani para tetua adat tanpa merenggut keperawananmu namun harus digantikan dengan lubang dubur dan mulutmu serta kamu akan tetap diberi imbalan. Dan pilihan ketiga kamu tidak perlu memberikan keperawanan, mulut dan duburmu tapi digantikan dengan memberikan buah dada kamu ke seluruh warga dan tetua adat untuk dinikmati secara bergantian setiap malam ritual sampai pagi dan tanpa imbalan sama sekali. Nah Itu pilihannya, dan harus dipilih salah satu oleh Kaia" Ucap Mbah Sukun

Kaia termenung mendengar pilihan yang diberikan Mbah Sukun. Tangan Kaia digenggam oleh neneknya agar sedikit membuatnya kuat.

"Nenek percaya apa yang kamu pilih itu sudah keputusan terbaik kamu" Ucap Nenek menguatkan Kaia.

Akhirnya Kaia sudah memutuskan pilihannya.

"Mbah, saya sudah memutuskan, saya pilih pilihan ketiga" Ujar Kaia sambil meneteskan air mata.

"Baik Kaia sudah memilih pilihannya. Kaia memilih pilihan ketiga, Kaia memberikan buah dadanya untuk kemakmuran alam dan leluhur desa kita. Mulai besok, Kaia tinggal di sanggar bersama Bu Ambar sampai hari ritual nanti dan Kaia harus menuruti segala peraturan dari Bu Ambar selama di sanggar. Baik, itu saja, sidang adat kita selesai, dimohon para warga untuk segera pulang ke rumah masing-masing." Ucap Mbah Sukun

Selesai itu, Kaia pun memeluk neneknya. Semua warga yang hadir membubarkan diri termasuk Kaia dan Kakek-Neneknya, kecuali Para tetua adat dan Bu Ambar yang keliatannya masih ada percakapan setelah itu.

...

Gimana ceritanya?. Silakan beri tanggapan di komen.

*Cerita ini hanyalah karangan semata, jika ada kesamaan nama, tempat, suku, ras, dan lain-lain harap dimaklumi.

Jika ada Kritik dan Saran, silakan komen atau kirim percakapan pribadi.

Terima kasih.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd