Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Subes Lerlah kembali beraksi... Selalu memang high standard story... Izin gelar tikar sambil ngopi ya subes.... ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™
Wah makasih lho suhu balak udh mau mampir.. pdhl kayanya bisa di grup ngomong begini hehehe
Nyimak kisahnya hu @lerlah
Menarik, lanjut.
Monggo suhuu
Moga aja lancar updatenya om @lerlah dan sampai tamat ya
Amin huuu hehe
Nyimak :baca:sambil nyebar bidji
Waduh yg disebar gawat juga ahahaha
 
CATATAN KEENAM
Dimas Haryadi Wijayatmoko

H + 7 Jam, Cikarang - Indonesia

Kepalaku terasa sakit sekali.

Darah mengucur cukup deras dari atas jidatku.

Aku mencoba menyadarkan diriku dan melihat situasi di sekitarku.

Aku mendapati diriku berada di setengah di luar mobil yang terbalik ini.

Aku terlibat kecelakaan?

Ada apa ini?

Ko bisa?

Aku lalu mulai sadar apa yang sedang terjadi.

Ya betul, aku sedang pergi kabur dari kota ketika mobil Herry yang kukendarai ini terguling.

Ah! Istriku? Dimana dia? Dia tidak ada bersamaku di mobil ini.. Kemana dia?

Di luar kulihat suasana sedang panik - paniknya. Banyak orang berlarian lalu lalang. Bahkan beberapa kali terdengar letusan tembakan. Bunyi alarm mobil

Aku lalu merangkak keluar dari mobil Herry dan mendapati istriku terlempar keluar dari mobil. Aku bisa melihat ia terkapar tak jauh dari mobil. Segera saja aku menghampirinya dan mencoba membangunkannya. Tidak kupedulikan suasana sekitarku yang panik, mereka pun juga sepertinya tidak ingin menolong sama sekali.

"Maahh.. bangun sayaanngg!" Ucapku sembari membalikkan badannya ketika sudah berada di dekat istriku. Ia tidak terlihat terluka parah, hanya ada sedikit luka sayat saja di sekitar tangannya. Ia lalu tersadar dan menanyakan apa yang terjadi. Alhamdulilah dia sadar..

"Mas Herry mana?" tanya dia sambil berusaha berdiri. Aku membantunya berdiri.

"Ow!" Teriaknya meringis kesakitan.

"Kamu kenapa mamah?" Tanyaku panik.

"Kaki aku.. sakit banget yang.." Jawabnya sambil meringis menahan sakit.

Oh tidak.. sepertinya terkilir.. Aku mencoba melihat ke kiri dan kanan ku mencari bantuan. Namun nampaknya sia sia.. Orang orang di sekitarku sudah terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri.

"Yaudah sini aku gendong yaahh" Ucapku sambil mencoba menggendongnya. Tidak ada pilihan lain.

"Ah Itu Mas Herry.." Kata istriku tiba tiba sambil menunjuk seseorang yang sedang terduduk di trotoar memegangi kepalanya. Aku langsung menengok ke arah yang ditunjuk istriku.

"Her!" Teriakku, Herry nengok. "Gapapa?" Tanyaku lagi, dia mengangguk kemudian berdiri dan mengambil barang barang dari mobilnya.

Saat sedang mengambil barang barang, muncul orang rabies itu dan segera menyerangnya, namun Herry sigap dan segera memukulnya dengan batang besi yang entah dia dapat dari mana.

"Ah, mana lagi tu pistol.." Ucapnya sambil mencari cari pistol yang hilang saat tabrakan tadi. "Ah sialan.. Ayo pergi.. mereka dimana mana nih.." Ujarnya menyerah mencari.

Kami bertiga lalu berjalan kaki entah kemana ditengah kekacauan ini. Semua orang nampak tergesa gesa dan kami hanya mengikuti arah dimana rombongan paling banyak pergi. Semuanya nampak tegang dan hati hati, mengawasi sekitar apabila ada orang rabies itu yang bisa tiba tiba menyerang. Tiba tiba rombongan kami yang di depan terlihat panik dan berlari kembali ke arah kami. Di belakang mereka Nampak puluhan orang Rabies itu menyerang. Astaga harus bagaimana ini..

"Lewat sini!" Kata Herry kepadaku sambil menunjuk sebuah gang. Dari belakang kami sebuah ambulans melaju kencang melewati kami dan menabrak beberapa orang hingga akhirnya kehilangan kendali dan menabrak pom bensin. Ledakan besar terjadi dan semua orang berteriak histeris ketakutan. Situasi makin tidak terkendali..

"Ayo cepet cepet!" Teriak Herry. Kami segera mempercepat langkah kami dan menuju ke gang tersebut. Sebuah gang sempit menuju rumah - rumah kumuh. Dari belakang kami, terdengar raungan orang orang rabies itu seperti mengejar kami. Herry memimpin kami melewati tiap tiap belokan gang dan tak jarang muncul orang rabies itu entah darimana dan Herry terpaksa memukulnya dengan keras menggunakan batang besi yang ia temukan itu. Orang orang rabies itu semakin banyak di belakang kami dan kami semakin terpojok, untunglah aku melihat sebuah pintu kecil yang setengah terbuka.

"Her, kesitu!" Teriakku sambil menunjuk pintu tersebut. Herry menganguk dan menuju pintu tersebut. Kami segera berlari sekuat tenaga menuju pintu tersebut dan begitu kami masuk, Herry segera mencari sesuatu di sekitar kami untuk memalang pintu itu namun terlambat, orang orang itu sudah keburu berusaha mendobrak pintu itu.

Beberapa tangan orang itu menahan pintu hingga tidak bisa ditutup. Walaupun sudah beberapa kali dipukul oleh Herry tapi beberapa tangan itu tidak bergeming. Mereka seperti tidak bisa merasakan sakit sama sekali.

Aku dan istriku melihat sekitaran untuk mencari apapun yang dapat digunakan agar bisa membantu Herry. Namun ruangan yang seperti gudang ini kosong dan tidak terdapat apapun.

Hanya ada sebuah pintu kecil di belakang.

"Buruan lo cabut sana! Kata Herry sambil melihat ke pintu itu. "Gw nyusul!" Teriaknya sambil menahan pintu itu dengan kedua tangannya agar tidak terdobrak.

"Her.. " Ujarku memelas. "Jangan sok pahlawan! Ayo ikut!" Ucapku miris melihat dirinya yang berkorban.

"Udah cepetan sanaa! Ini udah deket tol! Cari pos evakuasi! Gue gapapa udah! Mereka ga akan bisa ngejar gue, kan gue gesit!" Teriaknya kepadaku, masih bisa aja dia bercanda di saat begini.. Istriku masih berusaha membujuknya.

"UDAH CEPETAANN!!!" Teriaknya makin keras menolak bujukan istriku. Kami terpaksa menurutinya dan segera pergi.

"Hati hati Mas Herry" Kata istriku saat kami pergi meninggalkannya yang masih menahan pintu itu.

Saat kubuka pintu tersebut ternyata terdapat jalan setapak yang dibatasi padang ilalang yang tinggi disamping nya.

Aku menatap herry terakhir kalinya sebelum pergi keluar dari pintu dan berjalan menyusuri jalan setapak itu.

"Sayang.. Mas Herry gimana?" Bisik istriku yang kugendong di punggungku saat kami menyusuri jalan setapak itu.

"Aku ga tau sayang.. berharap aja dia bisa selamat." Jawabku singkat. Ujung jalan setapak itu adalah sebuah jalan aspal kecil yang entah menuju kemana. Kanan kirinya hanyalah rerumputan dan ladang kosong yang dihiasi pohon tinggi.

Yang jelas aku bisa mendengar bunyi kerusuhan di sisi kanan, jadi aku memutuskan mengikuti jalan aspal itu ke kiri.

"Kamu masih kuat sayang? Aku diturunin aja, coba jalan kaki aja dulu.. " Ucap istriku.

"Ga apa apa sayang.. Aku masih kuat.. " Jawabku berusaha menyembunyikan nafasku yang terengah engah.

Langkah ku lalu terhenti ketika melihat ada sebuah warung kecil yang masih buka.

Warung pinggir jalan yang lebih berupa kios kecil dengan aneka dagangan yang dijajakan di etalase depan nya serta ada botol botol minuman berisi bensin yang dijual secara eceran.

Disamping warung itu terdapat sebuah pondok kecil beralaskan tikar. Dan di belakang pondok itu terdapat sebuah gubuk kecil.

Tampak seperti warung khas pinggir jalan.

"Minta bantuan coba sayang.." Pinta nya. "Paling engga beli salep untuk kaki aku.. " lanjutnya lagi.

Aku mengangguk sambil mengatur nafas.

Suasana yang hening itu membuat hatiku tidak enak.

Di tengah antah berantah begini ada warung yang buka, lampunya menyala, namun tidak terlihat ada yang jaga di dalam warung.

Di pondok itu juga dapat terlihat sebuah papan catur yang bidak nya masih berdiri seperti sedang dalam permainan namun tidak ada yang memainkan.

Di asbak yang berada di dalam pondok jtu juga terlihat beberapa batang rokok yang masih terbakar.

Kemana orang - orang ini?

Aku mendudukkan istriku di pondok tersebut kemudian mencoba mencari dimana keberadaan orang - orang disini.

Perlahan lahan aku mencoba melihat ke dalam warung. Bau amis langsung tercium.

Perasaanku tidak enak.

Jangan bilang aku akan melihat mayat disini.

Aku menguatkan tekad dan menengok ke dalam warung.

Aku terkejut begitu melihat banyak sekali darah berceceran, dan ada sebuah tangan buntung tergeletak disitu.

Reflek aku segera menjauhi warung.

"Kenapa sayang?" Tanya istriku. Aku mencoba terlihat tenang.

"Ato kita pergi sayang.. " ajakku.

"Ha? Kenapa? Tanya istriku bingung.

" Engga apa apa.. " jawabku. Kemudian mengambil beberapa snack dan minuman air yang ada di warung.

"Sayang kamu ngapain??" Suara istriku semakin keras. "Kenapa kamu jarah ini warung?"

Belum sempat aku menjawab, terdengar sebuah erangan panjang dari balik gubuk.

Aku yang kaget tak sengaja menjatuhkan sebuah minuman kaleng hingga menggelinding ke balik warung.

Spontan aku melihat ke bawah dan berusaha mengambil mengikuti kaleng yang menggelinding itu.

Akhirnya kaleng itu berhenti dan aku langsung bergidik ngeri saat melihat kaleng itu berhenti dimana.

Sebuah sandal jepit yang dipenuhi bercak darah.

Saat aku menengok ke samping kiri, aku melihat beberapa manusia sedang memakan seorang pria dewasa yang tangannya sudah buntung.

Mereka menengok melihatku dan langsung berdiri mengejarku.

Aku segera berlari kencang dan menggendong istriku.

"Kenapa sayaangg?" Teriak istriku panik melihat ekspresiku ini.

Aku tidak menjawab dan terus berlari.

Di depanku terlihat kelap kelip lampu di kejauhan. Semakin dekat semakin terdengar suara kendaraan dan suara megaphone.

Mungkin itu yang Herry maksud dengan Pos Evakuasi. Berarti depanku ini jalan Tol.

Aku terus berlari hingga akhirnya tiba di samping jalan tol.

Akhirnya!!

Aku mempercepat langkahku hingga akhirnya kami bertemu salah satu prajurit yang baru saja menembak orang rabies yang berusaha menyerangnya.

Ia segera mengacungkan senjatanya kepada kami berdua.

"Pak jangan tembak pak!" Pintaku memohon.

Tentara itu kemudian menyorotiku dengan lampu senter, kemudian bertanya, "Kalian digigit tidak?" Kami berdua menggeleng.

Tentara itu lalu menurunkan sedikit senjatanya dan mengontak radionya. "Lapor, Pak, ada dua orang yang selamat di perimeter luar, menunggu perintah.." Ujarnya kepada radio. Aku kemudian menenangkan diriku dan istriku di depannya.

"T-Tapi pak.. Mereka tidak terlihat seperti mahkluk mahkluk itu.." Ujar si tentara itu kemudian.

Oh tidak.. apakah tentara itu diperintahkan untuk menembak kami?

"Ba.. baik pak, laksanakan. Tentara itu kemudian mengarahkan kembali senjatanya kepada kami berdua. Aku segera mengangkat tanganku dan memohon kepadanya.

"Tolong pak.. jangan tembak kami pak.. Kami bukan mereka pak!" Ucapku lirih. Istriku mendekapku erat.

"Iya pak jangan tembak pak toloongg.." Ucap istriku juga. Si Tentara tampak gusar.

"Ma-Maafkan saya.. " Kata Tentara itu kemudian membidik kami. "Ini perintah.. "

"JANGAAANNN!!!" Teriakku sambil berbalik berusaha lari dan menarik istriku untuk pergi dari sini.



"TAR! TAR! TAR! TAR!"




Bunyi tembakan terdengar beberapa kali. Aku bisa merasakan sebuah timah panas mengenai paha kananku dan membuatku terjatuh, pegangan tanganku ke istriku langsung terlepas.

Aaarrgghh sakitnya.. Sebuah sensasi panas dan perih yang membakar bersarang di dalam daging pahaku. Kakiku seperti langsung mati rasa.

Aku berbalik badan dan melihat tentara itu sudah mendekatiku dan membidikku di depan mata.

"Pak jangaann.." Lirihku memohon kepadanya. Tentara itu tetap bersikeras menodongkan senjatanya. Aku bisa melihat jarinya yang semakin menekan pelatuk senjatanya.

Aku menutup mataku..



BUG!!!




Tanpa disangka sangka sebuah batang besi mengenai kepalanya dan menjatuhkannya. Aku membuka mataku dan melihat si Herry!

Dipukulnya lagi tentara itu di kepala beberapa kali hingga akhirnya tentara itu tergeletak tak bernyawa.

Alhamdulilah Herry selamat.. Aku segera mencoba berdiri dan menghampiri istriku yang terjatuh saat aku tertembak tadi.

Dan pada saat itulah.. istriku sedang memegangi perutnya yang berdarah karena tertembak.

Tanpa kupikirkan lagi luka ku, aku segera berlari kepadanya.

"Maahh Ya Allahh!!" Teriakku bingung aku harus apa melihat istriku begini.

"Pap--aaahh.. " Ucap istriku lemah. "Sak-it pah.."

"Iya sayang aku tau.. aku tau.. tahan sedikit ya sayaangg" Pintaku kepadanya sambil menekan lukanya yang terus mengeluarkan darah. Kepalanya kusandarkan di pahaku. Kubelai lembut mukanya yang mengeluarkan keringat dingin.

"Sayang aku ta-kut sayaangggg.." ujarnya pelan. Mukanya semakin pucat dan tak kuasa menahan sakit. Aku langsung menangis, aku tidak tahan melihatnya seperti ini.

Herry langsung mencari sesuatu di tas nya tentara untuk yang bisa digunakan, namun tidak menemukan apapun.

"Aaahhkkk sayang.. sayaangg.." Ujarnya lagi sambil terbatuk. Tubuhnya bergetar getar tak karuan. "Ya Allah sayaanngg.. jangan tinggalin aku yaahh? Tahan sayaanggg.. " Pintaku sambil menangis. Tangan istriku kemudian mencoba meraih mukaku dan dengan lemah dia membelai mukaku dan merapihkan rambutku, langsung kupegang tangannya dan kucium. Aku menangis tak karuan.

Aku menatap istriku saat ia tersenyum lemas kepadaku dan kemudian berkata "Ba-bagus kan j-jam dari a-aku, s-s-sa-yang?" Tanya dirinya. Aku mengangguk, air mataku sudah tumpah ruah. Mata istriku mulai menutup.

"Sayang.. jangan sayang!!!" Ucapku memohon. "Sayang?? Jangan tinggalin aku sayaangg!! jangaaannn!" Aku mengguncang guncangkan badannya, namun ia sudah tidak bergerak lagi.

Ia telah pergi untuk selamanya. Herry lansung memegang pundakku.

Aku langsung menangis sekuat tenagaku dan memeluk erat istriku.
 
Catatan Tambahan
Supaya seru, Ane mengundang agan sista untuk berpartisipasi dalam cerita ini dengan membuat Catatan Tambahan. Jadi kalo agan sista merasa teratrik untuk membuat cerita yang berhubungan dengan cerita ane, silahkan di post di trit ini. Nantinya, setiap Catatan Tambahan yang di post disini, akan ane filter terlebih dahulu, dan bila sesuai dengan format yang ane berikan, akan ane post di Page One dan masuk ke dalam Sub Index : Catatan Tambahan supaya gampang dibaca oleh agan sista yang lain.

Apa Format Catatan Tambahan nya?

- Selalu cantumkan H+ berapa di awal cerita (Contoh H+14 / H+72 dsb.)
- Agar tidak ada inkonsistensi dengan Cerita utama, Usahakan Catatan Tambahan yang dibuat tidak berkaitan dengan Cerita Utama yang ane buat (Dalam arti tidak mengganggu jalannya cerita utama, seandainya ingin bersinggungan dengan cerita utama, bisa PM dulu ke ane supaya bisa sinkron)
- No Zombie Words, karena dalam cerita ini, diasumsikan bahwa dunia tidak mengenal konsep zombie sebelumnya, sehingga film film seperti dawn of the dead atau game resident evil, di dunia ini tidak pernah ada.

Semoga cerita ini bisa menghibur ente ente semuanya gansis!

Soo.. Please enjoy!
Wah...seru nih, untuk Catatan Tambahan itu apa langsung di post di thread ini atau gimana ya Suhu ?
 
Siaapp huu
makasih apdet nya @lerlah
Sama sama suhuu
Sama samaaa :beer:
makasih banyak Om Suhu @lerlah
Ok huuu
Gokil beneran outbreak + apocalypse moga aja gda monster2. Tp kl undead hewan kayak anjing, harimau, singa, gpp deh
Ane ga bikin monster.. pure zombie aja huu hehehe
Matursuwun update hu @lerlah







Jajaran Sesepuh mesum mendominasi chart ๐Ÿคฉ๐Ÿ˜
Iya nih sesepuh pd nongkrong di mari
Mantap kayak The Last Of Us
Lanjutkan min
Iya suhuu.. emang salah satu sumber inspirasi cerita ini ya dari last of us, Walking Dead, World War Z dan berbagai film dan novel zombie lainnya hehhee
Wah...seru nih, untuk Catatan Tambahan itu apa langsung di post di thread ini atau gimana ya Suhu ?
Langsung post aja disini hu klo mau bikin catatan tambahan.. nanti setelah ane baca dan sesuai rules yg ane buat, akan ane masukkin di Pejwan

Gtu huu hehe
 
CATATAN KEENAM
Ida Bagus Made Aditya​

H+32, Di suatu tempat yang aman.


Sapto membuka pintu ruanganku dan menghampiriku yang sedang duduk daritadi sambil memperhatikan beberapa foto foto jurnalis yang mengabadikan beberapa foto fenomenal saat mayat mayat itu mengambil alih kota - kota besar negara ini. Luar biasa memang jurnalis dan wartawan negara ini. Mereka dengan penuh keberanian mempertaruhkan nyawa mereka demi memotret dan meliput semua kejadian kejadian di saat outbreak.. Banyak dari mereka yang tidak selamat, namun hasil dokumentasi mereka bisa menjadi bukti betapa berdedikasi nya mereka terhadap tugas nya.


"Pak, ini ada bli Made.. Dia salah satu penumpang yang baru saja datang semalam kesini." Sahut Sapto.

"Oh ya? Dia darimana? Bali?" Tanya saya.

Metode saya saat ini adalah memfokuskan semua bukti bukti di seminggu pertama sejak munculnya mahkluk itu. Mencari saksi saksi hidup ataupun catatan catatan yang tim lapangan dapat kumpulkan terkait soal kemunculan kemunculan awal mayat itu, dan mencari penyebab kegagalan negara ini mengatasinya. Baru setelah itu berlanjut ke minggu berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya sampai sekarang ini.

"Dia seorang Supervisor di St.Regis Hotel Bali. Dia ada saat Outbreak muncul di Bali." Jelas Sapto.

"Wah.. baguslah, tapi apa dia siap buat nyeritain pengalaman dia?" Tanya saya sambil merapihkan meja saya.

"Dia yang mengajukan diri pak buat bercerita." Jawab Sapto.

"Oke suruh masuk aja klo gtu." Perintah saya sambil berjalan mendekati pintu ruangan saya.

Tak lama kemudian Sapto masuk kembali bersama seorang pria yang tidak berbeda jauh umurnya dari saya, tanda tanda kelehan masih tampak di mukanya, termasuk juga rasa lega karena sudah sampai di tempat ini. Saya segera menyambutnya dan menjabat tangannya. Saya menawarkannya minuman ataupun cemilan namun dia menolak secara halus dan bilang klo dia ingin segera menceritakan pengalamannya.






H+0, St. Regis Resort - Nusa Dua, Bali



Sebagai Supervisor, tugasku adalah mengawasi kinerja Office boy, Housekeeping, Room Service, dan segala karyawan yang berhubungan langsung dengan konsumen hotel ini.

Hari itu, dari seminggu kemarin tepatnya, namun hari ini lebih kentara lagi, kegiatan hotel kami berlangsung sedikit berbeda. Banyak tamu hotel yang tidak keluar dari kamar karena mengeluh sakit. Ruangan breakfast, cafe, restoran, pool area, bahkan lobby hotel terlihat lengang. Tamu tamu tetap datang dan pergi seperti biasa tentu saja, tapi dapat terlihat bahwa aura hotel kami saat itu seperti sedang 'sakit'.

Tamu tamu yang check out tampak lemas. Anak anak mereka murung, atau tertidur dan digendong orang tuanya yang juga sedang batuk batuk.

Tamu tamu yang check in beberapa mengenakan masker sambil batuk batuk. Mereka tidak seceria atau se excited seperti yang biasanya kami lihat.

"Mungkin karena sedang musim hujan bli", begitu kata ni luh Kadek, resepsionis hotel ini yang saat itu sedang bertugas.

Dia pun merasa tidak enak badan. Staff hotel ini juga ada beberapa yang mengeluh sakit, namun karena mereka harus bekerja, kebanyakan dari mereka menghiraukan rasa sakit mereka dan hanya meminum obat batuk dan panas untuk meredakan gejala mereka.

Hari itu, Room service kebanjiran telepon dari banyak kamar. Rata rata tamu hotel menelepon karena meminta obat untuk menurunkan gejala panas mereka. Ada juga yang bertanya apakah kami mempunyai dokter di hotel ini. Tentu saja kami tidak punya dokter yg bertugas di hotel ini. Kami segera mengarahkan para tamu yang bertanya begitu untuk pergi ke rumah sakit terdekat. Kami merekomendasikan RSUD Sanglah untuk mereka.

Dalam sekejap, banyak tamu yang meminta jasa taksi saat itu juga dan kamipun segera kewalahan untuk mencarikan taksi. Awalnya masih cukup beberapa taksi yang sedang standby di hotel. Lalu kami mulai menelepon semua operator taksi untuk mengirimkan armadanya ke hotel kami. Namun tampaknya bukan hotel kami saja yang meminta hal tersebut. Kejadian serupa terjadi di hotel hotel lain.

Aku dengan sigap langsung meminta tour guide hotel-yang juga sedang sakit namun masih kuat untuk nyetir- untuk membawa mobil hotel dan membawa beberapa orang naik mobil hotel kami ke RS. Aku sedang meinta para tamu untuk sabar menantikan taksi yang tidak juga datang saat walkie talkie ku berbunyi.

Saat ku jawab, mereka berkata bahwa ada satu staff kami yang bertugas di coctail bar di swimming pool area yang pingsan. Saat itu aku marah, bagaimana bisa mereka pingsan? Paling tidak jika mereka sakit dan tidak tahan lagi, harusnya mereka pergi dulu ke ruang staff hotel, jangan pingsan sembarangan.. Kejam memang, tapi kami kan mengutamakan pelayanan, hal hal seperti ini hanya menjatuhkan nama hotel kami.

Saat aku menghampiri staf yang pingsan ini, walkie talkie ku berbunyi lagi. Kali ini giliran salah satu tamu hotel yang pingsan di dekat pantai. Kemudian ada lagi laporan ada tamu yg pingsan di lobby. Dan lagi, dan lagi.

Saat itulah aku sadar, ini sudah mulai di luar kendali.

Aku segera meminta seluruh staf yang berada dekat dengan orang orang yang pingsan untuk segera membopong mereka ke tempat yang teduh, lalu segera mengambil obat obatan yang tersedia dan yang diperlukan ke kotak p3k terdekat.

Sementara itu aku segera berlari ke are kolam renang untuk melihat situasi staf ku yang tadi pingsan.

Namun saat aku sampai disana, yang terjadi malah di luar dugaanku. Dia sudah terbangun, dan menggigit salah satu tamu hotel di lehernya. Seorang bule berusia lanjut berbadan tambun yang sepertinya tadi menolongnya.

Aku segera berlari untuk menolongnya. Si bule itu mengerang kesakitan sambil berteriak minta tolong. Tangannya yang kanan berusaha menutupi luka gigitan, sedangkan tangan kirinya berusaha menahan staf hotelku untuk kembali menggigitnya. Beberapa orang disitu juga segera menolongnya.

Saat aku akhirnya sampai, si bule itu sudah terbebas darinya dan staf hotelku berhasil ia dorong hingga tercebur ke kolam renang. Ia tampak menggeliat tidak karuan saat berada di dasar kolam renang, seperti orang yang tidak bisa berenang. Kolam renang pun berubah warna menjadi kemerah merahan karena darah yang menempel di tubuhnya. Ia juga tampak muntah darah.

Aku segera menanyakan keadaan si bule itu. Dia tampak kesakitan dan pucat. Darah terus mengucur dari lehernya yang tergigit. Aku pun segera memberikan sapu tanganku untuk menutupi lukanya. Beberapa orang juga tampak mengerubunginya penasaran.

HT ku berbunyi.

"BLIIII TOl ssrrkkkss Onngg sssrrkkss" Teriak suara di ujung HT ku.

"Ya ada apa? Jangan berteriak, ada apa?" Jawabku sambil berjalan menjauh dari kerumunan orang orang, aku tidak ingin mereka bertambah panik.

"Bli.. beberapa orang di lobby yang tadi pingsan bangun dan menyerang orang orang bli.. Ada yang digigit bli" Suara Ni Luh Kadek terdengar lebih tenang.

"Dimana kamu sekarang?" Tanyaku.

"Aku di dalam ruangan bli.. tolong bli.." Jawab Ni Luh Kadek ada nada ketakutan di dalam suaranya.


DOR DOR DOR!



Sebuah suara letusan senjata terdengar ke seantero hotel tak lama kemudian.

Keadaan makin gawat.

"Kadek, cepat telpon polisi!" Ujarku lalu berbalik menghadap ke tamu - tamu di sekitarku.

"Everybody, i want you to remain calm and head back to your room in order and evacuate immediately. Keep out from any suspicious behaviour and do not attempt to fight them, do you understand? If you can, head to the parking lot, i will find a car to evacuate you all." Aku segera memberi pengumuman singkat kepada semua tamu hotel untuk tetap tenang, segera kembali ke kamar masing masing, dan menghindari orang yang bertindak mencurigakan.


"You're coming with me sir." Ucapku kepada si bule yang tergigit itu. Aku segera mengambil sebuah pisau dari coctail bar untuk berjaga jaga. Aku lalu membopong si bule yang bernama Edward ke arah parkiran mobil hotel. Rencananya aku akan mengambil mobil hotel yang ada disana dan menunggu tamu tamu yang berhasil mengevakuasi dirinya dan pergi dari hotel ini. Kecuali polisi datang dan berhasil mengamankan situasi. Aku hanya berharap begitu.

"Tidak ada jawaban dari kantor Polisi, bli.. " Kata Ni Luh kepadaku via HT.

"Baiklah Ni Luh, Bli akan mengantar tamu - tamu hotel yang sakit ke rumah sakit, Ni Luh bersama Pak Burham dan Nyoman menunggu polisi datang ya, terus ditelepon jangan diam saja. Dan Suruh Putu datang ke parkiran membawa kunci mobil hotel." Perintahku kepadanya.

Saat aku pergi dari are swimming pool, aku sempat melirik ke kolam renang lagi. Staf ku masih bergerak secara agresif di dasar kolam. Ada apa ini.. tidak mungkin manusia bisa menahan nafas selama itu.

Lalu aku dan Edwards bertemu dengan putu yang membawakan kunci mobil hotel, aku segera menyuruhnya untuk menyalakan mobil dan menungguku di parkiran bersama Edwards. Dan aku segera ke lobby hotel untuk melihat situasi disana.

Bekas darah dimana mana. Banyak tamu yang mengerang kesakitan karena tergigit. Aku melihat Pak Burham dan Nyoman sedang menangani para tamu tamu yang kesakitan itu. Ni Luh Kadek sedan berada di resepsionis dan berusaha menenelepon rumah sakit untuk segera membawa ambulans ke sini. Namun lagi lagi pihak rumah sakit menolak karena semua ambulans sudah dikirim dan belum ada yang kembali lagi.

Aku menanyakan kronologis kejadian di lobby, dan Nyoman bilang bahwa tadi ada beberapa tamu yang pingsan tiba tiba bangun dan kemudian berusaha menggigit setiap orang. Pak Burham tidak punya pilihan lain selain menembak salah satu tamu yg menggigit itu di kepala. Mereka kemudian bersama tamu segera mengungsi ke kantor di belakang lobby dan setelah merasa aman, mereka kembali lagi kesini.

Aku lalu meminta para tamuyang tergigit untuk segera ke mobil hotel dan dengan Putu aku membawa dua mobil berisikan para tamu tamu yg tergigit itu ke rumah sakit.






H+32, Disuatu tempat yang aman


Lalu berhasilkah anda mencapai rumah sakit?

Tentu saja tidak.. Mobil kami bahkan belum sempat masuk tol Mandara saat salah satu tamu yang sakit itu mulai berubah menjadi mayat dan menyerang semua orang yang berada di dalam mobil Putu hingga menabrak trotoar dan terbalik kemudian terbakar.. Tak lama kemudian giliran mobilku yang terserang.


Takut bernasib sama dengan mobilnya Putu, aku segera menghentikan mobil dan membuka kunci pintu. Tamu tamu hotel segera berhamburan keluar, akupun juga berusaha menolong Putu, namun mobil itu dengan cepat terbakar, dan akupun terpaksa menjauh. Aku dan beberapa tamu yang selamat berusaha menghentikan mobil yang lewat. Keadaan kami sangat putus asa saat itu. Mobil mobil banyak yang melewati kami. Suasana di jalan pun mulai tidak aman, ada beberapa mayat yang menyadari keberadaan kami dan berjalan ke arah kami.


Ada beberapa tamu yang akhirnya mulai pingsan. Waktu itu aku akhirnya sadar, setiap orang yang digigit dan pingsan, saat akan bangun mereka pasti berubah menjadi mayat. Kami pun akhirnya berlarian menghindari mayat mayat yang semakin lama semakin banyak mendekati kami.


Lalu bagaimana caranya anda selamat?


Untungnya, Ni Luh Kadek bersama Pak Burham, Nyoman dan beberapa tamu hotel yang selamat datang membawa mobil pick up hotel. Mereka mengatakan bahwa keadaan di hotel sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Mereka terpaksa mengungsi sebelum polisi datang. Kami pun segera naik dan pergi dari sana.

Kami berhasil bertahan hidup hingga akhirnya TNI mengarahkan kami ke Pos Evakuasi di tengah tol Mandara.


Anda berarti juga melihat "Pertempuran Tol Mandara"?

Ya.. semuanya masih teringat jelas dalam pikiran saya.

Baiklah itu saja dulu yang kami akan tanyakan. Nanti kami akan segera bertanya lagi kepada anda. Beristirahatlah sekarang Bli Made. Anda sudah berada di tempat yang aman.
 
Menanti Donita hadir...
Tapi ada yang baru gas lah gak apa.
Welcome back suhu pejuang penikmat kosan.
 
Keren... sama seperti film korea TTB
Wah iya, TTB salah satu inspirasi ane buat cerita ini..
Matursuwun update lanjutanya hu @lerlah
Sama sama huuu
Makin serem, makin nagih, makin makasih Om Suhu Lerlah
Hehehe makasih ya huu
You're welcome suhuuu
Kayak film nya brad pitt



:beer:
World War Z ya mksdnya? Yep.. pas bagian pesawat itu ane suka bgt..

Tapi ane inspirasi terbesar dari novel nya sih..
Menanti Donita hadir...
Tapi ada yang baru gas lah gak apa.
Welcome back suhu pejuang penikmat kosan.
Wah wah wah.. Denger nama itu disebut kaya aneh, biasanya doi dipanggil Dosa kan.. Tp doi ga mungkin hadir disini hu hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd