Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT METEOR AZKA

CHAPTER 10


Aku langsung menutup mata tatkala cahaya memasuki retinaku. Itu terlalu terang, mungkin karena sedari tadi aku hanya melihat kegelapan membuat mataku tak bisa membiaskan cahaya yang terlalu terang. Saat pupil mataku mulai mengecil dan aku dapat melihat cahaya dengan baik, aku langsung menatap langit-langit kamar. Terasa tubuhku dingin lalu mencoba untuk duduk ketika menyadari aku tergeletak di lantai. Kepalaku masih terasa sedikit pusing dan sakit. Saat itu juga memoriku memutar kejadian yang barusan aku alami. Entahlah semuanya begitu membingungkan jika terlalu dipikirkan, dan aku lebih memilih tidak terlalu menanggapi kejadian tadi.

“Aarrgghh...!” Aku mengerang sambil bangkit berdiri.

Aku mengerjapkan mata berkali-kali untuk menghalau pusing yang mendera. Aku melirik batu cahaya yang kini berkilau-kilau dengan warna-warni bak pelangi. Itu terlihat luar biasa. Aku menatap batu cahaya di dalam botol dengan sedikit keheranan. Aku pun duduk di kursi semula dan terus memperhatikan batu cahayaku yang berganti rupa. Dia tidak lagi hitam legam, sekarang berupa batu cantik yang mempunyai nilai estetika sangat tinggi.

“Kau berubah ... Dirimu terlihat cantik ...” Aku berbicara pada batu cahaya.

Tepatnya ganteng ... Kurang pas disebut cantik ...” Aku mendengar suara yang membuat diriku terlonjak dari duduk. Di sini tak ada siapa-siapa hanya aku dan batu cahaya.

“Ka..kau yang bicara kan?” Tanyaku sembari menatap batu cahaya yang kini benar-benar bercahaya warna-warni.

Batu cahayaku lalu mengambang dari posisi tenggelam dan mengeluarkan cahaya yang lebih kuat dari sebelumnya, “Kau sedang bicara dengan batumu, Azka ... Bukankah kau ingin aku berbicara denganmu? Aku telah memasukan bahasaku ke dalam otakmu dan sekarang kita bisa saling bicara.

“Jadi tadi rumus-rumus yang kulihat adalah bahasamu?” Tanyaku lagi sok tahu.

Itu adalah bahasa jagat raya yang universal. Selain itu, aku memberimu kekuatan baru agar kau bisa berkomunikasi denganku. Untungnya kau bisa bertahan dan masih hidup. Proses yang kau alami tadi bisa melenyapkan nyawamu.” Ungkap batu cahaya.

“Sumpah demi apapun, rasanya sakit sekali. Kenapa kau melakukannya? Kau telah menyakitiku!” Aku agak kesal kalau ingat rasa sakit yang kuderita tadi.

Bukankah itu keinginanmu? Aku hanya mengikuti keinginanmu.

“Kalau tahu sesakit tadi, aku tak akan sudi.” Aku mendekatkan wajahku ke botol air tempat batu cahaya.

Maaf ... Aku tidak tahu soal hal itu. Yang aku tahu kau ingin bisa berkomunikasi denganku.

“Baiklah ... Lupakan saja ... Sekarang aku ingin tahu, siapa dirimu sebenarnya?” Akhirnya aku bertanya tentang makhluk aneh berbentuk batu cahaya yang sedang mengambang di dalam botol.

Namaku Petteri panggil saja aku Pet ... Aku adalah penjelajah jagat raya. Aku sudah ada sejak jagat raya tercipta. Sebenarnya wujudku adalah cahaya tetapi aku mengalami kecelakaan di jagat raya. Aku tersedot ke topan magnet dan menempel di batu meteor yang jatuh beberapa waktu yang lalu di depan rumahmu. Dan aku terkurung di batu ini.” Jelas batu cahaya yang memperkenalkan dirinya dengan nama Petteri aka Pet.

“Aku benar-benar tidak mengerti. Ceritamu di luar nalarku. Tapi mau tak mau aku harus percaya padamu karena sekarang kau nyata. Tapi, aku ada satu pertanyaan lagi. Kenapa kau datang ke bumi? Apakah disengaja atau hanya kebetulan?” Tanyaku.

Aku datang ke tempatmu memang sengaja, karena hanya di sinilah aku bisa melepaskan diri dari batu sialan ini. Hanya bangsa manusia di bumi yang bisa menolongku. Tidak bangsa-bangsa yang lain.” Jawab Pet membuat aku jadi penasaran.

“Kau menyebut bangsa-bangsa lain. Maksudmu bangsa-bangsa lain itu alien?” Tanyaku sedikit bercanda.

Di jagat raya ini banyak kehidupan seperti kehidupan di bumimu. Memang bangsa manusia yang paling banyak mendiami jagat raya. Bangsa manusia hampir ada di setiap galaxi. Selain bangsa manusia ada juga yang disebut bangsa Orc, ada juga bangsa Borg, Toral, Shinzon, Tomalak, Arctus, dan masih banyak lagi.” Jawab Pet.

“Wow! Aku tambah gak ngerti, tapi sangat menarik. Bisakah kau membawaku menemui bangsa-bangsa jagat raya itu?” Aku benar-benar bercanda kali ini.

Aku bisa saja membawamu kemana saja, asalkan bebaskan dulu aku dari batu ini.” Suara Pet sangat serius.

“Bagaimana caranya?” Tanyaku.

Aku memerlukan tehoa untuk bisa lepas dari batu ini. Tehoa adalah semacam energi yang diperoleh perasaan senang dan bahagia dari manusia. Sejak pertama kali kau meminum air yang mengandung unsur cahayaku, aku sudah terhubung denganmu. Artinya hanya kaulah yang bisa memberiku tehoa. Jadi, semakin banyak kau merasa senang dan bahagia, maka semakin besar tehoa yang aku dapat. Pada titik tertentu, tehoa yang aku kumpulkan bisa menghancurkan batu ini.” Jelas Pet yang belum kupahami seluruhnya.

“Selama ini aku merasa bahagia, aku tidak pernah merasa bersedih. Berarti sudah banyak tehoa yang kau kumpulkan.” Kataku.

Memang aku selalu mendapatkan tehoa darimu walau kau hanya duduk saja tanpa mengerjakan hal lain. Tetapi tehoa yang aku dapat sangatlah kecil. Tehoa yang kudapat sangat besar ketika kau klimaks saat bersenggama.” Ungkap Pet sampai aku ngakak.

“Ha ha ha ... Kalau begitu, aku akan bersetubuh setiap hari supaya tehoa yang kau perlukan cepat terkumpul.” Kataku sambil terbahak-bahak.

Kalau kau memang berniat menolongku, memang itu yang harus kau lakukan.” Ujar Pet.

“Ha ha ha ... Tidak bisa Pet. Aku ini punya mood yang turun naik. Lagi pula kalau setiap hari, aku bisa kehabisan sperma.” Kataku lagi yang belum bisa menghentikan tawaku.

Aku tahu ...” Suara Pet mengecil dan aku langsung menghentikan tertawaku.

“Aku akan membantumu, Pet ... Tenang saja. Tapi dengan caraku. Kau harus sabar.” Kataku serius.

Terima kasih atas bantuanmu. Aku berjanji padamu, jika aku bebas, aku akan membawamu mengelilingi jagat raya.” Ujar Pet tak kalah serius.

“He he he ... Menarik sekali. Aku pegang janjimu.” Kataku.

Oh aku hampir lupa ... Sekarang kau bisa mewujudkan hayalanmu menjadi kenyataan tanpa harus meminum air lagi. Kau langsung bisa melakukannya tanpa harus membawaku kemana-mana. Satu lagi, kau sekarang mempunyai kekuatan baru. Kekuatan barumu adalah bisa menggerakan tubuh seseorang sesuai kehendakmu dalam keadaan orang itu sadar, tapi saratnya adalah orang yang ingin kau gerakan harus berada dalam jangkauan penglihatanmu.” Jelas Pet yang sontak aku merasa senang.

“Apakah kau menerima tehoa dariku?” Tanyaku sambil tersenyum.

Ya, tapi sangat kecil.” Jawab Pet.

Tak disangka sekarang aku mempunyai teman bicara di rumah ini selain kakek dan ternyata suara Pet hanya bisa didengar olehku, tidak oleh orang lain meskipun aku sedang berinteraksi dengan Pet di dekat orang lain. Pet banyak menceritakan pengalamannya selama menjelajah jagat raya. Aku mendengarkannya dengan akal yang dipaksa untuk percaya. Semuanya tidak tercapai oleh nalarku sebagai manusia. Entah berapa lama, tiba-tiba aku mendengar suara pintu depan terbuka. Segera saja aku keluar kamar dan mendapati kakek yang baru pulang.

“Dari mana kek?” Tanyaku dengan nada khawatir.

“Kakek menemui Pak Hendra.” Jawabnya santai lalu duduk di kursi tamu. Kakek lantas mengeluarkan rokoknya. “Bikinin kakek kopi.” Lanjut kakek.

Aku langsung saja ke dapur membuat dua gelas kopi. Setelahnya, aku kembali ke ruang tamu. Di sana aku dan kakek ngopi dan merokok bersama sambil mendengarkan cerita kakek yang baru saja bertemu teman polisinya yang bernama Pak Hendra. Kakek mengatakan kalau Pak Hendra akan membantu mengamankan desa dan memberantas peredaran narkoba. Aku pun akhirnya menceritakan dua kejadian pembunuhan yang terjadi tadi pagi, dan ternyata kakek sudah mengetahuinya.

“Berawal dengan masuknya kelompok mafia ke desa ini. Semuanya jadi kacau.” Ungkap kakek setelah menyeruput kopinya.

“Itulah sebabnya, aku ingin sekali memberantas mereka. Minimal di desa kita ini.” Kataku.

“Kamu bisa bekerja sama dengan Pak Hendra. Kamu bisa menggerakan warga untuk berjaga-jaga dan mencari para pengedar narkoba di desa kita.” Ucap kakek lalu menyesap rokok kreteknya.

“Ya, kek ... Aku memang sudah berencana ke sana.” Kataku.

Dan kami melanjutkan obrolan sampai larut sampai akhirnya kami masuk ke kamar masing-masing. Aku melihat Pet masih mengambang di dalam botol. Aku ambil botol tempat Pet bersemayam dan meletakkannya di meja kecil samping tempat tidurku. Kemudian aku berbaring di atas kasur terlentang. Sudah saatnya aku mengistirahatkan tubuh.

“Pet ... Apa makanan kesukaanmu?” Tanyaku pada Pet.

Aku tidak makan dan tidak minum, Azka. Aku hanya membutuhkan energi alam. Jadi jangan khawatir, kamu tidak perlu memberiku makan dan minum.” Jawab Pet.

“He he he ... Syukurlah ... Aku mau tidur, aku ngantuk sekali. Oh ya, apakah kau juga tidak tidur?” Tanyaku bercanda.

Aku tidur, sama sepertimu.” Jawab Pet lagi.

“Kalau begitu, tidurlah.” Kataku.

Dan kini kulihat cahaya kilau warna-warninya menghilang dan Pet kembali tenggelam ke dasar botol. Aku tersenyum lalu memejamkan mata. Rasa kantukku menjalar. Pikiranku semakin tenang. Aku merasakan sebentar lagi akan tidur sangat pulas. Setelah berkali-kali menguap, akhirnya aku masuk ke alam mimpiku.

.....
.....
.....


Suasana di kantor desa sangat ramai, kantorku ini seperti tidak ada istirahatnya. Warga tidak ada habisnya berdatangan silih berganti untuk mengurus kepentingannya. Terlebih Pak Kades tidak ada di tempat karena harus mengurusi kasus pembunuhan yang terjadi kemarin. Ya, karena sudah tugas yang menjadi tanggung jawabku, aku lah yang menggantikan tugas Pak Kades. Bagaimana pun kebutuhan akan pelayanan kepada masyarakat memang menjadi hal fundamental yang harus diberikan oleh instansi desa.

Demi terciptanya keamanan dan kenyamanan warga, aku pun segera membentuk Satgas. Aku telah memanggil beberapa tokoh masyarakat dan mendiskusikannya tentang rencanaku dalam penanggulangan gangguan keamanan dan peredaran narkotika. Para tokoh masyarakat tentu saja sangat mendukung rencanaku dan kami sepakat untuk membentuk kelompok-kelompok di setiap RW sebagai anggota Satgas. Kami semua sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan proaktif dalam menangani gangguan keamanan dan memberantas peredaran narkotika.

Sekitar pukul lima sore lebih, aku tiba di rumah dan segera membuat kopi lalu membawanya ke runag depan di mana kakek sudah dengan nyaman ngopi dan ngudud di sana. Kakek memang selalu peduli dengan keadaan desa kami walau dia sudah lama tidak menjabat sebagai kepala desa. Pertanyaan pertama yang dia ajukan padaku adalah keadaan warga desa. Aku menjelaskan secara umum bahwa masyarakat dalam keadaan baik hanya tergangu oleh kejadian pembunuhan kemarin. Selebihnya, aku dan kakek berbincang-bincang masalah yang kurang penting.

“Apakah kamu sudah menanyakan hari pernikahanmu pada Pak Haji Yanto?” Tanya kakek yang tiba-tiba membelokan tema pembicaraan.

“Belum kek ...” Jawabku singkat.

“Sebaiknya kamu bersiap-siap karena kakek pikir hari pernikahanmu tidak akan lama lagi.” Saran kakek.

“Iya kek ... Tapi, apa yang harus aku persiapkan?” Tanyaku bingung.

“Kamu bicaralah dengan Ibu Sari. Dia pengalaman dengan urusan seperti ini. Simpelnya begini. Kasih dia uang untuk persiapan pernikahanmu. Biar dia yang ngurus segalanya. Kamu tahu beres dan lancar.” Masuk akal juga saran kekek.

“Tapi aku tidak punya uang banyak kek. Aku belum genap satu bulan bekerja. Lagi pula, mana cukup gajiku untuk persiapan pernikahan.” Kataku lalu menghela napas.

“Pakai uang kakek yang untuk bayar utang ke Pak Rusdi. Apakah uangnya masih ada padamu?” Tanya kakek.

“Maksud kakek uang dari pemberian ahli waris Pak Margo?” Aku bertanya ingin kepastian.

“Iya ... Uang itu.” Jawab kakek yang tiba-tiba membuat hatiku merasa sangat tidak enak. Jujur di usia itu aku merasa kakek adalah penolongku.

“Itukan uang kakek.” Kataku sendu.

“Tidak apa-apa. Gunakan saja untuk keperluan pernikahanmu.” Respon kakek santai.

Aku pun tersenyum miris. Dari keseluruhan apa yang aku rasakan dari kebaikan kakek, tampaknya tidak ada yang lebih menghentak rasa dengan ketulusannya menyayangi aku. Itu melebihi apa yang bisa aku bayangkan tentang beragam ekspresi senang sekaligus terharu. Membalas segala kebaikan kakek memang sudah selayaknya, tetapi bagaimana bisa? Jelas tak mungkin bila ukurannya sebanding. Kakek memberi tanpa mengharap balasan, dia pun tak pernah menuntut. Sebaliknya, kakek selalu mengapresiasi apa yang aku coba berikan, meski itu sepele dan tak bernilai.

“Terima kasih kek ... Aku tak tahu lagi cara membalas kasih sayang kakek padaku.” Kataku agak tersedu.

“He he he ... Jangan cengeng! Gak perlu kamu pikirkan. Kakek hanya ingin kamu menjadi orang sukses dan maju.” Ujar kakek sambil terkekeh.

Aku melanjutkan obrolan dengan kakek sampai kopiku habis. Aku pun meminta ijin pada kakek untuk menemui Bu Sari sebagaimana yang kakek sarankan. Sebelum berangkat ke rumah Bu Sari, aku masuk ke dalam kamar dulu untuk mengambil jaket. Kulihat Pet sudah melayang-layang di dalam botol air mineral dengan kerlap-kerlip warna pelangi.

“Kamu mau ikut?” Candaku pada Pet.

Kau mau pergi kemana?” Tanya Pet.

“Ke rumah binor.” Candaku lagi.

Berarti aku akan mendapatkan tehoa besar malam ini.” Ucap Pet dan sontak aku terkejut. Sungguh, aku tidak berpikiran sejauh itu.

“Oh ... Bisa jadi ...” Jujur, aku ragu menjawab permintaan Pet.

Jangan dipaksa, aku bisa menunggu.” Ucapan Pet terdengar memelas sarat dengan keinginan bebeasnya yang sangat besar.

“Pet ... Seberapa banyak lagi tehoa yang kau perlukan agar kau bebas dari batu itu?” Tanyaku ingin tahu.

Masih terlalu banyak untuk aku hitung.” Jawabnya.

“Bisa diperkirakan?” Tanyaku lagi.

Tidak kurang dari 100 tehoa terbesar.” Jawabnya agak memelan.

“Wow! Kalau aku perhitungkan dengan siklus bercintaku yang seminggu tiga kali dengan klimaks 3 kali sehari, berarti masih memakan waktu tiga bulan lebih bahkan hampir empat bulan.” Kataku.

Ya, aku bisa menunggu.” Kata Pet semakin melemah.

“Pet ... Bagaimana pun aku ini manusia yang terbatas kekuatanku. Aku tidak bisa memberimu tehoa terbesar setiap hari. Aku harap kau memakluminya.” Kataku memberinya penjelasan.

Aku tahu ... Sekarang lebih baik kamu pergi. Binormu sudah menunggu.” Ujar Pet yang membuatku tertawa. Ternyata Pet bisa juga bercanda.

Setelah meletakkan Pet di bawah ranjang, aku langsung bergerak ke rumah Bu Sari yang letakknya hanya sekitar 200 meter dari rumahku. Tidak lebih dari lima menit aku sampai di rumah Bu Sari. Rumah ibu rumah tangga ini agak berjauhan dengan beberapa tetangga yang lain. Rumah Bu Sari tampak sepi, semua pintu tertutup dan sangat hening. Aku sempat ragu berpenghuni sebelum aku mencoba mengetuk pintu rumahnya, tetapi tak ada jawaban. Rumah ini memang tampak sepi dan tidak ada orang di dalamnya.

Lima menit sudah berlalu, aku akhirnya memilih untuk pulang karena aku pikir memang sedang tidak ada orang di rumah ini. Namun tiba-tiba aku mengurungkan niat ketika mendapati Bu Sari sedang berjalan ke arah rumahnya. Bu Sari terkejut dengan keberadaanku di teras rumahnya. Hal ini tampak dari raut wajah Bu sari ketika melihatku sedang menunggu. Tetapi itu tidak lama, raut keterkejutannya berubah menjadi senyum ramah.

“Dari mana, bu?” Aku mendahuluinya bertanya.

“Ini ... Habis dari warung beli gula dan garam.” Jawab Bu Sari sembari menunjukkan bukti belanjaannya padaku.

“Rumah sepi sekali bu ... Emangnya bapak dan anak-anak pada kemana?” Tanyaku lagi basa-basi.

“Pergi ke kota, mas. Si bungsu ingin melihat pasar malam.” Jawab Bu Sari. Entah kenapa, aku langsung teringat pada Pet dan tentunya aku juga berpikir untuk mengeksekusi binor ini yang sesungguhnya berwajah di bawah standar.

Sialan kamu Pet!” Aku menggeruti dalam hati.

Sudah ... Hajar saja ...” Tiba-tiba terdengar suara Pet sangat jelas di telingaku.

Bangke ...” Umpatku dalam hati.

“Ada apa ya mas, malam-malam berkunjung ke sini?” Tanya Bu Sari yang membuat lamunanku buyar.

“Oh ... Ini bu ... Saya ingin membicarakan masalah persiapan pernikahanku.” Jawabku langsung ke inti.

“Apa? Mas mau menikah? Oh, syukurlah. Ibu ikut bahagia mendengarnya.” Bu Sari memekik riang.

“Iya, bu ... Kakek menyuruhku untuk menemui ibu. Kakek menyuruh saya untuk menyerahkan segala keperluan pernikahan saya pada Bu Sari.” Jawabku lagi sambil tersenyum.

“Kalau begitu ... Ayo masuk!” Katanya sembari menghampiri pintu rumahnya.

Aku yang berdiri di belakang binor ini menelisik tubuhnya dari atas sampai bawah. Kulitnya yang sawo matang lumayan bersih. Tubuhnya agak berisi tetapi tidak bisa dibilang gemuk, dan saat aku melihat bokongnya mungkin bagian ini yang menurutku paling bisa dibuat bahan menaikan libidoku. Bokong Bu Sari terlihat kencang, berisi, bundar dan padat. Akhirnya aku memutuskan untuk mengeksekusi Bu Sari. Selain karena ingin membantu Pet, situasi juga sangat mendukung.

Aku masuk ke dalam rumah setelah Bu Sari. Aku menutup pintu dan duduk di sofa ruang tamu. Aku menunggu beberapa saat dan tak lama Bu sari membawa segelas kopi untukku. Pembicaraan pun langsung pada pokok permasalahan. Aku utarakan bahwa aku akan menyerahkan persiapan pernikahan sepenuhnya pada Bu sari dengan budget sekitar 50 juta. Bu Sari pun menyambut rencanaku dengan senang hati. Dia bahkan berjanji akan mempersiapkan pernikahanku sebaik-baiknya.

Pembicaraan serius pun selesai, dan saatnya membantu Pet. Sebenarnya aku tidak mempunyai ‘sir’ pada Bu Sari, tetapi aku paksakan demi mendapatkan tehoa untuk makhluk penjelajah itu. Lantas aku menghayal Bu Sari melepaskan seluruh pakaiannya, kemudian melenggak-lenggok bagai seorang penari striptease di depanku. Lalu kami bercinta beberapa ronde di ruang tamu ini. Sambil menunggu waktu, aku coba sekali lagi menelisik tubuh Bu Sari. Aku pikir tidak terlalu buruk juga. Payudaranya lumayan besar dan walaupun tertutup baju longgar, benda itu masih tampak begitu menonjol.

“Uh mas ... Hari ini gerah banget ya mas ...” Tiba-tiba Bu Sari berujar demikian.

“Kalau gerah lepas saja bajunya.” Kataku mulai memprovokasi.

“Gak apa-apa saya melepas baju?” Bu Sari mengelum senyum genitnya.

“Buka saja, Bu ... Saya malah suka kalau ibu telanjang.” Kataku lagi lebih vulgar.

“Oh ya? Benar mas? Kalau Mas Azka suka, saya mau telanjang.” Ucapnya begitu bersemangat.

“Ya ... Saya ingin lihat ibu telanjang dan joget di depanku.” Ujarku.

Bu Sari pun berdiri lantas tersenyum manis sambil membuka kerudungnya, mengeraikan rambutnya yang hitam panjang. Membuka satu persatu kancing bajunya. Memperlihatkan kulit sawo matang dan sepasang buah dada montok yang disangga bra merah jambu. Dan buah dada itu semakin menampakkan keindahannya secara utuh ketika penyangganya telah dilepaskan. Sepasang bukit kembar padat berisi dengan puting coklat kemerahan di dua puncaknya menggantung indah. Lalu tangannya membuka kancing celana panjang yang segera meluncur ke bawah. Tinggallah secarik celana dalam, yang sewarna bra, membungkus pinggul montok. Bagaikan penari striptease, secarik kain kecil itu segera pula ditanggalkan. Menampakkan selangkangannya yang membusung dihiasi bulu-bulu kemaluan menghitam. Dihadapanku kini berdiri perempuan telanjang dengan keindahan bentuk tubuh yang menaikan nafsu syhawat.

“Wow!” Entah kenapa aku menjadi takjub dengan lekuk tubuh Bu Sari.

“Gimana mas?” Tanyanya sambil bergoyang ala penari telanjang.

“Seksi banget. Sini duduk di sini” Kataku sambil berdiri dan memberikan Bu Sari ruang untuk duduk di sofa panjang.

Bu Sari pun menuruti perintahku. Dia duduk telanjang bulat di sofa panjang dengan kedua kakinya mengangkang. Sambil membuka celana panjang dan celana dalamku, aku melihat selangkangan Bu Sari yang telah terkangkang bebas. Terlihat bulu-bulu jembut yang menghitam agak keriting dengan sangat lebatnya menumbuhi lembah yang sempit diantara paha montok yang mulus. Aku menelan ludah melihat pemandangan yang indah itu. Labia mayoranya terlihat merekah basah, dihiasi bulu-bulu jembut menghitam di tepi dan atasnya. Kedua tangan Bu Sari memegang kedua paha yang telah mengangkang itu.

Kontan kejantananku menegang dan mengeras. Aku segera menyodorkan kejantananku ke mulut Bu Sari untuk diberikan layanan agar semakin tegang dan keras. Bu Sari pun mengerti keinginanku. Dipandanginya otot tegang dalam genggaman tangannya. Dengan ujung lidahnya dijilat perlahan kepala kontolku yang mengkilap kecoklatan itu. Dengan perlahan Bu Sari membuka mulutnya sambil memasukan batang kontolku dan dikulumnya. Terasa aneh, tapi diulang lagi dan lagi sehingga hasratku makin menggebu. Aku meringis nikmat diperlakukan begitu. Apalagi Bu Sari mulai melumati batang kontolku di dalam mulutnya dengan semakin bernafsu. Ia tidak hanya menggunakan lidahnya tetapi menggaruk batang kontolku itu dengan giginya, membuat aku semakin meringis nikmat.

“Sudah bu ... Aaahh ...” Kataku sambil menarik batang kontolku.

“Kenapa?” Tanya Bu Sari heran.

“Aku sudah ingin merasakan memek ibu.” Kataku sambil mengatur posisi si antara kedua pahanya dengan posisi setengah berdiri dan lutut menjadi tumpuanku.

“Masukan sayang ... Uh, kontolmu besar sekali.” Ucap Bu Sari sambil mengambil batang kontolku dan mengarahkannya ke lubang memeknya yang sudah menganga.

Bu Sari tersentak ketika kepala kontolku menyentuh bibir memeknya. Direngkuhnya tubuhku ketika perlahan batang kontolku yang keras itu mulai menyusuri lubang memeknya. Aku mencoba memberinya dorongan pada ujung penisku, menembus kelembutan Bu Sari dengan kerasnya kejantananku.

“Akh…! Enak mas!” Desisnya.

Tangan Bu Sari menekan pinggulku agar batang kontolku masuk seluruhnya. Aku juga merasakan nikmat. Memek Bu Sari masih terasa sempit dan seret. Aku mulai menggerakkan pinggul perlahan maju-mundur dan terus dipercepat diimbangi gerakan pinggul Bu Sari. Kami pun terus berpacu menggapai nikmat.

“Ayo mas genjot terusss...!” Desis Bu Sari makin hilang kendali merasakan nikmat.

Aku mengerakkan pinggul semakin cepat dan keras. Sesekali disentakkan ke depan sehingga batang kontolku tuntas masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Sari. Sesekali aku menghempaskan pinggul ke bawah dengan sangat kuat sehingga batang kontolku menghujam seluruhnya di dalam lubang memeknya. Dan itu mendatangkan nikmat yang sangat bagi Bu Sari, ketika kepala kontolku menghujam lubang rahimnya yang terdalam dan yang paling sensitif, Bu Sari pun meraung keenakan.

“Oh… Mas ...!!!” Jerit Bu Sari nikmat setiap kali aku melakukannya.

Terasa batang kontolku menyodok dasar lubang memek Bu Sari yang terdalam. Semakin sering aku melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan Bu Sari, sehingga pada hentakan yang kesekian aku merasakan tubuhnya meregang dengan tangannya menekan pantatku agar hujaman bantang kontolku semakin dalam. Dan terasa ada yang berdenyut-denyut di dalam lubang memeknya.

“Ahk…! Ah… duh... Aaaaakhh...!” Teriak Bu Sari tertahan merasakan orgasmenya. Bu Sari memejamkan mata, tubuhnya kelojotan, melengkung ke atas disertai erangan panjang.

Aku yang belum keluar terus menggerakkan pinggulku semakin cepat. Menyebabkan Bu Sari kembali berusaha mengimbangi. Aku angkat kedua kakinya ke atas dan dipegang dengan kedua tanganku, sehingga pinggul Bu Sari sedikit terangkat sehingga memeknya semakin menjengkit. Menyebabkan hujaman kontolku semakin dalam. Aku yang berusaha mencapai kenikmatannya, merasa lebih nikmat dengan posisi Bu Sari seperti itu.

Aku merasakan hal yang sama pada Bu Sari, perlahan kenikmatan puncak yang belum turun benar naik lagi. Bu Sari mengangkat dan menumpangkan kakinya di pundakku, sehingga selangkangannya lebih terangkat. Aku memeluk kedua kaki Bu Sari, sehingga tubuhnya setengah berdiri. Dirasakan jepitan memek Bu Sari lebih terasa sehingga gesekan batang kontolku menjadi semakin nikmat. Aku semakin menghentakkan pinggulku ketika dirasakan kenikmatan puncak sudah semakin dekat aku rasakan.

“Aaaakkhhh…” Aku mendesah nikmat ketika dari batang kontolku menyembur cairan kenikmatan. Aku terus mengocok batang kontolku untuk menuntaskan hasratku. Bersamaan dengan itu Bu Sari rupanya juga merasakan kenikmatan yang kedua kalinya.

“Aaaakkhh…!!” Jeritnya untuk kedua kali merasakan orgasme berturut-turut.

Tubuhku ambruk di atas tubuh Bu Sari. Kami berdua saling berdekapan. Kemaluan kami masih bersatu. Keringat mengucur dari tubuh kami, bersatu. Nafas saling memburu.

“Terima kasih ya mas, terima kasih.” Kata Bu Sari terbata mengucapkan terima kasih diantara nafasnya yang memburu.

“Sama-sama, bu ...” Jawabku yang baru saja menuntaskan hasrat. Sekarang aku mengerti kenapa rasa klimaks yang aku alami disebut Pet sebagai tehoa terbesar, karena pada saat ejakulasi rasa senang dan bahagiaku berlipat-lipat.

Kami pun akhirnya melepaskan penyatuan tubuh dan melanjutkan dengan obrolan sambil saling berdekapan. Tak sampai sepuluh menit kami saling berdekapan, batang kontolku mulai dirabai dan diremas kembali oleh tangan Bu Sari. Rupanya binor ini sudah ingin lagi. Aku tersenyum dalam hati, dapat tehoa lagi nih! Memang Bu Sari sudah bangkit lagi hasratnya. Sepertinya ia tidak ingin melepaskan kesempatan malam ini untuk bercinta sebanyak mungkin denganku. Kami pun bercinta kembali dengan berbagai teknik dan posisi. Dan malam ini kami melewati malam dengan penuh keringat, cumbuan, rabaan, hentakan nafas dan desahan nikmat berkali-kali sampai hampir tengah malam. Aku sendiri selama bercinta dengan Bu Sari tidak pernah berusaha menahan klimaks-ku, hingga aku bisa mencapai klimaks sebanyak empat kali bersama Bu Sari.

“Terima kasih ya bu ...” Kataku di ambang pintu rumahnya. Setelah menyelesaikan percintaan kami dan berpakaian.

“Sama-sama, mas ... Hi hi hi ...” Hawab Bu Sari yang diakhiri dengan kikikannya.

Aku tidak banyak kata lagi, segera saja meninggalkan rumah Bu Sari. Saat aku berada di depan pagar rumahku, terlihat mobil Pak Susilo melintas di depanku. Pak Susilo adalah suami Bu Sari. Dalam mobil itu aku melihat kedua anak remajanya juga. Aku hanya tersenyum mengingat aksi bejatku sambil berjalan ke dalam rumah kemudian mengunci pintu. Setelahnya, aku masuk ke dalam kamar dan mengambil tempat tinggal Pet yang kusimpan di bawah tempat tidur.

“Bagaimana tehoanya?” Tanyaku pada Pet yang sedang melayang-layang dalam botol air mineral.

Banyak ... Kalau kau bisa setiap hari seperti ini, mungkin hanya sebulan aku bisa bebas.” Jawab Pet senang.

“Aku ini bukan robot, Pet ... Aku ini punya batas.” Kataku sembari meletakkan botol air mineral itu di samping bantalku. Aku segera merebahkan badan untuk segera tidur. Selain kantuk yang mendera, tubuhku pun terasa lemas.

Aku tahu.” Ucap Pet.

“Pet ... Apakah wanita-wanita yang aku perdaya dengan kekuatanku akan mengingat saat mereka aku gagahi?” Tanyaku ingin tahu.

Mereka pasti mengingatnya tetapi akan segera lupa. Ibarat kamu membuang sesuatu yang tak berarti dua hari yang lalu, pasti kamu tidak ingat lagi apa yang kamu buang dan kapan dibuangnya.” Jelas Pet.

“Oh, begitu ya ...” Kataku baru mengerti.

Apa yang kamu dan wanita-wanitamu lakukan atau dengan orang lain yang terkena pengaruhmu, mereka semua akan segera melupakan apa yang telah kamu perbuat dan kemudian mereka tak akan mengingatnya lagi. Mereka tidak akan menyimpan memori tentang perbuatanmu.” Pet menegaskan penjelasannya. Dan kini aku semakin mengerti dan tenang.

“Aku lelah dan ngantuk. Aku akan tidur.” Kataku sambil memejamkan mata.

Tak ada jawaban dari Pet dan aku enggan membuka mata lagi. Tidur adalah pilihan yang tepat bagiku saat ini untuk meninggalkan kepenatan dan melepaskan kelelahan. Aku ingin tidur lelap, tidak bermimpi, tidak terbangun di dini hari yang sepi. Tak lama aku pun pulas tak sadarkan diri.

.....
.....
.....


Aku merasa bersyukur kalau hari ini pekerjaanku tidak sesibuk hari-hari sebelumnya. Aku baru saja menghadiri pengangkatan kepala Puskesmas baru yang menggantikan Bu Yati. Kali ini kepala Puskesmas adalah seorang dokter muda berjenis kelamin pria yang bernama Dokter Hertanto. Setelah acara selesai, aku memutuskan untuk ke kota kabupaten untuk mencairkan uang guna keperluan persiapan pernikahanku.

Waktu aku sampai di kota kabupaten, aku langsung melakukan penarikan dana di bank. Untung saja situasi di bank agak longgar, sehingga dalam waktu kurang satu jam, aku sudah bisa membawa uang cash keluar dari bank. Tak ingin berlama-lama, aku segera melajukan Si Black untuk kembali ke desaku.

Siang itu, saat kukendarai motor kesayanganku. Berhenti di lampu merah. Kulihat sekeliling, satu per satu kendaraan lain datang. Merapat seolah berebut paling awal. Aku melihat sebuah mobil yang sangat kukenal parkir di samping agak depan motorku. Mataku melebar saat melihat seseorang yang berada di jok depan samping pengemudi. Walau pandanganku agak menyamping namun aku tahu persis siapa wanita itu. Dia adalah Sri, gadis yang aku nikahi. Segera saja aku menyelidik seseorang di sampingnya. Ya, tak salah lagi dia adalah pemuda tampan yang tempo hari mengaku sebagai pacarnya.

Tiba-tiba saja, aku berkeinginan membuntuti kemana mereka akan pergi. Mobil mewah yang mereka naiki bergerak pelan ketika lampu hijau menyala. Si Black membuntuti mereka pada jarak aman agar mereka tidak mencurigaiku. Aku sesuaikan kecepatan motorku dengan kecepatan mobilnya. Dan beberapa saat berselang, mobil yang kubuntuti masuk ke pelataran sebuah hotel. Siapa pun akan merasa tidak nyaman jika mengetahui wanita yang baru saja disukai berbuat seperti apa yang aku lihat sekarang. Hatiku benar-benar merasa hampa. Seperti semua emosi dalam diriku direnggut secara paksa.

Aku pun segera mengeluarkan smartphoneku lalu aku merekam Sri dan pemuda tampan itu keluar dari mobil. Keduanya kemudian memasuki lobby hotel dengan lengan saling mengait satu sama lain. Mereka terlihat sangat mesra. Pemandangan itu membuatku cemburu dan rasanya aku ingin menyingkirkan pemuda tampan itu. Mungkin hampir semua orang akan tahu, apa yang mereka lakukan di kamar hotel dengan berduaan saja.

Dengan mengabaikan rasa kecewa dan tidak nyaman di hati, aku pun segera memacu Si Black kembali ke jalanan yang seharusnya aku lalui. Ya, kecewa itu ada dan sakit hati itu menjelma, tetapi bagiku tidak ada gunanya memelihara perasaan-perasaan negatif seperti itu. Dalam hidup pasti ada kekecewaan dan sakit hati. Kecewa dan sakit hati boleh saja, tetapi jangan lama-lama. Selain buang-buang waktu, semua itu tidak akan merubah apa-apa. Aku jadi teringat kata-kata kakek, “Jangan salahkan orang ketika kamu kecewa, tetapi salahkan dirimu sendiri karena terlalu berharap sesuatu yang belum pasti.”

Aku pun jadi tersenyum sendiri, betapa bodohnya diriku selama ini. Aku telah menyimpan hati kepada wanita yang benar-benar bernilai minus. Aku sudah berharap kepada Sri secara berlebihan, bahkan senantiasa memikirkannya sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Nalar sehatku tertutup, padahal realita tidak selalu indah. Dan benar saja, obsesiku kini sirna dan sempat membuatku tertekan dan kecewa.

Kalau bukan karena kakek ... Aku sudah pasti membatalkan pernikahan ini.” Gumamku dalam hati.

Sambil bernyanyi pelan kulewati jalan kabupaten dengan kecepatan sedang. Si Black memang mengerti benar dengan keinginanku. Dia melaju tanpa kendala apapun hingga sampai di rumah. Saat aku masuk ke dalam rumah, aku mendapati kakek di dapur sedang membuat kopi. Aku kemudian berdiri di sampingnya sambil memberikan gelas yang baru saja diambil. Kakek pun membuat dua gelas kopi.

“Kek ... Aku mau nanya sama kakek ... Jika kakek menjadi aku dan kakek menemukan Sri masuk hotel berdua dengan pemuda tampan yang dulu mengaku pacarnya. Apa yang akan kakek lakukan?” Tanyaku.

Tiba-tiba kakek berhenti membuat kopinya. Matanya tetap tertuju pada sendok yang berisi gula. Aku menunggu hingga beberapa detik, lalu kakek menumpahkan gula itu ke dalam gelasku dan berkata, “Ini memang berat bagimu. Tapi karena kamu bertanya seperti itu pada kakek, maka kakek akan menjawab kakek akan meneruskan pernikahan dengan Sri, karena tujuan kakek ingin menolong Pak Haji Yanto. Kakek akan tidak peduli dengan Sri, dia mau jungkir balik sekali pun. Setelah melahirkan kakek akan langsung menceraikannya.”

“Baiklah ... Aku akan melakukan apa yang kakek katakan barusan.” Kataku penuh keyakinan.

“Kamu bisa membatalkan pernikahanmu.” Ujar kakek sendu.

“Aku tidak mau mengecewakan kakek. Aku anggap ini caraku membalas kebaikan kakek. Bila kakek menghendaki ini terus berlanjut, aku akan melanjutkan pernikahan sandiwara ini.” Kataku penuh keyakinan.

“Maafkan kakekmu ...” Lirih kakek.

Aku langsung merangkul bahu kakek, “Jangan bersedih kek ... Aku gak apa-apa kok ... Lagi pula ini kan hanya sandiwara tidak sungguhan.” Aku coba menghibur kakek dan kakek pun tersenyum.

Seperti kebiasaan kami sehari-hari, aku dan kakek melanjutkan obrolan di ruang depan sambil ngopi dan merokok. Kakek sempat menanyakan kejadian yang aku lihat tentang Sri, dan aku menceritakan seadanya saja. Aku pun tidak akan mempermasalahkan masalah tersebut. Perkawinan tetap berlanjut namun kemungkinan besar aku akan mengubah syarat yang pernah aku ajukan. Aku akan menjadi suami bohongan yang tidak akan menyentuhnya dan tidak akan menafkahinya secara lahir. Aku dan Sri akan hidup serumah namun berbeda kamar. Kakek pun menyetujui usulanku.

Setelah kopiku habis, aku pun mandi dan mengganti pakaian. Setelah itu, aku mengambil botol air mineral dari bawah tempat tidur. Pet sedang melayang-layang dengan cahaya warni-warni pelanginya. Aku ngobrol dengan Pet tentang pengalaman penjelajahan Pet di jagat raya. Pet benar-benar pencerita yang ulung, sampai-sampai aku terpana dan tidak merasa bosan mendengar ‘dongengnya’.

Apakah aku malam ini akan mendapatkan tehoa besar lagi?” Tanya Pet setelah bosan bercerita.

“Ya ... Malam ini jadwalku dengan wanita yang ingin hamil.” Kataku.

Santi ... Wanita itu sebenarnya sudah hamil.” Ungkap Pet.

“Eh ... Dari mana kau tahu kalau dia sudah hamil?” Tanyaku.

Aku bisa merasakan kehidupan baru di perutnya.” Jawab pet.

“Oh ... Kamu bisa merasakan itu toh ...” Gumamku.

Aku ini cahaya yang terbentuk dari energi alam. Aku bisa merasakan ada energi kehidupan di dalam perut Santi.” Kata Pet.

“Baguslah kalau begitu. Berarti tugasku selesai.” Kataku.

Jadi malam ini kau tidak akan menemuinya?” Tanya Pet dengan nada kecewa.

“Maunya sih begitu ... Aku capek ngewe terus.” Candaku.

Oh ...” Nada kecewa Pet semakin kentara.

“He he he ... Tidak lah Pet ... Aku akan menemuinya dan aku akan memberimu tehoa sebanyak-banyaknya.” Kataku sambil terkekeh.

Bagus ... Itu baru sahabatku.” Ungkap Pet senang.

“Apakah kau mau menemaniku?” Tanyaku lagi sambil melihat jam yang melingkar di tanganku.

Aku di sini saja menunggu tehoa besarku dari sini.” Jawab Pet.

“Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu.” Kataku sembari mengambil botol air mineral tempat Pet bersemayam dan menyimpannya kembali ke bawah tempat tidur.

Aku langsung menuju Villa Bukit Pinus Cobanrondo tempat biasa aku membuahi Santi. Aku menunggu beberapa menit saja sebelum Santi tiba. Dan malam itu aku melakukan ritualku seperti biasa kepada Santi. Entah kenapa aku seperti mendapat tenaga ekstra, aku bisa menyetubuhi Santi sampai lima ronde dalam jeda waktu yang terbilang singkat. Entah berapa kali Santi menjerit-jerit melepaskan orgasmenya. Santi bahkan sampai aneh dengan diriku yang mendadak bertenaga kuda dan dia sampai kewalahan. Tentu saja lima kali klimaks akan menghasilkan tehoa yang lumayan banyak untuk Pet. Jika saja Santi masih kuat, sudah dipastikan aku akan ‘menggali’ tehoa sebanyak-banyaknya dengan wanita ini. Sayang, Santi kelelahan pada jam di mana malam belum benar-benar di pertengahan.
Bersambung

Chapter 11 di halaman 71 atau klik di sini.
 
Terakhir diubah:
Walapun tidak percaya ghoib karena berada di lingkungan academis,tapi cerita nya asik untuk di simak
Jangan disebut ghoib dong hu ... Ini kan cerita fantasi ... Nanti yang ghoib-ghoib ada sendiri ... Tapi makasih ya hu telah berkunjung ke sini. Sering-sering ngopi bareng di sini ...​
suwun updetnya @Aswasada
Sampai tertinggal 3x update.
Makasih updatenya @Aswasada, semakin seru dan menarik..
Sangat terhormat ada Pak Ketum @fq_lex dan Eyang @kuciah ngopi bareng di sini ... Terima kasih pada kedua pembesar yang telah datang bersama-sama. Lapak ini semakin semarak saja ...
:ampun:
Mamang @Aswasada emang keren....konflik dan intrik nya ..selalu ada....
Maaf ya ki carik ....klo bisa slowly ya...jangan twelalu gass poooollll.....banyakin drama nya rapopo.....masukin neng @umam sma sus @kuciah pedang pedang an rapopo ....ki
Suwun suhu @Kakekeot ... Bener nih minta slow ??? Ora nyesel ??? Aku sih seneng ae kalau update seminggu sekali. Wis, kita ngopi bareng ae ...​
Mantap

Thanks update nya om
Terima kasih hu ...
Absen soree :beer: sukses hu
Siap hu ... Tapi saya yakin suhu belum punya absen di sini ... Terima kasih hu sudah berkunjung ke sini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd