Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mimi dan Dunia Malam

New Friend, Old Boyfriend



Senin pagi aku pergi kekantor dengan perasaan sedikit khawatir.
Khawatir bagaimana kalau Binsar ember berkoar-koar bercerita tentang kejadian antara aku dan ko Roby kepada orang-orang dikantor. Atau bahkan Thya.
Aku yakin Binsar melihat apa yang sudah aku lakukan dengan ko Roby.

Tapi ternyata semua kekhawatiranku tidak menjadi kenyataan. Semua tampak baik-baik saja.
Binsar sepertinya tidak mengumbar mulutnya seperti yang kusangkakan. Walau ia tampak tersenyum penuh arti kepadaku saat kita berjumpa.

Thya apalagi. Ia nampak benar-benar dewasa sekali.
Ia bahkan menghampiriku lebih dahulu dan meminta maaf jika ia kemarin "meminjam" pacarku Jo untuk bergoyang bersamanya. Dan ia tak bertanya sedikitpun tentang apa yang terjadi antara aku dan ko Roby pacarnya selama bergoyang bersama kemarin.

Menurut Thya apapun yang terjadi didalam diskotik biarlah itu tinggal didalam diskotik. Tidak perlu dibahas apalagi dilanjutkan didunia luar.

Ia bahkan menanyakan kapan aku akan dugem mengajak Jo lagi. Ia masih ingin bergoyang bersama Jo kembali.
Aku hanya tersenyum tak memberi jawaban padanya.

Saat itu aku terbersit dalam kesadaranku kalau mungkin aku tidak akan pernah mengajak Jo kembali kediskotik bersamaku.
Aku berniat untuk mencoba menghentikan semua kegilaan bersama adikku sebelum semua menjadi terlalu jauh.

Walaupun aku harus nakal, setidaknya aku harus bisa mencari laki-laki lain sebagai pasanganku yang sewajarnya. Bukan adik, atau saudara, atau pacar kawan.

Aku harus bisa mendapatkan pasangan yang benar-benar milikku sendiri.
Aku tidak jelek. Aku yakin diluar sana pasti masih banyak laki-laki baik yang mau kepadaku.


* * *


Segala ketakutan yang aku khawatirkan tidak menjadi kenyataan. Semua baik-baik saja.
Aku kembali enjoy dengan pekerjaanku dan candaan-candaan kawan-kawan kantor.

Hari pun semakin ramai karena ada anak baru dibagian admin yang baru masuk hari itu.
Apalagi anaknya lumayan cantik, manis, dan masih sangat muda.

Usianya 2 tahun dibawahku, baru lulus SMU. Ia bekerja sambil kuliah juga sepertiku. Namanya Ana, gadis asal sukabumi.
Wajahnya mempunyai kecantikannya alami khas gadis-gadis kampung asal Jawa Barat. Sekilas mirip-mirip seperti Desi Ratna Sari, tapi ia berjilbab. Cukup putih, walau tak seputih kulitku.

Ana jelas menjadi bintangnya pada hari itu. Ramai para tour guide kami yang kebanyakan laki-laki menggodanya dan mengajaknya berkenalan.

Yang mengejutkan dibalik wajahnya yang lugu dan jilbabnya Ana ternyata suka dugem juga.


"Asyik Mi, kita nambah satu lagi nih anggota genk kita." Karen datang bersama Ana bergabung bersama aku dan Thya saat istirahat makan siang dikantin.

"Hah...? Genk apaan? Tanyaku tak mengerti.

"Hahaha...genk ajeb-ajeb lah." Jawab Karen.

"Ihh..Mimi o'on banget sih Thya." Sambungnya lagi.

"Hihihi...bukan o'on say. Mimi memang masih lugu orangnya." Thya membelaku.

"LUgu...LUtung GUnung." Karen meneruskan sambil memeletkan lidahnya.

Kami tertawa-tawa bersama.

"Memang lu sering dugem juga Na?" Tanya Thya kemudian.

"Gak sering juga sih ce. Cuma pernah beberapa kali aja koq diajak temen." Ana menjawab berhati-hati.

"Lagian Ana duit dari mana kalau sering-sering juga." Sambungnya lagi.

Tampak sekali rasa sungkannya pada Thya. Mungkin karena mengingat status Thya sebagai kepala accounting dan sang putri empunya perusahaan dibanding dirinya yang hanya seorang admin.

"Makanya gabung sama genk Thya Na. Kalau dugem sama genk Thya para cewe sangat jarang sekali keluar duitnya. Kecuali untuk urusan pribadi, semua para cowok yang tanggung." Karen menjelaskan pada Ana sementara Thya hanya tersenyum.

"Memang gak apa-apa kalau Ana ikutan?" Tanya Ana lagi.

"Iya gak apa-apa kalau Ana mau ikut. Nanti kalau kita ada acara lagi kita kabarin yah." Thya yang menjawab.

"Ana kalau ama cece santai aja, gak perlu terlalu sungkan. Asal semua kerjaan Ana selesai dan semua urusan kantor gak ada masalah cece bebasin semua karyawan cece koq. Kita semua udah kayak temen aja." Sambung Thya lagi bersahabat.

"Terima kasih yah ce. Cece baik banget." Ana tersenyum.


* * *


"Mimi,...apa kabar?" Suatu suara mengejutkanku saat aku baru saja meninggalkan parkiran menuju kampusku untuk mengikuti kuliah malamku.

"Ehh..Ardy." Jawabku ketika aku menoleh dan menemukan sesosok wajah yang pernah mengisi hatiku.

"Aku baik. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?" Sambungku lagi sambil tersenyum.

"Aku juga baik." Jawabnya sambil membalas senyumanku dan berjalan mengikutiku memasuki gedung kampus.

Penampilannya rapi dan wajahnya tampak lebih bersih dan ceria. Tak seperti dahulu saat-saat terakhir kita bertemu. Saat itu wajah Ardy selalu tampak kusut dan kelelahan.

"Ngapain kamu masih ada dikampus aja?" Tanyaku lagi.

"Mau minta transkip nilai."

"Ooo,.." Jawabku pendek.

Kami terus berjalan saling terdiam seperti kehabisan bahan pembicaraan. Sampai kemudian kami telah tiba ditempat dimana kami harus berpisah.

"Aku harus naik Dy kekelas." Kataku sambil tersenyum kaku.

"Ehh,...iya. Aku juga harus kekantor dekan nih sebelum tutup." Jawabnya gagap seperti tertangkap dalam keadaan tidak siap.

"Yah udah. Sampai nanti yah. Senang bisa lihat kamu lagi dalam keadaan sehat dan tampak lebih baik." Jawabku sambil kemudian berlalu menaiki tangga.

"Ehh...Mi.." Panggil Ardy saat aku sudah mulai menjauh.

"Iya..??"

"Kamu...eh kamu ada acara gak malam minggu besok?" Tanyanya lagi tergagap-gagap.

Aku tersenyum geli melihat tingkahnya.

"Kenapa....Mau ngajak aku jalan?" Tanyaku dengan gaya menggoda

"Ehh...iya..itu juga kalau kamu gak keberatan."

"Hihihi...aku kayaknya gak ada acara koq malam minggu nanti. Kamu sms aku aja yah, nomor hp aku masih yang lama koq." Jawabku kembali sambil tersipu dan segera melengos meninggalkan Ardy menuju kelasku.


* * *


Pertemuan kembali dengan Ardy saat itu menyambung kembali kisah percintaan kami.
Mulai dari hari itu kami mulai berkencan jalan bersama kembali, pergi nonton dan makan berdua, atau menghabiskan waktu dikamar kostku atau kost Ardy.Kehidupanku tampak kembali menjadi normal. Sudah 3 minggu aku tidak menginjakkan kakiku kediskotik.

Bukan mudah, terus terang suasana dan sensasi tripping didiskotik sudah membuatku ketagihan. Apalagi Thya dan Karen terkadang sering membujukku untuk ikut pergi bersama mereka kembali. Jo adikku juga hampir setiap hari sms dan telephone menanyakan kapan aku akan mengajak ia kembali "dugem" bersama.

Sebisa mungkin semua bujukan Thya dan Karen selalu kutolak dengan halus dengan berbagai alasan. Sementara Jo sampai saat ini selalu kudiamkan. Tak kubalas sedikitpun sms atau telephon darinya. Aku masih belum siap untuk berbicara apa-apa dengannya walau jujur kuakui terkadang aku masih suka mengingat tentang keintiman kita dan memakainya sebagai bahan masturbasiku.


* * *


"Ahh..Ardy!" Aku mendesah sambil mendongakkan kepalaku keatas, memberi keleluasaan bibir dan lidah Ardy untuk menjelajahi leherku lebih jauh lagi. Sementara kedua tangannya terus menerus meremas-remas kedua dadaku bergantian.

"Hhh...hhh...kamu hot banget Mi." Kata Ardy seketika bangun dan melepaskan cumbuannya pada tubuhku.

Tubuhnya bersandar pada dinding kamar, meninggalkan tubuhku yang masih tinggi dengan nafsu birahi terlentang terengah-engah dikasur.

Ardy selalu begitu. Ia selalu bisa menjaga nafsunya.
Dulu saat aku masih polos dan belum mengerti banyak tentang percumbuan birahi aku selalu pasif dan mengikuti bagaimana bimbingan Ardy. Tapi sekarang aku bukan Mimi yang polos seperti dulu. Pengalaman percumbuanku mungkin malah sudah lebih banyak dari Ardy yang sekarang.

Aku bangkit dan menaiki tubuh Ardy. Duduk diatas pangkuannya dan kembali melumat bibirnya. Kurasakan batang penisnya sudah keras menegang dibalik celananya. Kududuki dan kugesekkan tepat pada vaginaku mengejar kenikmatan. Sudah terlalu lama rasanya tubuhku tidak merasakan sentuhan dan rangsangan.

"Hhh...Mi....sudah Mi....sudah. Ini sudah terlalu jauh bagi kita." Ardy terengah-engah tampak kewalahan berusaha melayani cumbuanku antara mau dan ragu.

Aku tersenyum geli dengan reaksinya. Aku tidak menghentikan cumbuanku, malah semakin menjadi. Kuciumi seluruh wajah dan leher Ardy.

Laki-laki normal sebaik atau sealim bagaimanapun pasti akan terangsang dengan tindakanku. Saat tanganku turun meraba penisnya, Ardy bangkit dan membebankan tubuhnya ketubuhku. Tubuhku jatuh terlentang tertindih oleh tubuhnya. Tangan Ardy kembali liar meremasi kedua dadaku. Dan ciumannya menjelajahi leherku. Aku memeluk tubuhnya erat sambil mendesah dan mengerang.

"Oohh...Ardyyy..!"

Kakiku mengangkat mengangkang dan memeluk pinggang Ardy.

Ardy semakin terbawa oleh nafsu. Ia semakin berani. Tanganku menarik kaosku keatas, membuka dan memperlihatkan dadaku yang terbungkus bra kepada Ardy.
Mata Ardy tampak nanar terbelalak melihatnya. Nafasnya terengah-engah. Dengan tangannya yang gemetar perlahan-lahan dirabanya kedua dadaku.

"Aahh..Arrr...!" Aku mendesah keenakan.

Perlahan rabaan Ardy semakin kuat menjadi remasan. Aku menggelinjang mendongakkan tubuhku seakan memberi keleluasaan lebih kepada Ardy untuk menjelajahi dadaku.

Tangan Ardy menelusup kebalik bra dan mendorongnya keatas. Kubantu usahanya, kulepas braku seutuhnya. Dadaku yang bulat terbuka sempurna.

"Ohh..Mi...dada kamu indah banget." Ardy terbelalak melotot melihat kedua dadaku.

Tubuhnya bergetar dan nafasnya memburu. Perlahan wajahnya turun dan bibirnya menangkap dan mengulum puting dadaku.

"Ahhh....!" Tubuhku semakin menggelinjang-gelinjang dan melenting kegelian.

Ardy semakin bernafsu melihat reaksi tubuhku. Sambil mencumbui dadaku ia menekan dan menggesekkan penisnya tepat keselangkanganku.
Gerakan-gerakan tubuh kami semakin liar mendaki nafsu birahi.

Aku semakin tidak tahan. Cairan kenikmatan membanjiri vaginaku. Ingin rasanya aku melepas celana pendekku dan celana panjang Ardy agar kelamin kami dapat bersentuhan secara utuh tanpa ada penghalang lagi.

Tapi setiap aku merenggangkan tubuhku sedikit dan tanganku hendak membuka kancing celana Ardy, Ardy selalu mendesakkan tubuhnya kearah tubuhku terus menerus seakan tak mau berpisah walau sedikitpun dengan tubuhku. Ia tampak sudah lupa akan keadaan sekelilingnya dan hanya fokus pada aktivitasnya mencumbuiku dan menekan-nekankan tubuh mengejar kenikmatannya.
Aku akhirnya hanya bisa melayaninya. Kupelukkan tanganku pada pantat Ardy dan mendesakkannya lebih rapat ketubuhku.

Semakin lama Ardy semakin kuat menekan-nekankan penisnya keselangkanganku. Nafasnya semakin berat dan memburu, hingga tak lama kemudian kurasakan tubuh Ardy menegang. Ia memelukku kuat sekali seakaan ingin meremukkan tubuhku oleh pelukannya.

Ardy orgasme!

"Ahhh...Mi....aduhh...aku...aku...keluar..!" Ardy menggeram dan mengerang bersamaan dengan tubuhnya yang kelojotan.

"Aduhh..Mi...enak banget." Katanya lagi terengah-engah.

Tubuhnya perlahan melemas dan melepaskan pelukannya pada tubuhku dan jatuh terlentang disebelahku.

Kami terdiam berdua beberapa saat berbaringan bersebelahan. Nafas kami masih terengah-engah.
Ardy memejamkam matanya masih meresapi sisa-sisa kenikmatan yang baru ia raih. Sementara mataku mengambang menatap langit-langit kamar. Aku belum terpuaskan seluruhnya. Aku belum meraih orgasmeku. Tapi ada perasaan puas melihat Ardy yang telah merasakan kenikmatannya.

Aku terus berbaring diam menunggu reaksi Ardy berikutnya.

Perlahan kurasakan tangan Ardy menggenggam tanganku. Ketika kutolehkan wajahku kulihat wajahnya sedang tersenyum memandangku.

"Sorry yah Mi, aku kelewatan." Katanya perlahan.

Aku tersenyum memandangnya.

"Gak apa-apa Ar." Jawabku pelan.

"Kamu enak gak,...dah keluar tadi yah?" Tanyaku lagi.

Ia hanya mengangguk kecil. Kemudian perlahan-lahan bangkit duduk. Aku mengikuti duduk disebelahya.

Ardy terdiam.

"Kenapa?" Tanyaku.

Ardy tersenyum nampak malu-malu.

"Ehh..***k apa-apa." Jawabnya.

Nampak sekali ia seperti menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa?" Tanyaku lagi penasaran.

"Ini..." Jawabnya lagi ragu.

"Cd aku...jadi basah. Kotor." Sambungnya lagi perlahan.

"Hihihi...." Aku tersenyum geli mendengar penjelasannya.

"Yah udah dilepas aja daripada gak nyaman."

"Atau kamu mau pakai punyaku dulu sampe kost kamu nanti baru ganti lagi."

Saat itu aku mencoba memberi perhatianku kepada Ardy tanpa bermaksud mesum ataupun menggodanya. Tapi Ardy tampak terkejut sekali akan penawaranku itu.

"Hah.. memang gak apa-apa?"

"Gak apa-apa. Daripada kamu gak nyaman pakai cd kotor begitu. Aku sayang kamu Ardy." Aku tersenyum sambil membelai pipinya.

Ardy ternyum. Perlahan ia berusaha membuka kancing celananya dengan canggung.

Aku yang memperhatikannya menjadi gemas karena Ardy bergerak terlalu lama. Tanganku bergerak membantunya melepaskan celana dan celana dalamnya langsung.

Kami berdua terdiam sesaat ketika tubuh Ardy bagian bawah terbuka seluruhnya.

Mataku tak berkedip memandangi penis Ardy. Perlahan tanganku terjulur menyentuhnya. Ini merupakan pengalaman pertamaku melihat secara utuh dan jelas sebuah penis dewasa, dan aku menjadi penasaran.

Ardy terus terdiam mengamati perbuatanku. Ia seakan tak percaya melihat kalau aku bisa berbuat seperti itu kepadanya.

"Miii...." Panggilnya pelan dengan suara bergetar.

Penisnya perlahan-lahan mulai mengeras kembali. Dengan jari jemari kupermainkan ujung penisnya, mengusap-usapnya, mengelus-elusnya. Kemudian kugesekkan telapak tanganku naik turun meresapi tekstur kulitnya.

"Aduhh...enak banget Mi." Ardy menyandarkan tubuhnya kedinding kamar menikmati elusan tanganku. Tampak sekali ia menikmati sentuhan tanganku.

Aku semakin gemas melihat ekspresi wajahnya. Aku semakin terdorong untuk memberinya kepuasan. Perlahan tetapi pasti kepalaku turun mendekati penisnya.

Didorong rasa penasaran perlahan kumasukkan penis Ardy kedalam mulutku dan kumainkan lidahku.
Ardy semakin menggelinjang kegelian akibat perbuatanku.

"Ahh..Mi...gila kamu...enak betul." Matanya terbeliak melihat perbuatanku seakan tak percaya.

Ardy memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang diberikan mulut dan lidahku pada penisnya. Tangannya memegang kepalaku, menekan-nekan lembut, memberikan arahan agar aku menggerakkan sesuai kemauannya.

Aku memberikan oral sex pada Ardy!
Oral sex pertama yang pernah kulakukan pada laki-laki. Kuresapi rasa penis dalam mulutku. Kuturun naikkan kepalaku seiring kocokan tanganku pada batang penisnya, kukulum dan kusedot-sedot penisnya.

"Ssrrpp...ssrrpp...ssrrpp..!" Pertemuan bibir, mulut, dan lidahku pada batang penis Ardy bahkan mulai mengeluarkan suara.

Desahan dan erangan Ardy semakin keras dan cepat. Nafasnya semakin memburu dan tubuhnya bergetar menggelinjang-gelinjang kegelian.

Tak butuh waktu lama untuk Ardy memperoleh orgasme keduanya. Seiring dengan tubuhnya yang menegang, Ardy menggeram sambil tak sadar menekankan kepalaku kearah penisnya kuat, membuat penisnya masuk maksimal menumbuk tenggorokanku.
Kurasakan penisnya menyemburkan isinya jauh kedalam kerongkonganku.

"Ahh...Mimi...aku keluarrrr...hhh..!"

Aku berontak berusaha melepaskan diri dan menarik mulutku. Tenggorokanku tersumbat dan aku tak bisa bernafas.

"Uhuk..uhuk...!" Sesaat mulutku terbebas aku terbatuk-batuk berusaha mengambil nafas.

Aku segera meraih tissue dimeja kamarku dan berusaha memuntahkan sperma Ardy yang masih tersisa dalam mulutku. Sebagian spermanya tertelan.

"Hhh....Gila kamu....keluar koq gak bilang-bilang." Aku merajuk cemberut pada Ardy.

"Sorry...sorry..***k ketahan Mi. Abis enak banget." Ardy tersenyum dan berusaha membujukku sambil membantu membersihkan sisa-sisa spermanya yang tercecer dibibir dan mulutku.

"Hhh...kamu koq sekarang jadi jago banget Mi beginian. Belajar darimana?" Tanyanya lagi.

"Belajar darimana? Gak dari mana-mana koq. Berdasar insting aja. Aku baru pertama kali begini sama cowok. Sama kamu doank. Penis cowok aja aku baru pernah lihat sekarang ini koq." Jawabku sambil masih terengah-engah berusaha mengejar nafasku.

"Masa sih? Koq kayaknya kamu sudah ahli?" Tanyanya lagi seakan menyelidik.

"Sumpah." Jawabku sambil mengeluarkan dua jariku.

"Aku baru pernah begini sama kamu aja. Ini juga aku lakukan karena aku sayang kamu Ardy." Sambungku lagi.

Ardy tersenyum dan membelai rambutku.

"Thanks yah Mi. Sekarang kayaknya aku harus pulang deh. Dah malam banget, dah hampir jam 12 nih. Kamu juga kan butuh istirahat, besok kerja kan. Katanya lagi kemudian sambil bangkit dan mengambil celananya.

Aku terkejut mendengar Ardy pamit hendak segera pulang. Aku merasa seperti bagaimana saat itu, saat sedang bermesraan dan bercumbu, setelah ia memperoleh kenikmatannya ia segera pamit pulang.

Laahh...terus nasib aku bagaimana..?

"Kamu jadi gak pinjam cd aku dulu?" Aku bertanya pendek kepadanya berusaha menutpi kekecewaanku sambil ikut bangkit sambil merapikan pakaianku.

Aku tidak berani mengutarakan apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Aku pendam perasaanku dan berusaha menyembunyikan kekesalanku padanya.
Aku hanya berusaha berpikir positif, mungkin memang Ardy benar-benar baru dalam hal-hal seperti ini dan ia tidak mengerti bagaimana caranya memuaskan perempuan.

"Gak usah deh kayaknya. Biar aku gak pake cd dulu aja. Cuma dimobil aja koq sebentaran sampe kost." Jawabnya sambil kemudian bergegas keluar dari kamar kostku meninggalkanku sendiri.

"Huuhh....what everlah!"

Sepeninggal Ardy kukunci pintu dan kembali membuka seluruh pakaianku.
Kurebahkan tubuhku dan mulai mendesah dan mengerang sendirian seiring dengan tangan-tanganku yang menari.

"Hhhh....Jooo..!"


* * *
 
kenapa mesti jo.. :((
harap mimi putih mulus vs cowok kekar sawo matang:adek:

ada bintang baru cerita nih ;)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
thanks hu update nya.

kayak nya alurnya terlalu terburu buru hu.
but over all bagus hu.
 
widih updateannya mantep
 
Bimabet
kayak e musti ganti halaman dulu supaya diupdate ama TS....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd