Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mimi dan Dunia Malam

Bimabet
Binsar.***panya macam mana yah? Ardy..loe tolol...ayo Mimi...gituan dengan Binsar? Amoy putih mulus dinikmati Binsar kekar item :adek:

Hmm..adakah Jo / Binsar yang mengarap mimi?
 
Terakhir diubah:
Dikasih hati, Minta M***k



Sejak hari itu hubunganku dengan Binsar dan Ana menjadi dekat. Geng kami bertambah ramai.

Binsar dan aku bahkan seperti telah mendeklarasikan diri sebagai pasangan kekasih tanpa ucapan. Sudah beberapa kali ia mengajakku jalan berdua.

Walau sebenarnya aku masih tidak pasti akan perasaanku padanya, tapi aku bisa merasakan kalau ia benar-benar menyayangiku dan aku tidak mau menyakitinya yang sudah sangat baik kepadaku.
Dan setidaknya Binsar bisa menemani kesepianku untuk sementara waktu.



* * *



Jumat malam berikutnya geng ku kembali berdugem ria.

Dengan alasan merayakan jadiannya denganku Binsar sukses terayu oleh Thya, Karen, dan Ana untuk menjadi boss nya malam itu.
Malam minggu banyak kawan-kawanku yang tidak bisa dengan berbagai acara masing-masing kami memajukan harinya menjadi hari jumat malam.

Dugem pertama kali aku berpasangan dengan Binsar secara resmi. Dan karena Binsar memang suka minum, dan ia merupakan boss nya malam itu ia menyediakan minuman beralkohol juga disamping ecstacy yang merupakan menu wajib.

Binsar tampak sangat bahagia malam itu. Sambil tripping minuman beralkohol tak henti-hentinya mengalir memasuki mulutnya. Tangannya tak pernah lepas memelukku. Dan dapat kurasakan ia mulai mabuk. Perilakunya menjadi lebih tak terkontrol tak seperti biasanya.


Menjelang subuh kami bubar dan aku diantar Binsar pulang.
Setibanya ditempat kost Binsar langsung menerkamku. Aku memang sudah menduganya dari awal. Tpi tak kusangka juga ia akan se"horny" ini. Aku sampai kewalahan dibuatnya. Apalagi memang ia bertubuh besar yang tentu saja mempunyai tenaga yang kuat.

"Agghh....Binsar.....sudah dulu. Itu pintu belum dikunci." Erangku sambil berusaha melepaskan tubuhku dari pelukan dan serbuan bibirnya yang bertubi-tubi menciumi bibirku.

Binsar tampak tak perduli. Ia terus saja menyerangku dengan bernafsu. Mulutnya terus berusaha mencumbui mulutku. Nafasnya mendengus-dengus dan lidahnya liar berusaha mendobrak masuk dan mencari-cari lidahku.

Aku yang kewalahan akhirnya pasrah mengikuti nafsunya. Aku pikir nanti setelah puas bercumbu Binsar akan menjadi lebih tenang.

Kami berciuman.
Ciuman pertama kami. Yang jauh dari keromantisan.
Bibir saling memagut. Lidah saling membelit. Air liur saling bertukaran. Pelukan Binsar semakin erat seiring semakin naiknya nafsu kami berdua.

Aku merintih terengah ketika tangan-tangan Binsar yang besar menarik dan melepas bajuku dengan kasar. Ciuman Binsar turun dari bibir. Jilatan dan gigitan-gigitan kecil yang kurasakan menelusuri leher dan bahu semakin memabukkan gairahku, sementara tangannya dengan trampil melepas bra ku.

"Aggghhh....Binsaarrr....hhh."

"Suudd...aahh...yahh..say...udahan.......gua takkkuutt.."

Aku merintih terengah ditengah kenikmatan dan ketakutanku saat mulut Binsar dengan nakal mengulum dan menggigit-gigit kecil puting dadaku yang sensitif berusaha terus menaikkan gairahku.
Nafas Binsar semakin panas memburu mendengus-dengus bagai kerbau yang sedang berpacu. Sementara gerakan tubuhnya semakin kasar dan bertenaga.

"Hhh...Mi.ii...ii...!"

"Gak apa-apa yah Mi...ii....gua...gua sayang lu."

"Lu..lu....cantik sekali malam ini Mi..ii.."

Suara Binsar terengah-engah. Ia sudah benar-benar dikuasai nafsu.

Ditengah cumbuan dan rayuannya tangan Binsar menarik tanganku.

"Pegangin Mi...ii..!"

Entah kapan ia mengeluarkan, tangan Binsar setengah memaksa menuntun tanganku untuk memegang penisnya.

Aku sempat terkejut, penis sangat besar sekali. Ukurannya hampir dua kali dari ukuran penis-penis yang pernah kusentuh. Mungkin memang karena tubuhnya yang memang lebih besar juga dibanding dengan laki-laki kebanyakan.

"Ahhh.....Binsar.....gua gak mau kayak gini......gua takut."

Aku mulai memberontak mencoba melepaskan tubuhku dari tindihannya. Tapi seiring dengan rontaanku tenaga Binsar semakin kuat terus menggumuliku. Ia semakin kuat memaksakan kehendaknya. Tenagaku yang lemah tak kuasa melawan, nafasku terasa sesak.

Dalam beberapa saat ia sudah berhasil meloloskan celana panjang beserta celana dalamku meninggalkannya tersangkut hanya disalah satu kakiku. Tubuhku sudah sempurna telanjang. Aku semakin takut dan aku mulai menangis.

Binsar menarik tubuhku dengan kasar. Tak ada lagi kelembutan kurasakan dari perlakuannya. Nafasnya mendengus-dengus bagaikan binatang terluka dan matanya memerah menakutkanku. Pantatku ditariknya kepinggir kasur. Kedua kakiku dipentangkannya melebar tergolek lunglai kelantai, sementara ia memposisikan tubuhnya diantara kedua pahaku.

"Hu..hu..hu...Sar..udah Sar...please.......gua gak mau kayak gini."

"Please Sar...please...jangan rusak gua. Gua masih perawan....hu...hu...hu..."

Dalam ketakutan aku mulai menangis dan memberontak berusaha melepaskan diri serta memohon agar Binsar menghentikan semua kegila-an ini. Tapi nampaknya semua usahaku sia-sia. Binsar seperti sudah berada didunia lain. Dunianya sendiri yang dipenuhi nafsu dengan satu tujuan untuk menuntaskan kehendaknya.

Penis Binsar yang besar sudah menempel menggesek dibibir vaginaku, mencoba membuka jalannya.Tidak ada lagi rasa kenikmatan yang kurasakan. Yang ada hanyalah rasa ketakutan. Bahkan sakit atas perlakuan kasarnya pada tubuhku.

Disuatu kesempatan saat Binsar berusaha memposisikan penisnya kurasakan tekanan tubuhnya mengendor. Kugunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. Dengan kedua kakiku kutendang dada Binsar menjauh dengan sekuat tenaga.

Usahaku berhasil, tubuh Binsar yang besar terdorong kebelakang dan tubuhku terlepas sesaat dari kungkungannya. Aku segera beringsut dan mundur kearah tembok menjauhi tubuhnya.

"Udah Sar...udah....please....atau gua teriak!" Dalam panik aku setengah berteriak mengancamnya.

Kuambil dan peluk bantal menutupi tubuh telanjangku meringkuk dipojok dinding.
Binsar tampak terkejut dan seperti baru tersadar kembali kedunia nyata.

"Aduhh...Mi....sorry Mi...sorry...!" Katanya terbata-bata gugup dengan wajah memucat.

Tampak ketakutan diwajahnya. Entah takut akan ancamanku yang akan teriak atau takut akan kemarahanku atas kekurang-ajarannya. Dengan terburu-buru Binsar merapikan kembali celananya. Akupun segera mengambil dan mengenakan kembali pakaian dan celanaku. Air mata masih terus mengalir keluar.


Cukup lama kami saling berdiam diri.
Hanya duduk berjauhan sambil mamandangi lantai kamar.

"Mi..." Binsar memulai pembicaraan.

"Maafin gua yah Mi."

"Gua...gua...khilaf."

Aku masih diam.

"Gua gak pernah bermaksud nyakitin lu."

"Gua sayang banget sama lu Mi."

Aku masih terus saja diam.

"Mi...." Binsar beranjak hendak mendekatiku.

Aku beringsut menjauh.

"Lebih baik lu pulang aja Sar." Kataku dingin.

"Tapi Mi..." Binsar menghentikan niatannya mendekatiku.

Kami kembali terdiam beberapa saat, hingga akhirnya Binsar bangkit dari duduknya.

"Ok Mi. Gua tau gua salah. Gua mohon maaf. Ini semua gua lakukan karena gua sayang banget sama lu......"

"Dan...gua..

Gua...agak mabuk,...

Gak bisa kontrol diri."

Binsar menghela nafasnya yang terasa berat.

"Malam ini gua seneng banget bisa sentuh lu...bisa cium lu....sampe gua gak bisa nahan diri."

"Hhh....maafin gua yah Mi.....

Gua...pamit pulang dulu deh."

Dengan lesu Binsar beranjak keluar. Ia sempat berhenti sebentar memandangku dengan wajah meminta belas kasihan sebelum ia benar-benar meninggalkanku.


Sepeninggal Binsar aku segera mengunci pintu kamar dan merebahkan tubuhku kembali. Aku terus menangis sambil memeluk guling.

"Semua laki-laki sama saja. Gak ada yang betul." Gerutuku dalam hati.

Dalam tangis aku jatuh tertidur.



Menjelang sore aku baru terbangun.
Kuperiksa handphoneku. Beberapa sms permintaan maaf serta misscall dari Binsar. Aku malas meladeninya. Aku masih marah dan kesal atas perbuatannya yang menurutku sudah kelewatan.

Ada 1 sms dari Jo lagi. Menanyakan kembali kapan aku akan mengajaknya kembali berdugem ria.

Hmm...tak terasa sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Jo. Bahkan mengobrolpun tidak pernah. Aku selalu tak mengindahkannya.

Aku sebenarnya kangen juga kepada bocah satu ini.
Tapi urusan Jo pun nanti saja. Sekarang aku harus segera mandi dan mengisi perutku. Serta merapikan kamar kostku yang memang sudah tak beraturan.



* * *



Malam minggu sendirian dikost tanpa kegiatan atau tanpa teman memang membosankan. Kesibukanku merapikan kamar tak membuatku cukup lelah untuk bisa segera tertidur.

"Hhh....bete..!"

Kawan-kawanku semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Yang ada hanya Binsar yang sedari tadi sms dan mencoba menelphonku. Aku masih tidak mau berbicara kepadanya. Aku masih kesal, baru saja dikasih hati sudah keterlaluan.

Aku tidak tahu kalau aku bisa memafkannya atau tidak setelah kejadian tadi pagi. Perlakuannya kasar, dan penisnya.....

ihhh...aku bergidik membayangkan penis Binsar yang sempat kusentuh tadi. Sangat besar sekali. Jauh lebih besar dari penis Ardy ataupun Jo.

Ohh..iya...aku coba telephon Jo saja sambil menanyakan kabar rumah.



* * *
 
Makin seru..tahniah TS

Hm..mimi masih ngak tahu siapa yg mengarapnya di malam yg sama dgn andi tu ya?
 
Mimi is back,....

Kalau bisa ditamatin yah juragan,......

Semangat nunggu update lagi deh,....
 
dari gambaran sosok mimi, jadi teringat F3bby anak 4p
 
Menanti dan setia menunggu update
Cerita ini selalu saya tunggu tunggu update nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd