Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Miskin Vs. Kaya

Menurut pembaca disini, Asep cocoknya berpasangan dengan siapa?


  • Total voters
    484
Status
Please reply by conversation.
WHAT IF….

DISCLAIMER!!!!

- Tidak bermaksud untuk SARA, karena Side Story ini ditulis untuk menyempurnkan alur cerita dan konflik
- Tidak ada niatan membuka luka lama, karena sekali lagi hanya keperluan cerita
- Bagi yang merasa tersinggung karena ada sangkut pautnya dengan kejadian dibawah ini, silahkan PM penulis dan akan segera direvisi

- Timeline utama berlatar pada tahun 2025 (Asep, Joanne dan Nuri)

Jakarta, 12 Mei 1998


Terlihat tiga orang pria dewasa lagi berkumpul dan duduk melingkar disebuah kos-kosan untuk membicarakan rencana yang akan mereka jalankan. Konidisi Nusantara yang lagi kacau karena peralihan jaman dari orde baru ke era reformasi membuat kondisi sosial dan politik semakin memanas di negeri republic tersebut. Mereka bertiga lagi santai sambil menikmati rokok mereka masing-masing.


“Jadi bagaimana Mad? Kita harus ambil bagian dari suasana yang lagi kacau ini. Kalau setuju yaa ikut saranku saja” Ujar laki-laki yang yang setongkrongan tersebut


“Sebentar, coba aku pikir dulu bram. Kita harus merencanakan itu semua agar kita juga bisa melenggang bebas kalau nanti diusut oleh pihak berwajib” Ahmad menanggapi usulan Bram yang agak frontal itu.


“Sebentar apanya Mad. Kita ini miskin, kita butuh uang secepatnya. Dengan keadaan seperti ini kita bisa ambil bagian untuk bersenang-senang” Bram menimpali seolah tidak sabar ingin melakukan aksinya


“Benar kata Ahmad bro. kita harus atur siasat. Lagian kita juga pengen kaya kok, gak hanya kamu saja” timpal teman satunya yang sudah mulai bersuara dengan diskusi yang dilakukan oleh sohibnya itu.


“Pokok kayak gini dah. Aku, Bram, dan Yadi kita harus misah saat semua orang bergerak. Aku dengar besok semua orang akan datang ke tengah kota ini dan menuntut untuk keadilan. Waktunya sangat pas buat kita tunggangin karena kebetulan ada yang belum puas soal kejadian di trisakti itu” Ahmad mulai menjelaskan secara kasar rencana mereka bertiga.


“Fiuuuhhh….” Yadi menghembuskan Rokoknya kearah atas sambil berpikir apakah yang ia lakukan dengan teman-temannya sudah benar.


Mereka bertiga adalah mahasiswa tua di sebuah Kampus di Jakarta. Kebetulan nasib mereka bertiga memiliki kesamaan yaitu tidak mempunyai uang untuk melanjutkan hidup, jadi mereka harus pintar mencari kesempatan untuk mencari peluang mendapatkan uang. Ide yang dilemparkan Yadi soal kerusuhan yang akan datang cukup masuk akal, dengan banyaknya massa yang akan turun tentu mereka bertiga bisa bias dalam kerumunan setelah menjarah peralatan-peralatan yang bisa diuangkan.


“Waaah bener tuh, Asik nih bisa rasain memek Panlok. Hahahahaha” Bram bergelegar seolah tidak bisa menunggu hari esok yang akan datang


“Kamu ini pikirannya selangkangan saja. Enaknya mungkin hanya terhitung menit, tapi kalau apes yaa bisa menyesal seumur hidup” Yadi menimpali temannya yang sangean itu.


“Halah di, kamu kalau dikasik juga bakal mau kan?” Bram mengejek temannya itu sembari menyenggol bahunya.


“Aku visioner. Lebih realistis, mending nikahin aja tuh orang kaya biar kita ikut kaya dan bisa menikmati apa yang kita mau. Hahahaha” Yadi menjawabnya dengan sambutan tertawa setelahnya


Sementara Ahmad masih bingung sambil merokok, ia berkali-kali menatap sebuah bungkus rokoknya dengan tatapan kosong. Pikirannya masih gamang, apa yang ia perbuat nantinya benar atau tidak. Jelas tidak benar. Tapi kalau dia terus-terusan miskin tentu dia tidak mau.


“WOY.. malah bengong haha” Yadi menyadarkan Ahmad dari lamunannya


“Entahlah. Aku masih ragu untuk besok. Tapi dipikir-pikir kita juga butuh ya” Ahmad menjawab temannya itu


“Bro, simple aja. Ambil barang yang kita mau, jangan sakitin orang dan menghilang dah. Kita bakal lolos kok” Yadi menyakinkan Ahmad biar tidak ragu


“Bener bro, rencana lu juga bagus kok. Kita sebaiknya berpencar untuk menghindari kemungkinan yang terburuk” Bram juga menjawab keraguan Ahmad.


“sudah-sudah. Mending kita berandai-andai dulu dah haha”


“kalau kita bertiga kaya dan berkeluarga nih, apa cita-cita kalian? Hahah” Yadi melempar pertanyaan untuk mencairkan suasana


“Aku tidak tahu, dan belum sempat mikir kesana hahaha” Ahmad menjawabnya dengan bingung dan tertawa


“Aku sih tetep mau kaya terus, dikasik istri yang bahenol dan seksi, anak yang sehat. Beeeh sempurna bro” Bram menjawab dengan antusias pertanyaan dari Yadi


“kalau kamu apa Di? Mau apa nanti kamu?” Ahmad mulai tanya ke teman baiknya itu


“Ada dua kemungkinan sih”


“kalau aku masih hidup setelah kejadian besok, aku pengen hidup tenang kayak yang Bram pikirkan dan mungkin menjodohkan anak kita biar tetep bisa nongkrong terus kayak gini”


“tapi kalau aku mati, aku pengen mayatku dikuburkan di desaku” Yadi menjawab segela kemungkinan untuk “acara” besok


“Ga jelas kamu Di. Niat mencairkan suasana malah diingetin lagi hahaha” Ahmad menjawab


Mereka bertiga hanya sebatas mahasiswa biasa yang ingin mengambil kesempatan diantara kerusuhan sosial dan politik yang menimpa negerinya itu. Mereka hanya ingin uang saja tidak lebih, tapi yang namanya beda kepala beda otak, Ahmad yang paling gusar dengan rencananya sendiri. Kalau Yadi mungkin dia percaya tidak akan aneh-aneh. Tapi kalau Bram? Aah itu yang membuat Ahmad menjadi gusar.


Sebenarnya ide untuk mencar tersebut juga untuk menghindari jika dua orang temannya itu melakukan hal bodoh, dengan begitu Ahmad tidak akan terlibat dari segala tindakan abnormal teman-temannya itu dan tidak terjebak dalam masalah. Ahmad memikirkan itu secara matang-matang. Bahkan dia langsung mau menghilang setelah sukses mencuri barang yang ia inginkan. Ia berniat berhenti kuliah dan pulang ke kampong halamannya untuk membuka usaha dari uang jarahan pada aksi besok.


Malam semakin larut dan mereka pun sudah tidak ada lagi yang mau dibahas soal acara besok. Bram sudah pamit pulang duluan, kini tinggal dia dan Yadi di kosannya Yadi tersebut.


“Bro, kalau memang kamu ragu. Lebih baik kamu gak usah turun besok” Yadi membuka pembicaraan selepas Bram pulang


“Aku tidak ragu di, yang aku takutkan itu imbasnya saja. Entah itu berupa karma atau apapun lah itu” Ahmad berusaha menyampaikan keresahannya


“Jiaah. Kalau jahat mah jahat aja, gausah berlagak malaikat seperti itu hahaha”


Mereka berdua akrab semenjak kuliah. Mereka bertemu pada semester pertama dan langsung merasa akrab saat merasa ide dan pikiran mereka satu arah. Ahmad yang mempunyai sifat kehati-hatian dan terencana itu serasa makin padu dengan Yadi yang mempunyai sifat pintar mengambil kesempatan dan peluang itu.


“Coba katakana di, kalau besok Bram melakukan hal bodoh. Apa yang harus kita lakukan?” Ahmad bertanya


“Ya kita tinggalin aja dia, jangan ajak dia ke tongkrongan kita lagi”


“Cuma itu?”


“Ya mau kayak gimana? Menyingkar dia yang paling masuk akal yaa hanya itu bro”


“Ah anjing la kau. Kamu bawa dia ke tongkrongan kita malah jadi beban pikiranku tau” Ahmad gusar dengan itu semua karena dia tau Bram tipikal orang yang tidak bisa diatur.


“Ya maap. Niatnya biar rame aja gitu, biar kita tidak dianggap gay sama anak-anak karena berduaan terus di kampus. Hahaha” Yadi menjawabnya


Mereka berduapun semakin larut dengan obrolan ringan yang tidak tentu arahnya itu. soal rencana besok ya memang tidak ada yang khusus, karena niatnya mereka hanya menjarah saja bukan urusan yang lain.


“Jadi gimana? Kalau nanti kita punya anak, kita jodohkan anak kita hahaha” Yadi mulai melempar candaan soal masa depan lagi


“Eh kampret. Besok kita belum jelas nasibnya. Bisa aja mati atau hidup, ditangkap polisi, masih sempat ya mikir kesitu”


“Hahahaha. Ya kan Cuma berandai-andai. Lagian kamu kan cerdas, cari cara la biar selamat sampai tujuan”


“Yeeee. Tadi dikatain jangan berhati malaikat. Sekarang kok malah bahas kecerdasan. Gak nyambung!!” Ahmad mulai mendengus dengan sikap sahabatnya itu


“Tapi serius bro. aku pengen menjodohkan anak kita nanti. Besok jangan sampai mati ya” Ujar Yadi sambil menepuk bahu Ahmad.



Jakarta, 13 Mei 1998


"SAATNYA RAKYAT YANG MEMENGANG KENDALI. KITA BUTUH REFORMASI UNTUK KEPENTINGAN BANGSA DAN NEGEARA INI!"

"BETULL!!??"

"BETUL!!!!!"


Suara menggelegar terdengar dari pendemo yang sudah berkumpul sejak pagi tadi untuk menuntut perubahan system di negeranya, dari mahasiswa sampai masyarakat biasa turun ke jalan untuk menuntut haknya tersebut. Ahmad, Yadi dan Bram sudah membaur ditengah kerumunan pendemo tersebut. Yadi dapat informasi kalau kejadian tersebut juga meletus di beberapa kota besar. Jadi yakinlah mereka berdua akan rencana yang mereka susun hanya satu malam itu.


“Nah disni kita mencar ya. Nampaknya kaeadaan makin tidak terkendali, saatnya kita beraksi. Ingat!! Tujuan kita hanya menjarah, itu saja. Jangan lakukan hal bodoh” Ahmad berbicara kepada dua orang temannya ditengah kerumunan Massa.


Akhirnya mereka bertiga mencar dan melaksanakan apa yang mereka rencanakan sebelumnya. Bram berjalan kearah selatan dengan tujuan Ruko-ruko besar yang ia ingin jarah. Karena dorongan massa yang juga mengalami kecemburuan sosial menyebabkan mereka juga ikut menjarah toko-toko yang pemiliknya bukan pribumi. Bram yang sudah paham dari awal kalau kejadian ini juga bersinggungan dengan Ras semakin senang dan makin semangat untuk menjarah.


Semua toko di pinggir jalan mereka hancurkan dan mereka ambil barang-barang yang berharga. Bram juga melakukan hal serupa dengan pendemo yang lainnya. Dia juga ikut menjarah, mengambil TV, Perhiasan di toko mas dll. Tapi niatnya seolah berbelok arah saat melihat seorang gadis SMA sedang bersembunyi di dalam toko elektroik karena takut dengan aksi massa tersebut.


“hey manis, sini sini. Kamu kok disitu” Bram menghampiri gadis belia tersebut yang sedang bersembunyi di antara dua mesin cuci.


“Hiks.. ampun bang. Jangan sakitin saya. Ambil saja barangnya, ini uangnya sekalian” gadis malang tersebut menangis ketakutan dan berdiri gemetar saat dia ketahuan bersembunyi oleh Bram


“Sssshhh… santai, abang disini mau menolong adek kok. Iya kan adek…” Bram mencoba membaca name-tag di seragam SMAnya


“ITA MARTADINATA”


Gadis tersebut yang semakin takut mencoba melarikan diri dari tokonya tersebut. Tapi nahas, Bram langsung menyergapnya dan tanpa daya apapun, Gadis tersebut tetap mencoba melawan.


“HAHAHA. SINI SENANG-SENANG DULU SAMA ABANG” Bram memeluknya dengan erat agar Gadis tersebut tidak kabur lagi.


Dilain tempat, Yadi berjalan dengan pendemo lainnya kea rah Utara. Mereka mulai menjarah apapun yang bisa mereka jarah. Tapi sialnya, tempat yang mereka datangi bukan kawasan toko yang menjual barang berharga melainkan hanya toko material bangunan. Karena sudah kepalang basah, akhirnya para pendemo tersebut tetap menjarah barang apa saja yang bisa mereka jual atau mereka pakai.


Yadi mengumpat dalam hati, tau begini tadi aku pikirkan rutenya anjing. Malah dapat toko beginian lagi. sialan..


Yadi seperti hilang semangat karena ketidak beruntungannya hari itu. dia tetap putar otak agar bisa menguntungkan di tengah hal yang ia alami sekrang. Masyarakat makin bringas, mereka tidak hanya menjarah, tapi juga memperkosa orang-orang yang tidak bersalah. Yadi yang fokusnya hanya mencuri tidak sampai hati melakukan itu karena menurutnya bakal menimbulkan masalah.


Diujung jalan, ada toko yang cukup besar yang belum disatroni oleh para perusuh. Yadi dengan cepat berlari ke arah toko tersebut dengan harapan ada barang yang berharga yang bisa ia jarah. Setelah sampai di toko, dia menhancurkan gembok di pintu lipat toko tersebut lalu ia dorong pintunya dan ternyata sama saja. Isinya hanya toko yang menjual bahan material bangunan. Dia terus mencari barang-barang yang berharga di toko tersebut.


“HEIII”


BUUGGHH


“Aduuuuhhh” Yadi kesakitan saat punggungnya dipukul kayu oleh seseorang.


“Jangan macem-macem ya. aku telpon polisi bentar lagi” Ancam orang tersebut yang ternyata seorang wanita paruh baya


“Tunggu ci, saya kesini bukan mau mencuri. Saya niatnya mau bantu” seketika nyali Yadi langsung ciut saat ketahuan oleh pemilik toko. Dia salah memperhitungkan hal semacam ini, karena dia terlalu focus pada peluangnya saja


“JANGAN BOHONG!!!” bentak perempuan paruh baya itu


“Saya tidak bohong. Oke saya bagian dari mereka, tapi saya kasian melihat para pemilik toko yang digasak itu. saya mahasiswa ci. Ini liat kartu mahasiswa saya” Yadi berusaha kartu pengenal mahasiswanya tersebut


Perempuan setengah baya itu masih ragu untuk mempercayainya. Dia jujur juga takut dengan kondisi diluar, tapi lebih takut lagi dengan adanya orang seperti Yadi yang masuk paksa kedalam tokonya.


“Ma, Apa mama baik-baik saja. Dia siapa ma?” seorang gadis belia muncul dari tempat persembunyiannya. Wanita tersebut sangat cantik dan elegan seperti kebanyakan orang Chinesse pada umumnya


“Din, jangan keluar dulu. Mama kan belum kasik aba-aba” teriak perempuan paruh baya tersebut


“Andin takut ma. Hiks..hiks,,”


“Ayo pulang ke rumah hiks..hiks”


Gadis yang polos tersebut menangis ketakutan dengan kondisi yang masih kisruh di luar. Dia sangat takut karena di keluarganya hanya tertinggal dia dan mamanya. Sementara ayahnya sudah meninggal.


“Ci.. percaya pada saya. Saya ada ide untuk keluar dari masalah ini” Yadi mulai berbicara saat perempuan yang dia panggil cici itu mulai gusar melihat psikologis anaknya semata wayangnya itu.


PRAANGG…


Kayu yang ia pegang terjatuh dan ia berlari kea rah anaknya yang masih menangis ketakutan. Ia peluk anaknya sambil berusaha menenangkannya. Perempuan tersebut sebenarnya juga takut dengan kondisi tersebut, tapi berusaha tegar agar anaknya tidak merasa ketakutan seperti ini.


“Hiks nak. Tolong kami…”


“Kami takut nak”


Akhirnya perempuan tersebut tidak bisa menahan lagi rasa takutnya, dia menangis sambil mendekap anak semata wayangnya yang masih SMA itu. dia benar-benar tidak bisa keluar dari tokonya tersebut karena takut keselamatannya dan anaknya terancam oleh perusuh diluar sana.


“Tenang Ci. Sekarang ambil kertas besar dan spidol. Dan sekalian bawa kawat yang cukup besar” Yadi menunjuk sebuah tumpukkan kawat yang tertata rapi disisi kanan toko


Perempuan dan anaknya tersebut segera berlari mencari alat yang dibutuhkan Yadi tadi. Mereka mencari barang yang Yadi ingin dengan kondisi yang masih sesegukan menangis takut. Setelah semua barang yang Yadi inginkan berhasil ditemukan. Dia dengan cetakatan langsung menulis kata-kata “TOKO MILIK PRIBUMI” dan menulis lagi di kertas lainnya “KAMI PRO-REFORMASI”


Dengan sigap Yadi menempel kertas tersebut didepan Toko bangunan itu, dan kembali menutup pintu lipat toko tersebut dan mengikatnya dengan kawat yang ia butuhkan tadi.


“Duuh terima kasih nak. Terima kasih” Perempuan tersebut tetap menangis sambil memeluk anaknya


Sementara itu..


Ahmad masih kebingungan mencari toko yang ia ingin jarah. Dia sepertinya juga salah jalan bersama perusuh lainnya. Dia berjalan kearah barat untuk menemukan toko yang ia cari. Tapi nahas, setelah beberapa meter mencari toko, kerumunan perusuh tersebut berlari berhamburan dengan berteriak “GAS AIR MATAA”.


Ahmad yang masih dibelakang juga ikut panic dan berlari kebelakang untuk menyelamatkan diri. Dia berlari sekencang mungkin agar tidak tertangkap polisi. Suara tembakan sudah mulai menggema di penjuru arah membuat Ahmad semakin ketakutan.


DOORRR!!!


AAAARRRRGGGGHHHH


Ahmad tersengkur jatuh ke aspal jalan. Dia merasa kesakitan dibagian perutnya, dia mencoba untuk sadar tapi semakin lama matanya semakin menghitam dan…



Jakarta, 15 Mei 1998

Ahmad sayup-sayup mendengar suara berita di TV tentang kerusuhan yang menimpa negaranya tersebut. Dia mencoba membuka matanya sedikit demi sedikit, dan mengumpulkan kesadarannya. Dia melihat ke seluruh ruangan yang sedang ia tempati sekarang. Dia merasa sedang berada disebuah kamar yang lumayan besar.


“Akhirnya sadar juga kamu” Suara parau orang tua yang sedari tadi duduk disamping ranjangnya Ahmad.

- Bersambung
 
Luar biasa SIDE STORY-nya ... berawal dari cerita 3 sahabat (Ahmad, Yadi & Bram)

Ternyata bapaknya Asep (pak Ahmad) itu adalah sahabat bapaknya Nuri (pak Bram - sang Kades).

Cukup bisa menjelaskan bagaimana karakter Asep terbentuk, ternyata menurun dari pak Ahmad yang mempunyai sifat kehati-hatian dan terencana.

Memang belum dijelaskan, tapi sepertinya bisa diduga kalau Joanne ada hubungannya dengan pak Yadi. (anaknya kah ?)
 
Paling masuk akal teorinya suhu @mahakurawa
Luar biasa SIDE STORY-nya ... berawal dari cerita 3 sahabat (Ahmad, Yadi & Bram)

Ternyata bapaknya Asep (pak Ahmad) itu adalah sahabat bapaknya Nuri (pak Bram - sang Kades).

Cukup bisa menjelaskan bagaimana karakter Asep terbentuk, ternyata menurun dari pak Ahmad yang mempunyai sifat kehati-hatian dan terencana.

Memang belum dijelaskan, tapi sepertinya bisa diduga kalau Joanne ada hubungannya dengan pak Yadi. (anaknya kah ?)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd