Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Misteri Ronggeng

bapang

Semprot Lover
UG-FR
Daftar
30 May 2013
Post
219
Like diterima
119
Lokasi
dibelakang lo
Bimabet
Suara gamelan bersahut-sahutan. tampak tiga orang penari ronggeng di antara kerumunan orang-orang yang turut berjoget mengikuti irama goyangan para penari. Diantara ketiga penari tersebut. Dari ketiganya yang paling menyolok adalah Muti.

Muti adalah seorang penari ronggeng yang menjadi idola para pria di seluruh kecamatan Kawali, gaungnya terdengar bahkan sampai ke seluruh kabupaten Ciamis. usianya sekitar 27 tahun tapi tubuhnya yang sintal seperti gadis remaja, rambutnya hitam, wajahnya bangir dan kulitnya kencang khas wanita Jawa Barat menutupi usia sebenarnya. Bahkan banyak orang menduga usia Muti adalah sekitar 20 tahun. Setiap hajatan yang mengundang group ronggeng Cakra Melati selalu dipenuhi pengunjung pria. Bahkan ada yang rela datang dari luar kota seperti Jakarta dan Bandung, serta tidak segan-segan mereka mengeluarkan uang banyak hanya untuk menyawer Muti dan teman-temannya.

Muti dan 2 orang penari lainnya mundur ke belakang, turun panggung digantikan oleh dua orang penari berikutnya yang langsung memasuki pentas. Muti berjalan. tiba-tiba ia terhuyung hampir jatuh, tangannya langsung memegang tiang besi di sebelahnya. Kedua teman penarinya reflek memegangi Muti.

"kamu kenapa, Mut?"

Seorang wanita bertubuh gempal bangkit dari kursinya yang terletak tidak jauh dari tempat Muti berdiri. Bergegas menghampiri Muti.

"aku pusing, Ndung. kayaknya darah rendahku kumat lagi" Muti menjawab

"kamu sih dipaksa, jangan terlalu meladeni para pria itu." Wanita yang dipanggil Indung tersebut mulai berceloteh. Ia membantu memapah Muti berjalan ke bangku yang tadi di dudukinya.

"Laki-laki di luar sana tidak akan pernah puas sampai kamu ambruk pingsan di lapangan."

Muti tidak menjawab. Ia kemudian duduk di kursi. Seorang teman penarinya memberikan segelas air putih kepada Muti. Muti meminumnya.

"Sudah kamu istirahat dulu. Biar kita yang menangani nafsu para laki-laki di luar sana. sekarang masih jam 1 kayaknya jam 3 acara selesai kog" Kata Indung.

"Bagaimana nanti kata Abah?" kata Muti kepada Indung dengan suara lemah.

"Abah biar aku yang bilang nanti. Kamu istirahat dulu dan kalau tidak kuat jangan dipaksa tampil lagi."

Muti hanya mengangguk. Indung meninggalkan Muti, bergabung dengan penari-penari lainnya yang berdiri di pintu masuk panggung untuk menanti giliran tampil.

Muti menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan menarik nafas panjang.

"halo."

sebuah suara dari belakang mengagetkan Muti. Muti menengok kebelakang tampak seorang pria muda berdiri di belakang Muti.

Pria itu bertubuh tegap, berkulit hitam, dengan otot tangan yang keras dan kencang. Berpakaian kemeja coklat dengan celana bahan halus yang terlihat lecek. Wangi parfum tercium jelas semerbak dari badannya. Dari wajahnya tampak ia berusia sekitar 25 tahun. Cukuran rambutnya cepak dan matanya tajam berkharisma.

"Aku Toyib. kamu ingat nggak tadi aku yang menari bersama kamu." pria itu memperkenalkan diri.

Muti hanya mengangguk sambil memasang senyum menggoda.

"Nama kamu siapa? boleh aku temanin?" pria itu berkata.

"Muti." Muti berkata sambil mengangguk mengiyakan.

Pria bernama Toyib itupun langsung duduk di kursi di samping Muti.

Muti dan Toyib mulai terlibat percakapan. Sesekali di selingi ketawa.

****

Pertunjukan selesai. Gemuruh suara gamelan berhenti. Para penari berjalan berbondong-bondong menuju ruang ganti. Indung mendekati Muti.

"kamu bagaimana sudah baikan?" tanya Indung

"lumayan, tapi kayaknya aku langsung ke rumah saja, tidak nginep di sanggar." Muti menjawab.

"Aku antarkan pakai motor, mau?" tiba-tiba Toyib menyela percakapan mereka.

"Teman kamu?" Tanya Indung kepada Muti dengan nada setengah berbisik.

Muti Mengangguk mengiyakan.

"kalau begitu jaga dia baik-baik ya. kalau sampai ada apa-apa dengan Muti mendingan kamu lari dari Ciamis." Indung berkata kepada Toyib dengan nada bercanda. "kita ganti baju dulu. ayo Mut!"

"Aku ganti dulu ya Kang." kata Muti.

"iya aku tunggu disini ya." jawab Toyib tersenyum ramah.

Muti pun berdiri dan berjalan mengikuti Indung ke arah tenda kecil tempat para penari berganti pakaian.

***
Sebuah rumah tua dengan desain jaman dari jaman Belanda terletak jauh agak terpencil dari rumah penduduk lain di desa Gebang. Terlihat pagar besar di depannya. Halaman luas dari pagar ke pelataran rumah yang ditumbuhi tanaman singkong dan berbagai tumbuhan lain. Walaupun tua cat rumah itu tampak baru, serta tidak menampilkan kesan seram karena lampu menerangi halaman dan terasnya.

Sepeda motor yang ditumpangi Toyib dan Muti tiba di halaman rumah. Muti turun dari motor. Hanya 10 menit perjalanan dengan motor dari desa sebelah tempat hajatan berada sampai ke desa tempat tinggal Muti.

"mampir yuk." ajaknya kepada Toyib

"boleh." kata Toyib sambil mematikan mesin motornya.

Muti membuka pagar. kemudian berjalan sepanjang halaman, diikuti Toyib yang mendorong sepeda motornya.

"Rumah kamu besar juga ya?" Toyib dengan nada kagum.

"Ini punya suami saya." Jawab Muti sambil membuka tasnya untuk mengambil kunci.

"kamu sudah punya suami?" Toyib sedikit kaget

"Mendiang Suami." Muti menengok tersenyum mendengar nada suara Toyib. "Ayo masuk!" Muti memutar kunci dan membuka pintu. "motor kamu dimasukkan garasi saja di belakang. lewat samping. sebentar aku buka pintunya dari dalam."

Toyib menengok kebelakang ke arah yang ditunjukkan Muti. kemudian ia memutar motornya dan mendorongnya ke jalan setapak di samping rumah.

seperti juga halaman depan rumah, samping rumah ditumbuhi pohon dan berbagai macam tanaman. tampaknya tanah tempat rumah ini sangat luas lebih dari 2 hektar.

Melewati jalan setapak menuju sebuah bangunan kayu di depannya yang menempel dengan rumah yang digunakan sebagai garasi. Toyib berdiri di depan pintu garasi. tidak berapa lama pintu terbuka dari dalam. tampak wajah Muti sambil tersenyum membukakan pintu. Tanpa banyak bicara Toyib mendorong motornya masuk ke dalam garasi. Muti menutup pintu garasi.

Di dalam garasi itu tampak ada beberapa motor diparkir. Motor-motor tersebut tidak terdapat plat nomor. sebagian motor di tutupi oleh terpal hitam.

"motor-motor siapa ini?" tanya Toyib heran.

"Ini semua milik mendiang suami saya dulu." Muti berjalan sambil tersenyum menuju pintu disamping garasi yang menuju rumah.

Benar dugaan Toyib. Rumah besar dan tanah luas, juga ditambah dengan koleksi beragam motor. Untuk ukuran orang desa memang sangat kaya. Mungkin saja almarhum suami Muti adalah seorang tuan tanah di desa ini, Toyib menduga.

Toyib memasuki ruang rumah Muti. berjalan melewati tangga mengikuti Muti menuju ruang tamu.

tidak banyak perabotan di dalam rumah Muti yang besar. Hanya ada kursi, sofa dan meja diruang tamu. Sebuah rak besar berisi buku terletak di sudut. serta meja pajangan kecil yang memajang patung-patung kayu kecil. serta beberapa lukisan di dinding rumah.

"minum apa?" tanya Muti.

"apa saja." Toyib tanpa sungkan duduk di sofa kayu jati. Ia yakin tidak ada siapa-siapa di rumah ini selain dirinya dan Muti.

"kopi ya?"

"boleh." Toyib mengeluarkan rokoknya.

Muti meninggalkan Toyib yang sedang memperhatikan sekeliling ruang. tidak berapa lama Muti balik lagi membawa baki berisi dua gelas kopi hitam dan ditaruhnya di meja. kemudian Muti duduk di sofa di samping Toyib.

"Aku sendirian kog. Mendiang suami ku meninggal setahun lalu." Muti membuka pembicaraan. "Sejak itu aku mencari uang dengan kembali menjadi penari."

Toyib menyeruput kopinya dan meletakkan gelasnya. Toyib memutar tubuhnya duduk berhadapan, matanya memperhatikan Muti yang mengenakan kaos ketat berwarna merah muda yang memperlihatkan lekuk kedua payudaranya yang bulat dan indah. Merasa diperhatikan Muti enak saja menaikkan kedua kakinya yang dibalut blue jeans di pangkuan Toyib seakan memancing lelaki itu.

Jam mulai menunjukkan pukul setengah 5 pagi. suara adzan subuh mulai terdengar di kejauhan. Tapi keduanya sudah tidak peduli dengan waktu, karena mereka sudah mulai terlibat ciuman percumbuan dan menumpahkan perasaan mereka masing-masing. Muti melepaskan pelukan Toyib, berdiri dan kemudian menarik pria itu berdiri. Muti menggandeng Toyib berjalan menuju ke kamar.

Kamar Muti berukuran besar, terlihat rapi dan bersih. Walaupun minim perabotan hanya ada lemari pakaian, televisi dan tentu saja sebuah ranjang besar yang semuanya terbuat dari kayu jati. Lampu kamar itu temaram diterangi oleh bohlam kuning membangun suasana romantis.
Muti berjalan melangkah memasuki kamar dan langsung membuka kaos ketatnya dengan hanya mengenakan bra merah. Muti melepaskan jeans nya. Tubuh Muti yang kencang dengan pinggang seksi seperti gitar spanyol tampak jelas terlihat dari belakang. Tanpa menutup pintu lelaki tersebut sudah membuka celana panjang nya. Muti membalikkan badan sambil melepas tali bra nya dan terlihatlah payudara bulat dan kencang berukuran 36A yang dapat membuat semua pria blingsatan ingin meremas dan menjilati kedua puting susu kecil mungil yang menghiasi payudara itu. Perut Muti langsing dan rata sehingga menambah keindahan tubuhnya. Muti Menghampiri Toyib yang sedang membuka kancing kemejanya. Tangan kanan Muti meraih penis lelaki itu yang masih terbalut celana dalam sedangkan tangan kirinya membantu si lelaki melepaskan kancing-kancing kemejanya.

"kamu ada kondom?" tanya Muti.

"gak ada. Gimana donk?" Jawab Toyib

"ya udah, gak apa-apa. Gak usah pakai." Muti menjawab dan bibirnya terbuka dan senyum menantang. Toyib segera melumatnya. Keduanya pun terlibat ciuman, lumatan bibir Toyib yang sangat bernafsu melumat bibir Muti yang lembut dan legit.

Tangan Muti merangsek masuk ke dalam celana dalam Toyib meremas batang kemaluan yang sudah berdiri keras itu. Penis Toyib berukuran standard pria pada umumnya panjangnya sekitar 15 cm dan dengan diameter kepala sekitar 5 cm, Muti dalam hati mengukur penis Toyib sambil meremasnya dan mengocoknya. Bagi Muti tidak peduli dengan ukuran penis lelaki, namun Muti lebih mementingkan permainan foreplay para lelaki yang mampu menaikkan nafsu birahinya apalagi sampai membawanya ke titik orgasme ketika saat penetrasi tiba.

Muti menggelinjang ketika Toyib berlahan menciumi lehernya. Kumis tipis lelaki itu menambah geli yang memancar ke seluruh tubuhnya, mendirikan bulu kuduknya. Tangan-tangan Toyib sedari tadi bermain di daerah pinggang yang kencang dan halus dan menjalar meremas-remas buah dadanya dan menjamah bagian selangkangan perempan itu yang masih dibalut celana dalam merah. Ciuman Toyib menjalar menjelajahi leher jenjang perempuan itu, bergerilya di pundak, melewati belahan buah dada untuk membangkitkan bulu-bulu halus dan mendarat di puting susu sebelah kanan Muti.
Muti tertawa kegelian, mendorong Toyib sehingga lelaki itu mundur selangkah. Muti tersenyum melangkah mundur ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Muti mengangkat kedua kakinya keatas sedangkan tangannya meraih celana dalamnya dan melepaskan celana tersebut mengikuti lekut kakinya yang putih mulus. Muti melemparkan celana dalamnya sambil mempertontonkan bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu tipis. Tampaknya wanita ini rajin mencukur bulu kemaluannya supaya terlihat seksi dan menantang. Sedangkan bukit kedua buah dada Muti tidak jatuh, tampak kencang dan masih tampak bulat ,dan puting susu yang kecil dan tegak menantang hasrat Toyib.

Tanpa banyak omong Toyib sambil berdiri melakukan hal yang sama yaitu memelorotkan celana dalam yang dipakainya. Kemudian mempertontonkan tubuh six packnya serta penisnya yang sudah keras dan tegak kepada Muti.
"gede juga ya." Wanita tersebut tersenyum. Toyib berjalan, penisnya bergoyang-goyang mengangguk-angguk. Ia menghampiri ranjang dimana Muti sudah tergeletak menantinya.

Bau harum semerbak bunga melati tercium dari seprai ketika Toyib menindih tubuh telanjang Muti. Sudah tidak ada sehelai benang pun melekat di tubuh mereka berdua, hanya ada nafsu dua insan manusia berbeda jenis kelamin yang saling mencumbu dan melumat bibir diantara dinginnya udara subuh. Bibir Toyib bergerilya lagi di atas tubuh lembut dan mulus wanita itu membuat Muti menggelinjang, mendesah dan kadang diselingi tertawa kecil. Toyib tiba di bibir vagina Muti. Dibukanya bibir Vagina yang masih tampak rapet kemerahan pertanda Muti termasuk wanita yang jarang berhubungan badan dan memang benar-benar belum pernah memiliki anak. Toyib mulai menjulurkan lidah menjilat vagina Muti.

"ahh geli kang..aduh.." Muti menggelinjang dan menarik bagian bawah tubuhnya dari jilatan Toyib. Tapi Toyib tidak berhenti kedua tangannya langsung melingkar di paha wanita tersebut supaya Muti tidak memberontak dan lidahnya langsung menyerbu bibir vagiana itu. Muti Menggelinjang liar kegelian tubuhnya meronta-ronta menahan geli yang amat sangat akibat jilatan lidah Toyib yang liar. Ia tertawa dan mendesah-desah. Untung saja rumah hanya ada mereka berdua sehingga suara Muti yang kadang mendesah kencang tidak didengar siapapun.

Sejak Toyib pertama kali melihat Muti di acara hajatan semalam. Keseksian tubuh dan kecantikan Muti, serta lenggokan lekuk tubuhnya ketika menari seperti membuatnya tersihir untuk menyelami sosok wanita tersebut. Kini ia merasa sebagai salah satu pria beruntung yang dapat pula merasakan tubuh seksi si janda penari yang menjadi idola banyak lelaki.

Pinggang Muti melonjak-lonjak berputar-putar liar. Kedua tangannya reflek memeganng kepala Toyib dan jari-jarinya merumasi rambut cepak Toyib. Toyib merasakan kuku-kuku Muti menancap di kulit kepalanya. Muti hampir mencapai orgasme tapi tiba-tiba rasa geli jilatan Toyib menghilang dari vaginanya sesaat sebelum mencapai puncak. Sehingga Muti yang tadinya bersiap merasakan orgasme terasa hampa karena tidak jadi mendapatkannya. Ia membuka matanya dilihatnya Toyib duduk dihadapannya diantara kedua pahanya. wajah pria itu tersenyum iseng.

"sialan kamu, Sayang." Kata Muti dengan wajah kesal.

Muti segera bangkit mendorong pria itu hingga jatuh terlentang di atas kasur. Muti langsung menaiki tubuh Toyib. Tangan kanannya memegang penis keras milik si lelaki. Ditaruhnya kepala penis lelaki itu di ujung vaginanya. Kemudian ia menggesek-gesekkan kepala penis si lelaki dengan itilnya. Muti langsung membenamkan kepala penis itu ke dalam pintu lubang vaginanya.
Toyib merasakan sempitnya lubang vagina Muti yang berlahan-lahan menelan kepala penisnya. Inci demi inci kepala penis itu masuk ke dalam vagina hangat dan basah milik muti. Dan setelah kepala penis itu terbenam dengan lancar disusul oleh batang kemaluannya melintasi lorong vagina Muti yang terasa bergerinjal seperti vagina anak gadis. Seluruh batang penis Toyib pun amblas di dalam vagina Muti.

"habis kamu sekarang." Muti tersenyum nakal. "tahan ya, sayang. Kalau nggak titit kamu bakal putus kena goyangan ratu ronggeng." Muti mulai menggoyang pinggangnya dengan gerakan pinggang kekiri dan kanan, memutar pelan.

"coba saja kalau bisa." Toyib tersenyum nakal menggoda Muti.

Tangannya memegang pinggang Muti yang ramping dengan perut rata itu. Pinggang perempuan itu mulai berputar berlahan dan semakin cepat. Benar juga kata Muti, baru kali ini Toyib merasakan penisnya seperti di remas-remas, kepala penisnya terasa seperti mengaduk-aduk isi rahim perempuan itu. Muti bergoyang semakin liar. Kedua buah dadanya yang kencang dan ikut bergoyang seirama goyangan pinggang perempuan itu seakan menambah sensasi permainan penari ronggeng itu. Goyangan Muti makin liar tidak hanya memutar tetapi ditambah goyangan maju mundur seperti koboi menunggang kuda. Desahan Muti memenuhi ruangan tanpa malu kadang perempuan itu berteriak. Toyib mengerang batang penisnya terasa seperti mau copot dari badannya akibat goyangan binal perempuan di atasnya itu.
Toyib menekuk kedua pahanya dan mengimbangi goyangan maut si penari ronggeng dengan sodokan penisnya dari bawah. Tubuh Muti menggelinjang kebelakang menerima serangan Toyib dari bawah. Dashyat , kata Muti dalam hati. Perempuan itu mengerang. Kedua tangan Muti mencengkeram pergelangan tangan Toyib dengan keras karena menerima desakan penis dari bawah, merojok seluruh liang vaginanya.
Toyib merasakan legitnya bibir vagina Muti menambahnya bersemangat untuk menghantam kuda wanita yang binal itu dengan penisnya yang keluar masuk liang hangat Muti dari bawah.
Goyangan Muti makin liar dan tidak beraturan, tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil memutar-mutar pinggangnnya dengan keras. Muti mencengkeram penis Toyib dengan otot-otot vaginanya sehingga Toyib merasakan penisnya terkunci. Rasa hangat terasa di liang vagina Muti.

"oh..oh..oh..oh..." Muti mendesah kencang menikmati orgasmenya. Tubuhnya melenting kebelakang sehingga memamerkan puting susu yang mengeras di buah dada yang bulat dan kencang. Kedua tangan Toyib langsung meremas kedua buah dada yang sedang menegang itu. Toyib merasakan pijatan vagina Muti di penisnya berlahan melemas tanda orgasme perempuan itu berakhir. Wajah Muti terlihat memerah, bibirnya tersenyum penuh kepuasan. Sementara Toyib masih asyik memainkan payudara kencang milik wanita itu.

"Baru kamu lelaki yang tahan dengan goyangan mautku." Kata Muti nakal, nafasnya sedikit tersenggal-senggal. Toyib bangkit dan melumat bibir Muti sambil tangannya masih meremasi buah dada. Toyib mengangkat tubuh ramping Muti dan membalikkan nya sehingga kini Toyib menindih tubuh Muti. Muti segera melingkarkan kedua kakinya di pantat lelaki itu.

"bikin aku orgasme lagi, sayang" Muti berbisik nakal ketika Toyib mulai memacu pinggangnya mengeluar masukkan penisnya di vagina Muti yang sudah becek itu.

Rasa legit nya bibir vagina Muti terasa di batang kemaluan Toyib yang terus keluar masuk dengan kecepatan yang konstan. Muti memeluk tubuh lelaki perkasa itu, dada lelaki yang bidang itu bergesekan dengan puting susunya yang mancung sehingga memicu nafsu birahinya. Dada Muti memang benar-benar kencang dalam kondisi tiduran pun tidak jatuh sedikitpun, masih berbentuk bulat dan padat. Muti melawan goyangan lelaki itu dengan gerakan memutar pinggangnya. Membuat Toyib kembali bersemangat. Muti pun mencengkeram punggung Toyib, terassa kuku wanita tersebut menancap di punggung. Mata muti terpejam, bibirnya yang seksi dan menantang terbuka untuk dilumat. Toyib pun melumat bibir wanita tersebut. Muti kembali orgasme. Putaran pinggangnya semakin liar dan jepitan otot-otot kegel wanita tersebut membuat penis Toyib seperti dipijat-pijat.

"boleh didalam?" bisik Toyib di kuping wanita yang sedang orgasme itu.

"Keluarin aja, sayang." Bisik Muti sambil mendesah. Gentle sekali lelaki ini, kata Muti dalam hati, Gak seperti Andri pacarnya waktu SMA atau seperti Abah pemimpin sanggar yang sering main semprot didalam dan untungnya Muti gak sampai hamil.

"Terima kasih." Toyib melumat kembali bibir perempuan itu.

Toyib bergoyang sebentar. Kemudian ia merojokkan penisnya sampai mentok di ujung vagina Muti. Air mani panas bermuncratan dari penis lelaki itu membasahi dan membanjiri seluruh rahim Muti. Muti mendesah menerima semprotan hangat air mani lelaki jantan dan perkasa itu. Ia tidak peduli kalau nanti dirinya hamil akibat permainan malam ini, karena ia sudah yakin lelaki gentle seperti Toyib pasti bertanggung jawab. Penis itu meneluarkan cairannya sangat banyak sampai berhenti menetes lagi.

Keduanya terdiam sejenak sambil bertatapan mata. Toyib tidak hanya puas namun ia jatuh cinta dengan Muti bahkan sebaliknya. Bibir keduanya tersenyum dan kembali saling melumat. Perlahan-lahan penis lelaki itu mengendur. Toyib menarik keluar penisnya dari dalam liang vagina Muti. Cairan lendir mani bercampur cairan vagina ikut keluar dari lubang vagina Muti. Toyib berguling di samping Muti. Muti membiarkan saja sebagian cairan mani meleleh keluar dari lubang vaginanya. Ia masih merasakan hangatnya sisa sperma lelaki tersebut yang sebagian besar mengendap di rahimnya. Mereka berdua berpeluh keringat nafas keduanya tersenggal-senggal. Toyib memperhatikan buah dada wanita itu yang naik turun mengikuti nafasnya.

"mau ronde kedua?" kata Toyib. Muti menengok tersenyum kepada pria itu.

"boleh, sebentar lagi ya."

"hmm... aku juga belum bangun lagi sih. Bangunin donk." Kata Toyib membalikkan badan sambil membelai mesra rambut Muti yang hitam panjang. Sungguh cantik paras wanita itu setelah orgasme. Kemudian ia mengecup kembali bibir menggoda milik perempuan itu.

"dasar...hihi." Muti mendorong Toyib terlentang kemudian ia bangkit meraih penis Toyib yang masih setengah ngaceng itu. di lumatnya penis Toyib di mulutnya.

Sisa waktu subuh itu akhirnya dilewati mereka untuk saling melampiaskan nafsu birahi menyalurkan hasrat biologis mereka.

(sebenarnya ini bagian kecil dari novel gue, karena blom dapet jatah dari istri muda nulis novel romantis jadinya malah cerita bokep :Peace: ;) :p)

LINK PART 2
 
Terakhir diubah:
Boleh dilajut nih ceritanya jadi ratu seks. Btw ane permemek ya?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd