Samar-samar aku terbangun. Seperti tak ada apa-apa. Badan terasa capai sekali. Terasa panas sekali. Apakah ini efek udara daratan Surabaya. Ah.. Apa iya, padahal aku sudah terbiasa/sering ke Riau, Palu yang udaranya jauh lebih panas dibanding Surabaya. Mungkin mandi dan bersih-bersih bisa menjadi pilihan yang bagus.
Ow sudah pukul 18an ternyata. Badan terasa ringan. Ku raih tas karil dan dengan cepat kukeluarkan laptop. Ah semangat sekali, memangnya saya mau bekerja malam ini juga? Aku bertanya pada diri sendiri.
Kutinggalkan laptop, "hmmm kira-kira Malbor Light Mentol ku masih ada tidak ya." bergegas aku mencari di saku kecil tas, bagian luar. Oh masih ada, ah damn tinggal dua batang.
Pelan aku melangkah menuju sofa, "Ah pemandangan urban tidak ada bedanya. Selalu ramai. Tidak mengenal waktu. Walau sudah malam, justru di sinilah dunia semakin geliat dan panas."
Untungnya aku bukan tipe lelaki yang suka main di "tempat hiburan malam", saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca.
Aku buka kaca jendela yang besar ini. 'hezzzzzsss' hembusan hangat udara Surabaya sungguh terasa. Kunyalakan satu batang rokok. Mulai aku hisap pelan-pelan.
"Och my God" aku baru ingat. Segera aku raih ponsel yang ada di meja. God, satu panggilan dari Yelena. Dan, beberapa Pesan singkat dari Monica.
Pesan singkat dari Monica sebenarnya yang aku tunggu. Gila aku baru ingat, iya Monica yang tadi sore aku temui.
"Hai, Fay. Maaf tadi saya sengaja tidak membuka hp. Ya ini saya masih ada kuliah." pesan singkat Monica.
Oh damn dia cuma membalas ini saja. Tidak dijawab pertanyaan ku. Ohoo perempuan macam apa ini. Saya tidak menjawab lama tapi tidak ada tanggapan. Saya tertawa sendiri. Menertawakan diri sendiri. Emang siapa saya tiba-tiba ingin diperhatikan.
"Hi Mon, sorry saya tertidur. Dan ini baru bangun." saya kirim ke riwayat chat. Dan tidak lama terdapat tanda Monica sedang menulis.
"Hi selamat malam. Pasti segar baru istirahat. No problem, Fay." jawab cepat Monica.
"Yup pastinya sudah segar. Oh iya Mon. Posisi dimana? Bagaimana jika saya mengundang kamu makan malam?" saya memberanikan diri untuk mengajak bertemu.
Penasaran saya dengan jawaban Monica. Tapi... Wah sudah hampir 10 menit belum ada jawaban. Hmmm okay jika tidak dijawab, mungkin malam ini memang harus makan sendiri.
Kuletakkan ponsel di meja kecil depan sofa. Ku nyalakan rokok yang tinggal satu batang. Rokok ini cukup menjadi penyegar. Hmmm mungkin sebentar lagi aku harus turun. Mencari makan di luar sambil membeli rokok mungkin pilihan yang sangat realistis.
Tiiing.... Lampu indikator ponsel saya menyala. Pasti ini jawaban dari Monica. Tapi ternyata, ahh...
"Fay, saya dengar dari teman-teman hari ini kamu ke Surabaya? " pesan masuk dari Yelena. Kadang ada rasa bersalah pada Yelena. Bidadari cantik dan menawan dari Kiev ini telah menjeratku. Ah tidak, tepatnya akulah yang sebenarnya menjeratnya.
Yaaa... Tema-teman sering menyampaikan bahwa Yelena jatuh cinta padaku. Begitu yang telah disampaikan salah satunya oleh Rina. Yelena sering curhat pada Rina dan bertanya ini-itu tentangku. Tepat Yelena mencari sumber, karena untuk sementara mungkin Rina yang lebih faham tentang diriku karena telah 5 tahu bersama satu kelas ketika menempuh S1, dan memang dengan Rina pulalah aku memadu cinta dengan penuh kesadaran.
Huffzz aku bingung menjawab Yelena. Tak ayal aku berfikir keras. Kira-kira jawaban apa yang aku lempar padanya. Tak terasa pesan masuk ke ponsel ku. Lampu indikator lagi-lagi memberikan tanda. Aku buka histori chat dengan keputus-asaan. Tapi. Ahh yes. Akhirnya dia mau.
Ya seolah-olah aku memenangkan undian lotre dengan nilai besar. Akupun sangat bahagia. Monica menjawab tawaranku.
"Tawaran diterima, Fay. Di mana, Fay? "
[BERSAMBUNG]
Ow sudah pukul 18an ternyata. Badan terasa ringan. Ku raih tas karil dan dengan cepat kukeluarkan laptop. Ah semangat sekali, memangnya saya mau bekerja malam ini juga? Aku bertanya pada diri sendiri.
Kutinggalkan laptop, "hmmm kira-kira Malbor Light Mentol ku masih ada tidak ya." bergegas aku mencari di saku kecil tas, bagian luar. Oh masih ada, ah damn tinggal dua batang.
Pelan aku melangkah menuju sofa, "Ah pemandangan urban tidak ada bedanya. Selalu ramai. Tidak mengenal waktu. Walau sudah malam, justru di sinilah dunia semakin geliat dan panas."
Untungnya aku bukan tipe lelaki yang suka main di "tempat hiburan malam", saya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca.
Aku buka kaca jendela yang besar ini. 'hezzzzzsss' hembusan hangat udara Surabaya sungguh terasa. Kunyalakan satu batang rokok. Mulai aku hisap pelan-pelan.
"Och my God" aku baru ingat. Segera aku raih ponsel yang ada di meja. God, satu panggilan dari Yelena. Dan, beberapa Pesan singkat dari Monica.
Pesan singkat dari Monica sebenarnya yang aku tunggu. Gila aku baru ingat, iya Monica yang tadi sore aku temui.
"Hai, Fay. Maaf tadi saya sengaja tidak membuka hp. Ya ini saya masih ada kuliah." pesan singkat Monica.
Oh damn dia cuma membalas ini saja. Tidak dijawab pertanyaan ku. Ohoo perempuan macam apa ini. Saya tidak menjawab lama tapi tidak ada tanggapan. Saya tertawa sendiri. Menertawakan diri sendiri. Emang siapa saya tiba-tiba ingin diperhatikan.
"Hi Mon, sorry saya tertidur. Dan ini baru bangun." saya kirim ke riwayat chat. Dan tidak lama terdapat tanda Monica sedang menulis.
"Hi selamat malam. Pasti segar baru istirahat. No problem, Fay." jawab cepat Monica.
"Yup pastinya sudah segar. Oh iya Mon. Posisi dimana? Bagaimana jika saya mengundang kamu makan malam?" saya memberanikan diri untuk mengajak bertemu.
Penasaran saya dengan jawaban Monica. Tapi... Wah sudah hampir 10 menit belum ada jawaban. Hmmm okay jika tidak dijawab, mungkin malam ini memang harus makan sendiri.
Kuletakkan ponsel di meja kecil depan sofa. Ku nyalakan rokok yang tinggal satu batang. Rokok ini cukup menjadi penyegar. Hmmm mungkin sebentar lagi aku harus turun. Mencari makan di luar sambil membeli rokok mungkin pilihan yang sangat realistis.
Tiiing.... Lampu indikator ponsel saya menyala. Pasti ini jawaban dari Monica. Tapi ternyata, ahh...
"Fay, saya dengar dari teman-teman hari ini kamu ke Surabaya? " pesan masuk dari Yelena. Kadang ada rasa bersalah pada Yelena. Bidadari cantik dan menawan dari Kiev ini telah menjeratku. Ah tidak, tepatnya akulah yang sebenarnya menjeratnya.
Yaaa... Tema-teman sering menyampaikan bahwa Yelena jatuh cinta padaku. Begitu yang telah disampaikan salah satunya oleh Rina. Yelena sering curhat pada Rina dan bertanya ini-itu tentangku. Tepat Yelena mencari sumber, karena untuk sementara mungkin Rina yang lebih faham tentang diriku karena telah 5 tahu bersama satu kelas ketika menempuh S1, dan memang dengan Rina pulalah aku memadu cinta dengan penuh kesadaran.
Huffzz aku bingung menjawab Yelena. Tak ayal aku berfikir keras. Kira-kira jawaban apa yang aku lempar padanya. Tak terasa pesan masuk ke ponsel ku. Lampu indikator lagi-lagi memberikan tanda. Aku buka histori chat dengan keputus-asaan. Tapi. Ahh yes. Akhirnya dia mau.
Ya seolah-olah aku memenangkan undian lotre dengan nilai besar. Akupun sangat bahagia. Monica menjawab tawaranku.
"Tawaran diterima, Fay. Di mana, Fay? "
[BERSAMBUNG]
