Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Monreia: Master of Puppets (Eps 02 - Master of Puppets)

Halo gaes, maaf baru bisa muncul lagi.
Makasih juga udah mau nungguin (kalo ada).
Aku usahain untuk update cerita ini secepatnya, udah 3/4nya rampung sebenernya.

Sebelum itu, daripada nungguin sambil gabut, mungkin kakak kakak semua bisa ngeliat ceritaku yang satu lagi, Lorem Ipsum Dolor sing Amet, tritnya ada di fiksi, ya.
 
Episode 02

Master of Puppets




Gray’s Mansion, Cheaux Aroma segar yang bercampur bau garam pun tercium cukup pekat, berhembus bersama angin yang masuk melalui jendela yang terbuka. Semilir angin pun menyapu rambut Gray yang sedang fokus memperhatikan keluar jendela. Dari kejauhan, riuh ramai aktivitas dermaga samar terdengar. Sesekali dia tersenyum puas melihat semua yang ada dihadapannya ini.

Cheaux, salah satu kota pelabuhan kecil yang berhasil berhasil dia sulap menjadi salah satu pusat perekonomian di Harwick, atau mungkin hampir di seluruh Monreia. Kota kecil ini pun kini ikut menjadi gerbang untuk memasuki daerah Harwick, bahkan hampir menyaingi Newchester yang memang dikelola Count Geoffrey Lundstram. Padahal, Count Lundstram sendiri masih merupakan keluarga kerajaan dan Newchester selalu mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat.

Gray pun beranjak dari duduknya seraya berjalan kearah balkon. Pandangannya kini beralih kearah pasar Le Marche, tempat dimana denyut nadi perekonomian kota ini berasal. Beragam hasil laut terlihat menghiasi berbagai sudut pasar. Aktivitas pasar yang ramai pun tetap terlihat tertib dikarenakan banyaknya tentara yang menjaga tempat tersebut. hampir tidak ada keributan yang berarti muncul dari aktivitas perniagaan disana.

Ya, keamanan merupakan faktor utama yang membuat pertumbuhan ekonomi kota ini terus berkembang pesat. Hal ini pula yang membuat Para saudagar maupun nelayan para pelaut maupun saudagar menjadikan pasar yang memiliki akses langsung ke pelabuhan Plaisance sebagai destinasi favorit mereka untuk berniaga. Hal tersebut membuat pelabuhan utama kota ini tidak pernah sepi. Belum lagi beberapa festival yang sering diadakan di plaza Le Bourgeon yang terletak tak jauh dari pelabuhan pun terus mendongkrak popularitas Cheaux semakin terkenal.

Cheaux sendiri mempunyai kekuatan militer yang sangat kuat dan berasal dari berbagai suku petarung yang tersebar di Monreia. Seluruh pasukan tersebut pun tunduk dalam komando Gray. Baik Kerajaan Harwick maupun Bajak Laut Rethers pun sangat segan dengan pasukan yang dimiliki oleh Gray. Hal ini yang menyebabkan Cheaux dapat berdiri secara independen tanpa harus membayar pajak kepada pemerintah pusat. Cheaux pun tak harus tunduk dengan aturan yang ada di dataran Harwick sehingga Gray bebas dalam menjalankan usahanya, baik usaha yang nampak di permukaan maupun bisnis bawah tanah yang sudah menjadi rahasia umum bagi banyak orang.

TOK TOK TOK

Bunyi ketukan pintu seketika membuat Gray menoleh. Tak lama, pintu pun terbuka. Aninditha yang merupakan orang kepercayaan Gray muncul dari balik pintu. Dia pun langsung menundukkan kepala saat Gray memandang kearahnya.



“Ada apa, Anindhita?” Tanya Gray sembari meminta Anin mengangkat wajahnya dengan gestur tangan. Anin pun mengangkat wajahnya sembari tersenyum.

“Perwakilan dari Migny sudah tiba, My Lord,” jawab Anin.

“Suruh masuk, Nin.” Gray pun kembali masuk dan berjalan kearah meja kerjanya. Anin yang mendengar perintah Gray mengangguk.

“Silahkan masuk, Tuan Goodfellow,” ucap Anin mempersilakan Pria yang bernama Goodfellow tersebut masuk kedalam ruang kerja Gray. Dia pun mengarahkan Goodfellow agar berjalan hingga kedepan meja kerja Gray, dimana Gray sudah berdiri menunggu.

“Selamat datang di Cheaux, Tuan Goodfellow.” Gray pun tersenyum dan berdiri menyambut perwakilan dari kota yang terkenal akan hasil peternakannya tersebut. Gray pun menjulurkan tangannya, mengajak Goodfellow berjabat tangan saat dia sudah mendekat. Anin sendiri langsung berdiri di belakang kursi milik Gray setelah mengantar masuk Goodfellow.

“Senang bertemu dengan anda, Lord Alistair Gray.” Goodfellow lantas menggenggam tangan Gray. “Saya Theodore Goodfellow, utusan yang dikirim oleh Countess Rebecca Green dari Migny. Kami sungguh sangat menghargai dan mengakui seluruh pencapaian Lord Alistair Gray, hingga membuat kota ini menjadi salah satu kota yang sangat disegani di dataran Harwick.”

“Tak perlu berlebihan seperti itu. Silahkan Duduk,” balas Gray sembari mempersilahkan tamunya untuk duduk.

Mereka pun sama-sama mengambil tempat duduk. “Jadi, apa yang membuat anda datang ke kota kami? Pasti utusan penting seperti anda bukan hanya ingin membeli ikan marlin dari pasar kami, kan?” Tanya Gray kepada Goodfellow sembari tersenyum simpul dan menatap tajam kearahnya.

Goodfellow tersentak akibat tatapan Gray yang terlihat sangat mengintimidasi. Dia hanya bisa terdiam sembari menelan ludahnya. Jantung Goodfellow berdegup cukup kencang. Berbanding terbalik dengan Gray yang terlihat semakin nyaman ditengah suasana yang tiba-tiba terasa berat ini.

Beberapa saat kemudian, Goodfellow pun mulai berhasil menenangkan diri. Meski masih merasa gugup, dia pun mulai berbicara.

“Se-seperti yang sudah Lord Alistair Gray ketahui, Migny sendiri terkenal akan hasil peternakan beserta turunannya. Daging domba yang kami hasilkan merupakan yang terbaik di seluruh dataran Harwick. Wol yang kami hasilkan pun tak kalah lembut …”

“Mari kita potong seluruh omong kosong ini,” potong Gray tiba-tiba. Hal tersebut kembali membuat Goodfellow tersentak kaget. “Apa yang mau kalian tawarkan demi mendapat tempat di pelabuhanku?” Sambung Gray kembali. Mata Goodfellow terbelalak mendengar ucapan Gray yang tanpa berbasa-basi seperti itu.

“E-emas, tentu saja.” Ucap Goodfellow sedikit terbata sembari menaruh emas yang dia bawa keatas meja kerja Gray. Bunyi yang cukup keras menandakan bahwa jumlah emas yang berada didalam kantung tersebut tidak main-main. Gray sedikit tersenyum melihat kantung emas tersebut, kemudian kembali menatap kepada Goodfellow. “Ini saja?”

“Kami pun menawarkan keuntungan sebesar dua puluh persen di setiap bulannya,” tambah Goodfellow. Sepertinya dia yakin penawarannya diterima oleh Gray. Dia pun tersenyum setelahnya.

Namun, yang terjadi sungguh diluar dugaan Goodfellow. Gray menghapus senyum dari mukanya seraya menatap sinis kepadanya. “Dua puluh? Bahkan Clifforge yang menjual tomat berani memberikan empat puluh lima persen keuntungan mereka kepada kami. Bawa saja emas kalian ke Awelesle!” Ucap Gray dengan nada yang lugas dan tegas.

Sontak suasana menjadi hening. Goodfellow pun terlihat sedang berpikir. Secara jarak, Migny lebih dekat dengan Awelesle. Namun, pelabuhan disana relatif lebih sepi. Ancaman bajak laut Rethers pun terus membayangi daerah pesisir timur. Jarak menuju Newchester pun lebih jauh, belum lagi dengan sistem pajak ganda yang diterapkan disana. Baik kerajaan pusat maupun pemangku Newchester ingin mengambil keuntungan secara langsung, sehingga membuat keuntungan berdagang di kota tersebut sangat sedikit.

“Mari membuat kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak,” ujar Gray memecah keheningan di ruangan ini. Goodfellow pun kembali menatap kearah Gray dan mulai menyimak. “Untuk tahun pertama, keuntungan penjualan kalian menjadi tujuh puluh persen milik kami. Di tahun berikutnya, kami hanya mengambil empat puluh persen.”

Goodfellow masih belum berbicara mendengar tawaran tersebut. Gray pun menyenderkan tubuhnya kearah kursi dan kembali berkata. “Kalau kalian tidak setuju, kalian tak perlu menerima tawaranku. Anindhita, tolong antarkan Tuan Goodfellow keluar dari Mansion ini.”

Belum sempat Anin beranjak dari tempatnya berdiri. Goodfellow pun kembali berbicara. “Baiklah kalau begitu, kami setuju dengan penawaran Lord Gray.” Mendengar ucapan dari Goodfellow, Gray pun tersenyum sembari mengangkat tangannya kepada Anin, memintanya untuk kembali ketempatnya berdiri.

“Baiklah, Tuan Goodfellow. Senang berbisnis dengan anda.” Gray pun beranjak dari tempat duduknya dan menjulurkan tangannya. Goodfellow pun ikut beranjak seraya menjabat tangan tersebut. “Semoga kerjasama ini menguntungkan kedua belah pihak.”

“Tidak mungkin kerjasama ini tidak menguntungkan,” ungkap Gray sembari tersenyum.

Entah mengapa, Goodfellow sepertinya enggan menyudahi seluruh pertemuan ini. Gerak-geriknya seakan dia ingin mengucapkan sesuatu, namun seperti tertahan. Menyadari akan hal tersebut, Gray pun bertanya kepadanya.

“Ada yang bisa kubantu lagi, Tuan Goodfellow?”

Selang beberapa lama, Goodfellow pun kembali menatap kearah Gray.

“Sebenarnya, ada satu hal lagi, Lord Gray …. Namun, ini merupakan keinginan pribadi saya,” ungkapnya sedikit ragu. “Ini tentang bisnis pribadi anda, My Lord ….”

“Mari kita bicarakan hal ini ditempat yang seharusnya, tuan Goodfellow.” Gray pun menoleh kepada Anin. “Suruh Maxime untuk menyiapkan kendaraan, kita pergi ke De Poupées.

.

.

.

De Poupées, Cheaux – Sebuah kereta kuda yang diiringi oleh dua pengawal pun masuk kedalam komplek bangunan yang cukup tertata rapi. Belum sempat mereka melewati gerbang, seorang penjaga memberhentikan kereta kuda tersebut. Sang penjaga nampak berbincang dengan pengendara pengawal yang berada di depan kereta kuda tersebut. Tak lama kereta kuda itu pun diperbolehkan masuk oleh sang penjaga. Dia pun menundukkan kepalanya ketika melihat orang yang berada didalam kereta tersebut.

“Long live, Lord Gray.”

Gray hanya melambaikan tangannya kepada penjaga. Kereta pun terus masuk kedalam komplek De Poupées, menuju bangunan utama yang tak begitu jauh dari gerbang depan. Keamanan didalam kompleks bangunan sangat diutamakan. Terlihat dengan banyaknya penjaga bersenjata lengkap dengan baju zirah berwarna emas dan memiliki logo kota Cheaux pada perisai yang berada ditangan kanan mereka.

“Ternyata Rumah Boneka yang dimiliki Lord Gray ini bukan hanya mitos,” ucap Goodfellow sembari melihat kesekeliling melalui jendela kereta. De Poupées, atau orang sekitar yang sering menyebutnya Rumah Boneka, merupakan tempat dimana Gray menjalankan bisnisnya yang sebetulnya dilarang di dataran Harwick, perdagangan manusia. Disini, para saudagar maupun bangsawan sebebas mungkin “membeli” manusia dari berbagai ras untuk kepentingan mereka. Tak hanya dijadikan sebagai budak, De Poupées pun menjual orang-orang yang sudah dilatih sebelumnya untuk dijadikan selir maupun pengawal pribadi. Gray sendiri mendapat suplai budak dari salah satu kelompok Bajak Laut Rethers. Di tempat ini pula Gray melatih dan menyimpan pasukan militernya yang terkenal di dataran Harwick itu.

Kereta yang dikendarai oleh mereka pun akhirnya sampai di depan sebuah bangunan yang tidak begitu besar, bahkan cenderung lebih kecil dari bangunan sekitar.

“Kenapa kita berhenti disini, My Lord?” Tanya Goodfellow kepada Gray.

“Kita suda tiba di gedung administrasi, Tuan Goodfellow. Disinilah tempat dimana semua transaksi terjadi. Mari kita turun terlebih dahulu,” jelas Anin kepada Goodfellow. Gray pun hanya tersenyum mengiyakan penjelasan Anin tersebut.

Mereka bertiga pun turun dari kereta kuda. Mereka langsung disuguhkan berbagai aktivitas yang cukup ramai. Terlihat lalu lalang orang-orang berpakaian mewah berjalan menggiring orang berpakaian lusuh dengan rantai. Ada pula orang yang terlihat sedang melakukan tawar-menawar dengan orang yang berada dibalik meja didepan gedung tersebut.

“Di gedung inilah seluruh kegiatan kami berawal dan berakhir. Tuan bisa membeli budak secara acak dengan menghubungi petugas yang berada di depan meja tersebut,” jelas Anin kembali sembari menunjuk meja dengan antrian beberapa orang didepannya. “Tuan juga bebas memilih budak yang tuan inginkan sesuai dengan kepentingan tuan sendiri.”

“Di kompek bangunan yang berada di utara … Herald, Tuan bisa mencari pengawal pribadi dari berbagai suku manapun di belahan dunia. Sedangkan di komplek bangunan sebelah timur … Lilith, Tuan bisa menemukan wanita penghibur yang sudah terlatih, dan pastinya merupakan wanita pilihan dari setiap ras yang ada dimanapun,” Lanjut Anin kembali.

“Begitu, ya …” ujar Goodfellow sembari mengangguk. Tak lama, seseorang nampak keluar dari gedung administrasi dan menghampiri mereka.

“Selamat datang, Lord Gray, Nona Anindhita. Ada yang bisa saya bantu?” Sapa Pria tersebut sembari menundukkan kepalanya.

“Kebetulan sekali kamu datang, Abel,” ucap Gray kepada pria yang bernama Abel tersebut. “Bisakah kamu menyuruh orang untuk menemani Tuan Goodfellow berkeliling? Pastikan juga dia mendapatkan apa yang dia inginkan dari sini,” perintah Gray selanjutnya.

“Baik, My Lord,” ucap Abel kepada Gray. Dia pun menoleh kebelakang dan memanggil seseorang. Tak lama, seorang pemuda berbaju agak lusuh pun datang menghampiri. Goodfellow pun akhirnya pergi bersama pemuda tersebut kearah timur komplek.

Gray pun kembali berbincang dengan Abel yang dia tugaskan untuk mengurus De Poupées. Gray sedikit bertanya tentang keadaan yang belakangan terjadi ditempat ini, dan juga tentang penjualan budak yang belakangan terasa semakin ramai. Baik Gray maupun orang yang berada di sekelilingnya tidak menyadari, didekat mereka terlihat sosok berjubah putih yang menutupi hingga kepalanya, yang mengendap mulai mendekati kerumunan Gray. Dia pun menggenggam sebilah pisau yang dia sembunyikan di belakang punggungnya.

Tanpa bersuara apapun, sosok berjubah putih itu pun tiba-tiba menerjang sembari menghunuskan pisau ke arah Gray. Tidak ada yang sempat bereaksi kecuali Anin yang menyadari hal tersebut. Dia lantas berteriak dan langsung bergerak menghalangi tubuh Gray.

“LORD GRAY! AWASS!!”

“AAAKKK!!!”

Tak ayal, pisau yang awalnya ditujukan kepada Gray kini terlihat menancap di perut Anin. Anin sendiri hanya bisa terbelalak. Darah segar terlihat merembes membasahi gaunnya hingga berubah merah. Semua orang yang berada disana terlihat mematung sesaat, membuat suasana tiba-tiba menjadi mencekam.

“KYAAA!!!”

“TANGKAP ORANG ITU!!”


Teriakan dari seorang wanita sontak membuat suasana hening menjadi pecah. Salah satu pengawal Gray langsung menyergap sosok berjubah putih tersebut hingga terjerembab. Anin kemudian terkulai lemas dan langsung ditangkap oleh Gray sebelum dia terjatuh keatas tanah. Gray pun bersimpuh, menjadikan lututnya sebagai alas untuk kepala Anin.

“PANGGILKAN LEVIN KEMARI! SEKARANG!!!” Perintah Gray sembari terus mendekap Anin. Wajahnya terlihat tegang. Matanya tak lepas dari Anin yang sekarang terbaring dihadapannya.

“Lord Gray … tidak apa-apa?” Tanya Anin dalam rintihan pelannya. Nafasnya terdengar tersengal.

“Berhenti berbicara, Anindhita.” Anin sedikit terbelalak saat Gray menggenggam tangannya. “Bertahanlah, Levin akan segera mengobatimu,” ujar Gray kepada Anin. Anin pun hanya tersenyum lemah dan memejamkan matanya. Nafasnya semakin terdengar berat.

Tak lama, beberapa Physician pun datang. Levin yang ditunjuk oleh Gray pun langsung memeriksa luka yang ada di perut Anin. Setelah memeriksa dengan seksama, dia pun meminta Anin untuk dibawa ke ruangannya.

“Bawa Nona Anindhita keruanganku, secepatnya,” ucap Levin kepada Physician lain yang menemaninya.

“Kau Physician terbaik di Monreia. Aku bisa mempercayakan Anin kepadamu, kan?” Ucap Gray dengan tegas kepada Levin.

“Sa-saya usahakan, My Lord.”

Anin pun akhirnya dibawa oleh para Physician menuju gedung pengobatan. Cukup lama Gray melepaskan genggaman tangannya kepada Anin sebelum akhirnya mereka benar-benar pergi. Gray pun terus melihat kearah kepergian mereka hingga hilang dari pandangannya.

Gray pun mengalihkan fokusnya kepada sosok berjubah putih yang sekarang dipegangi oleh kedua pengawalnya. Baik Gray maupun kedua pengawalnya seakan tak percaya pertahanan mereka bisa lengah hingga jatuh korban seperti ini.

“Maafkan ketidaksigapan kami, Lord Gray …” Ujar Leonard sembari memegangi sosok berjubah putih yang sekarang hanya terdiam.

“Kami siap untuk hukuman apapun, My Lord …” Sambung Gracia yang ikut memegangi sosok tersebut.

Leonard dan Gracia, dua ksatria terbaik yang dimiliki oleh Gray dan selalu mengawal tuannya kemanapun dia pergi. Leonard merupakan ksatria dari salah satu suku petarung di Freigach, yang terkenal akan kekuatan fisiknya. Sedangkan Amelia merupakan Pemanah terbaik yang berasal Dari Xingwen.



“Tak mengapa, Leonard, Gracia. Setelah ini, tingkatkan kewaspadaan kalian,” ujar Gray dingin. Tatapannya terlihat sangat tajam sehingga kedua pengawal pribadinya itu tak berani mengangkat wajah.

Fokus Gray pun kini beralih kepada sosok berjubah putih yang sekarang sudah berada dihadapannya. Sosok tersebut hanya menunduk, seperti tak berani menatap kearah Gray. Wajahnya masih tak terlihat, terhalang oleh jubah yang menutup hingga kepalanya.

“Katakan, siapa dirimu? Apa tujuanmu?” Tanya Gray tegas. Tak ada jawaban dari orang berjubah putih itu. Tak sabar, Gray pun membuka jubah yang menutupi kepala orang tersebut.

Sungguh tak disangka, ternyata sosok dibalik ternyata merupakan seorang gadis dengan tubuh mungil. Gadis berkulit eksotis yang sepertinya berasal dari daerah selatan itu hanya menundukkan kepalanya. Matanya terlihat seperti orang mati.



“Se-seorang perempuan?” Gray sendiri tak percaya dengan apa yang dia lihat. Matanya terbelalak kaget. Dia pun lantas melihat kearah kedua pengawal pribadinya yang memegangi perempuan tersebut. Dia seakan tak percaya, kedua pengawal pribadinya yang merupakan ksatria terbaik yang dia miliki bisa lengah oleh perempuan kecil ini.

“Siapa namamu?” Tanya Gray dengan dingin.

“… Si-Sisca ….” Jawab Gadis tersebut lirih.

“Kenapa kau coba membunuhku?” Tanya Gray lagi. Tak ada jawaban dari Sisca.

“Siapa yang menyuruhmu? Siapa tuanmu?” Kembali, Sisca hanya berdiam diri tak menjawab pertanyaan tersebut.

Gadis tersebut terus berdiam diri. Mulutnya seakan terkunci rapat. Gray sendiri seakan sungkan untuk melakukan kekerasan kepada wanita. Namun, lama kelamaan kesabarannya mulai habis. Sisca tetap tak menjawab siapa yang menyuruhnya melakukan hal ini. Gray pun mulai bertanya dengan nada yang cukup tinggi.

“Jawab pertanyaanku! Apa yang kau inginkan?! Kau orang suruhan, bukan?!?! Siapa tuanmu?!”

Gadis tersebut tetap tak bergeming. Namun, tiba-tiba tubuhnya bergetar. Dari mulutnya keluar bercak darah segar. Ternyata dia sedang menggigit lidahnya sendiri!

“Hentikan dia, Gracia!” Perintah Gray kepada Gracia yang sedang memegangi gadis tersebut. Gray tak ingin gadis tersebut menjadi bisa dan tak bisa memberinya informasi. Setidaknya, sampai dia menangkap otak dibalik penyerangan ini. Mendengar perintah Gray. Gracia lantas membuka mulut gadis tersebut dan langsung menahan mulutnya dengan kain.

Kesal, Gray pun akhirnya meminta kedua pengawalnya membawa gadis tersebut ke Lilith.

“Gracia, bawa dia ke Lilith, perintahkan Nadine untuk membuatnya berbicara,” perintah Gray kepada Gracia. “Baik, My Lord.” Gracia pun langsung pergi membawa gadis tersebut pergi ke Lilith.

“Leonard, periksa seluruh tempat ini bersama Abel. Pastikan tidak ada kejutan lagi untuk kali ini.”

Leonard tampak ragu untuk meninggalkan Gray. Sepertinya, dia takut terjadi sesuatu kepada tuannya. “Ba-bagaimana dengan Lord Gray? Apa tidak terlalu riskan meninggalkan Lord dalam kondisi seperti ini?”

“Aku bisa menjaga diriku sendiri.” Leonard pun mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Gray bersama Abel. Gray pun menoleh ke sekelilingnya sembari berpikir, siapa yang berani menyerang dirinya di tempat terbuka seperti ini. Sepertinya, gadis tadi merupakan orang suruhan. Terlihat dari cara menyerang gadis tersebut yang masih serampangan. Dan lagi, ekspresi ketakutan gadis tersebut setelah menusuk Anin.

Seketika pandangannya tertuju kepada pisau yang berlumuran darah Anin tergeletak ditanah. Dia pun lantas mengambil pisau tersebut.

Lambang ini?” Gumam Gray sembari menggenggam pisau tersebut. Terlihat lambang kerajaan Harwick terpatri pada pegangan pisau. Lambang yang hanya digunakan oleh pasukan kerajaan Harwick pada setiap senjata yang mereka gunakan. Hampir bisa dipastikan penyerangan ini diinisiasi oleh kerajaan pusat. “Siapa yang berani-beraninya menyerangku seperti ini?

.

.

.

Gray’s Mansion, Cheaux – Beberapa hari berlalu semenjak penyerangan di De Poupées. Baik keamanan di De Poupées maupun Mansion milik Gray semakin diperketat. Terlihat semakin banyaknya prajurit yang menjaga disekitar kediaman milik Gray ini. Dia pun memperketat akses masuk kedalam De Poupées dan sedikit mengurangi aktivitas yang ada disana.

Gray sendiri tampak dengan serius memperhatikan pisau yang digunakan oleh sang penusuk yang kini mendekam di sel bawah tanah mansion ini. Gadis yang bernama Sisca masih tetap tak bergeming. Dia sama sekali tak berbicara mengenai siapa yang menyuruh ataupun motif dia melakukan penyerangan tersebut. Hal tersebut sontak membuat terus memikirkan tentang penyerangan itu. Dia terus berpikir, memilah, siapa yang sudah mulai terang-terangan menyatakan perang kepadanya.

“Maaf mengganggu, My Lord.”

Tanpa dia sadari, Anin tiba-tiba membuka pintu ruang kerjanya. Gray sendiri terlihat kaget begitu mengetahui Anin muncul dari balik pintu.

“Masuk, Nin.”

Anin kemudian mendekat kearah meja kerja Gray. “Perempuan bernama Sisca itu masih belum mau berbicara, My Lord. Namun, kami mendapat informasi bahwa perempuan itu berasal dari Newchester.”

“Ah … begitu, ya.” Gray pun menatap kearah Anin sembari tersenyum. Sepertinya dia mulai menemui titik terang dari semua masalah ini. “Dua pekan lagi Raja Gerard mengadakan perjamuan musim dingin di Harwick. Sepertinya, aku bisa menemukan sang pelaku disana.”

Gray pun bangkit dari duduknya. “Persiapkan segala sesuatunya, Anindhita. Pekan depan kita berangkat ke Harwick.” Anin pun mengangguk mendengar perintah dari Gray. Dia pun kemudian melangkah pergi menuju pintu untuk keluar dari ruang kerja tersebut. Namun, sebelum dia sempat menutup pintu, Gray kembali memanggil.

“Beritahu Gracia dan Amelia untuk menemaniku tidur malam ini,” perintah Gray kepada Anin. Sudah cukup lama juga Gray tak menyalurkan hasrat seksualnya. Belakangan ini isi pikirannya cukup bercabang sehingga dia sendiri tak memikirkan hal tersebut.

“Baik, My Lord. Maaf belakangan ini saya tidak bisa mengurus Lord Gray dengan baik,” ucap Anin kepada Gray. Entah kenapa, wajahnya terlihat sedih.

“Tak apa, Anin. Beristirahatlah. Aku ingin kau bisa lekas pulih. Aku tak mungkin pergi ke Harwick tanpamu. Kau merupakan pelayanku yang paling baik,” tukas Gray kepada Anin.

Entah apa yang dirasakan Anin saat Gray berkata seperti itu. Dirinya merasa senang diperhatikan dan dipuji oleh tuannya. Namun, disatu sisi hatinya merasa sakit dengan ucapan terakhir dari Gray.

“Ada apa, Nin? Ada yang mau kau bicarakan lagi?” Tanya Gray saat memandang Anin yang melamun di depan pintu.

“Tak ada apa-apa, My Lord,” ucap Anin yang sudah tersadar dari lamunannya. Dia pun kembali tersenyum kepada tuannya tersebut. “Baik, saya akan memberitahu Amelia dan Gracia agar menunggu di kamar Lord Gray nanti malam.” Anin pun keluar dari ruang kerja Gray, membiarkan tuannya menyelesaikan seluruh pekerjaannya.

.

.

.

Malam pun tiba. Gray yang sudah menyelesaikan seluruh pekerjaan di hari itu pun bergegas meninggalkan ruang kerjanya. Selepas makan malam, dia lantas menuju kamar tidur, dimana telah menunggu dua pelayan spesialnya untuk menuntaskan nafsu syahwat yang sudah beberapa hari ini tak sempat dia salurkan.

“Selamat datang, Lord Gray …” sapa Gracia sembari menunduk saat Gray masuk kedalam kamarnya. Gracia yang kini hanya berbalut gaun sutra transparan berwarna ungu. Selain menjadi pengawal pribadinya, Gracia kerap kali menjadi salah satu pelampiasan nafsu Gray. Kulit khas Xingwen yang dipadu dengan payudara dan pantat yang kencang sungguh menggoda lelaki manapun yang melihat. Tubuhnya yang sedikit berotot malahan menambah aura seksi yang terpancar dari tubuhnya.



“Kami sudah menunggu, My Lord …” ucap Amel yang ikut menundukkan kepala. Amel sendiri memiliki badan yang lebih berisi daripada Gracia. Terlihat tubuh sintalnya itu menerawang dari balik gaun sutra transparan berwarna putih yang dia gunakan. Amel merupakan salah satu pelayan spesial yang dimiliki oleh Gray. Gadis yang berasal dari Waruni tersebut dia beli berbarengan dengan Anin di Devata.

Gray pun hanya tersenyum melihat keseksian dua pelayan pribadinya tersebut. Dia lantas mendekat kearah Gracia, yang sepertinya akan dia setubuhi terlebih dahulu.

“Angkat kepalamu, Gre ….”

Gracia pun mendongak, menatap kearah Gray yang kini berada dihadapannya. Gracia tersipu saat Gray memanggil nama panggilan kesayangannya itu. Dia pun tersenyum malu memandang kearah Gray, sebelum menutup mata saat bibir seksinya dikecup oleh tuannya.

“Cuupphh ….”

Gray pun mengecup bibir Gracia dengan lembut. Gracia pun sama, dia membalas perlakuan tuannya dengan ciuman yang penuh kasih. Gracia semakin menikmati percumbuan tersebut, saat tangan kanan Gray membelai pipinya dengan lembut.

Semakin lama, ciuman yang dilakukan oleh kedua terlihat semakin intens. Lenguhan-lenguhan kecil mulai keluar dari mulut Gracia. Dia terlihat menikmati seluruh ciuman maupun hisapan bibir dari tuannya itu. Lidah Gray kini mulai masuk kedalam mulut Gracia. Lidah mereka kini saling bertaut, saling bertukar saliva dengan penuh nafsu.

Puas menikmati bibir Gracia, Gray pun melepas cumbuannya. Dia pun melirik Amel yang sepertinya sudah ikut bernafsu melihat percumbuan tuan beserta rekannya itu. Gray langsung menuntun Amel untuk mendekat kearahnya, dan langsung mencium bibir pengawalnya itu.

Baik Gray maupun Amel langsung mencium bibir pasangannya dengan ganas. Saat Gray melumat bibir bawah Amel, Amel langsung melumat bibir atas Gray. Begitu pun sebaliknya.

Gracia sendiri tak tinggal diam. Dia mulai menggerayangi leher Gray dengan ciuman maupun hisapan bibirnya. Tangannya pun kini mulai melucuti pakaian yang digunakan oleh Gray. Ciuman Gracia pun semakin turun saat atasan yang digunakan Gray sudah jatuh kelantai. Ciuman Gracia terus turun menyusuri leher, dada, hingga kini dia mulai menjilati puting Gray.

“Nngghh ….”

Gray pun melenguh, menahan rasa geli akibat jilatan tersebut. Semakin dikuasai nafsu, dia mulai meremasi payudara Amelia sembari terus mencumbu bibirnya. Amelia yang kaget lantas memegang tangan Gray. Dia seperti mencoba menahan kenikmatan yang mulai menjalar keseluruh tubuhnya akibat remasan di salah satu titik sensitifnya itu. Dia sendiri mencoba untuk tetap fokus meladeni pagutan bibir tuannya. Meski tubuhnya sudah mulai menggelinjang.

“Cllppkk … mmhhmmpp … cupphh ….”

Gray mulai melucuti gaun transparan yang digunakan oleh Amel hingga kini tubuhnya telanjang bulat. Kedua puting berwarna coklat terang kini terpampang jelas dan semakin menggoda nafsu Gray. Sambil terus meremas, sesekali dia pilin dan cubit puting yang sudah mengeras itu.

Dibawah, Gracia sudah melucuti seluruh bawahan yang digunakan Gray. Penis yang mengacung tegak pun terpampang dihadapan Gracia yang langsung dia genggam. Dijilatinya batang berurat milik tuannya dengan telaten hingga seluruh permukaan penis Gray basah dan licin. Perlahan, dia mulai mengocok penis tersebut, membuat pinggul tuannya bergelinjang.

“Mmhhh ….”

“Aaahh, sshhh, My Lord ….”

Kuluman tiba-tiba dari Gracia sontak membuat Gray mendesah dan melepaskan ciumannya dari Amel. Gray pun meremas kencang payudara Amelia yang berada dalam genggamannya, membuat Amelia mendesah keenakan.

Gracia pun terus mengulum penis Gray. Kepalanya bergerak maju mundur, membuat mulut Gracia seakan mengocok penis tersebut. Semakin lama mengulum, semakin dalam pula bagian penis Gray yang berhasil masuk kedalam mulutnya. Beberapa kali terlihat Gracia menahan penis Gray yang sudah hampir masuk seluruhnya, memberikan deepthroat hingga liurnya merembes dari sela bibir.

Tangan kiri Gray menjambak rambut Gracia, sedangkan tangan kanannya mulai menelusup ke sela-sela selangkangan Amel, mencoba menjamah bibir vaginanya. Amel lantas sedikit mengangkang, membuat Gray dengan mudah memasukkan kedua jarinya kedalam vagina tersebut.

Gray pun kembali mencumbu bibir Amelia yang kini memegangi bahu Gray. Lenguhan terdengar dari sela-sela decak ludah, keluar dari mulut Gray yang penisnya sedang dikulum Gracia, dan mulut Amel yang vaginanya sedang dikocok oleh Gray. Gracia pun mulai menggosok vaginanya sendiri, dengan sesekali meremasi payudara saat mulutnya sibuk mengocok penis Gray.

Gray yang menginginkan kenikmatan lebih lantas menahan kuluman Gracia, serta menghentikan cumbuannya kepada Amel. DIa pun menarik tubuh Gracia dan mendorongnya hingga terbaring diatas ranjang. Gray pun ikut naik keatas ranjang dan mulai menindih tubuh Gracia. Perlahan, dia arahkan kepala penis dan menempelkannya ke bibir vagina Gracia.

“Aahh My Lord, mmmhhhpp ….”

Seketika Gracia mendesah saat penis Gray melesak masuk kedalam vaginanya. Namun desahan tersebut tertahan akibat Gray kembali mencumbu bibirnya. Tangan Gracia menggenggam lengan Gray kuat. Dia terlihat menikmati pijatan dari dinding vagina Gracia, membuat semakin tak sabar memompakan penisnya.

Gray pun mulai menggerakan pinggulnya, menggenjot vagina Gracia dengan tempo sedang. Ditariknya gaun transparan yang digunakan Gracia turun, membuat payudaranya yang kencang kini berguncang dengan bebas. Payudara tersebut tak luput dari remasan Gray. Cumbuannya pun semakin turun, dan kini menyasar puting Gracia.

“Aaahh … uuhhh … Mhyy Lhhoorddnngghh ….”

Pompaan penis Gray yang konstan dan dalam membuat Gracia semakin dekat menuju orgasmenya. Belum lagi remasan dan jilatan terhadap puting dan payudaranya itu. Vaginanya kemudian berkedut, seiring semakin dekatnya orgasme. Pijatan dari dinding vagina tersebut membuat Gray reflek mendongak keenakan sembari mendesah.

“Aaahh … Greee ….”

Belum lama mulutnya terbebas, Amel langsung menyasar mulut tuannya itu. Mereka kembali bercumbu dengan penuh nafsu. Pinggul Gray pun tak henti menusukan penisnya kedalam vagina Gracia. Tak lama, Gracia pun melenguh kencang ditengah pompaan Gray.

“NNGGHHH!!”

Gracia orgasme. Pinggangnya terlihat sedikit mengangkat. Vaginanya terasa menyemprotkan cairan hangat yang membuat Gray ikut merasakan kenikmatan akibat orgasme tersebut. Gray lantas menghentikan genjotannya, membiarkan Gracia meresapi orgasme tersebut. Tak lama, Gray mencabut penisnya dari dalam vagina Gracia, terlihat cairan bening meleleh dari vagina gadis tersebut.

Gray pun merebahkan diri disamping Gracia dan melirik kearah Amel. Seakan mengerti, Amelia langsung menjilati penis tersebut. Penis yang masih mengacung tegak itu dia jilati hingga menuju testis. Gray pun hingga memejamkan matanya menikmati jilatan tersebut.

“Ngghh … Nikmat sekali, Mel ….”

Amel tersenyum mendengar pujian dari tuannya itu. Dia kemudian mengulum kepala penis Gray. Dikulumnya dan dihisap penis tersebut hingga benar-benar basah. Rembesan liur terlihat meleleh dari bibir Amel menuju batang kemaluan Gray. Tak lama, dia mulai melumat penis tersebut lebih dalam, kemudian dikocoknya penis tersebut dengan mulutnya beberapa saat.

“Mmhh … mmhpp … mmppuaahh ….” Amel pun melepaskan kulumannya dan langsung mengocok penis tuannya yang basah. Vaginanya sudah terasa gatal dan ingin segera digaruk oleh penis tuannya yang kekar itu. Amel pun menatap kearah Gray sembari menggigit bibir bawahnya.

“Boleh saya masukkan, My Lord?” Tanya Amel sedikit mendesah. Gray hanya tersenyum dan mengangguk, membuat Amel seketika menjadi sumringah. Dia pun merangkak naik keatas tubuh tuannya, duduk diatas selangkangan milik Gray.

Amel lantas mengarahkan penis Gray untuk masuk kedalam vaginanya. Dia terlihat meresapi kenikmatan setiap gesekan antara kedua kulit kelamin saat penis Gray mulai melesak masuk hingga terbenam seluruhnya. Matanya terlihat mengerjap, mulutnya menganga tanpa suara. Tanpa menunggu lama, Amel pun menggoyangkan pinggulnya, memompa penis keras Gray didalam vaginanya.

“Aaahh … ssshh ….”

Goyangan pinggul Amel semakin lama terasa semakin cepat. Matanya menatap Gray dengan penuh nafsu. Gerakan yang awalnya naik-turun, kini berubah menjadi maju-mundur, dan terkadang Amelia memutarkan pinggulnya. Hal tersebut sukses membuat Gray semakin keenakan. Sama halnya dengan Amel, yang sepertinya semakin dekat menuju orgasme.

My Lord ….”

Gracia yang berada disamping tiba-tiba menarik wajah Gray hingga menatap kearahnya. Gracia langsung melumat bibir tuannya dengan penuh nafsu. Diantara pelayan spesialnya, hanya Gracia yang berani berinisiatif memulai percumbuan. Dia pun menarik kedua tangan Gray kearah payudara dan Vaginanya. Gray sendiri cukup menikmati kebinalan Gracia dan mengikuti kemauan pelayannya itu.

“Aahhh … aaahhh sshh … nngghhh ….”

Disaat bersamaan, lenguhan dan desahan terus menyertai goyangan pinggul Amel. Kedua tangannya kini bertumpu keatas dada Gray. Semakin lama, genjotan Amel semakin tak beraturan. Hingga akhirnya Amel menekan pinggulnya dalam-dalam. Dia melenguh kencang sembari mendongak, pertanda orgasmenya telah tiba. Wajah penuh kenikmatan samar terlihat dibalik rambut hitamnya yang acak-acakan.

Kontraksi dari dinding vagina Amel seakan memberikan pijatan kepada penis Gray yang masih tertancap divaginanya. Gray yang sudah mulai gatal dan ingin orgasme langsung mengangkat tubuh Amelia yang masih lemas akibat orgasme dan membaringkannya diatas ranjang. Dia pun mengarahkan Gracia untuk merangkak diatas tubuh Amelia, seraya memposisikan penisnya tepat dihadapan bibir vagina Gracia.

“Uuhhh, My Lord ….”

Gracia melenguh ketika penis Gray kembali masuk menjejali rongga vaginanya dari belakang. Sambil memegangi pinggul Gracia, Gray langsung memompakan penisknya dengan tempo yang sangat cepat. Bunyi tumbukan antara pantat Gracia yang sintal dengan selangkangan Gray terdengar cukup nyaring. Gray sepertinya sudah ingin mencapai puncak kenikmatannya.

Gracia yang dikuasai nafsu malah mencumbu bibir Amel yang berada dibawah tubuhnya. Amel pun membalas cumbuan tersebut dengan tak kalah liar. Tangannya kini mulai meremasi payudara Gracia yang berguncang hebat akibat sodokan penis Gray. Dirangsang dari berbagai arah seperti itu, Gracia pun tak tahan lagi. Dirinya kembali orgasme. Sikutnya yang sedari tadi menopang tubuh atasnya tak kuasa menahan lagi. Tubuhnya ambruk menindih Amelia yang berada dibawahnya.

Penis Gray pun terlepas dari vagina Gracia. Rembesan cairan bening terlihat keluar dari vagina yang merekah itu. Gray yang masih ingin mengejar orgasme lantas mengarahkan penisnya untuk kearah vagina Amel yang ternyata sudah kembali basah.

“Aaahhh ….”

Desahan Amel langsung mengiringi saat Gray memompakan penisnya dengan cepat. Sambil memegangi paha Amel, Gray tusukan penisnya tanpa ampun. Amelia hanya bisa pasrah sembari menikmati genjotan yang sangat cepat itu, sembari terus mendesah. Tak ada yang mampu dia lakukan karena tubuhnya ditindih oleh Gracia yang masih terkulai lemas.

Terasa sperma sudah mulai terkumpul di ujung kepala penis Gray. Keringat pun mengalir deras membasahi tubuhnya. Gray semakin memperdalam sodokannya, menghentakan penisnya dalam sebelum akhirnya mencabut penis tersebut. Amelia dan Gracia yang mengerti tuannya akan berejakulasi langsung memutar badan.

“GGHH!!”

Gray pun berejakulasi tepat dihadapan wajah kedua gadis tersebut. Sperma yang keluar deras dari penis Gray kini berceceran diantara wajah Gracia dan Amelia. Setelah beberapa tembakan, kedua gadis itu mulai menjilati dan mengulum penis Gray.

“Aaahh … Sshhh ….”

Gray mendesis penuh kenikmatan saat penisnya dikulum dan dijilati. Pinggulnya menggelinjang, menahan kegelian akibat penisnya yang masih sensitif terus dimainkan oleh mereka berdua. Selepas membersihkan penis Gray, kedua gadis itu pun saling menyeka wajah, kemudian menjilati sperma yang berada di jari mereka hingga bersih. Mereka pun kembali bercumbu, saling membagikan sperma Gray yang berada di mulut mereka

Gray yang puas akan orgasmenya langsung merebahkan diri diatas ranjang. Dia tersenyum melihat kedua pengawalnya beradu nafsu seperti itu. Tak lama, Gray pun memberikan gestur tangan agar mereka berdua berhenti. Dia pun menyuruh kedua pelayan pribadinya untuk pergi meninggalkan kamarnya.

Meninggalkan Gray yang tak lama akhirnya dapat tertidur dengan lebih nyenyak.

.

.

.

tbc
 
Akhirnya, yang ini juga bisa update.
semoga bisa terhibur dengan updatean kali ini, kakak-kakak semua.
semoga tidak kepanjangan juga updatenya, maaf juga kalo muncul nama-nama asing yang sebetulnya nggak akan banyak disinggung kedepannya.

feel free to comment, penjelasan tentang pelayan spesial mungkin akan dibahas di eps selanjutnya.

Oh iya, makasih juga buat @BlueTitan yang mau nyariin beberapa mulustrasi buat cerita ini.

sekali lagi, terima kasih banyak.
 
Terakhir diubah:
Wahh wajib dipantau nih
Genre action plus Slaves mancer
Karna ini genre fantasi semoga ada sihir-sihir nya :pandajahat:
Jangan lama-lama updatenya suhu
SEMANGAT :kpenuh:
 
widih udah update nih, duh giliran saya lagi wkwkwk

enak bgt jadi al, cewe banyak duit banyak
 
Akhirnya update lagi hehe

Baru part 2 loh ini, anin nya udah mau mati aja, kasian wkwkw
 
Update yg sangat mengamelkan crooooot
amel doang nih, kak?
ehehe'
Mantab hu....suwun
sama-sama, kak.
semoga berkenan sama ceritanya, dan terhibur juga.
Wahh wajib dipantau nih
Genre action plus Slaves mancer
Karna ini genre fantasi semoga ada sihir-sihir nya :pandajahat:
Jangan lama-lama updatenya suhu
SEMANGAT :kpenuh:
semoga betah kak nongkrong disini, kak.
kalo masalah update, aku nungguin cerita yang sebelah update.

ayo semangatin (desak) juga author yang satu lagi,
ehehe'
widih udah update nih, duh giliran saya lagi wkwkwk

enak bgt jadi al, cewe banyak duit banyak
yuk bisa yuk, kak.

enak banget jadi red, dapet jesslyn yang mau diapain aja.
ehehe'
Ajibbb
Cepet sembuh Nin
Makasih apdetnya hu
makasih doanya, kak.
semoga anin cepet fit lagi, biar ada adegannya juga.
ehehe'
Akhirnya update lagi hehe

Baru part 2 loh ini, anin nya udah mau mati aja, kasian wkwkw
tidak, dong ....
masa heroine utama mau dimatiin cepet.
ehehe'
 
Grey pun terbang ke alam mimpi, dan tak diketahuinya disudut mati ruangan itu ada siluet yg tak jelas jenis kelaminnya, tersenyum dan meninggalkan jejak kentutnya, menghilang seperti fatamorgana
 
:mantap::mantap::mantap:
ijin nongkrong hu



salamsehatsuksesnlancarjayaselalu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd