Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY mozaik seks ibuku (kisah panas di tempat kerja)

haryhidayat99

Semprot Lover
Daftar
18 Aug 2015
Post
293
Like diterima
3.693
Bimabet
POV DIMAS

“TOK TOK TOK TOK TOK”

“le ayo bangun le, sudah siang ini”

“TOK TOK TOK TOK TOK”

“cklek” suara pintu kamarku terbuka, sesosok wanita berjilbab lebar masuk ke kamarku yang gelap gulita sambil membawa sapu.

“kamu jam segini masih tidur”

Ya itu adalah suara ibuku, wanita yang telah melahirkanku 21 tahun yang lalu. Dia adalah wanita sabar dan lembut hati yang selalu menyayangi keluarganya. Ibuku pun membuka gorden jendela kamar tidurku, membiarkan sinar matahari masuk ke dalam kamarku. Aku yang sebenarnya masih terlelap tidur pun, mau tidak mau harus membuka mata. Kulihat ibuku kini menyapu lantai kamarku sambil tetap mengomeliku, aku yang masih belum sadar sepenuhnya pun tidak mendengar jelas, namun yang pasti aku sedang diomeli.

“lihat itu lho, teman temanmu udah kerja, kamu mbok cari cari kerja, jangan males malesan terus”

Ya, beginilah keseharianku tiap pagi. Aku yang sudah lulus dari SMA sejak 3 tahun silam, hingga kini tidak jelas peruntungannya. Dulu aku pernah mencoba untuk mendaftar kuliah di perguruan tinggi. Namun karena persaingan ketat, dan kemampuan akademikku yang juga pas pasan, aku gagal merasakan bangku kuliah. Setelah itu karena tidak ada kesibukan, aku pun pernah mencoba bekerja di coffe shop yang sedang menjamur di kota kelahiranku.
Namun entah tidak cocok atau apa, aku hanya bertahan selama 1 bulan di sana. Setelah itu aku memilih keluar dari pekerjaanku yang sebenarnya kudapatkan dari temanku itu. Sejak saat itu hingga hari ini, kuhabiskan hari hari ku hanya dengan bermalas malasan dan bermain game di smartphone ku.

Oiya sebelumnya perkenalkan namaku dimas, nama lengkapnya siapa kalian tidak perlu tahu. Aku adalah anak dari pasangan suami istri yang hidup di sebuah rumah sederhana di kampung kecil di kota yang ada di pinggir sungai bengawan solo. Ibuku sendiri bernama rahmawati, ibuku berusia 42 tahun, sehari hari sebagai seorang ibu rumah tangga. Kesibukannya mengurusi rumah beserta seluruh penghuninya. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku, kedua adik laki lakiku serta kakek, ayah dari ibuku.

Ayahku bernama ridwan, pekerjaannya sebagai karyawan pabrik minuman instan ale ale. Pekerjaan yang sudah digelutinya sejak muda untuk menghidupi kami semua. Sebagai tulang punggung keluarga, penghasilan ayahku sebagai kerayawan sangat pas pasan, bahkan tidak jarang harus berhutang jika ada keperluan yang tidak terduga. Ibuku dulu pernah mencoba membantu perekonomian keluarga dengan berjualan makanan di rumah, namun mungkin belum rejeki atau bagaimana akhirnya usaha ibuku pun tutup karena tidak berkembang.

Sementara itu aku mempunyai 2 adik laki laki yang bernama reza dan andika, yang masing masing berumur 14 dan 9 tahun, jarak kelahiranku dan adik adikku memang berjauhan. Reza sekarang duduk di kelas 7 SMP sedangkan andika duduk di kelas 3 SD. Selain itu juga ada kakekku, ayah dari ibu yang tinggal bersama kami. Jadilah kami ber enam tinggal di rumah sederhana kami ini.

Kembali ke ceritaku, pagi ini setelah dibangunkan paksa oleh ibuku akupun beranjak keluar kamar. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.35, sudah siang memang bukan waktu normal orang masih tertidur. Namun bagaimana lagi, aku yang tidak punya pekerjaan menghabiskan waktu dengan bermain game PUBG di hape smartphone ku. Dan jika sudah bermain game pasti sampai lupa waktu, dan bisa sampai larut malam. Entah karena insomnia atau apa aku tidak tahu, aku baru bisa tidur menjelang subuh dan baru bangun menjelang tengah hari.

Hari ini seperti hari hari biasanya, di rumah hanya ada aku, ibuku dan kakek. Ayahku pasti sudah berangkat kerja jam 7 tadi pagi dan baru pulang nanti sore menjelang magrib. Sementara kedua adikku juga pasti sedang bersekolah, sampai nanti siang. Sementara ibuku sibuk dengan pekerjaan rumah, kakekku pasti sibuk dengan pekerjaan servis elektroniknya. Kakekku memang pandai untuk membongkar dan memperbaiki alat elektronik yang rusak, bahkan sering menerima pekerjaan jas servis elektronik dari tetangga sekitar.

Sementara aku, setelah bangun tidur tanpa tujuan yang jelas hanya kuhabiskan untuk bermian hape atau menonton siaran televisi. Seperti siang ini setelah mandi dan sarapan sekaligus makan siang, aku hanya duduk termenung di teras rumah melihat orang lalu lalang dengan kesibukannya masing masing.

Di siang hari yang terik itu, ibuku yang sedang menyiapkan makan siang di dapur, mendapat panggilan telpon dari nomor telpon rumah yang tidak dikenal. Ibuku berteriak memanggil ku yang tenag duduk duduk santai, setelah menjawab panggilan telpon tadi.

“dimmmmm….dimassssss.. kamu dimana nak?” teriak ibuku dengan suara gemetar

“iya bu, dimas di teras” jawabku sambil berjalan masuk rumah begitu mendengar suara teriakan ibu.

“ayo nak, anter ibu ke rumah sakit” kata ibuku sambil sibuk mematikan kompor.

“ada apa bu?” aku yang mendengar kata rumah sakitpun jadi ikut khawatir.

“ini tadi ditelpon dari kantor pabrik bapakmu, katanya bapakmu kecelakaan. Nah ini bapak mu lagi di rumah sakit”

Aku yang mendengar bapakku kecelakaan menjadi ikut cemas. Sementara kakekku juga membereskan alat alat elektroniknya.

“wis kamu anter ibukmu ke rumah sakit, biar simbah yang jaga rumah sama nunggu adik asikmu pulang nanti” kata simbah

“iya pak, nanti kalo makan itu sayur sama telur dadarnya udah siap, tinggal nunggu nasinya mateng” jawab ibuku

“wis itu gampang, kalian siap siap berangkat aja sekarang biar gak kesiangan”

Aku pun segera masuk ke kamarku untuk memakai celana panjang jeans ku dan jaket, sementara ibu juga berganti gamis dan memakai jilbab lebar yang biasa dipakai keluar rumah.


BEBERAPA JAM KEMUDIAN

Aku dan ibuku sedang duduk di luar operasi, menunggu bapakku yang terjatuh saat bekerja sehingga mengalami patah tulang kaki. Saat ini sedang dilakukan operasi untuk menyambung tulang bapakku yang patah. Selain itu bersama kami, juga ada beberapa orang perwakilan dari pabrik tempat bapakku bekerja, mereka juga ikut menunggui proses operasi bapakku dan juga sebagai bentuk dukungn kepada kami keluarganya. Seorang wanita setengah baya dan laki laki yang masih muda dari bagian personalia, dan seorang bapak bapak dari bagian bapakku bekerja.

Cukup lama operasi yang dimulai jam 12.30 tadi hingga kini sudah jam 14.00 belum selesai. Aku sudah menghabiskan nasi kotak yang dibelikan oleh orang orang dari pabrik bapakku karena lapar menunggu begitu lama, sementara ibuku bahkan tidak menyentuh nasinya sama sekali. Kulihat matanya merah sembab karena semenjak tadi terus menangis mengkhawatirkan bapakku. Wanita dari bagian personalia tadi tampak terus menguatkan ibuku sambil tangannya merangkul ibu, sementara bapak bapak dan laki laki muda tadi sedang berbicang satu sama lain, sambil sesekali menjawab pesan whatsapp atau menerima panggilan telepon yang masuk.

Sementara aku hanya duduk diam, tidak tahu harus apa.ketika aku hendak mengeluarkan hape ku untuk mencoba bermain game, nampak seorang laki laki berjalan dari kejauhan menuju depan ruang opersi tempat kami berada. Orang orang dari pabrik bapak yang juga menyadari ada seorang laki laki setengah baya keturunan tionghoa dengan penampilannya yang sederhana namun rapi dipadu dengan fisiknya yang masih tegap berjalan dengah penuh wibawa itu, segera menyambut kedatangannya.

Mereka berdiri sejajar bersiap menyalami laki laki asing yang baru datang itu, dan nampak berbicara serius sambil sesekali melihat ke arah aku dan ibuku tengah duduk. Sesaat kemudian dengan sopan, lelaki itu mencoba menyapa aku dan ibuku. Akupun mengurungkan niatku bermain game

“permisi ibu, maaf sebelumnya perkenalkan saya tantowi, kebetulan saya adalah pimpinan sekaligus pemilik pabrik tempatpak ridwan bekerja.” Sambil mencoba mengulurkan tangan bergantian menyalami kami.

Aku yang menyadari bahwa lelaki tionghoa itu adalah bos bapakku pun, segera menyambut uluran tangannya sambil bergumam dalam hati. “pantas orang orang tadi nampak hormat sekali dengan laki laki ini.”

Sementara ibuku membalas nya dengan mengatupkan tangan di depan dada, menghindari bersentuhan langsung dengan lelaki tionghoa itu.

“saya turut prihatin, atas kemalangan yang menimpa pak ridwan, sangat disayangkan salah satu pak ridwan yang merupakan salah satu karyawan teladan di tempat kami harus mengalami kejdian yang tidak diharapakan sama sekali ini.”

“terima kasih pak” jawab ibuku singkat sambil terus menahan air mata.

“ibu jangan khawatir, soal administrasi rumah sakit akan diselesaikan oleh orang orang dari pabrik kami. Biu cukup fokus saja pada operasi yang sedang dijalani pak ridawan.”

Belum sempat ibuku menjawan, tiba tiba pintu ruang operasi terbuka dan terlihat ayahku dibawa dengan ranjang dorong oleh sepasang perawat dalam keadaan yang masih belum sadar. Bersamaan itu juga nampak serorang dokter yang memakai jas putih ikut menyertai di belakang. Kamipun segera mengahmpiri nya.

“operasi pak ridwan sudah selesai, sekarang tinggal menunggu sadar saja, sambil dilakukan observasi” kata dokter itu menyampaikan kondisi bapakku.

“sekrang pak ridwan akan kami pindahkan ke ruang rawat inap, mari ikut kami”

Tanpa banyak bicara aku, ibu dan orang orang dari pabrik bapak mengikuti ranjang dorong tempat bapakku berbaring didorong menyusuri lorong rumah sakit. Ibu nampak berjalan membarengi di samping ranjang sambil memegangi bapakku, sementara kami yang lain mengikuti dari belakang.

Sampailah kami di paviliun ruang perawatan yang terletak dilantai 2 rumah sakit, setelah menaiki lift untuk naik ke atas. Tidak seperti bangsal perawatan kelas 3 yang berisi pasien pasien pengguna kartu jaminan kesehatan, ruangan rawt inap bapakku hanya berisi satu ranjang yang berarti hanyak bapakku saja pasien yang dirawat disitu. Belum lagi fasilitas seperti ac, kulkas beserta televisi led layar datar. Selain itu juga terdapat sofa besa yang besar dan nampak empuk dan juga ranjang kecil yang mungkin untuk penunggu pasien.

Baru kali ini aku masuk di ruang perawatan rumah sakit dengan fasilitas layaknya sebuah hotel itu, yang ternyata baru kuketahui memiliki kelas VIP. Akupun bersyukur ternyata tempat bapakku bekerja sangat memperhatikan para pekerjanya.

2 MINGGU SETELAH KECELAKAAN BAPAK.

Malam ini, sudah 2 hari bapak pulang ke rumah, setelah hampir selama 12 hari di rawat di rumah sakit paska operasi tulang kaki yang harus dijalani. Kini kondisi bapak sudah jauh lebih baik meskipun belum bisa berjalan karena masih menunggu pemulihan. Selain itu juga bapak masih harus control seminggu sekali ke rumah sakit untuk memantau kondisi kakinya setelah dioperasi.

Karena kondisi bapak yang belum bisa pergi kemana mana, praktis beberapa tugas yang biasa dilakukan dilimpahkan ke aku, seperti pagi pagi harus mengantar kedua adikku ke sekolah dengan motor atau sekedar keluar membelikan barang kebutuhan rumah. Aku yang tidak punya kesibukan apa apa pun tidak masalah menerima tugas tugas itu, hanya saja membuat waktu main game ku sedikit terganggu.

Sementara itu kami masih sering didatangi beberpa tetangga kampung maupun sanak saudara dekat maupun jauh yang datang ke rumah, karena belum sempat menengok keadaan bapak di rumah sakit, adalah hal lumrah yang biasa dilakukan di lingkungan tampatku tinggal. Ibukku biasa menemui tamu tamu yang datang atau bergantian dengan kakekku jika sedang sibuk di dapur atau sedang mengurusi bapakku.

Hari sudah larut, kakek dan adik adikku sudah tertidur di kamar, aku hanya duduk di atas karpet depan televisi ruang tengah sambil memakan camilan maupun buah buahan suguhan tamu, yang dibawa oleh orang orang yang menjenguk bapak. Sementara itu ibuku nampak masih nampak berbicang bincang dengan bapak sambil membersihkan badan bapak, dengan kondisi pintu kamar yang terbuka.

Aku pun secara tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka.

“gimana bu tadi?” Tanya bapakku

“gimana apanya pak?” jawab ibu

Bapak : “yang itu tadi, tawaran dari pak tantowi”

Ibu : “belum tau lah pak, pokoknya sekarang yang penting bapak sembuh dulu, soal itu nanti dipikir belakang saja.”

Bapak : “tapi kan pak tantowi tadi nunggu jawaban dari kita segera, apalagi tadi tawarannya kan lumayan”

Ibu : “iya sih pak, tapi kan bapak juga masih nerima gaji dari pabrik selama gak masuk kerja ini kan.”

Bapak : “bener bu, tapi kan cuma gaji pokok , gak ada tunjangan sama uang lembur, mana cukup untuk nutup kebutuhan rumah. Belum lagi pasti buat ini itunya bapak juga”

Ibu :”ya dicukup cukupin pak, gimana caranya”

Bapak :”lagian kan kerjanya enak Cuma bantu bantu di rumah pak tantowi aja, itupun gak lama sampe bapak sembuh aja”

Ibu :”iya pak, tapi bapak kan juga tahu ibu kurang sreg kalo disuruh kerja ikut orang, apalagi sama orang orang kaya pak tantowi ”

Bapak :”kaya pak tantowi? Maksudnya orang orang tionghoa gitu bu?”

Ibu :”ya itu pak, apalagi”

Bapak :”memangnya kenapa sih bu? Mereka kan baik baik keluarganya”

Ibu :”baik sih baik pak, ya ibu takut aja, disana disuruh kerja yang gak gak.”

Bapak :”gak gak maksudnya gimana?”

Ibu :“ya ibu gak mau kalo kaya disuruh bersihin anjingnya atao disuruh masak babi, kan gak boleh pak itu.”

Bapak :”ya gak mungkin to bu, mereka juga sudah paham, nanti kan juga bisa diomongkan juga sekiranya ada yang ibu keberatan. Toh ini kan sebenarnya mereka sifatnya nolong kita aja, biar ada tambahan penghasilan sementara bapak gak kerja.”

Ibu :”iya deh pak ibu mau, tapi bapak yang ngomong ya.”

Bapak :”nah gitu dong bu, nanti kalo memang ibu gak sreg ato ada apa ya tinggal bilang aja ke bapak, nanti bapak bantuin ngomong.”

Ibu :”bener ya pak, trus nanti bapak di rumah bisa ngapain ngapain sendiri?”

Bapak:”ya ndak sendiri to, kan ada dimas juga di rumah, simbah juga ada. Wis to kamu ndak usah khawatir.biar besok bapak bilang ke mereka kapan ibu bisa mulai kerja”

Ibu :”yaudah, ibu manut bapak. Udah malam pak tidur yuk.”

Bapak :”iyo bu ne.”

Ibuku pun beranjak menutup pintu kamarnya, sambil berpesan padaku. “kamu jangan malam malam tidurnya, biar besok gampang bangun subuhan sama pagi pagi kan harus nganter adik adik to?”

“iya bu, ini sudah mau tidur” jawabku sambil menutup kaleng wafer nissin yang sejak tadi kumakan sambil menonton televisi.

Akupun mematikan televisi dan segera masuk kamar berbaring di atas kasur tempat tidurku. Aku yang biasanya menyempatkan bermain game sebelum tidur entah kenapa tidak ada mood sama sekali mala mini setelah mendengar percakapan bapak ibu tadi.

Aku sebagai anak laki laki pertama merasa gagal, karena di tengah kondisi keluargaku yang seperti ini, aku masih menganggur, belum bsa mencari uang. Aku seharusnya sudah bisa membantu meringankan kondisi perekonomian keluarga, namun yang terjadi malah sebaliknya aku merasa hanya menjadi beban keluarga di usia ku yang sudah 21 tahun ini. Sementara bapak ibuku yang sudah semakin berumur justru masih harus membanting tulang untuk mencukupi nafkah keluarga.


HARI SENIN, 5 HARI KEMUDIAN (POV IBU RAHMA)

Pagi pagi ini, aku sudah harus bersiap berangkat ke rumah keluarga pak tantowi, bos dari suamiku. Sudah 4 hari ini aku mulai bekerja di sana. Anakku yang pertama yang mengantarku nanti setelah kembali dari mengantar adik adiknya ke sekolah. Akupun berdandan sebentar dan memastikan makanan untuk orang rumah sudah tersedia sambil menunggu anak pertamaku kembali.

“pak, ibu berangkat dulu ya” kataku berpamitan pada suamiku yang saat in sudah bisa duduk duduk di depan televisi.

“iya bu ati ati ya” jawab suamiku

“nanti kalo mau makan minta tolong dimas aja, itu lauk sama sayurnya udah ibu siapin” pesanku

“iya udah gampang itu.”

Terdengar suara motor matic Honda vario 125 cc di depan rumah, menandkan anakku dimas sudah kembali dari mengantar adik adiknya. Akupun segera bergegas keluar untuk berangkat diantar naik motor.

“ibu berangkat dulu pak, assalamualaikum.”

“wa’alaikummussalaam.”

Aku memakai helm hitam yang sudah disiapkan di atas kursi teras rumah, lalu tidak menunggu lama segera naik motor dibonceng anakku.

Sebenarnya jarak dari rumahku ke rumah keluarga pak tantowi tidak jauh, namun karena melewati jalan penghubung kabupaten sering ada razia polisi di pagi hari, jadi aku harus selalu memakai helm ketika berangkat kerja, toh ini juga untuk keselamtanku juga. 10 menit aku menyusuri jalanan yang ramai pagi itu sambil dibonceng anakku, hingga akhirnya aku tiba di depan rumah kelaurga pak tantowi.

Akupun segera turun dari motor, dan melepas helm ku. Kuangsurkan helm yang tadi kupakai pada anakku dimas, sambil berpesan kepadanya.

“nanti kamu di rumah aja, jangan kemana mana, kasian bapakmu di rumah”

“iya bu”

“itu sayur lodeh sama telur tahu tempe udah ada, nanti kamu nagetin lodehnya aja kalo mau makan siang. Yaudah ibu masuk dulu ya.”

Akupun berpamitan pada anakku, sambil tanganku dicium salaman.

“udah ya, assalamualaikum”

“wa’alaikummussalaam bu”

Akupun segera bergegas masuk ke dalam gerbang rumah yang besar dan mewah itu, aku masuk sambil menyapa satpam penjaga rumah. Kulihat mobil Toyota alphard yang biasa dipakai pak tantowi sudah bersiap mengantar pemiliknya itu bernagkat ke pabrik. Dari dalam rumah kulihat juga pak tantowi dan istrinya nampak bersiap pergi, namun anehnya sambil masing masing membawa koper besar. Akupun bersiap menyapa mereka yang sudah nampak buru buru pagi itu.

“selamat pagi ibu, bapak”

“eh mbak rahma, pagi mbak” jawab pak tantowi dan bu Olivia, istri pak tantowi ramah seperti biasa.

“oiya mbak gimana kabar pak ridwan?” Tanya pak tantowi menyahut.

“sudah baikan pak, ini sudah bisa duduk duduk sendiri di depan tv.”

“syukurlah kalo begitu, semoga cepat sembuh seperti semula lagi ya mbak”

“aminn bu, amiin.”

“oiya mbak, hari ini kami mau berangkat ke singapura, ada kerjaan disana sekalian sama istri saya juga da perlu. Kira kira disana semingguan.”

“baik pak.”

“nitip rumah ya mbak, sama si leon juga ya, dia diajakin ke singapura tumben gak mau padahal masih libur belum masuk sekolah.”

“iya baik pak.”

“yaudah ya mbak kami berangkat dulu, mau ngejar pesawat pagi ini.” Kata mereka sambil masuk ke dalam mobil mewah seharga 1 miliar lebih itu. Sementara barang barang bawaan di masukkan ke pintu belakang oleh sopir.

Akupun ikut mengantar kepergian mereka hingga mobil meninggalkan halaman rumah dan satpam menutup pintu gerbangnya.
Akupun segera masuk ke dalam rumah untuk melaksanakan kewajbanku.

“mas joko saya masuk dulu ya.” Sapaku pada satpam yang nampak sedikit bersantai setelah kebrangkatan bosnya tadi.

“oiya mbak.”

Setelah beberapa hari bekerja di sini, ternyata apa yang kutakutkan tidak terjadi. Selain pekerjaanku yang tidak berat hanya sekedar bersih bersih rumah, ternyata keluarga ini benar benar baik. Aku diterima seperti keluarga sendiri dan akupun juga nyaman bekerja disini. Kalaupun ada yang sedikit mengganjal adalah tentang anak semata wayang pak tantowi dan bu Olivia, yang bernama leon tadi. Sebenarnya anaknya baik tapi terkesan cenderung tertutup dan misterius, ah atau mungkin itu hanya perasaanku saja.

Mungkin dia masih belum akrab kepadaku yang baru bekerja beberapa hari disini. Terlebih anak yang baru saja naik kelas 3 SMA itu mungkin ada kesibukan lain, terbukti dari seringnya dia menghabiskan waktunya di dalam kamar. Akupun tidak terlalu memikirkan hal itu lagi dan segera memulai pekerjaanku hari ini.

Aku bersiap untuk mulai membersihkan lantai dua rumah yang besar ini. Aku mengambil peralatan dari gudang kebersihan dan membawanya menaiki tangga melingkar menuju lantai 2. Lantai ini adalah tempat ruang pribadi kelurga ini, kamar tidur pak tantowi dan bu Olivia ada di lantai ini. Begitu juga kamar leon, anak semata wayangnya juga ada dilantai ini. Jika biasanya ibu Olivia berlalu lalang di lantai ini, hari ini terasa begitu sepi karena tidak ada siapapun di rumah ini.

Hanya ada leon, yang kutebak biasanya ada di dalam kamarnya dengan pintu tertutup, kupikir si empunya kamar sedang di dalam kamar seperti biasa. Akupun mulai dengan membersihkan sofa besar coklat yang ada di tengah ruangan lantai 2 ketika tiba tiba aku melihat dari pantulan cermin besar di belakang sofa ada sesosok besar berdiri tepat di belakangku. Aku pun sempat terkejut sebelum menyadari sosok itu tidak lain anak semata wayang bos ku tadi, yang biasa kupanggil koko leon.

Baru saja aku hendak menoleh ke belakang, tiba tiba tubuhku terdorong sangat kuat sampai aku terhempas di atas sofa.

“aduhhhh…ko leon kenapa dorong saya.” Tanyaku sambil kesakitan.

Namun seketika aku bergidik ngeri melihat perangai ko leon yang dingin dan menyeramkan. Anak yang baru berumur 18 tahun itu terlihat bengis dan seakan akan dia akan memangsaku. Menyadari kondisiku yang terdesak, jantungku berdetak semakin cepat. Akupun semakin ketakutan, terlebih ketika senyum seringai ko leon semakin lebar.

“hwehwehwehewe.”

“koko mau ngapain?” tanyaku ketakutan.

Dia semakin mendekati diriku yang berada di atas sofa. Akupun mencoba menghindar, namun terhalang oleh sandaran sofa yang besar. Aku tidak bisa menghindar kemana mana lagi, kini aku bagaikan mangsa yang sudah terjerat. Tanpa banyak bicara, dia lalu menyergap tubuhku. Tangan kirinya mendorong tubuhku sedangkan tangan kanannya membungkam hidung dan mulutku. Ko leon yang mempunyai tinggi hamper 180 cm tentu bukan lawan sepadan untukku seorang wanita berumur dengan tinggi hanya sekitar 160 cm.

Tiba tiba akupun merasa pusing dan tak sadarkan diri.​
 


POV IBU RAHMA

Akupun terbangun dengan kondisi tangan terikat di belakang badanku, dan saat ini berada di atas kasur yang berada di sebuah kamar yang kukenali milik ko leon, terlihat dari poster poster anime yang menempel di dindingnya. Dengan kepala masih terasa pusing dan mata masih berkunang, kulihat ko leon menghampiri ku dengan wajah yang semakin seram.

“hwehwehwe…sudah bangun ternyata.” Kata ko leon sambil tertawa bengis.

Aku yang dalam kondisi terikat hanya bisa pasrah, ketika dia meremas dan membelai payudaraku yang masih terbungkus bh dan baju kaos yang masih kupakai.

“aku mau entotin tante rahma.” Kata ko leon dengan wajah seperti singa yang sedang menatap mangsanya.

“jangan ko, jangan. Saya sudah tua, saya jangan diapa-apain.” Ibaku kepdanya.

namun tidak ada jawaban, hanya mulutnya yang mencoba mencium bibirku. Aku emncoba menggerakkan kepalaku kekir dan kekanan, menghindari ciumannya. Tapi tentu saja hal itu sia sia, aku kalah dengan pemuda ini.

“ehmmmmmm” desahku saat ko leon meremas payudara kananku dengan kasar, yang tak ayal membuat bibirku terbuka.

Kesempatan itu tidak dia sia siakan untuk mencium bibirku, sambil tangan kanannya memegangi leherku sehingga kepala ku tidak bisa bergerak bebas lagi.

“dengar ya, tante. Percuma tante teriak, ndak ada yang bakal nolongin!” ancam ko leon, sambil tangan kananya mencekik leherku hingga aku kesakitan.

“dan jangan coba coba lapor polisi, tante tau kan siapa ayah saya?!” dia lanjut mengancamku dengan tatapan matanya yang mengerikan.

Aku hanya menggelengkan kepala. “tolong ko, jangan perkosa saya tolong. Saya ndak akan bilang siapa siapa.”

Akupun hanya bisa mengiba tak berdaya dibawah tidihan badan pemuda itu, ketika ko leon kembali melumat bibirku.

“bibir tante tebel banget, enak buat ciuman hehe” katanya sebelum kembali menempelkan bibirnya di bibirku.

Dia pun mengcupi bibirku, sambil berusaha memasukkan lidahnya ke mulutku. Akupun mencoba bertahan dengan menutup mulutku rapat rapat. Namun remasan tangan di payudaraku membuatku tak kuasa menahannya lagi.

Kali ini aku pasrah, membiarkan lidahnya masuk dalam mulutku. Tak ayal lidahku kini dibelit oleh lidah ko leon. Lama sekali bibir kami saling baradu, aku seperti di dikte oleh ko leon. Belum pernah aku bercumbu selama ini, bahkan dengan mas ridwan, suamiku, saja tidak pernah sampai seperti ini. Ko leon sangat lihat untuk memainkan lidahnya.

Remasan tangannya bergantian di kedua payudaraku juga membuat tubuhku tanpa sadar berekasi di luar kendaliku. Aku yang sudah lama tidak disentuh suamiku sejak kecelakaan yang dialaminya, membuatku hanyut dalam permainan ko leon di mulut dan dadaku. Sesaat aku melupakan segalanya dan kupejamkan mataku.

Terasa cekikan tangan ko leon di leherku mulai mengendur, dan kini tangan itu mulai merayap turun ke bawah tubuhku. Aku merasakan rok kulot panjang yang kupakai disingkapnya, udara kamar yang ber-AC itu menerpa pahaku yang kini terekspos.

“ahhhhnn….ko….hnnnnn.” lirihku, ketika telapak tangan ko leon mengusapa celana dalamku.

Kuraskan telapak tangan itu dengan lembut mengusap usap permukaan vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Aku mulai terbuai dengan perlakuannya, terasa vaginaku mulai mengeluarkan cairkan kenikmatan. Aku tak bisa berbohong lagi, ada rasa nikmat yang perlahan muncul. Namun kucoba sekuat tenaga menahan gempuran kenikamtan itu, pikirku dalam hati.

“basah nih, nikmat ya tante.” Sindir ko leon pdaku, membuat wajahku memerah.

Ko leon melepskan ciumannya, aku hanya bisa pasrah ketika ia mengubah posisiku yang masih dalam kondisi terikat ini. Aku hanya bisa mentapnya dengan pandangan sayu. Kesadaranku ingin ko leon menghentikan semua ini, tapi nafsu dalam diriku entah berkata lain. Tak bisa kupungkiri ada rasa birahi yang sudah tak tahan ingin dpuaskan.

Akupun kembali mencoba melepaskan diriku seklai lagi, sambil mengayun ayunkan kaki kea rah ko leon. Namun dengan sigap ia mencengkeram kepalaku yang berbalut jilbab.

“tante jangan kurang ajar ya, kalo masih berani melawan, saya akan siksa tante tanpa ampun.” Katanya kembali mengancam.

“tante sekarang nikmati aja permainanku, saya bakal perkosa tante dan tante juga tidak bisa nolak kan?” aku hanya bisa diam dan semakin ketakutan.

“mending tante pasrah aja, nikmati aja” kata ko leon sambil menarik jilbabku. “ngerti?”

Sambil ketakutan menahan tangis, aku pun hanya bisa menjawab “ i…iya..saya ngerti ko.”

“nah gitu dong!” balasnya sambil melepaskan cengkeramnnya di kepalaku.

Kini ko leon berlutut d hadapanku, ia menyingkap rok kulot yang kupakai lebih tinggi lagi hingga sebatas pinggulku. Sekarang nampaklah dengan jelas kedua pahaku yang berisi dan celana damalmku yang sudah basah. Kembali ko leon merangsangku dengan mengelus elus lembut pelan pahaku. Bulu remang ku berdiri karena rasa geli hinggap di kedua pahaku.

“paha tante mulus banget. Sejak liat tante beberapa hari yang lalu, aku jadi penasaran sama tubuh tante.” Ucap ko leon.

Ia lebarkan kedua kakiku secara paksa, akupun masih mencoba melawan sekuat tenaga. Namun karena sudah tidak ada tenaga, akupun hanya pasrah ketika dia mencoba mendekatkan kepalanya ke selangkanganku. Ko leon coba mengendus endus celana dalamku dan menghirup aroma yang keluar dari vaginaku.

“wangi banget tan, aku suka.” Puji ko leon

Aku selalu merawatnya, aku selalu menjaga vaginaku tetap wangi dan bersih selama ini demi mas ridwan, suamiku.

“ohhhh….kohhhhh.” erangku ketika hidungko leon menyentuh celana dalamku.

Terasa batang hidungnya menusuk masuk belahan vaginaku. Ia naik turunkan kepalanya, sehingga batang hidungnya seakan akan membelah bibir vaginaku yang masih tertutup celana dalam, hingga tercetak jelas bentu bibir vaginaku.

“kohhhh leonnnn…ahhhhh.” Aku hanya bisa mendesah.

Merasakan gelombang kenikmatan di vaginaku, membuatnya smekain banjir mengeluarkan cairan cairan kenikmatan yang lengket. Tanpa kusadari aku membayangkan bagaimana jika bersentuhan langsung sedangkan masih tertutup celana dalam saja sudah senikmat ini. Nampaknya aku malah semakin lupa diri sedang diperkosa karena rasa nikmat yang kurasa sekarang.

Berlanjut tanpa melepasnya, ia singkap celanadalamku ke samping. Sehingga kini nampaklah vaginaku yang sudah basah serta dtumbuhi jembut lembab dihadapan ko leon. Kembali dia benarkan posisiku sehingga kini aku posisiku sedikit turun dengan kaki yang mengangkang lebar. Pemuda itu terus saja menatap lubang kenikmatanku dengan penuh nafsu.

“ahhhh…kohhh jangannnnhhhh” aku terhenyak dan desahan terlepas dari mulutku ketika ko leon memasukkan jari telunjuknya ke dalam vagina ku.

“wuihhhhh, ini memek masih sempit banget.” Kata ko leon mengomentari liang peranakanku.

Kini dia memaju mundurkan jarinya dengan cepat di dalam lubang kenikmatanku. Aku mencoba terus menahan gempuran kenikmatan itu agar tidak terlihat menikmati tusukan jarinya. Aku mecoba sekuat tenaga untuk tidak mendesah.

“sudahlah, ndak usah ditahan tahan. Lepasin aja tan.”

Ternyata ko leon sadar dengan upayaku menahan desahan agar tidak keluar dari mulutku, seakan percuma aku berpura pura lagi.

“anghhhhhhhhhh” desahku kencang dari mulutku.

Dia tersenyum senang mendengar desahan nafsu nikmatku. Seakan kini diriku berhasil ditaklukkan oleh anak bos suamiku itu.

“enak kan tante? Ini baru jari lho, belum nanti kontol aku yang masuk kesini.” Kata ko leon.

Ucapannya sangat tidak sopan terutama intuk anak seusianya. Akupun mencoba tidak menaggapi ucapannya, ketika ko leon terus mengerjaiku, bahkan ketika dia tambahkan satu jari lagi masuk dalam vaginaku. Mataku mulai terpejam meresapi kenikmatan ini. Tak terasa air mataku mengalir, perasaan bersalahku pada mas ridwan menghinggapi, karena mulai menikmati pemerkosaan ini.

“hmmmm ….. apa ini” batinku bertanya ketika kurskan benda lunak basah menyentuh vaginaku.

Dan ketika kubuka mataku, terllihat lidah ko leon sedangmenjilati bibir vaginaku. Akupun semakin dibuat tidak karuan oleh perlakuan ko leon, yang tidak pernah dilakukan mas ridwan sebelumnya padaku.

“oh kooohhhh ehmmmmmmm.” Erangku ketika lidah pemuda ini menekan nekan klitorisku yang sudah mengeras. Mulutnya kini juga ikut bermain mengecupi, menyedot serta menggigit pelan klitorisku. Rasa nikmat kini semakin menguasai tubuhku. Akupun bertanya Tanya kenapa ms ridwan tidak pernah melakukannya padaku sebelumnya.

Kini aku seorang ibu dengan suami dan 3 orang anak hanya bisa mendesah desah nikmat karena jari jemari anak lelaki yang kelaur masuk di lubang peranakanku. Ditambah lagi dengan permainan lidah dan mulutnya di vaginaku membuat orgasmeku pun semakin cepat datang menghampiriku.

Tak lama kemudian, akupun merasakan gelombang orgasmeku semakin mendekat.

“kohhhh ohhhh saya keluar ahhhhhhh” aku mendesah panjang ketika orgasme ku membombardirku dengan kenikmatan yang tiada tara.

Baru kali ini, aku mendapatkan orgasme hanya dengan jari jemari dan mulut laki laki.duniaku serasa berputar merasakan puncak orgasme ini. Tubuhku begetar tidak karuan, smentara vaginaku menegluarkan cairan orgasme dengan deras hingga membasahi sela sela pantatku.

“enghhhhh…ahggg….ahhhhhh” nafasku memburu seiring dengan deru nya yang semakin berat.

“enak tan jilmeknya?” Tanya ko leon vulgar sambl terus mengusap pahaku yang mulus.

“…” namun aku hanya bisa terdiam malu.

“TANTE RAHMA!!!” bentak ko leon galak padaku.

“eh..iyahhh.” jawbku singkat

“IYA APA??? JAWAB !!!!” teriak pemuda itu menggelegar di seisi ruangan kamarnya.

“iya enak koh.” Jawabku ketakutan. Namun semua itu benar adanya.

“apanya yang enak?” lanjut ko leon bertanya kali ini dengan nada yang lembut.

“vagina tante koh, belum pernah tante dijilat jilat begitu sebelumnya.” Jawabku jujur, tidak ingin lagi dibentak olehnya.

“hahahaha, masa iyas ih tan? Oh iya ini memek namanya, coba ngomong apa namanya tan.” Perintah ko leon smabil mengusap vaginaku yang basah.

“iya, memek.” Ucapku geli.

Aku merasa malu sekali berbicara seperti itu dengan orang lain, terlebih dengan anak majikanku yang usianya baru 18 tahun ini. Aku sebenarnya sudah biasa berkata jorok dan vulgar bersama mas ridwan, ketika untuk menambah pas permainan ranjang kami. Namun kali ini terasa sama sekali berbeda.

“hahah nah gitu nyebutnya m-e-m-e-k, memek.”

Rasa bersalah menghampiriku, karena mendapat orgasme dari lalki laki lain yang bukan suamiku. Gejolak di batinku berkecamuk tidak karuan. Batinku merasa menyesal seraya kuucap maaf kepada keluargaku.




Belum selesai aku mengumpulkan tenaga setelah orgasmeku, ko leon sudah kembali menindih tubuhku lagi. Dia menyingkap kaos lebar lengan panjang yang kupakai. Lalu ia meremas kedua payudaraku yang masih tertutup oleh BH. Kemudian dia naikkan cup BH ku sehingga kini payudaraku kini terbebas tanpa dihalangi apapun.

Tangan ko leon kembali meremas remas kedua payudaraku keras keras tanpa peduli aku yang kesakitan.

“aghhhhh udah kohhhh sakitttttttttt” erangku.

“hmmmmm empuk banget tan, kenyal lagi. Tahu gini aku perkosa aja tante dari kemarin kemarin hehe.”

“sayang tante pake jilbab sama baju lebar terus, kan jadi ndak keliatan montoknya hehe” lanjutnya lagi melecehkanku.

Lalu dipilinnya putting susuku yang berwarna coklat tua itu keras keras. Ko leon hanya tertawa puas ketika melihat tubuhku mengajang kesakitan. Aku kini dalam keadaan setengah telanjang karena baju kaos dan rok kulotku sudah tersingakap menampakkan vagina dan payudaraku, sementara hanya menyisakan jilbab yang masih menutupi kepalaku.

“tante memang pantas jadi lonte hehehe.” Katanya terus melecehkanku.

Aku pun mencoba berontak kembali melawan perlakuan ko leon di payudaraku. Namun kini posisinya semakin bertambah sulit karena ko leon duduk di atas tubuhku, terlebih dengan ukuran badannya dan kondisi tangan yang terikat. Sudah tidak ada yang bisa ku lakukan saat ini.

Ko leon kini bergerak memelukku dan mengrahkan mulutnya ke payudaraku. Pentil payudaraku dicaplok dengan mulutnya lalu seperti anak bayi mengulum putting susuku yang kini semakin mengeras. Aku berusaha menolak sekuat tenaga namun tubuhku mengkhianatiku karena semua rangsangan ini. Terus saja dia mainkan puting payudaraku dengan hisapan bibir, lidah maupun gigitan gigitan lembut bibirnya.

“aughhhhhhh…mpfhhhhhhhh.” Aku mulai melenguh keenakan dan ko leon menyadari akan hal itu.

Ko leon lalu menjepit puting susuku yang lain dengan jari jarinya, kemudian ditariknya keras keras ke atas mebuat refleks tubuhku pun melengkung ke atas. Rasa sakitnya benar benar hamper tak tertahankan. Mendengar teriakanku ternyata ko leon tidak puas, kini dipelintirnya puting susuku sambil ditariknya keras keras. Sakit sekali namun ko leon nampak menikmati sekali menyiksa payudaraku.

Puas bermain dengan kedua payudaraku, ko leon kini menegakkan tubuhnya di hadapanku. Kulihat celana bsket warna biru yang dipakainya menggelembung besar di are selangkangan. Aku tanpa sadar menelan ludahku membayangkan betapa besar kemaluan pemuda itu di balik celananya. Karena orgasme barusan, membuatku berpikiran yang tidak tidak.

“sudah yak koh, sudah. Tante sudah keluar tadi. Jangan perkosa tante lagi” mohonku pada koko leon.

Meskipun sebenarnya aku penasaran dengan ukuran kemaluan ko leon, namun aku sadar smeua ini salah. Aku tidak boleh mengkhianati kesetiaanku dengan mas ridwan. Ko leon nampak menyeringai padaku, dan tanpa memperdulikan permohonanku, diturunkan celana basket yang dipakainya hingga terpampanglah kemaluannya tepat di hadapanku.

“astagaaaa…” batinku

Penis ko leon besar sekali dan rasanya panjang hingga hampir 20 cm, denga diameter sebesar lengan tanganku. Belum lagi yang menakutkan dari penis besar panjang yang mengacung ke atas itu adalah urat uratnya yang terlihat menonjol. Namun karena penisnya tidak disunat, nampak kepala penisnya masih tertutup kuncup kulit kemaluan. Sungguh kombinasi yang aneh di satu sisi nampak seperti penis anak anak yang belum disunat, namun dengan ukuran yang bahkan diatas orang dewasa.

Benar benar pemandangan yang tidak pernah kulihat selama ini, aku terbelalak tidak percaya, anak seumuran dia meiliki kemaluan dengan ukuran seperti itu. Ukuran kemaluan mas ridwan bahkan tidak ada setengahnya dari itu. Dari kuncup kulit kemaluannya nampak cairan precum mulai menetes mengenai perutku yang tepat berada di bawahnya.

“kenapa tante? Kontol aku besar kan?” Tanya ko leon dengan bangga.

Dia menangkap pandangan mataku yang memandang takjub kemaluannya. Harus ku akui, kemaluan ko leon memang jauh lebih unggul dari segi ukuran ketimbang punyanya mas ridwan, suamiku. Namun kucoba tak mejawab pertanyaanya, agar dia tidak semakin besar kepala.

Namun aku salah, dia marah karena kau hanya diam saja. “JAWAB!!!”

“i-iya bbesar.” Jawabku kembali ciut nyaliku setelah dibentak.

“apanya yang besar?!” lanjutnya

“p-penis koh leon.” Jawabku

“bukan penis, tapi KONTOL!!!” sahut ko leon kembali marah.

“iya koh, kontol besar” jawabku lirih

“haha gitu dong.” jawabnya

“hehehehe suka ya tante, sini jangan Cuma diliatin aja.” kata ko leon sambil menarik kepalaku dan menyodorkan kemaluannya ke mulutku.

“ayo diemut, tapi awas jangan digigit, kupukul nanti tante.”

Aku begitu ketakutan karena jujur sudah lama tidak melakukan oral seperti ini dengan mas ridawan. Tapi masih tidak menyangka lagi harus melakukannya dengan laki laki yang bukan suamiku. Ko leon yang melihat aku ragu ragu tiba tiba menarik kepalaku dengan kasar dan memaksaku memasukkan penis besarnya ke mulutku.

Akupun terpaksa mengulumnya, kemaluan besar milik anak majikanku itu. Ada perasaan aneh muncul di dalam diriku ketika dipaksa melakukannya seperti ini. Saya melihat ko leon mengambil smartphonenya dan mengarahkan gawai dalam genggamannya itu kearah wajahku yang sedang mengulum penisnya. Dia begitu bersemangat merekam adegan dimana ku seorang wanita 42 tahun yang bersuami sedang mengulum batang kemaluan anak laki laki 18 tahun yang lebih pantas menjadi anakku itu.

“aghhhhh….bu rahma memang ibu ibu lonte.” Mendengar kata kata ko leon aku hamper berhenti mengulum penisnya.

Namun ko leon dengan sekuat tenaga menjambak rambut dibalik kerudung yang kupakai dan menekan penisnya jauh ke dalam rongga mulutku. Akupun dipaksa meneruskan perbuatan yang tidak bisa dibenarkan sama sakali itu. Tidak berapa lama tiba tiba tubuh ko leon mengejang dan kepalaku kembali ditarik kuat kueat sehingga penisnya masuk lebih dalam. Kemudian tanpa aba aba di memuntahkan maninya di dalam mulutku. Aku rasanya sangat mual bercampur jijik dan hampir memuntahkanny. Namun ko leon mengancamku untuk tidak memuntahkannya.

“berani dimuntahin, saya pukul tante.”

Akupun menahan cairan ejakulasi pemuda itu dalam mulutku dengan sekuat tenaga sambil menahan muntah.

“tahan dulu jangan tante telan. Coba buka mulut tante. Aku mau liat.” Katanya

Akupun membuka mulutku sambil mendongakkan kepala. Kurasakan air mani dari mulutku merembes sedikit dari sudut bibirku. Ko leon mendekatkan kamrenanya ke wajahku untuk merekam lebih jelas.

“oke cukup. Sekarang tante telan.”

Lagi lagi gairah aneh muncul ketika aku direkam sedang menampung cairan mani di mulutku.

Ko leon kini berpindah posisi, kini di berada tepat diantara kedua kakiku yang mengangkang. Dia menggesek gesekkan ujung penisnya ke belahan vaginaku, sesekali kulit kuncup penisnya ikut tertarik sehingga menampakkan kepala penisnya yang berwarna merah. Dia juga menggesek gesekkan batang penisnya di klitorisku, sehingga aku pun merasakan urat urat penisnya berdenyut denyut kuat. Akupun tanpa sadar mengerang erang nikmat.

Dirasa sudah cukup licin, ko leon melesakkan kepala penisnya ke dalam lubang vaginaku.

“argghh sempit banget memekkk tantteeee.” Erang ko leon

Berkali kali dia selipkan dan tarik keluar kepala penisnya di lubang vaginaku, untuk memancing birahiku. Akupun mengerang keras meraskan lubang vaginaku yang saat ini sedangcoba ditembusi kepala penis ko leon. Perlahan tapi pasti ko leon melesakkan penisnya semakin masuk ke dalam vagina ku. Aku hanya bisa menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku karena tidak kuat menahan nikmat.

“blessss”

Aku dank o leon mendesah bersamaan saat pertemuan kemaluan kami sudah sempurna. Akupun merasakan penis itu begitu keras dan padat, terasa sangat penuh dalam rongga vaginaku, sehingga aku dapat merasakan denyutan urat urat penis ko leon yang kini tertancap dalam vaginaku. Tak hanya itu, aku bisa merasakan penis ko leon menyentuh bagian dalam liang vaginaku yang selama ini tidak pernah tersentuh oleh mas ridwan, suamiku.

Aku yang sudah bisa sedikit menguasai diri mencoba menyingkirkan kedua telapak tanganku yang menutupi wajahku. Kulihat ko leon memejamkan mata, terlihat menikmati liang vaginaku yang sempit untuk penisnya ini. Sekilas aku melihat cincin perkawinan di jari manisku. Setitik air mata keluar dari sudut mataku. Aku menangis karena membiarkan orang lain menikmati tubuhku, mengkhianati janji perkawinan yang kujaga selama ini.

“sudah jangan menangis tante, nikmati aja ya.” Bujuk ko leon padaku.

Melihatku yang sudah tenang, dengan tangan besarnya, ko leon memegang kedua phaku. Lalu dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan. Merojoki pelan setiap sudut liang peranakanku dengan penis besarnya. Kini ruangan kamar ini dipenuhi dengan desahan kenikmatanku yang membahana, meraskan batang besar panjang berurat ko leon menggesek nikmat dinding vaginaku. mulut rahimku pun disundul sundul oleh kepala penisnya.

“arghhh…arghhh…arghhhhh” desahku di setiap hantaman kemaluan anak majikanku itu.

Semakin lama genjotan penis ko leon semakin cepat, membuatku kewalahan. Kenikmatan yang timbul pun semakin tidak terkira, belum pernah seumur hidupku merasakan kenikmatan seperti ini. Bahkan dengan mas ridwan saja aku tidak pernah merasa senikmat ini. Aku berusaha meminta maaf kepdaku sumiku itu, namun memang kenyatannya aku sendiir menikmati hujaman penis haram orang lain dalam vaginaku, yang harusnya dalah milik suamiku seorang.

Perlahan rsa berslah mulia memudar dalam benakku. Terbukti aku tanpa sadar ikut menggoyangkan pinggul, menikmati permainanku dengan anak laki laki majikanku itu.

“sudah mulai menikmati ya tante ya…hahaha dasar istri lonte sok suci heheh” kembali ko leon melecehkanku dengan kata katanya.

Jika pada awalnya aku terkejut tidak terima, tetapi kini perasan aneh melingkupi diriku. Saya menikmati direndahkan seperti itu bahkan tanpa sadar ko leon kini sudah berhenti menggerakkan pinggulnya, dan kini akulah yang aktif bergoyang goyang menikmatinya. Dia hanya tertawa penuh kemenangan sambil terus mengarahkan kamera ke wajahku ku yang pasti terlihat sangat terangsang.

Kira kira sudah 20 menit kami saling bergumul, hingga terasa aku akan mencapai orgasme kedua ku hari ini. Kali ini kugapai orgasmeku dengan persetubuhan sempurna bersama laki laki yang bukan suamiku.

“ekhh koh pelan aku mau sampeeeee erghhhhhhhhhhhh.” Desahku panjang ketika orgasme menghampiri diriku.

Tubuhku melengkung ke atas, mengejang hebat karena gelombang orgasme yang datang bertubu tubi. Sekilas rasa bersalah muncul dalam diriku, namun kembali kalah dengan kenikmatan orgasme yang kugapai saat ini.

“ohhh memek tante njepittt argggh bangsat” desah ko leon.

Liang vaginaku meremas batang penisnya ketika kau mencapai orgasme keduaku tadi. Aku pejamkan mataku, meresapi setiap gelombang kenikmatan orgsme terhebat yang pernah kurasakan selama ini. Ko leon menarik tubuhnya dari tubuhku, sehingga penis besarnya terlepas dari jepitan vaginaku.

“plopppp”

Suara penis terlepas begitu keras karena vaginaku yng sudah sangat basah. Dengan napas tersengal sengal, ko leon bangkit dan duduk di atas kasur tempat kami bercinta tadi. Aku meraskan diriku menjadi kosong melompong saat penis ko leon tercabut dari tubuhku.

“arghhhhh…arghhhhhh….ergghhhhhhh” nafasku memburu

Nikmat orgasme yang berangsur angsur pudar membuat logika rasionalku kembali. Tersadar apa yang baru saja terjadi, aku mendapat orgasme dengan laki laki lain yang buka suamiku.

“ayo kesini.” Dia memberiku isyarat untuk menghampirinya.

Kulihat anak majikanku itu sudah siap kembali memacu birahi dengan tubuhku.

“sudah ya koh, sudah cukup ya, tolong.” Ucapku memohon, berharap ko leon menghentikan kegilaan ini.

“belum, aku belum keluar.” Jawabnya singkat

Harpanku menyudahi ini semua pun sirna, mau tak mau aku pasrah dengan menerima nasibku ini, membiarkan tubuhku dinikmati oleh anak laki laki majikanku. Dengan kondisi tangan masih terikat, ko leon menunggingkan tubuhku dengan bertumpu pada kedua siku tanganku. Kemudan tanpa aba aba kembali dihujamkannya penis ko leon dalam vaginaku.

“pelan koh akhhh nnngghhhh” desahku ketika penis besar itu kembali menghujam vaginaku.

Ko leon lagsung menyetubuhiku dengan beringas. Desahan kami bersahutan memenuhi seisi ruangan kamar ini.

Badanku bergetar hebat ketika penis ko leon menghujam semakin cepat kedalam vaginaku.

“eughhhhh ehmmmmm.” Kau melenguh menahan nikmat.

“sekarang goyangkan pantatmu lonteee.” Kata ko leon sambil menampar pantatku dengan keras.

Aku terkejut, tapi karena ketakutan, aku turuti saja kemauannya dengan menggoyangkan pantatku. Sementara ko leon masih asyik menghujamkan penisnya sambil terus berulang ulang menmpar pantatku.

“kenyal banget pantat tante rahma, besar lagi.” Katanya

“aughhhh koh jangan sighhhksaaa saya akhhh.”

Aku meraskan kenikmatan yang aneh bercampur siksaan yang kuterima dari ko leon, yang nampaknya semakin menikmati semua ini. Entah setan apa yang merasukiku, akupun tanpa sadar semakin cepat memacu gerakan tubuhku. Aku terus bergoyang hingga akhirnya merasakan tubuhku bergetar hebat tak terkendali.

“akghhhh koh saya keluar lagiiiiiiii arghhhhh.”

Akupun jatuh tersungkur dengan penis ko leon masih menancap di vagina ku.

“permainan belum selsai tante lonteeee.”

Ko leon kembali membalik tubuhku hingga terlentang, kemudian kakiku diangakat sedikit keatas sehingga vaginaku yang basah merkah terpampan lebar lebar. Kemudian ko leon memasukkan kembali penisnya di vaginaku.

“ughhhhhhhhhhhh mfhhhhhhhhh.”

Sekali lagi rasa nikmat luar biasa menjalar disekujur tubuhku, membuatku seakan sedang melayang laying di udara. Melihat wajahku yang sudah terangsang hebat ko leon, kembali mengarahkan smartphonenya padaku. Beberapa menit kemudian aku merasakan mencapai orgasme ke empatku hari itu.

“arghhhhhhhhhhhhhhhhh aku kluuarrrrrrrrrrrghhhhh.”

Badanku mengejang hebat seakan dialiri listrik ribuan volt, akibat diberikan kenikmatan luar biasa yang menjalar diseluruh tubuhku.

Dan tidak lama kemudan ko leon juga akhirnya mendapatkan orgasme pertamanya hari ini.

“okhhhh tante aku keluarrrrhhhhh.” Teriak ko leon kencang.

Akupun tersadar bahw penis ko leon masih menancap di vaginaku. Ada ketakutan jika sampai anak majikanku ini berejakulasi dalam vaginaku. Aku bisa hamil oleh benih benih lelaki yang buka suamiku ini.

“ohh jangan koh….arghhh…jangan di dalam ahhhhhh.” Aku memohon di sela sela genjotan ko leon yang semakin brutal.

Aku sama sekali tidak ingin mengandung bayi hasil benih dari anak laki laki majikanku ini.

Tapi seprtinya ko leon tidak menghiraukan permohonanku lagi. Dia semakin brutal menggenjotiku sehingga aku sendiri mendapatkan orgasme lagi.

“orghhhhhhhhhhhhhhhhhh shhhhhh.”

Tiba tiba ko leon berteriak hebat. “akhhh fuccckkhhhhh tante hamil anakku tanteee arggggggggggggggggggggg.”

Tubuh anak majikanku itu bergetar hebat, sementara aku merasakan liang rahimku didemprot cairan panas bersamaan dengan orgasme kelimaku.

“akhhhhhh jangannnnn okhhhhhhhhh”

Aku benar benar ketakutan. Anak majikanku dengan sengaja menumpahkan lahar panasnya dalam liang rahimku. Berkali kali ciran panas menyembur dalam rahimku, sehingga terasa penuh dan hangat.

Ko leon ambruk menindih tubuhku, tanpa melepaskan kemaluannya yang masih besar dan berdenyut denyut dari vaginaku. Saking banyaknya sperma ko leon, aku sampai merasakan spermanya mengalir keluar dan turun membasahi lubang anusku.

Hanya deru nafas yang masih terdengar di ruangan ini. Mataku terpejam lelah, sementara penis ko leon masih menancap sempurna dalam vaginaku. Aku hanya terdiam lemas, smartphone yang dipakai merekamku jatuh disamping kami.

“untuk hari ini sampai disini dulu ya tante lonte.” Aku kaget kukira semuanya sudah cukup sampai disini, ternyata dia masih menginginkannya lagi.

“mulai sekarang tante harus siap muasin aku, kapanpun dan dimanapun.”

“kenapa koko tega melakukan ini?” tanyaku lirih

“ndak ada alasan sih, aku Cuma pengen punya budak seks saja.” Jawb ko leon enteng, seolah tidak ada yang salah dengan itu.

Akupun tidak bisa berucap apa apa. Namun aku teringat sesuatu.

“koh…” lirihku

“apa?” jawabnya seakan malas mendengar rengekanku.

“kalo aku hamil bagaimana ko?” ucapku bingung sambil menundukkan kepala.

“yaudah, rawat anak aku.” Ucapnya masih biasa saja.

Mendengar hal itu aku semakin pucat pasi. Tapi daripada hamil beneran, lebih baik nanti saat pulang aku membeli pil anti hamil.

“aku minta nomor tante, biar nanti bisa gampang menghubungi tante.” Kata ko leon sambil melepas ikatan tali di tanganku.

“dan ingat jangan lapor ke siapa siapa, apalagi polisi.” Aku hanya mengangguk lemah dan menangis

“kalo ndak, video tante nanti akan aku sebar, terutama ke suami dan anak anak tante, ngerti?!!!”

Akupun sudah tidak berdaya dan hanya mengangguk lemah.

“mulai sekarang tante harus menurut apa yang aku katakana.” Katanya menegskan

“iiiyyyaaaaaaaaa…tante ngertiiii…” jawabku sambil berlinang air mata.




Hari itu kuhabiskan dengan kembali bekerja seperti biasa, namun dengan penuh linangan air mata Meskipun sesekali ko leon lewat dangan mengerjaiku dengan meremas payudaraku atau menampar pantatku. Ketika sudah sore, akupun bersiap pulang dan menunggu jemputan motor anakku dimas. Banyak yang berkecamuk dalam pikiranku saat itu.

Begitu anakku tiba untuk menjemputku, sebelum aku menghampirinya keluar, aku pastikan diriku sudah rapih dan tidak terlihat sedih atau bahkan menangis lagi. Aku tidak ingin menimbulkan kecurigaan pada dimas atas apa yang baru saja kulakukan dengan koko leon. Aku hanya bisa terhuyung huyung lemah berjalan kelur halam rumah majikanku itu. Kata kata ko leon masih saja terngiang ngiang dalam pikiranku.

Ketika aku keluar gerbang, kudapati anakku sudah siap dengan helm ku di tangannya. Dia menatapku dengan wajah yang sedikit bingung.

“asslamualaikum.” Tak lupa ku mengucap salam

“walaikumussalaam, kok keliatan capek banget bu?”

“iya nak, banyak yang dikerjain tadi.”

“yaudah, langsung pulang aja ya bu, nanti biar bisa langsung istirahat.”

“eh nanti mampir apotik dulu, ibu mau beli obat.”

“obat buat siapa bu? Ibu sakit?”

“oh buat bapakmu, obat yang diresepin dokter kebetulan udah mau habis, jadi nanti sekalian aja.” Jawabku berbohong pada anakku

“oh gitu. Yaudah bu pulang yuk.”

Akupun hanya mengangguk lemah.

Selama perjalanan aku hanya diam seribu bahasa. Aku hanya merenung dan hatiku terasa semakin sakit dengan semua kenyataan ini.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd