Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mustika Dara

Chapter 26 Mustika Dara : Pergaulan Anak Masa Kini

Dara

Sudah sekitar satu bulan aku bekerja seperti biasa dan berusaha untuk selalu menghindar dari Pak Roby, karena aku takut akan terulang dosa yang sama ketika aku berada di dekatnya, dosa yang membawaku ke dalam lubang kemaksiatan yang menjadi konsekuensi diriku hingga kehilangan mahkota suci sebagai seorang wanita.

Hari ini aku melihat pak roby tengah bersama seorang operator di sebuah ruangan meeting, ketika aku memperhatikan dengan seksama, ternyata operator tersebut adalah Kak Nita, menurut kabar yang aku dengar, bahwa dia akan diangkat menjadi assistant leader di lantai operasinya Pak Roby.

“Enak banget ya itu si Nita dapat promosi untuk jadi assistant leader, padahal loh dia beda lantai dengan pak roby” celetuk salah satu team cell ku, sebut saja Dinda

“Enaknya apa emangnya din?” tanyaku sembari fokus dengan pekerjaanku

“Loh gak tau ya? Pak roby itu loh royal ra, dia sering traktir anak-anak ope disini, bahkan ya dia bisa ngejajanin sampai jutaan rupiah” papar Dinda yang seketika membuatku mengkerutkan dahi

“Kok bisa seroyal itu? Itu ke beberapa ope aja atau ke semua din?” tanyaku yang mulai tertarik dengan pembahasan ini

“Iya ra, dia itu kan anak tunggal kaya raya, ayahnya dulu mantan operational manager disini, jadi ya dia bisa se-royal itu dengan anak-anak ope yang dianggapnya ‘butuh bantuan’ ra” papar Dinda yang sangat bersemangat dalam sesi ghibah ini

“Butuh bantuan gimana misalnya din?” tanyaku

“Rata-rata ope disini terutama yang baru join kan pada dikontrak semua, biasanya ope yang butuh perpanjangan kontrak atau menjadi karyawan tetap, nah itu biasanya yang minta tolong dengan pak roby, walaupun tidak berada dalam 1 lantai produksinya beliau, dan dari kabar yang aku dengar, biasanya ada imbalan yang para ope itu harus bayarkan ke pak roby” papar Dinda

“Bayarnya pake apa din? Uang??” tanyaku ringkas dan mulai antusias memperhatikan Dinda memaparkan

“Bayarannya beragam ra, kalau ope cowok biasanya pak roby akan meminta sejumlah uang, berbeda kalau ope cewek, biasanya dia akan minta untuk si ope cewek itu menyervis dirinya, bahkan kalau ope ceweknya itu cantik, bohay atau seksi, bahkan si ope bohay terseut sampai dikasih uang oleh pak roby” papar Dinda

“Di servis gimana? Secara si ope yang butuh, si ope kasih imbalan, kok bujug-bujug si ope dapat uang tips pula dari pak roby?” tanyaku antusias

“Wah lugu bener kamu dara, di servis itu maksudnya, para ope cewek itu harus merelakan tubuhnya dinikmati oleh pak roby loh, nah kalau yang cantik, pak roby akan ngebayar ope itu setelah mendapat kepuasan dari si cewek, beda-beda tipis dengan dia ngebooking perek lah ra!” papar Dinda

“Astaghfirullah! Bahasamu Dinda! Emang seriusan begitu tentang pak roby? Jangan-jangan itu isu belaka lagi untuk menjatuhkan martabat pak roby” ucapku tak percaya

“Dih… emang beneran kok, di lantai kita ini ada juga yang kayak begitu ra, kalau kamu mau nanya sama doi ya nanya aja sana” ucap indah kesal dengan teguranku

“Yeee gak mau… gak penting juga kali untuk aku tau hal itu” ucapku singkat

Randi

Hari ini aku berencana di rumah saja seharian karena ingin mengikuti sesi belajar online persiapan masuk kampus kedokteran yang mungkin bisa kuikuti di tahun depan. Namun konsentrasiku teralihkan ketika sekitar pukul 1 siang ada yang mengetuk pintu rumahku

“Tok tok tok…. Permisi Assalamualaikum” kudengar ada suara wanita yang tengah mengetuk dan mengucapkan salam

“Iyaaaa…. Wa’alaikumsalam” pekikku sembari menuju pintu utama

“Wah nak randi rupanya, mbak Isna nya ada di rumah kah?” tanya wanita tersebut yang ternyata berdua dengan seorang gadis muda berseragam olahraga sekolah

“Oh ada mbak, maaf dengan mbak siapa ya? Biar saya panggilkan umi saya” tanyaku

“Oh iya, saya sisi, teman perawat nya mbak isna, dan ini ponakan saya bernama Nadin” ucap wanita ini yang ternyata bernama Sisi yang merupakan rekan kerjanya umiku, dan ia bersama dengan ponakannya yang bernama Nadin



“Oh baik mbak sisi, silahkan masuk dan duduk di sofa ruang tamu tersebut ya, biar saya panggilkan umi dulu” ucapku mempersilahkan mereka berdua masuk dan duduk di sofa ruang tamu

Ketika umi sudah bertemu dengan mbak sisi, aku memutuskan untuk pindah ke ruang istirahat di lantai 2 dengan membawa serta laptopku dari meja ruang tamu

“Umi, randi izin belajar di lantai 2 ya” ucapku pada umi dan dibalas senyum oleh umi

Sekitar 10 menit Mbak Sisi dan Umiku berbincang, aku dikejutkan dengan kehadiran Nadin yang tiba-tiba muncul di belakangku

“Eh! Ada perlu apa kak nadin?” tanyaku terkejut

“Wah maaf mas, tadi kata tanteku, mereka berdua ada ingin membahas sesuatu yang rahasia, jadi umi nya mas meminta ku untuk ke tempat mas aja” jelas Nadin

“Oalah, bikin kaget saja, diam-diam bener kamu datangnya kak…hehe” ucapku berusaha mencairkan suasana

“Hehe yamaap, jangan panggil kak dong, kan aku masih sekolah di bawah masnya, jauh dibawah masnya” ucap Nadin yang ternyata masih berusia di bawahku

“Lah iya ya? Maaf aku nda kenal kamu sebelumnya” ucapku singkat

“Iya lah nda kenal, kan mas randi sibuk belajar terus kalau di sekolah” ucap Nadin yang rupanya selama ini sudah mengenaliku karena sekolah kami bersebelahan

Lalu kami berbincang tentang banyak hal mulai dari sekolah hingga ke kehidupan sehari-hari

“Din, gak kepo dengan obrolan tantemu? Biasa kan cewek mah join-join aja kalau ada ghibah” tanyaku mengalihkan obrolan

“Kepo sih mas, tapi kayaknya penting banget itu obrolannya, makanya aku diusir huhuhu” ucap Nadin

“Kita nguping dari pagar pembatas itu aja yuk, aman kok, gak bakal sadar mereka dengan kehadiran kita” ucapku mengajak Nadin untuk merangkak ke pagar pembatas lantai 2

“Mbak Is, kamu udah tau belum sih siapa yang main dengan suamimu?” kudengar mbak sisi bertanya pada umiku

“Belum tau sih si, yang kutau hanya si cewek itu adalah anak magang yang lagi praktek di RS suamiku” jawab umi

“Ha? Selingkuh? Abi mu selingkuh mas?!” pekik Nadin dalam bisik yang seketika membuatku menutup mulutnya

“Sssttt… diem nadin, nanti ketahuan… eh eh maap aku nutup mulutmu” ucapku yang seketika canggung melepaskan dekapan tanganku di mulut Nadin

“Eh i…iya iya maap… awas mas! Mereka noleh kesini!” ucap Nadin sembari menarikku sehingga posisi kami berubah menjadi aku terbaring diatas tubuh nadin yang terlentang, kepalaku tepat mendarat di toket nadin yang ternyata lumayan besar tertutup oleh baju olahraga sekolah dan bra miliknya


“Ada apa mbak?” tanya mbak sisi

“Ah nda, kayaknya ada suara tadi, mari lanjut” ucap umiku

“Aduh maaf nadin, aku gak bermaksud” ucapku panik sembari bergegas untuk kembali duduk

“Hmm iyaa nda apa-apa mas, aku narik mas terlalu kencang tadi, maaf ya” ucap Nadin sembari kembali bangkit

“Jadi, siapa nama anak magang itu si?” tanya umiku

“Anak Magang itu bernama Naura, dari postur tubuhnya sih memang membuat banyak mata laki-laki di RS terpaku sih is, karena dia bertubuh tinggi langsing tapi memiliki buah dada yang besar untuk anak seusianya” papar mbak sisi

“Besaran mana sama punya kita? Haha” tanya umiku sembari tertawa

“Besaran punya kita dong kemana-mana, tapi heran juga sih kok bisa berpaling ya suamimu, secara body mu udah body goals banget is?” tanya mbak sisi

“Body goals dari mana? Wong aku setelah lahiran pada ngondoy begini badanku” ucap umiku merendah

“Ngondoy tapi dadamu itu loh makin montok karena menyusui kayaknya ya” puji Mbak Sisi

“Iyaa nih… btw, udah berapa lama suamiku main sama si nadia-nadia itu?” tanya umiku penasaran

“Udah lama is, 2 bulan sejak si nadia itu join magang, suamimu udah ketangkap pelukan sama si nadia di ruang diagnosa” papar Mbak Sisi

“Dasar dokter tua bangka! Bisa-bisanya, itu posisi aku lagi hamil kan ya haha” ucap umiku sembari tertawa

“Iya bajingan suamimu itu is, tapi kok kamu kayak malah ketawa-ketawa bukannya malah kesal?” tanya Mbak Sisi

“Memang udah tabiat dia si, dulu aja dengan istrinya yang lama, dia udah mulai main denganku berakhir aku nikah dengannya” ucap umiku santai dan kulihat Nadin melotot seakan tak percaya dengan ucapan umiku

“Iya juga sih, yang penting duitnya ya is, terjamin masa depanmu dan anakmu nanti haha” ucap Mbak Sisi disambut tertawaan mereka berdua

“Mas, itu yang diomongin sama uminya mas beneran?” tanya Nadin dengan suara bergetar

“Beneran nadin, aku udah tau lama” ucapku

“Mas biasa aja gitu dengan kondisi itu? Gak marah atau gimana?” tanya Nadin

“Marah sih ada, tapi karena skandal abi dan umiku sampai di bawa ke rumah ini, lama kelamaan aku mulai terbiasa” jelasku

“Skandal? Maksudnya ngapain mas?” tanya Nadin lugu

“Ah kamu masa nda tau sih? Skandal itu biasa berhubungan dengan suatu masalah yang ditutupi dan melibatkan lebih dari 1 orang, dan skandal abi dan umiku itu adalah mereka sudah sering seks di rumah ini ketika almarhum umiku sedang dinas di luar kota” paparku santai

“Ha?!! Seriusan mas?!!” tanya nadin tak percaya

“Mas pernah menangkap basah mereka?” tanya Nadin mulai penasaran

“Gak pernah sih, tapi aku pernah dengerin pas mereka main, terus tau dong setelahnya aku ngapain” ucapku santai

“Buset! Mas nguping?! Jangan bilang setelahnya itu mas ngocok ya?” tanya Nadin dengan nada tak percaya menggunakan bahasa vulgar

“Iya tuh kamu tau, udah pernah ngocokin ya?” tanyaku mulai berani


“Eh… eemmmm… kok jadi nanya aku sih mas?? Ummm” tanya Nadin yang tampak kedua pipinya merah pertanda malu

“Yaa kalau nda mau jawab, ya nda apa-apa sih” ucapku sembari bangkit dan berjalan menuju sofa ruang istirahat

“Eh… mas.. tunggu….” Ucap Nadin tergesa-gesa sembari menyusulku ke sofa dan kini ia duduk disampingku

“Emmm pernah aku mas” ucapnya singkat

“Oooh… udah dewasa kamu berarti Nadin… welcome to dunia dewasa!” ucapku sembari menepuk canda bahunya

“Hmmm iya mas… tapi jadinya aku udah gak itu lagi mas” ucap Nadin terputus

“Udah gak perawan?” tanyaku lugas

“Emmm iya mas” jawab singkat Nadin

“Hmmm… ya yang sudah terjadi yasudah nda perlu disesali, tapi dinikmatin aja ya kan? Hehe” ucapku mencairkan suasana dengan membercandai keperawanannya

“Ih mas nakal ya! Pasti mas udah gak perjaka juga!” ucap Nadin sembari mencubit pinggangku

“Iya lah udah gak perjaka, udah sering ngocok kok aku” ucapku

“Ngocok gak masuk hitungan lah mas, itu mah semua cowok juga pernah” ucap Nadin

“Jadi maksud kamu ngentot?” tanyaku mulai vulgar

“Emmm iyaaa, itu ngentot mas” ucap Nadin yang seketika tampak malu-malu lagi

“Udah juga kalau itu” ucapku

“Wah memang mas nya nakal nih! Sejak kapan mas kalau boleh tau?” tanya Nadin penasaran

“Sejak kelas 3 din, kalau kamu?” tanyaku balik

“Memang bener-bener ya nakalnya, dengan siapa tuh mainnya? Kalau aku, sama sih dengan mas, baru setahun lalu dengan pacarku, tapi udah aku putusin dia karena dia taunya minta ngentot terus padahal dia sering keluar duluan dibanding aku huhuhu” tanya dan keluh Nadin

“Dengan kakak-kakak hehe. Oalah, pria lemah toh? Ckckck kasiannya dirimu” ucapku mengejek

“Wah gak mau rugi ya, icipin nya langsung yang senior haha. Iyaa kan mas, aku sudah gak suci lagi” ucap Nadin sembari menundukkan kepalanya

Aku melihatnya yang sedari tadi menunduk, dengan cepat memegang dagunya dan menarik kearahku, lalu kukecup bibirnya

“Jangan sedih, akan ada pria yang bisa memuaskanmu dikemudian hari” ucapku sembari menatap dalam kedua mata Nadin

“Ihhh! Mas main cium-cium aja! Aaaa aku maluuuu” ucap Nadin sembari menjauhkan duduknya dariku dan menutup wajah dengan kedua tangannya

“Mas puasin kamu sekarang aja ya nadin… gak usah nunggu pria lain” ucapku yang sudah dikuasai oleh nafsu

Aku lalu menarik tubuh nadin dan menggendongnya menuju kamarku

“Ehmmm mas lepasin… turunin akuuuu!” keluh Nadin namun ia tak berteriak

Setibanya di kamar, aku lekas menurunkan tubuh nadin di ranjangku dan aku segera mengunci pintu kamarku

“Mas… mas… mau ngapain mas?” tanya nadin panik

Aku yang tak menghiraukan ucapannya, bergegas menanggalkan celana boxerku dan seketika kontol panjangku yang sudah setengah bangun mengacung tepat di depan nadin

Ia seketika terbelalak melihat kontolku dan menelan ludah

“Mmmm mas… panjang bangeeett mass” ucap Nadin kagum

“Pegang dan sepongin kalau mau din” ucapku sembari menarik tangan nadin

“Auhh mas, keras banget kontolnya uhmm” ucap nadin dengan mulai melumat palkonku lalu terus memasukkan kontolku ke dalam mulut mungilnya

“Uhmmm jago bener emutanmu diinnn sssh” desahku saat senti demi senti kontolku masuk ke dalam mulut nadin hingga akhirnya menyentuh pangkal kerongkongan nadin, tak kusangka nadin dengan sangat telaten melakukan deep-throat pada kontolku yang menimbulkan sensasi ngilu nikmat saat ia menyedot kontolku hingga pipi chubby nya mengempot

Tangankupun tak tinggal diam, mulai grasak grusuk berusaha menarik baju olahraga nadin dan dibantu olehnya dengan membukakan bra berwarna dongker yang ia kenakan

“Anjing! Toketmu gede banget untuk anak seusiamu!” ucapku kagum

“Ini akibat aku gak dipuasin mantanku mas, aku remes-remes sendiri jadi segede ini uhmmm” ucap nadin setelah melepas sepongannya pada kontolku lalu meremas kedua toket montoknya

“Ukuran berapa nih din? 34B yah?” tanyaku


“Salah mas, 32C tepatnya uhhmm” jawab nadin yang ternyata toketnya hampir seukuran toket kak Hana yang saat ini tengah berkuliah

Aku lalu membaringkan tubuh nadin, yang lalu kemudian aku naik keatas tubuhnya, mulai kukecup-kecup bibirnya, lehernya lalu menuju ke toket montoknya.

“Hmmm auhhh geli mas puting nadin diemutin begitu sssh” desah nadin ketika dengan penuh nafsu aku menjilati dan mengemut puting berwarna pink dan mungil miliknya sembari meremas toket nadin kanan dan kiri bergantian

Lidahku lalu melanjutkan perjalanan menuju perut nadin yang ramping, kemudian kulepaskan celana olahraga yang ia kenakan berikut dengan cd seamless berwarna pink yang tampak sudah sangat basah dengan cairan pelumasnya

Kini terpampang memek nadin yang terlihat bagaikan memek perawan yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan bibir tertutup rapat, aku bagaikan anjing kehausan segera melahap memek nadin dan menjilat dengan sangat buas biji kelentitnya.

“Oghhh oghh fuck! Mas aaahhh ssshh” desahan nadin semakin liar ketika selain aku menyedot keras itil miliknya aku juga mengeluar masukkan jari tengahku ke dalam liang memeknya yang terasa telah berdenyut hebat

Ketika sudah kupastikan memek nadin sudah cukup terlumasi, aku segera mengambil posisi penetrasi kontolku ke memek nadin.

“Uhmm mass cepet masukin kontolnya maaasss, aku udaaahh gatahan ssshh” desah nadin ketika aku menggesek-gesekkan palkonku pada bibir memek nadin

Tampak ia mengangkat-angkat pantatnya agar aku segera memasukkan kontolku, ketika posisi lubang memek nadin sudah selaras dengan palkonku, segera kulesakkan kontolku ke dalam memek rapatnya

“Oghhh oghhh sssh gede banget masss… ayoohhh ayoooh lebiiiihhh dalaaaammm… entot nadin massss entoooott!!” desah panjang nadin ketika perlahan tapi pasti kontolku menyeruak masuk membelah liang memek sempitnya yang tengah berkedut

Aku dengan penuh nafsu birahi menggenjot memek nadin dari tempo rendah hingga tempo tinggi dengan tidak membiarkan toket nadin berayun bebas, kedua toketnya kuremas dengan keras dan berirama.

“Auhhh sssh masss.. aku gakuat masss… terusss masss… lebih dalam sodoknyaaa… akuhhh keluar massss” desah panjang nadin dengan empotan memek nadin yang berkedut cepat diikuti semburan cairan cinta nya yang menyembur sangat deras

“Akhh memek empot akhhh nikmat!” lenguhanku akhirnya keluar ketika merasa sensasi empotan memek sempitnya

“Uhhh ohhh ohhh perkasa banget sih kamu mas… aku suka deh sssh, sekarang saatnya aku puasin mass” ucap nadin yang masih terengah-engah lalu mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari memeknya

Kini posisiku yang terlentang dengan kontol masih mengeras dan mengkilap karena dibasahi cairan cinta nadin


Tampak nadin menjongkok diatasku, kemudian memegang kontolku dan mengarahkan tepat ke bibir memeknya, ketika sudah menemukan posisi yang pas, nadin lalu menurunkan pinggulnya yang membuat kontolku kembali menyeruak masuk ke dalam memeknya yang kini sudah sangat licin

“Ougghh sssh… gede banget kontolmuuu ogghhh sssh” desah nadin seiring dengan turunnya tubuh dia hingga kini semua kontolku kembali bersarang di dalam memek nadin bahkan sampai menyentuh pintu rahim nadin

Nadin kemudian menaik turunkan pinggulnya dengan kedua tangan keatas hendak mengikat rambutnya, hal ini tak kusia-siakan, kembali kupegang dan kuremas kedua toket montok nadin.


“Oughh oughh mas remaasss toket nadin masss perasss” desah nadin sembari ikut meremasi toketnya

Berada di posisi WOT ini sekitar 15 menit, kembali kurasakan denyutan liang memek nadin yang menjadi pertanda ia akan kembali orgasme

“Ahhh ahhh masss… nadin mau keluar lagi ouuugghh… gakuaaat massss hmmmm” desah nadin yang mulai merem melek menggenjot kontolku

Aku langsung bangkit dan mendekap nadin dengan erat

“Eh masss mauhhh ngapain ohhh dalam banget sssh” lenguhan nadin bingung dengan tindakanku

Kemudian aku berdiri dan menggendong tubuh nadin dengan mengapitkan kedua kakinya di pinggangku, dengan postur tubuh nadin yang lebih pendek dariku membuatku bisa melakukan adegan seks posisi berdiri seperti ini

“Plokkk plokkk plokkk” kira-kira seperti itulah suara biji kontolku ketika menampar-nampar paha bawah nadin

“Ahhh masss nadin gakuat masss oghhh nadiiiiin keluaaarrr hmmm” desah panjang nadin diikuti semburan cairan cintanya yang seketika mengalir deras ke paha dan betisku lalu membasahi lantai kamarku

Bukannya berhenti menggenjot dan menurunkan nadin, aku justru menggenjot nadin dalam gendongan ini dengan lebih cepat dan keras

“Ahhh ohmmm masss gakuat lagi nadin… masss mau crooott” desahku

Kemudian nadin dengan sigap berusaha turun dari gendonganku, tampak ia segera bersimpuh di lantai, mengocok kontolku, dan mulai menyepongiku dengan teknik deep-throat andalannya hingga aku mencapai puncak ejakulasi

“Ahhh fuck nadin! Fuck!!!” desahanku diikuti 5 semburan pejut hangatku yang seketika memenuhi mulut dan kerongkongan nadin, berikutnya yang membuatku takjub adalah nadin menelan semua pejuku sampai tak tersisa, tampak ia melahap kontolku hingga bersih

“Ohhh ohhh ohhh…. Makasih ya nadin udah izinkan aku nikmatin tubuh seksimu” ucapku sembari mengelus kepala nadin dan disambut senyum seksi di bibir mungilnya

Setelah bebersih, kami pun bertukar kontak untuk saling berhubungan di kemudian hari. Nadin lalu pamit pulang dan bergegas ke bawah karena mbak sisi sudah menunggunya di depan teras yang ditemani oleh umiku, sementara aku hanya melambai nadin dari pagar lantai 2.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd