Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My 1st Anal, 3S & DP Experience at the Same Time | True Story (update terbaru: page 23)

mama sofia sama bini, bodinya agak mirip ya
seleranya om kita ini emang yg sekel padet montok dan kayanya juga sama2 binalnya
 
lanjutkan suhu

Lanjutkan hu

Keren hu.. lancroortkan hu..

Loncrotkan lg suhu...

Curious and waiting for the next update

Keep on the thread ...

Di tunggu lanjutannya hu

Aku menunggu kelanjutan ceritanya huu 😁

Gasss update huu

i can't wait your story suhu @pkblover

Lanccrotkan hu.....

Terima kasih sudah menunggu.
Harap bersabar ya semuanya kerjaan lagi padat merayap. Writing on slow progress.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
APENDISITIS |AGEN APARTEMEN YANG NAKAL

Meski belum lama tinggal di apartemen ini aku langsung dekat dengan pak RT karena kami tetangga satu lantai. Apartemen ini berada dalam 1 RW dan beberapa RT. Waktu mau menyewa unit yang aku tinggali ada 2 agen yang menawarkan. Agen pertama menawarkan dengan harga 20jt per tahun. Tiba-tiba ada agen lain yang menawarkan 12 jt per tahun asal ditransfer sekarang juga untuk 2 tahun. Sangat menggiurkan, tapi cukup mencurigakan karena bedanya jauh sekali. Aku berpikir salah satu pasti ga bener ini. Antara agen pertama yg mengambil keuntungan terlalu besar, atau agen kedua yang asal ngasih harga. Untungnya aku ga segera ambil keputusan dan sempat nongkrong dulu di coffee shop sebelah swimming pool di lantai bawah. Di sana ada sekumpulan bapak-bapak sedang ngobrol seru dengan bahasa Jawa. Aku pesan kopi dan ijin mengambil kursi dekat mereka. Ada 1 orang yang selalu disapa dengan panggilan Pak RT. Dia yang paling rame dan selalu melempar joke dalam bahasa Jawa. Aku ikut tertawa mendengar guyonannya. Pak RT menyapa, “Sampeyan wong Jowo to Mas, kok dari tadi ikut senyum-senyum kayak ngerti.” Aku menjawab sopan, “Iya Pak, saya kecil di Jawa Timur dan besar di Jogja.”
“Wooo, aku yo Jawa Timur Mas.” Ternyata pak RT ini Chinese Malang. “Sampeyan warga baru ta? Kok ga pernah liat.”
“Calon warga Pak,” jawabku, “mau ambil unit di lantai xx, tapi masih bingung sama agent-agent yang beda banget harganya.”
“Lho, iku lantaiku. Unit mana yang mau disewa?”
“xxC,” jawabku,” agent A minta 20jt, agent B minta 12jt tapi langsung 2 tahun.”
“Oh aku kenal ownernya Mas. Mau hubungin langsung ta? Untung nek sampeyan di situ. Itungane nganyari.” (anyar = baru, artinya belum pernah dipakai sejak masih baru)

Singkat cerita, aku berhasil menghubungi owner unit berkat bantuan pak RT dan owner buka harga di angka 18jt, lalu aku tawar dan deal di harga 16.5jt/tahun dengan kontrak 2 tahun. Sejak pindah ke situ, aku jadi suka bergabung dengan pak RT dan bapak-bapak lain nogkrong ngopi atau main ping pong di tempat gym di area swimming pool.

Suatu hari waktu berangkat kantor aku melihat Sofia sedang berjalan keluar di lobby tower lain yang selalu aku lewati kalo mau keluar apartemen. Aku tawarkan ikut dan sejak itu aku tahu kalo ternyata kita tetangga apartemen beda tower.
“Are you married? I don’t see your wife,” (kamu udah nikah? Aku ga liat istrimu) tanyanya sambil melirik cincin di jari manisku.
“Not yet. I'm engaged. We will get married next year.” (belum, aku masih tunangan. Kami mau nikah tahun depan)
“Oh that’s why your ring is still on the left hand, not the right one.” (Oh makanya cincinmu masih di tangan kiri, belum di tangan kanan)
“Hmm… yeah, you’re right.” (iya, kamu benar)
“But why doesn't she stay with you?” (tapi kenapa kalian ga tinggal bareng)
“Oh, she is still living with her parents now. She will move here after we get married.” (Oh dia masih tinggal bareng ortunya. Dia bakal pindah ke sini setelah kami menikah)
“So you are quite a conservative traditional man I guess hahaha.” (Jadi kamu ini pria tradisional yg konservatif ya hahaha)
“Hahaha, not at all, actually. It’s more for economic reasons. While staying with her parents she still can use the family driver for her transportation.” (Hahaha, engga juga sih sebenarnya. Lebih ke alasan ekonomis sebetulnya. Selama tinggal bareng ortunya dia masih bisa pakai supir keluarga buat transportasi)
“Hmm… smart decision.” (Hmm... Keputusan yg cerdas) senyumnya memperlihatkan deretan giginya yang cantik.

Di kantor kami juga jadi lebih akrab. Sofia lebih nyaman ngobrol denganku dibanding cowok-cowok lain di kantor yang beberapa memang terlalu terlihat pervertnya. Aku sama sekali berbeda dengan Panji yang dikit-dikit menyapa Sofia sambil memegang pundaknya. Matanya selalu ga tahan untuk tidak melirik ke belahan dada Sofia meski cuma beberapa detik. Panji juga yang paling berisik komentar kalo Sofia dari jauh terlihat berjalan di lorong, “Awas gempa bumi, gunung berguncang-guncang!” kata Panji disambut ketawa oleh temen-temen cowok melihat dada Sofia yang bergoyang kalo dia berjalan. Sementara meski sering nebeng mobilku dan ngobrol berdua di pantry waktu bikin kopi, sekali pun aku belum pernah menyentuh atau pegang tangan Sofia. Aku memang menjaga dengan baik statusku sebagai pria yang bertunangan. Itu yang membuat Sofia jadi lebih nyaman berteman dengan aku.

Kebalikan dengan Panji, justru Sofia yang kadang tiba-tiba menyapaku dari belakang kalo aku sedang duduk depan computer. Tangannya memegang pundak dan seringkali dadanya jadi nempel ke kepalaku. Meski begitu aku tidak pernah menyentuh dia balik. Paling cuma tertawa aja kalo dia sedang begitu. Setelah Sofia pergi biasanya temen-temen cowok akan berisik bertanya dari kubikel mereka: “Gimana rasanya Wan? Empuk ya?”
“Ah sama aja rasanya Bro,” jawabku selalu sama, “Di mana-mana juga pasti empuk lah bagian itu.”

Meski kami dekat. Tapi aku tetap menjaga jarak. Biarpun kita tetangga apartemen, ga pernah aku mengajak dia main ke unitku, atau pun sebaliknya mencoba bertandang ke unit dia. Hubungan di kantor juga tetap professional. Benar-benar sebatas rekan kerja. Karirku boleh dibilang cukup lumayan di kantor. Tahun kedua, tepatnya 3 bulan sebelum aku menikah, aku sudah menduduki ruanganku sendiri, yang terletak di sudut, tapi aku masih suka ngobrol dengan teman-teman di kubikel mereka. Seringkali mereka juga main ke ruanganku untuk ngobrol sebentar, termasuk Sofia. Dinding ruanganku semuanya dinding kaca. Jadi aku bisa melihat keluar ke kubikel, dan mereka juga sebaliknya bisa melihat isi ruanganku.

Semuanya berlangsung biasa-biasa saja, hingga suatu saat di Sabtu pagi, tiba-tiba Sofia menelponku waktu aku sedang menikmati secangkir kopi dan merokok di balkon.
“Hi Sofia, what’s up?” (Hi Sofia, ada apa?)
“Iwan, I need your help. Can you come here? I have a problem with my unit owner. He seems sooo mad. My Mom’s talking with him now, but I hardly catch up with his words. Now, both of them are so tense and loud.” (Iwan, aku butuh bantuanmu. Bisa datang ke sini ga? Aku ada masalah dengan pemilik apartemen. Dia keliatan marah banget. Mamaku sekarang bicara sama dia, tapi aku ga bisa paham kata2 yg dia ucapkan. Sekarang mereka berdua sama2 bicara dengan nada keras dan tinggi)
“Ok, I’m coming soon.” (ok, aku datang segera)
Wah, ada apa ini? Feelingku aku perlu mengajak pak RT untuk ikut datang ke unit Sofia. Aku segera mendatangi unit pak RT dan mengebel depan pintunya.
“Ada yang bisa dibantu Mas Iwan?” sambut pak RT sigap.
“Temen saya di tower x butuh bantuan Pak. Kayaknya lagi ribut sama ownernya.”
“Waduh siyap. Ayo kita ke sana.”

Sampai di unit Sofia, kami berdua dipersilakan masuk dan langsung mendengar seorang bapak bicara dengan nada tinggi di depan Mamanya Sofia. Pak RT langsung menengahi dengan memperkenalkan diri. “Perkenalkan, saya RT di sini. Meskipun ini sebetulnya termasuk RTnya Pak (NAMA), karena bagian RT saya di tower sebelah, tapi saya akan coba bantu, masalahnya apa Pak? “ kata Pak RT dengan nada bicara yang sejuk dan tenang.
“Saya belum terima bayaran sewa udah telat 6 bulan Pak,” kata si bapak itu.
“Tapi kami ga pernah telat bayar,” Mamanya Sofia memotong, “setiap kali selalu udah transfer sebelum jatuh tempo.” Mamanya Sofia terlihat pucat dan tangan gemetar. Mungkin menahan marah.
“Tapi saya belum terima Pak RT. Udah 6 bulan lewat ini!” kata bapak itu mulai meninggi lagi, “saya minta mereka keluar dari unit saya ini. Kapok saya nyewain apartemen ke orang asing. Dulu sebelum mereka saya juga ngalamin kayak gini waktu sewain ke orang Nig*r*a. Tadinya saya percaya sama Ibu ini karena beliau ini orang Indonesia!”
“Ok, sebentar ya Pak, jangan panas dulu,” kata Pak RT kalem, “Bapak akan saya bantu tengahi masalah ini. Tapi kita semua musti bicara dengan kepala dingin. Supaya….”
Belum selesai Pak RT bicara tiba-tiba Mamanya Sofia yang dari tadi pucat meringis kesakitan memegangi perutnya lalu terjatuh menggelosor di sofa, terus diam ga bergerak.
Kita semua bengong beberapa detik karena syok, Pak RT yang lebih dahulu menghampiri berusaha membangunkan: “Bu! Bu! Ibu kenapa Bu?” ditepuk-tepuk pipinya Mamanya Sofia tetap ga sadarkan diri. “Mas Iwan, tolong telpon ke lobby, minta satpam bawa kursi roda.” Di setiap lobby tower memang ada satu kursi roda yang stand by.
Sofia panik memanggil-manggil Mamanya. Aku membantu mengatur posisi Mamanya supaya tiduran di sofa. Ga lama bel pintu berbunyi, satpam sudah datang dengan kursi roda. Aku langsung bagi tugas dengan Pak RT. “Pak RT, saya minta tolong dibantu solusi masalah dengan Bapak ini. Saya urus Mamanya teman saya dulu ke IGD.”

Kursi roda kami ganjal dengan bantal untuk membawa Mamanya Sofia yang pingsan ke lobby. Aku minta satpam menemani Sofia ke lobby, sementara aku langsung mengambil mobil ke basement. Untung jarak apartemen dengan rumah sakit terdekat tidak begitu jauh. Sampai di IGD, perawat dan dokter jaga langsung sigap menangani. Setelah dilakukan penanganan dan diperiksa, ternyata Mama Sofia mengalami apendisitis, radang usus buntunya pecah yang menyebabkan beliau pingsan. Segera dokter menjadwalkan untuk tindakan operasi. Aku membantu Sofia mengurus administrasi dan lain-lainnya. Di RS aku telpon Nanda tunanganku memberi tahu situasinya. Aku minta ijin untuk focus membantu Sofia dulu sepanjang hari ini dan membatalkan rencana jalan kita week end ini. Dia mengerti dan memberi ijin.

Ga lama setelah aku nelpon Nanda, pak RT menelpon memberi tahu kalo masalahnya sudah solved. Ternyata agen B memang nakal. Uang sewa dari tenan diputar dulu sama mereka sebelum diberikan ke pemilik. Hari itu juga agen B dilaporkan ke manajemen dan diberi ultimatum untuk membereskan masalah2nya dengan beberapa pemilik unit apartemen dalam 24 jam jika tidak ingin di BAPkan ke polisi. Aku sampaikan ke Sofia masalah dia dengan pemilik unit sudah solved. Sofia spontan memelukku sambil menitikkan air mata, “Thank you so much Iwan. I can’t imagine if I have to handle these all by myself if you don’t come.” (Terima kasih banyak Iwan. Aku ga bisa bayangin kalo aku harus hadapi ini semua sendirian)
“It’s alright Sofia, that's what friends are for,” (Ga masalah Sofia, itu gunanya temen.) kataku menenangkannya.

(bersambung)






NEXT: UNEXPECTED DINNER
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sedahhhhppp...dengan sedikit drama yg terjadi sepanjang hubungan suhu dengan sofia...sdh semacam takdir, bisa tetanggaan tower apt , sampe ke masalah pribadi...you deserved her anal hu...
Klo bahasa joroknya tuh jalur anal cetakannya kontol suhu haha


Btw itu foto2 pas doi muda ap skrng hu?
Foto wktu muda. Foto skrg pernah aku share sblmnya. Ga terlalu keliatan beda bodinya. Tapi kalo wajah keliatan bedanya. Cuma kan disensor.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd