Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Boss

Limapuluh Tiga

Harsa

Gak biasanya papa meyetel Tv di ruang tengah, dengan suara cukup kencang, papa mama, sama kedua orang tua santi pun duduk sambil tertuju ke tv tersebu.

“ada apa paa maa?” kataku langsung ikutan lihat, dari sekilas siaran langsung. Yang ternyata isinya tentang kebakaran pasar kemarin. Kenapa jadi melebar seperti ini..

“jangan-jangan ini ada hubungan sama hara pa?” kataku pelan.

“entah, papa gak habis pikir apa yang di lakukan hara, kalau ini benar-benar hara yang lakuin”

“tapi harsa yakin, ini hara lakuin itu demi orang-orang pasar” ucapku yakin.

“kamu yakin?” angguk gue yakin, hara pasti lakukan apapun demi mempertahankan pasar, termasuk menyerang secara langsung, lewat saluran tv nasional pula.

“kamu coba hubungi hara sekarang dia dimana,” pinta papa, tak lama papa menerima telepon dari seseorang, tapi saat aku mau menelpon hara, bella lebih duluan telepon.

“haloooo”

“Bebb nonton berita, aku tadi lihat hara di tv, gila tuh anak, buat keributan gara-gara pasar kebakaran” gerutunya tanpa titik.

“wahh benar-benar pada tau semua yah.” Gumamku.

“tapi di media online juga ada loh, ini seolah-olah kasus besar harsaa,”

“masa??”

“aku kirimin screenshotnya,” tak lama bella memberikan semua judul berita, intinya kasus pasar sudah di beritakan di semua media online, termasuk koran pagi hari ini, Orang macam apa yang bisa melakukannya secara menyeluruh, hara tak melakukannya sendiri.

“aku ikut papa ke kantor dulu beb” katkau saat papa bersiap ke kantor, padahal ini gak ada jadwal ke kantor,

“iah hati-hati”

“pa, harsa ikut”

“boleh, sekalian tau kondisi perusahaan” seyum papa tepuk bahu aku pelan, aku langsung berpakian rapih.

Selama perjalanan aku langsung kasih tau, masalah ini sudah menyebar di media online, paap sendiri geleng-geleng kepala,

“tapi kita ke kantor ada apa?”

“mau ketemu sama pak taslim,”

“heee? Pasti soal masalah pasar?” angguk papa,

Pertemuanya bukan di kantor papa, melainkan bekas kantorku dulu, seketika ingat masa-masa itu. kalau gitu pasti aku bakalan,ketemu rudy atau sherly, feelingku mengatakan demikian.

“kenapa harsa?” tanya papa, pas gue lirik kanan, seolah ada yang awasin aku sama papa,

“ngak pa, cuman ngerasa ada yang ikutin”jawabku, aku sama papa langsung naik ke lantai paling atas, di ruangan meeting yang tak pernah berubah sama sekali.

“silahkan masuk, pak taslim sudah menunggu” ucap salah satu karyawan wanitanya, atau mungkin ini sektarisnya rudy.

Pintu pun terbuka, di ujung meja terliha paktaslim sedang duduk di dampingi dua orang, yang jelas rudy salah satunya, mungkin satunya yang di sebut ares.

Pintu langsung tertutup rapat, termasuk gorden juga,

“kita mulai saja kalau gitu langsung ke maslahnya, gak usah bertele-tele” ucapnya, aku baru bertemu dengan orangnya, tampangnya mirip suami artis inul darasista dengan kumis yang tebal, aku sedikit lirik kea rah rudy dan ares, mereka mendunukan kepalanya,

“ini anak kamu kan, si hara?” tunjuknya beberapa foto, saat hara pegang spanduk tolak relokasi, kemudian rekaman siaran langsung tadi,

“iah, kenapa?” jawab papa santai.

“kamu tau anak kamu mengusik saya, ini bisa mempengaruhi hubungan Kerjasama kita loh” ucapnya.

“tapi anak saya hara tak ada hubungan apa-apa dengan perusahaan, dia pun gak ada jabatan disini, dia hanya meminta keadialn soal penggusurannya saja” ucap papa

“Saya paham, tapi ini benar-benar mengusik, kenapa begitu di besar-besar kan?,

“lagi pula kita sudah deal, soal relokasi?” perdebatan antar papa dan pak taslim begitu panas, karena masalah ini membawa nama perusahaan. Dan raut wajahnya sedikit panik, saat papa tetap tak mau menghentikan hara. rudy dan ares pun hanya berdiri diam, pasti ini cukup masalah besar di pihak pak taslim.

“kamu gak tau kalau saham kita semakin turun?”

“perusahaan kita sama-sama merugi karena masalah yang di timbulin anak kamu si hara” lanjutnya.

“perusahaan saya turun kamu juga demikian” lanjutnya lagi

“yang lebih berdampak perusahaan yang kamu pegang sekarang dengan anak perusahaan yang kamu ambil “ ucap papa mulai berani menyinggung soal perusahaan aku dulu. gue sedikit kagum sama papa,

“no no no, ini soal pasar jangan menyangkut yang lain, okeh” potong pak taslim.

“kita sudahi perdebatan yang tak penting ini” ucap papa berdiri.

“Gak penting?? Ini penting buat saya, kamu tau itu pasar saya sudah incer selama bertahun-tahun,”

“jika proyek itu berhasil, kita akan mendapat keuntungan juga paham?” ucapnya berdiri juga, tapi kali ini meninggikan nadanya, sambil menununjuk-tunjuk papa.

“baik”

“kalau begitu, saya urus” senyum papa ke pak taslim, itu buat aku kaget juga,

“itu yang saya harapkan, ,”

“saya urus pemutusan kontrak kerja sama perusahaan saya sama kamu” ucap papa berjalan keluar ruangan.

“saya juga sudah tau, kamu dan yang lainnya udah siap menngincar kepala saya, kalau proyek di pasar itu berhasil”,

“tungu tunggu,, Saya bilang tunggguuu!!!, ini belum selesai,”

“saya sudah siap merugi, karena saya sudah megalaminya berkali-kali sampai posisi seperti ini, tidak masalah memutuskan tangan yang mulai membusuk.” ucap papa dengan tatapan serius. Dan aku pun langsung keluar ruangan kembali ke mobil, aku baru kali ini melihat papa seserius ini,

***

Tapi sebelum ke mobil, aku memilih ke wc dahulu, dan lagi ada yang seperti menguntitku kali ini,Aku langsung berpura-pura masuk wc, dan berembunyi, ada seseorang berpakaian tertutup, termasuk bertopi,

“kena kauuuu!” ucap gue pas dia seperti mencari aku masuk di kamar mandi sebelah mana. sambil menutup mulutnya.

“lepasinn” suara wanita, aku pun langsung membuka topinya, dan benar dia wanita,

“kenapa kamu menguntit saya? Kamu mata-mata dari pak taslim?”

“noo bukan,, lepasin dulu” aku lepasin tangannya masuk ke kamar mandi berduan dan langsung aku kunci.

“pasti kamu pak harsa kan?” ucapnya pelan,

“iah, kamu siapa?”

“akhirnya ketemu, setelah beberapa bulan ini, mencari tau soal pak harsa” senyumnya lega.

“saya adiknya ajeng, office yang bekerja disini”

“kenapa?”

“ini, sebelum mba ajeng pergi dia meminta menitipkan ini” jelasnya kasih flashdisk hitam kecil.

“ajeng udah keluar dari perusahaan ini?” senyumnya pelan.

“iah, mbak ajeng sudah gak bekerja selamanya, dia sudah tenang sekarang” lanjutnya membuka kunci pintu,

“maksud kamu? Ajengg?”

“iah,mbak ajeng sudah tenang di sana,”

“saya cuman kabulin permintaanya, karena penyesalaannya,”

“saya pamit, mungkin kita gak akan bertemu lagi” ucapnya langsung lari kencang, dan teriakan satpam dari kejauahan, bearti yang tadi pas aku masuk dia yang mengikutinya.

Aku langsung ke mobil, papa seperti menelpon seseorang membicarakan soal keputusan pemutusan kerja sama, yang bearti papa keluar dari grub perusahaan yang sudah betahun-tahun di dalamnya.

“papa kenapa nekad seperti ini?”

“papa mau tau, apa yang kamu tanggap soal tadi?” potongnya.

“perusahaan pak taslim mau jadi yang dominan di grub itu,?”

“teruss?”

“yang seesuai papa bilang, pak taslim secara gak langsung mengincar kepala papa, alias perusahaan papa”

“dan papa juga pernah bilang kan, suara para komirasi mulai terpecah, kini papa sama pak taslim memegang suara yang sama lima puluh banding lupa puluh” ucapku,

“kamu semakin cermat sekarang, sepertinya kamu lebih cocok menggantikan papa suatu hari”

“tapi bukannya hara yang papa mau?”

“kamu lihat apa yang hara lakukan sekarang?” ucap papa tertawa, padahal gara-gara dia papa memutuskan kontrak kerjasamanya.

Lagi dan lagi karena hara,

Sebelum itu, gue juga mau lihat isi dari flashdisk yang adikny ajeng, atau ini hanya tipuan yang di lakukan keluarga pak taslim, aku harus lebih waspada sekarang.

***​

Hara-

Hari yang benar-benar melelahkan, gue gak habis pikir bang boris bakalan ngepung, gue gak bisa henttin itu, walau akhirny banyak petugas yang mencoba melerainya.

“santi?” gumam gue pas lihat santi berdiri di depan kontrakan.

“kok kami disini?” tanya gue terkejut.

“di rumah juga gak ada orang, aku udah siapin makanan di dalam” ajaknya langsung ke dalam,

“wow” gumam gue terkejeut, pas lihat kondisi dalam kontrakan lebih rapih, walau isinya gak banyak.

“kamu yang rapih-rapih.” Angguknya, langusng ke meja kecil, disana udah ada sayur capcay, mie goreng, ikan goreng,

“kamu beli dimana?”

“bikin hehe, tapi di rumah bikinya, tapi masih anget kok” senyumnya sendokin nasi ke gue, dan buat dia juga.

“mari makan” ucap gue, mencoba makananya, walau jujur rasanya lebih asin, tapi masih enak di makan, gue pun habisin dia yang buat. Rasanya pas di perut kenyangnya bisa sampai besok.

“gimana kondisinya?” tanyanya saat sudah selesai makan.

“masih belum, mereka masih belum mengaku, di tambah semakin kacau karena banyak wartawan, seolah benar-benar masalah besar”

“sampai ada polisi juga,pasti ini kerjaan mas roy” ucap gue ke santi.

“salah,”gue langsung noleh ke santi.

“mba rita, anak perempuannya babeh, dia yang lakuin ini semua,”

“seriuss?”

“iah, aku yakin dia, karena dia bilang bukan bantu buat kamu, tetapi bantu buat keadilan,” santi langsung bediri duduk di pangkuan gue,

“andai ini selesai, please stop yah, gak usah lebih dari ini” ucapnya peluk gue erat.

“kenapa?, kamu gak mau kembali seperti dulu?”

“ngak, aku udah nyaman seperti ini, gak usah berurusan dengan mereka itu sudah cukup” pelukannya semakin erat,

“tapi mereka sudah…” potong santi dengan mencium bibir gue, membiarkannya melumat bibir gue, sampai gue pun membalas menciumnya.

Santi tak banyak bicara dia tak melepaskan pelukannya, gue cuman bisa mengelus rambutnya,

“brr brrr brrr” suara ponsel, ternyata dari harsa, panggilan yang tak terjaab puluhan kali, termasuk papa mama. Pasti mereka sudah lihat di berita soal keadaa pasar yang bisa sampai runyam. Dan gak lama ada telepon dari mas roy.

“halo mas”

“kita dah lihat soal kasus pasar, gimana hebat kan?”

“ini semua kerjaan mas roy?”

“bukan, itu rita yang rencanain, ini pemanasan kalau mereka benar-benar mau menggusur pasar.”

“tapi kenapa sampai segitu?”

“ini bulan lagi balas budi, tapi tentang kemanusiaan, itu kata ayah” jawab mas roy

“babeh babeh,”

“bilangin babeh, harusnya pas masih muda, harusnya jadi walikota, terus gurbernur tuh, pasti babeh bisa mensejahterakan masyrakat” ucap gue tertawa karena ucapanya terdengan keren sekaligus lucu.

“untuk selanjutnya apa mas?”

“pelakunya, tinggal dua lag ikan?

“iah”

“intinya membuktikan pelakunya punya hubungann dengna perusahaan itu”

“salah satunya rencana rita, memberitakan sampai masyarakat mendorong melakukan banding soal keputusan hak tanah”

“tapi mas roy mereka sudah beli, dan sertifikatnya juga”

“mereka perusahaan besar, tak mau kehilangan saham, pasti mereka juga sedang panik nilai sahamnya turun karena masalah ini” jujur gue gak ngerti soal persahaman, tapi mendengar ucapan mas roy seperti itu, tak buruk juga.

“ada kabar buruknya, “

“apa?”

“andai semua kena suap oleh mereka, taka da jalan lain untung menang”

“udah yah gitu aja har”

“iah mas terima kasih,” santi ternyata mendengarkan sambil tiduran di pahaku, di sedikit menarik celanaku,

“slrruupp,” santi melumat penisku ,

“kenapa jadi agresif gini?” bisikku,

“biar kamu gak kepikiran soal lain, “ ucapnya santi terus melumat dari penisku yang tertidur sampai sekarang berdiri tegak.

“hmm seperti mala mini aku ngeronda deh” gue langsung berdiri kunci puntu kontrakan.

“asikk, di rondain, “ senyumnya dengan raut wajah nakal, santi langsung menarik kasur yang untuk satu orang,

“sini, kalau mau ronda” ajakanya langsung rebahan. Gue langsung singkap kaos dan celananya sampai sisa celana dalam dan branya.

Santi posisi bawah, sedangkan gue atas. Sambil melumat satu sama lain. Bulu-bulu di sekitar vaginya mulai terasa kasar, mungkin selama ini santi gak perawatan lagi.

Tapi tetap saja bibir vaginaya begitu mengoda, “slrruuuppss” lidah gue menghisap klitorisnya , santi juga gak mau kalah menghisap kepala penis gue sekuat tenaganya.

“ohhhh plop” bunyi penis gue keluar masuk di mulutnya.

Gue langsung ubah posisinya, mebelakangi tuubhnya sambil memainkan buah dadanya dan juga vaginya, tentunyya sambil bericiuman, tangannya juga mengocok penisku.

“uhhmmm “ secara perlahan tangan santi mengarahakan penis gue ke vaginya dengan posisi menyamping,

“sssshh haarr” desisny saat hentak-hentakan pelan menekan masuk ke dalam vaginannya, kini salah satu kakinya gue angkat ke atas agar lebih gampang.

Setelah itu gue cabut sebentar memposiskan santi menunging, memasukan kembali penisku sambil meremas buah dadanya,

“aahhh” hentakan agak kasar beberapa kali sampai santi menggerang.

“ngh ngh ngh ngh” suara desihannya dikutin Gerakan pinggul gue.

“ohhh haraaaa” lenguhya tiba-tiba, di ikuti cengkaram vaginanya yang seolah menelan penis gue.

“ha haaa” lenguh nafasnya, dengan posisi terlungkup, gue kembali selipkan penis gue masuk ke dalam vaginanya, kali ini lebih lancar karena pelumasnya sudah keluar.

“ohhhh~” desisnya.

“hmmm jangan di dalemm yahh” bisikku di ikutin gerkaan maju mundur beberapa menit.

“ohh santiiiii” gumamku,

“plopppp”

“crrotttt” semburan hangat di belahan pantatnya, lebih banyak di banding tadi,. Gue langsung rebahan di sampingnya, Saling tatap sebentar, dan kembali berciuman mesra,

di dalam hati gue paling dalam sebenarnya ada keinginan membuat perusahaan yang di ambil, tapi santi tak menginginkanya, dia benar-benar tak mau berurasan lagi denan keluarga pak taslim, tapi yang terpenting adalah pasar tak berpindah akan disana selamanya~.



Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd