Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Boss

zhuquejr92

Guru Semprot
Daftar
28 Jan 2015
Post
677
Like diterima
13.474
Bimabet
Prolog​



Nia-


Roda kehidupan memang benar adanya, dan aku mengalaminya sekarang. Berada di titik paling bawah saat ini.

Dan baru satu minggu kami tinggal disini, setelah tiga kali pindah tempat, dan sekaligus ini pertama kalinya aku tinggal kontrakan agak lebih besar di banding kemarin,

Aku masih benci sama papa, karena kesalahannya menjadi kami seperti ini. Alasannya tak mau aku ungkap sekarang karena aku masih belum terbiasa seperti ini, walau sudah berjalan enam bulan lamanya.

Tapi saat ini papa bekerja di teman lamanya sebagai driver juga selama enam bulan ini, terkadang mama juga ikut.

“Sarapan san..,” ucap mama

“Nanti ma, aku udah telat” aku bohong ke mama, karena di meja cuman ada satu piring, aku sengaja gak makan itu karena buat mama, pasti dia belum sarapan.

“Kamu mau kemana?”

“ada panggilan kerja, “ kataku dengan wajah datar karena aku mendapat lowongan kerja dari temannya papa juga. Gak ada salahnya aku coba.

“Ya udah, jangan lupa makan yahh” aku senyum ke mama, karena itu jawaban terbaik saat ini. Dan langsung sarapan di luar, yaitu bubur ayam.

Bubur ayam yang selalu ada di pinggiran gang. Aku suka makan bubur sekarang, selain murah itu bikin kenyang. Perutku mulai agak terbiasa makan makanan murah seperti ini.

“Bang satuuu”

“yah neng, habiss.. “ jawab abang buburnya,

“ohhhh, “ aku harap di depan selama perjalanan ada makanan yang membuat kenyang seharga lima ribu.

“Bang, buburnya lebih satu” ucap cowok di sebelahku,

“Buat kamu aja, bayarin” lanjutnya, hal itu membuat aku menoleh, perawakannya tinggi, rambutnya panjang, kumis tipis dan kulit sawo matang atau tepatnya lengannya agak belang, tampilannya seperti kuli pada umumnya.

“seriusan?” angguknya kasih plastiknya, dia langsung pergi gitu aja, dan aku langsung makan bubur dalam sekejap habis. Jujur aku menahan lapar sejak malam.

Yang jelas hari ini aku gak akan hilangin kesempatan buat interview di salah satu perusahaan besar. Aku akuin ini karena bantuan papa juga. Katanya ini perusahaan temannya,

Aku memang belum pernah interview, karena memang baru saja lulus dari universitas di Australia. Terdengarnya memang keren, tapi kenyataan tak seperti ini.


***​

Salah duga, aku kira perjalanan akan lancar saat berangkat pagi. Macet ada dimana-mana, aku telat karena sekarang sudah jam delapan. Dan interview jam segitu juga.

Dengan sedikit panic aku langsung Tanya tempat interview berada. Tapi tak hanya sampai situ, karena gedung ini sangat luas.

Terdapaat empat gedung dengan sepuluh lantai setiap gedung, itu kurang lebih. Dan sekarang aku di lantai dua.

Sesampainya ada empat orang itu pun sudah keluar dari ruangan, tapi tak ada panggilan dengan namaku, gak mungkin kalau salah hari, karena memang isi emailnya hari ini.

“Bu maaf” kata aku saat ada perempuan keluar dari ruangan itu,

“Iah?”

“Saya ada panggilan interview, tapi nama saya tidak ada yah?”

“nama?”

“santi ” jawabku, dia langsung lihat berkas yang di bawahnya.

“Tidak ada, adanya nama Nia putri” ucapnya langsung kasih tunjuk CV, itu benar CV yang aku kirim tapi namanya beda.

“Tapi ini cv saya bu, ini sesuai KTP,” aku kasih tunjuk, tapi namaku berbubah menjadi Nia. Sejak kapan berubah,

“Haaaa” lenguh panjang perempuan itu,

“Bilang aja kalau kamu telat, sayangnya saya gak bisa interview kamu, karena posisi yang kosong sudah ada.” senyumnya melangkah pergi.

“Bu , mba, please, Saya lulusan salah satu universitas di Australia, lihat aja CV nya” kataku gak mau kehilangan kesempatan ini, dan itu pun berhasil. Dia langsung cek kembali CV ku,

“Yakin?” ucapnya saat aku mendekatinya.

“Lulusan SMA, bilang lulusan luar negeri?” tunjuknya ke bagian riwayat pendidikan, dan kembali benar. Hanya lulusan SMA. Apa ini karena papa, dia yang mengubah semua indentitas aku.

“kamu pikir, berbohong soal sekecil itu bisa dapat pekerjaan?” lanjutnya.

“Tapi saya butuh perkejaan bu, berikan kesempatan sekali ini” kataku memaksa, tapi memang harus dapat hari ini. Karena aku buktiin aku bisa dapat kerja.

“Ada, untuk sekarang, sebagai Office Girl, barusan aja ada resign, kalau mau hari ini saya terima kerja,” ucapnya sedikit jengkel.

“Untuk gajinya?”

“UMR, dua juta rupiah” aku terkejut gajinya, seperti uang jajan aku harian, tapi itu dulu. Sekarang sangat berbeda.

“Saya mau, “ kataku pelan, karena kemungkinan dengan CV yang udah di ubah papa atau siapa itu, gak mungkin bisa setara ijazah kuliah aku.

“Baik, ikut saya “ perempuan itu masuk kembali keruangannya,

“Ini seragamnya, jam tujuh tepat harus ada di kantor.”

“Iah baik, “ kataku langsung buka seragamnya yang kekecilan.

“Maaf bu ayu, gak ada yang lebih besar?” kataku udah tau namanya karena di mejanya ada tag name dia.

“Itu paling besar, kenapa?”

“ini saya pasti agak sesak” tunjuk aku kearah buah dada aku sendiri, tapi memang benar kalau pakai ini seragam pasti terlalu ketat dan menonjol.

“Jahit sendiri, kalau mau sesuai ukuran kamu” ucapnya sambal senyum sinis, aku cuman bisa menghela nafas. Aku sadar aku sekarang bukan apa-apa.

Aku langsung keluar membawa seragam yang udah di masukan ke kantong plastic hitam, karena aku malu kalau orang melihat aku bawa seragam ini.


***​

Selama perjalanan pulang aku terus berpikir, apa yang aku lakuin salah ambil keputusan. Di lain sisi aku sangat butuh perkejaan.

Rasanya malas pulang ke rumah, sesekali aku lihat gedung ini. Rasanya berbeda jauh dari namanya dengan gaji yang aku akan terima.

Aku memilih jalan terlebih dahulu, karena ongkos cuman cukup naik angkutan umum ke arah rumah, mau gak mau harus aku lakuin.

Arah pulang memang melewati pasar tradisional, pergi pun lewatin tapi berbeda gang saja. Dari jauh pun sudah tercium bau yang tak sedap,

Aku terpaksa lewat sini karena angkutan yang aku naikin mau putar balik, aku hanya bayar setengah harga untuk itu, jadinya aku mau aja di turunin disini.

Jalan perlahan melewati samping pasar, becek dan bau. Air genangan yang menghitam, di tambah banyak abang-abang yang bolak balik membawa barang.

“ahh” jerit aku saat aku melangkah ke tempat yang basah, jeritan aku membuat orang sekitar melihatku aneh, terpaksa aku jalan dengan sepatu aku yang agak basah. Melangkah secepat mungkin.

Lebih cepat dari lewat gang sebelumnya, tapi bau nya aku gak tahan. Di halaman rumah ada sebuah mobil sedan mercy, gak mungkin itu punya papa.

“Aku pulang” kataku langsung buka sepatu yang agak basah.

“Bagaimana hasilnya?” Tanya mama yang bersama papa di ruangan tamu, melihat papa rasanya kesal.

“Udah keterima, “ jawabku agak ketus karena melihat papa dan aku melangkah masuk kamar.

Tak lama suara ketukan pelan di ikuti suara papa panggil namaku, aku gak jawab. “san” ucap papa lagi.

“aku capek mau tidur!” aku langsung rebahin ke Kasur yang lumayan empuk, aku masih kesal pasti ini kerjaan papa mengubah semua identitas aku.

Suara pintu terbuka, aku langsung menutup wajahku dengan bantal, seolah aku benar-benar tertidur. “san,” ternyata suara mama, tapi aku terus pura-pura tidur.

“Kamu bohong soal udah terima kerja?” Tanya papa,

“gak kok,” jawabku dengan wajah tertutup bantal.

“Kamu harus tau papa lakuin ini demi mama, kamu dan albert. Papa sengaja membuat indentitas baru buat kamu dan albert, maaf untuk itu” suara papa.

“Papa gak mau, mama, kamu dan albert ke seret masalah yang papa kamu hadapi” lanjut mama buat aku mau nangis. Nangis kesal karena kenapa harus seperti ini, tapi aku bisa tahan.

“Aku udah kerja kok, besok udah masuk kerja” potong aku yang masih tutupin wajah dengan bantal sampai suasana hati aku membaik.

Setelah mama keluar kamar, aku langsung buka seragam tadi, seragam berwarna biru dengan logo perusahaan yang papa kasih tau. Andai tidak macet mungkin aku tak terpaksa mengambil perkejaan seperti ini.

Aku langsung pakai, dugaan aku benar. Terlalu ketat sampai buah dadaku sangat menonjol. Tapi mau bagaimana lagi, dari cetakan sananya aku seperti ini.

Walau aku tak tinggi dan berisi, tapi isinya bukan lemak. Memang tubuh aku sekal seperti ini, karena keturunan dari mama juga mempunyai tubuh sekal seperti itu.

Aku langsung lepas lagi dan sembunyiin di bawah tempat tidur, ini tempat aman kalau mama beresin kamar aku.

Dari luar pembicaraan mama sama papa, soal papa akan pulangnya gak tentu karena rumah teman papa memang jauh dari sini, tepatnya beda kota.

Besok paginya, aku bangun lebih awal. Aku langsung masukin seragam ke tas yang agak lebih besar. Mama gak curiga hal itu, karena aku pakai tas adikku sendiri.

Gak lupa aku beli bubur ayam disana, tapi kali ini aku gak kehabisan, dalam waktu kurang lima menit bubur sudah habis.

“cowok itu kan” gumamku melihat cowok yang memberikan bubur lagi, tapi gak sempat untuk berterima kasih karena mengejar waktu.

Kalau tak macet seperti rasanya bahagia, sudah di kantor tepat waktu. Aku langsung ke arah ruangan khusus OB,

Tempatnya belakang kantor, tempatnya tak terlalu luas. Dan di bagi dua ruangan cewek, cowok. Banyak yang melihat

“Anak baru?” suara cewek pas aku masuk untuk ganti pakaian.

“iah”

“Wah.. liat penampilannya, kayak orang kantoran hahaa” tawa salah satu dari mereka lagi. Tapi kali ini yang datang. Wajahnya seperti udah lama disini, karena kebanyakan memang tak pakai make up seperti aku.

“Masuk aja, ganti pakaian” kata salah satu, tapi bedanya dia lebih lembut, aku langsung masuk ke kamar ganti.

Selesai, cewek itu ada di depanku, “anak baru?” tanyanya pelan, aku angguk pelan.

“Sherly, kamu?”

“santy, panggil aja sansan, maksudnya nia hehe” kataku jabat tangannya,

“Heeee! anak baru, gedung empat sana!!,” pekik salah satu lagi, atau tepatnya orang yang sama meledek aku tadi.

“Dia siapa?” tanyaku ikutin sherly ke gedung yang sama denganku.

“Dia itu ajeng, kepala OB disini, dia gak suka karena ada yang saingin dia kalau soal make up” kata shrely.

“hehe, maaf” kataku senyum.

“Lebih baik gak usah make up, percuma bakalan hilang kena keringat nanti” lanjutnya sesekali menoleh ke belakang, ajeng juga di gedung ini.


***​

Ucapan Sherly benar, aku harus tampil seperti biasa. Tapi bukan aku tak mau, rasanya beda kalau tak make up. Tepatnya tak percaya diri

Aku berangkat dengan pakaian biasa, pekerjaan kemarin lumayan untuk aku lakukan. Karena hampir sama seperti pekerjaan di pembantu di rumah.

Ada satu yang aneh di kantor gedung empat ini, semua yang bersih-bersih harus cewek semua, tak ada cowok pun di gedung ini. Termasuk ajeng.

Selain itu itu, aku harus terbiasa orang lihatin ke arah dada saat mereka melihat ke arahku, kalau sudah gajian aku buat pakaian yang agak besar.

“Anak baru, bersihin lantai delapan sana!” ucap ajeng, saat aku baru saja selesai membersihkan lantai tiga.

“Tapi saya baru selesai” kataku,

“Gak ada orang lagi, kaki gue lagi sakit” ucapnya

“iah,” aku langsung turutin permintaannya, karena aku gak mau buat masalah. Dengan perlengkapan lengkap aku langsung naik ke lantai delapan.

Ruangannya berbeda dengan lainnya, hanya ada satu ruangan di tengah-tengah. Dengan bagian kaca sebagai dindingnya.

Aku gak bisa lihat karena sepertinya ini kaca tak tembus pandang, dan yang jelas disini sepi sekaligus dingin.

Dari pinggiran ruangan aku langsung bersihin, karena sudah waktu makan siang. Kini tinggal sekitar ruangan itu.

Pintunya tak tertutup rapat, aku mencoba menutupnya. Tetapi aku tak sengaja melihat seseorang berdiri jendela sambil memainkan penisnya ke arah luar.

“pletakk” ujung sapu terbentur pinggiran pintu, aku langsung segera turun ke bawah. Aku gak tau dia siapa, yang jelas aku panik sekarang.

“Nia, heeii kenapa?” terpukan pundak sherly saat aku duduk terdiam di depan ruangan ganti. Aku gak mungkin bilang ke sherly soal tadi, karena aku masih takut kalau ini akan menjadi masalah.

“Ruangan paling atas ruangan siapa yah?” Tanyaku.

“Lantai delapan?” anggukan aku pelan.

“Boss kita, anak yang punya perusahaan ini, kenapa?”

“Kamu gak suruh bersihin lantai atas kan?” pertanyaan sherly buat aku terdiam.

“Ajeng suruh aku bersihin lantai itu heheehe, ternyata masih ada orangnya” kataku pelan, sherly langsung melotot saat aku bilang seperti itu. Seolah ini masalah akan besar.

“Serius?, Boss harsa paling gak suka kalau di ruangannya ada orang kecuali memang suruh bersih-bersih!” dan aku tahu ajeng sengaja membuat aku dalam masalah.

“Terus gimana?” sherly cuman menggelengkan kepala, rasanya benar-benar ini masalah besar. Gak lucu kalau aku di pecat gara-gara tak sengaja melihat dirinya sedang seperti itu. apa lagi ini belum satu minggu aku masuk kerja,


Bersambung....


***
Nama Karakter

Nia ( shanty ), nama samaran
Harsa, saudaranya Hara
Hara ( Mada ), saudaranya Harsa
Budi, Dokter sekaligus teman Hara Dan Harsa
ComingSoon​
 
Terakhir diubah:
Satu

Harsa-


Ada tikus yang tak tau aturan masuk dalam kantor, “Panggil Kepala HRD kesini!!” teriakku kesal saat menelpon bagian HRD, ada seseorang yang masuk keruanganku tanpa izin,

“Itu pak, ibu ayu” ucap salah seorang bawahanku,

“Kumpulin semua Office Boy di tempatnya, sekarang!!” pintaku sedikit geram, apa mungkin itu orang yang aku pecat kemarin, dia mau balas dendam karena itu. Office Boy yang mencoba menguntitku untuk mencari aib dari diriku.

“Sudah semua pak,” kata Ibu Ayu, aku langsung menuju ke ruangan tempat para Office Boy berada,

Mereka semua langsung berdiri saat aku datang, memang harus seperti itu seharusnya, mereka juga berjajar rapih seperti mau upacara.

Aku tak masuk ke dalam karena sirkulasi udaranya tak bagus untuk di hirup, dan membiarkan ibu Ayu yang mengurusnya, aku ingin melihat orangnya pasti ada salah satu dari mereka.

“Siapa yang tadi bertugas membersihkan gedung empat silahkan maju ke depan” ada sepuluh orang yang maju ke depan.

Aku langsung melirik ke salah satu orang lama, yaitu ajeng. Dia terkenal bukan karena orang lama, melainkan jajanan para manager disini. Dari tampilannya juga sangat berbeda dari lainnya.

“Dan dari kalian, siapa yang membersihkan lantai delapan?” aku langsung memperhatikan wajah mereka satu persatu, ada yang berbeda. Seperti ada orang baru disini. Gak lama ada seseorang yang di dorong paksa ke depan.

“Kamu?”

“iah saya bu,” ucapnya tundukin kepala, aku langsung bilang bawa dia keruangan. Dan dia memang orang baru disini. Penampilan berbeda seperti tak cocok bekerja seperti ini, minimal anak kuliahan atau sejenisnya. hal itu buat aku semakin curiga.


“Permisi pak, ini orangnya” aku cuman lambaikan jari agar dia keluar, membiarkan aku dan dia di ruangan ini. cewek itu hanya bisa menunduk

“Kamu tau, saat berbicara dengan orang dan kepala kamu nunduk seperti itu, tanda tak sopan?” ucapku menarik nafas karena tak boleh terbawa emosi.

“Maaf” jawabnya langsung tegakin kepalanya,

“Kamu tau peraturan di gedung ini?” Tanyaku mendekatinya, dan terpaku ke buah dadanya yang terlihat dari seragamnya, seolah tak mampu menutupi sepenuhnya.Sialnya, penis ku langsung ekresi melihat buah dadanya.

“Maaf pak, saya benar-benar tidak tahu, saya anak baru bekerja disini dan tak tau soal larangan itu” jawabnya menggengam tangannya sendiri. Walau kepala tegak tapi dia tak berani menatapku.

“apa yang kamu lihat tadi?” andai dia tak melihat apa-apa, dia masih kesempatan untuk berkerja disini, tetapi kalau dia melihatku sedang melakukan onani itu urusan berbeda.

“Jawab jujur,” pintaku saat dia hanya terdiam

“Ituuu, maaf saya tak sengaja”

“melihat saya melalukan sesuatu?” dia angguk sambil kembali menunduk.

“Iah, pak, Jangan pecat saya, saya benar-benar butuh pekerjaaan!” ucapnya langsung membungkukan badannya, tak sengaja kancing bajunya terlepas. Mataku melihat belahan buah dadanya yang memang besar.

“saya mohon pak, berikan kesempatan” ucapnya lagi terus membungkuk.

“Saya akan lakuin apapun, asal jagan pecat saya” lanjutnya.

“apapun?” sialnya setan di kepalaku memikirkan hal lain.

“iah apapun! dan saya berjanji menutup mulut dengan apa yang saya lihat” jawabnya mengigit bibirnya dengan mata yang memerah,

Aku kasih jempol atas keberaniannya berbicara seperti itu langsung di hadapanku, karena kebanyakan orang hanya bisa beberapa kata saja, dan akhirnya di pecat.

“Baiklah, buka beberapa kancing baju dan perlihatkan buah dada kamu,” ucapku spontan karena libido terasa meninggi melihat buah dadanya seperti itu.

"ttaaa taaapi?' ucapnya terbata-bata,

"gak mau? besok gak usah kerja lagi, dan keluar dari ruangan ini" senyumku sinis

Dia diam sejenak dan langsung membuka beberapa kancing atas sampai terlihat kaos menutupinya. Gak lama dia kembali menyingkap kaosnya ke atas termasuk BH yang mungkin ukurnya 36D.

Aku Cuman menelan ludah sendiri melihat puting kecilnya yang tak sebanding dengan buah dadanya, penisku semakin meronta-ronta melihatnya,

“berlutut,” pintaku langsung buka resleting, langsung melakukan onani di hadapannya. Jujur aku semakin bergairah saat terus menatap buah dadanya.

Dia hanya membuang mukanya saat tau aku melakukan onani di depannya, “ohhh~” lenguhku mempercepat kocokan setelah lima menit terus menatapnya.

“Ahhhhh” jeritnya saat cairan sperma langsung menyemprot kearah wajah, leher, dan buah dadanya.

“Upss, sorry gak sengaja” kataku langsung kasih tissue basah yang biasa untuk membersihkan penis saat selesai onani.

"cepat bersihkan, dan anggap hari ini tak terjadi apa-apa,' angguknya langsung membersihkan dengan tissue basah.

Selesainya dia pamit langsung keluar ruangan tanpa sepatah kata pun, sesuai kemauannya apapun asal tidak di pecat. Aku tidak akan memeceatnya kecuali dia membocorkan rahasia ini.

***​

Di pikiranku saat ini adalah kejadian tadi, kenapa aku harus melakukan onani di depan dirinya. Orang yang tak aku kenal, di tambah karena hanya melihat buah dadanya saja. libido ku hilang kendali.

“Harsaaa… sorry lama, “ suaara budi, yang merupakan dokter kenalanku, atau tepatnya teman saat SMA dulu.

Dia sekarang menjadi seorang dokter muda yang mempunyai masa depan cerah, dan aku menemuinya untuk masalah yang menurutku serius,

“Oke, hasilnya udah keluar?” tanyaku yang sudah lumayan lama duduk di ruangannya.

“ini” budi kasih hasilnya.

“Gue yang jelasin, “ potongnya.

“Dari keseluruhan semua sehat, semua bagus dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tapiiiii”

“apa?” potongku gak sabar.

“Ada kelaianan genetic repoduksi sperma lo !” jelasnya langsung siap-siap jelasin.

Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis. Pada tubulus seminiferus terdapat dinding yang terlapisi oleh sel germinal primitif yang mengalami kekhususan. Sel germinal ini disebut spermatogonium . Setelah mengalami pematangan, spermatogonium memperbanyak diri sehingga membelah secara terus-menerus (mitosis). Sedangkan sebagian spermatogonium yang lain melakukan spermatogenesis.”

“dan?” aku potong penjelasannya.

“Dan disinilah kelainan genetic lo harsa.. repoduksi sperma lebih cepat empat kali lipat dari manusia normal!!!”

“Tapi tenang, ini gak terlalu menggangu kalau setiap satu minggu satu kali harus ejakulasi, dan ini bisa menganggu kesehatan lo,”

“Jadi, libido gue gampang naik karena ini juga?” Tanya aku, budi cuman angguk pelan,

“kalau boleh tau, lo lakuin onani berapa kali dalam satu minggu?”

“Hampir setiap hari dalam bulan ini, termasuk hari ini”

“Hanya onani, atau Making Love?”

“Penis gue sangat berharga untuk melakukan itu, walaupun pakai pengaman,”

“Jadi, tadi onani?”

“Iah di bantuin Office Boy” aku memang terbuka soal berbicara dengan budi, karena demi mencegah masalah ini menjadi panjang lebar.

“Haa? Office Boy? Lo gay?”

“Noo!!, Maksud gue bukan Office Boy, tapi Office Girl,” tampang budi langsung bingung, pasti dia gak percaya apa yang aku ucapin.

“Serius gue, gue horny liat buah dada nya yang besar, dan gue onani di depannya.” Sebelum budi Tanya lagi, aku langsung jelasin lebih detail. Termasuk itu sebagai hukuman sebagai pegawai baru yang tak tau aturan,

“Hanya sebatas itu aja budi, serius” kata gue lagi selesai jelasin.

“Kalau lo terangsang karena cuman buah dada, kayak kita cek ke psikiater bagaimana?,”

“Maksud lo, gue ada gangguan?”

“bukan, kita check up, lebih baik mencegah daripada lo benar-benar gak bisa control libido lo?” ucapan budi benar sih, semakin hari. Aku susah mengendalikan libido, melihat buah dada yang besar seperti tadi

Dan hari ini cukup sampai disini, budi langsung membuat jadawal bertemu dengan psikiater yang katanya paling ahli. Gue ikutin sarannya budi.

***​

Hara / Mada –

Sore ini, sama sore seperti sebelumnya di pasar. Tempat dimana sekarang gue mencari uang bertahan hidup.

“Mada..oii ini uang kuli nya” ucap bang kumis, dia juragan sayur di pasar sini. Gue baru aja selesai bongkar sayuran dari mobil, dan total empat mobil gue habis bongkar bersama teman lainnya.

“Seratus ribu,” gumam gue, nilai yang lumayan besar untuk hari ini, karena biasanya gue cuman dapat lima puluh ribu sampai tujuh puluh ribu sehari, itu udah bersih di potong uang makan.

Dan satu yang unik di pasar ini, ramainya saat menjelang malam sampai pagi, atau tepatnya hampir dua puluh empat jam.

Gue pilih ambil pagi sampai sore, karena gue masih sayang sama badan gue, gak mau paksain untuk mencari hasil lebih.

Rumah, oh bukan tepatnya kontrakan. Gak jauh dari pasar sini, naik motor kesayang mio warna silver yang gue beli pakai duit sendiri hasil kerja keras gue selama ini.

“besok pagi-pagi matt jangan lupa!” salah seorang yang menjadi kuli bongkar muat, gue cuman kasih jempol ke arahnya,

Sebelum pulang gue beli pecel lele yang gak jauh dari pasar, murah meriah dan kenyang. Itu yang dipikiran kebanyakan orang sebagai kuli, termasuk gue sekarang.

“Bang ojekkkk” teriak perempuan dan langsung duduk di belakang jok motor gue.

“Ke arah jalan belimbing yah, “ lanjutnya sambil tepuk pundak gue.

“Maaf, saya bukan ojek mbak” jawab gue noleh ke belakang.

“Please, saya bayar deh sepuluh ribu” lanjutnya tepuk pundak gue lagi. Dari sekilas itu cewek mirip yang kemarin di tukang bubur.

“Ayo, ya ya!” dengan agak terpaksa gue jadi tukang ojek, lagi pula hanya beda gang dari kontrakan gue.

Tangannya pegang erat pundak gue, pas jalan agak rusak. Memang jalan dari pasar ke arah sana agak rusak, di tambah motor gue motor matic.

Mau gak mau harus imbangin, karena ini cewek lumayan berat. “bletakkk!” suara spakbor belakang gue kena ban belakang. Gak lama tubuh itu cewek tekan punggung gue.

Dan kembali ke posisi semula, rasanya ada sesuatu yang besar menempel di punggung gue, gue gak mau berpikir macam-macam karena bisa aja jadi masalah kedepannya.

“Kiriiiii kiiirriiii bang” ucap cewek itu tepuk pundak gue berkali-kali,

Sampailah di rumah kecil, atau tepatnya sederhana. Karena setau gue ini rumah udah kosong bertahun-tahun,

“ini uangnya” ucapnya lagi cewek itu, dan pantesan aja kerasa benturan di punggu gue, size nya besar. Tingginya gak terlalu tingg, tapi ideal. dan benar dia sekarang tinggal di rumah itu

"lumayan cebann.." dia gak hirauin gue, dan masuk ke rumah itu. Sebelum pulang gue lihat sokbreker dulu, takutnya ada sesuatu yang tak di harapkan. Karena takut ini motor jajan lagi.

***​

Rasanya badan udah pada lengket, bau badan sama bau keringet udah jadi satu, “Oii har… tadi nyokap telepon, tanyain keadaan lo” ucap iwan dari pintu pagar rumahnya,

Iwan sendiri saudara jauh papa gue, rumahnya memang kebanyakan di perumahan, dan gue pulang lewatin rumahnya.

Bukan bearti kontrakan gue besar, karena gue sendiri kontrak di belakang perumahan. Gak jauh dari rumahnya iwan.

“Bilangin aja kabar gue baik-baik aja, baru kemarin dia tanyain” jawab gue langsung gas ke arah kontrakan.

“Tapi ini udah empat tahun har…!” teriaknya.

“Nama gue Mada disini, bukan hara!!” jawab gue tanpa peduliin lagi.

Ucapan iwan memang betul, gue udah empat tahun disini. Gue kabur dari rumah karena selisih paham sama papa.

Sebagai koskuensinya, gue harus hidup mandiri. walau mama masih tanyain kondisi gue dari iwan. Bukan bearti gue hidup enak.

Itu semua hasil kerja keras gue selama empat tahun disini, dan gue berhasil bertahan hidup sampai hari ini,

Kadang mama telepon gue kalau ada sesuatu penting, dan kalau tidak penting, seperti tadi Tanya keadaan gue lewat iwan.

Sampai di kontrakan gue yang lebarnya empat kali tiga.. dan satu kamar mandi di dalam, cukup buat gue tinggal sendiri disini.

Gak ada dapur, karena gue gak bisa masak. Pagi-pagi udah berangkat ke pasar, sore baru balik. Dan semua udah itu buat gue sudah terbiasa melakukan hal ruinitas seperti itu.

Entah kenapa gue kepirian cewek tadi, gue gak bohong masih kepikiran size dadanya. Gak kayak cewek disini semua standar SNI. Kayak dia itu import,

Makin kacau pikiran gue, mendingan gue mandi terus makan. Dan besok siap bongkar lagi di pasar.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd