Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Boss

Tigapuluh Empat


Nia.

Aku tak tau apa yang di pikirin pak rudy, memintaku datang hanya untuk membawa presentasi bekas kemarin, dan berterima kasih soal presentasi selama ini di samping boss harsa, seolah-olah dia boss aku sekarang.

Dan jujur rasanya tak penting datang kesana, kalau bukan membawa nama boss harsa.

paginya seperti biasa aku datang tepat waktu, dan tak biasanya boss harsa datang lebih siang, sekitar jam duabelas. itu membuat aku sedikit kwahtir karena dia tak ada kabar sama sekali.

"selamat siang pak" sapaku saat boss harsa datang, tapi raut wajahnya begitu kaki atau tepatnya tanpa ekpresi. dia pung langsung menguncinya. sepertinya sekarang bukan jadwal untuk terapi.

"saya buat kan teh pak?" boss harsa masih tak menjawabnya, apa aku melakukan kesalahan, tapi rasanya enggak.

"pak harsa kurang tidur?" tanyaku lagi, matanya merah seperti tak tidur seharian.

"gak perlu, saya cuman minta kejujuran kamu" ucapnya pelan dan menatapku dengan serius, aku yakin ini soal kabar burung itu

“iaaah pak kenapa?”

“kamu kenal sama sherly?”

“sherly office girl?” angguknya pelan.

“iah pak kenal, teman saya pas masih jadi office girl,”

“dan kenapa kamu izinin dia masuk saat belum waktunya bersih-bersih ruangan?”

“hmm, itu, dia gak pernah masuk kesini, selalu ajeng yang kesini pas aku di ruangan”

“oh ya?”

“ia pak saya yakin,!” jawabku tegas,sepertinya boss harsa mencurigai sherly, aku juga demikian, tapi sekarang aku jarang melihatnya

“dan waktu kemarin kamu ke ruangan pak rudy buat apa? Dan saya lihat kamu kasih sesuatu ke dia” ucapnya.

“oh itu, itu cuman print out presentasi pak harsa kemarin, gak lebih,”,

“emang kenapa kok seperti ada yang serius?” kataku pelan saat dia menghela nafas. dengan wajah tanpa ekpresi.

“dan ini apa?” boss harsa langsung colok dan isinya adalah hasil terapi dirinya, yang tersobek dan surat-surat jadwal terapi juga.

“saya temuin di meja laci kamu”

“dan saat saya keruangan rudy, dia berterima kasih ke kamu buat selama ini”

“dan ituu apaa aaaapaa?” ucapnya mau teriak tertahan.

“please nia jawab”

“JAWAAAB!!” teriaknya kencang.

“sa sa saya ke kesana, hanya untuk kasih print out saja, dan memang mhh” kenapa aku jadi gugup seperti ini,

“dan emang pak rudy bilang seperti itu, tapi aku saya,, dia cuman memuji saya cuman selalu mempersiapkan presentasi saat meeting”

“ii tu aja gak lebih”

“dan sekarang kamu saya pecat jadi seketaris dan juga patner terapi"

"ta ta tapi pak kenapa?"

“saya sebenarnya tak percaya kamu selama ini orangnya,"

"saya juga bayar gaji kamu hari ini, dan mulai hari tak usah menemui saya hari ini, dan seterusnya,"

"dan juga jangan kembali ke kliniknya bella, anggap kita tak kenal satu sama lain"

"pakkk kok begini?"

"itu keputusanku terkahir hari ini, terima kasih bantuannya selama tiga bulan ini, "

"tepat jam satu saya harap mejamu bersih, dan keluar dari ruangan ini;

"pak harsa gak curigain saya kan?"

"saya bukan pemilik flashdisk itu, sumpahh"

"dua puluh sembilan menit, kalau tak keluar, saya bisa melaporkan kamu"

"paakk, please dengarin saya, saya gak mungkin, khianati pak harsa" kataku, aku sendiri gak tau flashdisk punya siapa.

"dua puluh enam menit" ucapnya benar=benar tak melihat kearahku.

***​

Dengan terpaksa aku menurutinya, merapihkan membawa berkas-berkas yang isinya jadwal seharian boss harsa, langkahku terasa berat keluar dari ruangannya,

"saya bukttiin kalau bukan saya duri dalam dagingnya!!" ucapku sebelum menutup kembali ruangannya.

“jangan-jangan pak rudy ada hubungannya dengan sherly,” ucapku langsung berniat menemui sherly, pasti ini ada hubungannya dengan mereka berdua. Aku langsung ke ruangan office girl,

“boodohh kenapa aku kasih tau curigaaanku terhadapa sherly lebih awal,” gumamku setengah lari ke ruangan office girl,

"bodohhh bodohhh, aku terlalu percaya sama sherly" gumamku menjadi panik, berharap dia gak ada hubungannya.

"sherliiii" ucapku buka pintu, dan Saat aku masuk, aku melihat ajeng menunduk sambil sherly mentoyor kepalanya hampir kena tembok.

“sherli?” ucapku benar-benar kaget, ajeng seperti tak bisa berkutik di hadapannya. Ini semakin yakin sherly orang yang hubungan dengan pak rudy.

“hei, niaa apa kabar?” ucapnya ramah, tapi senyumnya berbeda. Senyum seolah ingin melakukan sesuatu denganku.

“cklek” pintu di tutup sama ajeng dari dalam. Wajah ajeng begitu berbeda seolah dia juga takut dengan sherly.

“thanks berat yah” ucapnya elus pipiku,

“berkat kamu juga semua cukup berjalan dengan lancar hehehe”

“maksudnya? Kamu sama pak rudy sengkongkol buat jatuhin pak harsa?”

“hehe, kamu baru sadar sekarang?”

“berkat kamu juga lebih mudah dan cepat jatuhin harsa dari posisinya” senyumnya.

"Kok kamu tega sherr?" tanyaku.

"tega???? tega kenapa? aku justru baik loh"

“oh ia aku lupa, kamu pernah liat aku sama rudy making love di kantor kan hahaa” aku semakin terdiam,

“gak apa-apakan Namanya juga suami istri? Lagi pula aku habis ini gak perlu menyamar lagi jadi office girl” tepukaan beberapa kali di pundakku.

“jadi aku kasih tau semuanya ke kamu juga gak masalah, kamu hanya kutu disini ya kan ajeng?” ajeng cuman mengangguk.

“tapi lebih berguna kamu ternyata nia, dari pada LONTE satu ini, kerjaan cuman NGENTOTTT doang,” omelnya ke ajeng,

“Habis ini pasti kemungkinan kamu besar di pecat, sama boss harsa"

"tapi jangan kwahtir, kamu masih butuh kerjaan kan? Aku bantu kamu cari kerja yang instan langsung banyak duit” bisiknya,

“dalam sekejap kamu jadi orang kaya” tawanya.

“nanti setelah semua resmi, pasti kamu dapat itu, bonus perpisahaan kita ” lanjutnya,

"kenapa kamu manfaatin aku sherrli?"

"uhmm kenapa yahh,, "

“oh ia, karena kamu itu terlalu polos nia, polos sama bodoh beda tipis tau.” bisiknya, langsung tertawa cukup keras,

"kenapa gak laporin ke boss. kalau udah curigain aku kemarin?"

"tapi kamu kembali lagi, ke ucapanku yang tadi, polos dan bodoh beda tipis"

Entah tanganku terasa bergetar mendengar semuanya, Aku jatuh duduk lemas, kenapa tiba-tiba semua langsung seperti ini.

“maaf pak harsa,” gumamku dalam hati

“aku aku terlalu bodoh dalam hal ini,” sherli kembali duduk sambil ajeng dengan patuhnya memeijit kakinya.

***​

aku berusaha bediri dan setengah berlari kembali keruangan pak harsa, aku harus memberi tahunya soal ini, rudy sama sherli lah, aku gak ada sama sekali ada hubungannya dengan mereka.

"pak harsaaaaa" ucapku agak keras dan terlihat ponselnya terjatuh dari posisinya menerima telepon.

"kenapa kamu kembali?' tanyanya tanpa menoleh.

"saya kesini bukan sebagain seketaris pak harsa, tapi teman"

"Aku tau siapa duri nya, mereka berduaaa Sherlii dan Rudyyyyyy! mereka suami istriii" kataku lantang..

"Kita harus cepat kasih tau yang lainnya!!!, sebelum terlamabat"

"Sudah terlambat niaa~" ucapnya lirik dan kini menoleh kearahku.

"karena keputusan aku sudah benar, memecat kamu hari ini"

"itu tak masalah, awalnya aku memang harus di pecat, tapi kamu masih punya harapan "

"harapan??"

"itu juga gak ada, karena dalam waktu satu satu minggu sudah tak bekerja perusahaan ini" senyum lirihnya.

"maksudnya??"

"posisi sekarang di gantian dengan rudy" boss harsa mulai berjalan mendekatiku,

“pak rudy manager ?” kataku pelan

“iah di, tadi aku menerima telepon dari papa, aku harus mundur diam-diam agar masalah ini semakin menyebar dan para komisaris menyetujuinya”

“dan nama rudy yang keluar sebagai pengantinya,”

“papa kamu sendiri yang pilih?”

“bukan, perusahaan yang bisa di bilang sekarang menjadi saingan papa diam-diam, dia mempunyai suara terbanyak seperti papa”

“dan dia menunjuk rudy,”

“benar-benar boss bodoh, telat mengetahuinya” ucapnya menghela nafas lagi. aku reflek memeluknya erat. aku merasa hanay itu yang bisa aku lakukan.

"maaf karena aku juga bodoh percaya dengan ucapan sherli."

"harusnya tadi aku percaya kamu, dan tak harus membentak kamu" ucap boss harsa pelan, memelukku erat.

"sebelum kamu pergi, saya boleh minta sesuatu?" angguk aku pelan. boss harsa mencium bibirku, kali ini bukan nafsu, tetapi dengan perasaaan. aku bisa merasakan itu.

"ciuman terkahir, sebagai ungakpan ke kamu, kalau aku menyukai kamu"

"tapi jawawaban aku sudah tau," senyum harsa melepaskan pelukannya,

"dan sekarang kamu pergi," senyumnya lebar, tapi ucapan boss harsa benar, aku tidak mempunyai persaan apa-apa kepada diirnya. tapi apapun terjaddi boss harsa tetap menjadi MY BOSS, walau kini sudah berakhir di hari ini.



Bersambung....
Wahhhh keren huuu...ceritanya
 
Tigapuluh Lima

Harsa

Sekarang aku paham, mengapa aku harus mundur secara diam-diam, dan harus rela rudy yang menggantikanku.

Ini bukan karena jabatan, melainkan nama baik papa dan juga keluarga agar tak tercemar dengan skandal yang aku buat.

Dan juga capan om roni benar, mereka akan melakukan apapun demi hal itu. Dan ini sepertinya jalan terakhir yang mereka lakukan untuk menjatuhkanku, hebatnya itu berhasil

Jalan terakhir mengunakan surat jadwal treatment di ikuti kabar burung yang sampai sama papa.

Rudy merencanakannya dengan detail, dia melaporkan laporan palsu dan memberikan informasi perusahan ini ke pesaing lainnya agar aku gak pernah menang tender sama sekali.

Dan berhasil membuat aku menuduh nia juga seolah abgian dari mereka.

“selamat pagi pak harsaaaa” suara yang gak asing pas aku lagi merapihakn meja kerjaku.

“eh harsa deh” ternyata suara rudy langsung duduk di kursi kerjaku.

“ternyata duduk disini enak juga yah” lanjutnya menaikan kaki ke atas meja.

“emang seharusnya kan posisi ini gue yang pegang?” tanyanya, aku tak bisa bicara apa-apa,

“jadi selama ini kamu udah incar perusahaan ini?”

“ya lah, harusnya bokap lo kasih ke gue di banding bocah bau kencur, walau gue akuin punya potensi untuk itu”

“dan satu hal lagi cukup penting, harusnya malam itu yang nikmatin tubuh nia bukan lo har, tapi gue” senyumnya.

“emang hoki terus nasib lo, gimana tubuh nia? Entotable kan?” aku langsung kepal tanganku sambil menahan emosi. Gak bisa bayangin kalau malam itu gue yang ketiduran.

“eitzzz tunggu”

“lihat ini” rudy langsung kasih printan foto, yang buat aku terdiam seribu Bahasa.

“mantab kan bodynya nia,?” Foto yang ada di ponselku, keempatnya benar-benar foto di ponselku

“jangan bawa-bawa nia ke masalah ini, dia gak ada hubungannya.” Jawabku menatapnya tajam

“tenang, sudah selesai kok, bakal gue hapus, ternyata boss harsa baik sama bawahnnya”

“tuh kan, lupa, jangan lupa kalau mau kerja di perusahaan ini lagi, jadi Office boy kosong, haahahahha” tawanya langsung keluar ruangan.

“SHITTTTTTT” gumam aku begitu kesal sama rudy, termasuk diriku sendiri yang tak mampu berpikir sampai sana.

“boddddohhh” gumamku sambil meremas kertas yang berisi print foto nia,

walau waktu itu aku yang terkena jebakan rudy, mungkin aku akan merassa bersalah. seumur hiduplu, dan sekarang yang penting nia tidak akan ada hubungannya untuk selanjutnya.

“ohhhhh” kepala langsung pusing seketika, di tambah beberapa lagi aku harus keluar dari perusahaan ini.

***​

Aku langsung pulang ke rumah, rasanya malas pulang ke apartement, dan rumah lebih ramai dari biasanya, pasti ada acara di dalam, apa mereka mungkin akan bahas soal perusahaan yang telah hilang

“lesu banget lo har?” tanya kak Maxwell kasih segelas minuman dingin.

“ya kan masalah besar kak” kataku pelan.

“gak besar lah itu, lagian itu perusahaan yang pegang empat orang termasuk papa kan,”

“ya tapi tetep aja, kayak kehilangan sesuatu yang beharga.”

“Setidaknya kamu gak kehilangan keluarga, yang lebih berharga dari siapapun” suara papa ikut duduk di samping kak Maxwell,

“tapi berkat kamu papa jadi tau orang yang orang seperti pak taslim orang yang sangat ambisius, sampai menghalkan segala cara untuk bersaing sama papa”

"dan ular bekepala dua, " lanjut maxwell

“termasuk om roni?”

“iah, sebenarnya perusahaan om roni, dulunya perusahaan kami berdua, papa pilih seluruhnya ke om roni, tapi masih bekerjasama”

“tapi om roni salah langkah sampai terlalu percaya ke orang yang seolah akan menjadi mereka akan menjadi saudara”

“maksudnya?”

“ia anaknya om roni pacaran dengan anaknya pak taslim, dan tahun depannya akan menikah,tapi nihil setelah taslim mengambil alih perusahaannya, dan om roni terjebak hutang pribadi dengan taslim.”

“terus pernikahanya?”

“di tunda, atau tepatnya di batalkan karena pak taslim sudah memiliki perusahan om roni”

“om roni sudah cerita kan ke kamu? Kalau dia melakukan apapun, termasuk memanfaatkan anak-anaknya, menantunya bahkan saudaranya sendiri” aku ingat ucapan itu, bearti rudy adalah anak pas taslim.

“dulu papa mirip kaya lo harsa” potong kak Maxwell,

“masa?”

“iah, bahkan lebih parah dari kasus lo, makanya papa gak bisa bantu kondisi perusahaan kamu, papa takut salah langkah,”

“boleh certain ya pa,” angguk papa.

“pas papa buat perusahaan sendiri, issue gak sedap muncul, kalau gue anak dari hubungan gelap.” Papa langsung berdiri tingalin kami berdua

“walau kenyataan ia,”

“haaa?” aku langsung terdiam seribu Bahasa, gak mungkin kak maxwell anak hasil hubungan gelap.

“dulu mama besarin gue selama lima tahun tanpa seorang papa, tepatnya papa ngak tau mama udah punya anak hasil hubungan mereka,”

“seriuss?”

“sampai papa, ketemu mama di rumah makan, dan tahu kalau anak kecil di rumah makan, itu anaknya sendiri, yaitu gue”

“lo tau rumah makan mama yang pertama selain rumah makan lainnya? Angguk aku tau, rumah makan yang sekarang terkenal, walau saudara mama yang kelola, tapi intinya rumah makan itu mempunyai cabang di mana-mana.

“semua lawan papa menggunakan aib papa buat jatuhin, awalnya berhasil. dan mulai lagi dari awal. Sampai akhirnya perusahaan yang jatuhin papa berhasil papa akusisi sama papa,”

“intinya jatuh bukan hasil akhir, tapi awalan untuk bangkit,”

“itu kata kakek,” aku kira itu kata papa, tapi walau sekarang kakek udah gak ada, tapi kak maxwel tetap mengaguminya. Tapi dia juga gak mau pegang perusahaan manapun, malah memilih buka restoran. padahal kak maxwell lebih punya potensi.

“kamu tuh yah,?” ucap mama tiba-tiba muncul di hadapin aku sama kak maxwell.

“yuk sekarang makan, mama buatin pesmol ikan mas” lanjutnya seolah gak usah cerita kejadian yang aku belum tau, dan itu telah berlalu

“wahh, pesmol??“ ucap kak maxwell

Semua orang rumah suka makan masakan mama terutama ini ikan pesmol, masakan kesukaan papa juga, dan satu orang yang belum pulang.

“papa udah bilangin ke hara soal fasilitas udah kembai ke awal?” tanya mama setelah makan selesai.

“udah bialng ke roni, tolong bilangin ke hara”

“ahh papa mah gitu, mama yakin kalau papa yang bilang langsung dia mau pulang, “

“sama aja ma, yang ada itu anak semakin gak mau pulang” jelas papa.

“anak sama bapak kayak kloningan, sama aja sifatnya susah banget di bilanginnya ah” gumam mama sedikit ngomel. Tapi hal itu bikin, kak maxwel, kak yua, dan aku ikut tertawa kecil,

Memang bener sih, sifanya sebalas dua belas sama hara, gak satu dua orang yang bilang seperti itu.

Dan ada yang berubah papa lebih ceria dari sebelumnya, padahal perusaahn satunya di akusisi lawannya secara gak langsung langsung.Apa ini pertanda ada sesuatu perbuhaan besar yang akan terjadi, entah firasat aku bilang seperti itu.




***​

Mada-

Udah beberapa hari gue gak antar jemput seperti biasanya, dia bilang lagi libur panjang. Yang bearti duit bulanannya tertunda sampai nia selesai libur.

Lagi pula duit yang dia kasih juga buat beli obat babeh resin, karena babeh resin lebih membutuhkan daripada gue.

Di tambah tempat biasa babeh resin mangkal udah di tertibin sama satpol, bawa barang pasar paling bisa dua kali aja. Kalau penumpang bisa lebih dari empat.

Dari jauh aku bisa lihat kalau itu nia lagi beli bubur ayam, nia pakai baju tidur dengan jaketnya sambil memeluk dirinya sendiri seolah kedinginan.

“heii nia” sapaku, melihat wajahnya yang sedikit pucat

“kamu sakit?” wajah benar-benar pucat

“ia meriang hehe” jawabnya pelan, bibirnya juga pun pucat.

“ke dokter?”

“udah, ini mau sarapan dulu, terus ke klinik lagi buat cek lagi” senyumnya lirih, tiba-tiba tubuhnya sempoyongan, reflek gue langsung lepasin motor yang menyala. Gue langsung tahan dari belakang sampai nia duduk di tanah.

“mas mas tolongin berdiriin motornya” ucap gue meminta orang sekitar berdiriin motor gue. Tubuhnya benar-benar dingin saat gue cek lehernya.

Nia tak pingsan, matanya masih sayu. “ kita ke klinik oke” ucap gue minta bantuin ibu-ibu pegangin tubunya yang masih di duduk, dan yang lelaki suruh pegangin motor.

Gue Berniat gendong nia buat naik ke jok motor, tapi gue gak yakin bisa atau ngak. Yang penting yakin dulu.

“satuuu… duu..aa… tiggaaaa” gue langsung pegang kaki dan badannya. Ternyata bisa keangkat. Tubuhnya gak seberat gue pikir sebelumnya.

“pengangin gitu motornya, naahh sip” kata gue nia udah duduk di jok belakang motor, gue juga udah naik motor,

“mbak, tolong lepasin jaketnya, terus lilit di pinggangnya ya, “

“makasih” gue langsung ikat kencang jaketnya yang melingkar, gue takut nia jatuh pas lewat jalan rusak,

“pegangaan sekuat tenaga ya” bisik gue pelan, langsung tancap gas perlahan. Apa lagi lewatin jalan rusaknya.

Gue reflek lingkarin tangannya ke pinggang gue, untuk memastikan aman gak jatuh. Untungnya berjalan mulus. Dan tangannya benar-benar dingin.

gak lama selesai jalan rusak, tangannya gengam erat tangan kiri gue yang barusan lingkarin tangannya ke pinggang.

Genggamannya begitu erat seolah takut jatuh, tapi kali ini kepalanya di Pundak gue, jangan-jangan dia pingsan.

“Tinnt tinggg tinnnn tinnn” klakson motor gue panggil rani agar keluar, dan langsung gendong nia di punggung gue.

Gue langsung cek kondisi nia, pegang denyut nadinya yang tak bearturan. “gigit ini” gue minta nia gigit termometernya.

“udah lama berapa kamu kayak gini?”

“tujuh hari”

“bearti kamu sakit masih kerja?”

“iah” jawabnya pelan.

“kamu ngerasa mengigil?”

“setiap malam, kalau siang rasanya lemes akhir-akhir ini” ucapnya pelan, aku langsung lihat suhu badannya yang tiga puluh delapan Celsius.

“udah test darah?”

“udah mad”

“aku liat hasil test darah kamu”

“ada di kantong baju, aku benar-benar lemas” bisiknya itu bearti gue harus masukin tangan ke kantong baju tidurnya, dengan perlahan gue masukin. Sedikit terasa bulatan yang besar sampai akhirnya jari-jari gue menggapai selembar kertas.

Gue bisa baca hasil cek darah, dulu memang ada pelajaran buat itu. “inii DBD!!” gumam gue yakin pas baaca hasil tes darah nia.

“hei ada pasien” rena masuk membawa perlengkapan.

“cepetan pasang infuss rennn, “pinta gue panik tiba-tiba sampai gue gak tau apa yang gue lakuin sekarang. Nia hanya memejamkan mata. Rena tau apa yang bakal di lakukan, dan semua telah terpasang.

“renna gue mau tanya, lo yang kasih tau hasil test ini ke dia?” tanya gue seteelah rena mengecek kondisi nia.

“iah, ada kali seminggu, pas pulang dari kantor, kenapa emang?”

“Dia DBDDD, sejak hasil keluar dia udah positf DBD, coba perhatiin di bagian ini” pinta gue rena suruh baca.

“oh my god, ia beneran, bearti dia lagi masa fase kritis?”

“kenapa bisa lo salah Bacaaa?!!” nada gue sedikit meninggi,

“gimana kalau dia telat sehari aja buat cek lagi, bisa MATTTIII” gumam gue campur aduk,

“sorry gue beneran salah baca,”rena langsung menyeka air matanya yang tiba-tiba keluar, sepertinya gue gak sengaja bentak dia.

“maaf rena, gue panik, gue gak bermasuk ngomelin lo,” ucap gue pelan,

“gue panik karena kejadiaan dulu, gue gak mau ngerasain lagi pasien meninggal di tangan gue sendiri,”

“harusnya gue gak bentak lo, dokter gagal kayak gue harusnya tau diri” kata gue pelan sambil coba tengangin rena yang menjadi menangis,.

Gue benar-benar merasa sangat bersalah sekarang, gue benar-benar panik. “GoBLokkkk” umpat gue kesal ke diri gue sendiri saat berjalan keluar karena, rena lebih professional, dia kembali mengcek kondisi nia setelah aku membentaknya

“benar-benar goblog, ahh,” omel gue lagi sambil duduk depan klinik.

“minum dulu” suara rena membuat gue tersadar dari lamunan, gue melamun Kembali ke masa itu. Masa di mana bagi lulusan dokter harus mengabdi ke desa terpencil,

Dan dimana saat itu juga, pasien meninggal tepat saat gue tanganin. Itu membuat warga desa memojokan gue sebagai dokter gagal karena lambat melakukan pengobatan. Dan gue kembali menyalahkan papa karena paksa gue masuk kedokteran, karena ke egoisnya.

Itu faktor gue sama papa seperti ini, kemauan papa buat gue tertekan karena itumembuat orang meninggal, itu membuat gue sedikit trauma. Dan gue salahin papa, daan akhirnya kabur dari rumah. andai papa gak paksa gue masuk kedokteran, ini semua gak bakalan terjadi.

“gue juga lupa kasih tau soal dulu,”

“pasien yang meninggal pas lo rawat, bukan karena obat lo yang kasih, tepi memang ada Riwayat sakit berat, “ jelas rena.

“udah terlambat ren, dan beneran minta maaf ya soal tadi”

“gak kok, emangg kesalahan gue. Andai lo gak disini, pasti ada pasien meninggal karena dbd”

“gue terima kasih banyak banget sama lo selama gue buka klinik disini har..”

“terus sekarang kondisi nia sekarang?” gue coba mengahlikan pembicaraan dari rena

“masih fase kritis, gue udah pindahin ke ruangan rawat, nyokap sama bokap yang bantu cek.”

“hee? Mereka tinggal disini?”

“iah selama budi belum dapat izin praktek disini, gue juga lagi hamil” senyumnya pegang perutnya.

“haa??”

“gue gak tau lo lagi hamil,” gue semakin besalah ke rena.

"hehe gpp, itu teguran juga buat gue, lo emang paling teliti satu angkatan, " senyum rena,

"jangan bahas itu, itu dah masa lalu, gue bukan dokter" ucap gue berdiri

“gue mau laporan orang tuanya, kalau dia lagi di rawat dsini, “ gue langsung pergi ke rumahnya buat laporan.

Tapi sayangnya cuman ada adiknya aja, karena orang tuanya lagi pergi keluar kota. gue cuman kasih pesan agar kasih tau agar nia ada yang menemani saat di rawat. jujur gue ikutan kwahtir sama dia. kenapa dia sedikit keras kepala kondisi seperti itu tetap bekerja.


Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd