Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Izinkan nubie yg cupulalaa ini membaca yaa suhu...nubie baru nemuin ini cerita:suhu:


Kayanya nubie musti sering sering lagi ngubek ngubek forum lebih dlm biar nemuin cerita2 yg keren2 :banzai:soalnya liat forum lebih sering buat baca2 cerbung biar nambah nambah elmu






:jogets:
 
Fyuuuuuhhh kelar juga baca Anak Nakal Series....
4 Thumbs Up buat Suhu Arci....
Terima kasih buat karyanya yg fenomenal....
:mantap::mantap:
 
Akhirnya selesai juga baca ini.
Makasih suhu buat masterpiecenya :beer:
 
Ngamu gam ngijo ngokong buat suhu arczre...
Satu kata buat para Heroine...
Patria o muerte #che guevara
 
BAB III: KETIKA KAMU MENGIKUTI KATA HATI

1fd9a1382649111.jpg

#PoV Han Jeong

Hari Sabtu, pesta dansa diadakan di sekolah. Pemrakarsanya adalah seluruh ekstrakurikuler. Sebenarnya ini adalah acara tahunan yang diadakan di sekolah ini. Hmmm entah kapan pertama kali digelar. Papa sendiri bilang tak pernah ada di jamannya. Mungkin beberapa tahun setelah papa lulus dari sekolah ini maka acara ini baru ada.

Celakanya aku tak punya teman dansa. Duh,...ya udah deh. Nggak usah dateng aja. Di ruang kelas aku manyun. Lagi-lagi manyun.

"Eh, Han Jeong!" sapa Rita. Teman akrabku nih. Selain ama Hana, Rita ini temen akrabku kemana-mana juga ya sama dia sebenarnya. Kalau Yuda nggak ikutan.

"Ya?"

"Koq manyun? Kenapa?"

"Gara-gara aku mukul Jordan kemarin itu tuh, jadi nggak ada teman buat dampingin pesta dansa ntar."

"Waduh, Han Jeong! Kamu itu cakep, imut, centil, masa' nggak ada yang ngamplok sih? Kalau nggak sama Jordan sama yang lain dong. Siapa kek gitu?"

Aku melirik semua teman-teman sekelasku. "Lha, semua cowok di kelas ini aja udah pada punya pasangan kan?"

Rita menunjuk ke arah Yuda yang sedang membaca buku di mejanya. "Anak itu belum tuh."

"Halaah, mana mau dia pergi ke pesta dansa. Dia cuma bisa silat," kataku. "Malah norak nanti dia kalau dansa ama aku."

"Trus? Kamu nggak nyoba dulu ama dia?"

"Tahun lalu dia nggak ikut, Rit. Lagian, mana mau Yuda ama aku?"

"Kenapa nggak coba aja? Mau aku sampaikan?"

"Nggak usah. Apaan sih?"

"Kan kamu temenan udah lama sama dia, temen SMP kan?"

"Iya sih. Nggak ah, aku nggak mau."

"Eh Yud!?"

Yuda menoleh ke arah Rita. "Apa?"

"Kamu mau jadi temen..."

"Aku nggak bisa dansa," potong Yuda sebelum Rita menyelesaikan omongannya.

"Naah kan?" kataku.

"Ehehehehe," Rita nyengir.

"Cariin dong cowoknya siapa kek gitu?" kataku sambil memohon ke Rita.

"Ahh...dasar, siapa ya?"

Seorang cowok sambil menenteng pedang kayunya masuk ke dalam kelas. Yuda menoleh ke arahnya. Ryu tersenyum kepadanya.

"Hei Yuda, boreh aku minta sesuatu?" tanya Ryu.

"Ada apa?" tanya Yuda.

"Aku kepingin belajar silat," jawab Ryu.

"Serius?" tanya Yuda.

"Iya, serius. Sejujurunya kamu satu-satunya orang yanggu bisa menjatuhkanku. Serama ini tidaku perunah ada yanggu bisa menjatuhkanku dengan cara seperuti itu. Kamu memanggu benar-benar kusatoria."

"Aku pusing dengerin logatmu yang berantakan itu. Terserah deh. Besok Minggu kamu ke rumahku aja. Di sana ada Padepokan Silat Taring Harimau Putih. Nanti ayahku akan memandumu," kata Yuda.

"Arigato gozaimasu," kata Ryu.

"Hai Hai," kata Yuda.

Wajah Ryu tampak gembira. Aku dan Rita masih mendengarkan pembicaraan mereka.

"Oh iya, nanti malam akan ada pesta dansa di sekolah ini, kamu ikut?" tanya Yuda.

"Aku sudah punya teman, dia yang mengajakku," jawab Ryu.

Aku terkejut. Gila anak baru ini, ada yang ngajak dia? Eh, karena dia cowok yang cukup ganteng sih, walaupun aneh bawa pedang kayu kemana-mana. Keturunan Jepang, pastinya banyak yang kepengen ngantri juga dong.

"Siapa?" tanya Yuda.

"Namanya Hana Fadeva Hendorajaya," jawab Ryu.

"HEEEEEEE????" aku bersuara keras.

Yuda dan Ryu kaget menoleh ke arahku. Termasuk Rita yang lebih dekat dariku berjingkat saking kagetnya.

"Aku nggak percaya Hana memintamu. Tidak percayaaaaa!" kataku.

"Dia nggak punya teman, akhirunya berutanya kepadaku dan aku setuju begitu aja," jawab Ryu.

Aku nggak percaya, aku langsung mengambil ponsel dan mengirimkan SMS kepada Hana.



Dan tak berapa lama kemudian balasan SMS datang. Hasilnya sangat mengejutkan.



Aku balas lagi.



Dia menjawab



Hana kutu buku sih. Emang Hana seperti itu orangnya susah dideketin. Terlalu kaku ama cowok. Tapi ajaib juga kalau Ryu mau begitu saja, atau justru Ryu bingung nggak ada temen akhirnya nerima Hana begitu aja? Itu baru masuk akal. Apalagi si Ryu ini orangnya juga baru di sini, jadi dia ingin mengenal lebih banyak tentang keadaan di sini.

Ryu sudah pergi. Aku menundukkan kepalaku. Rita menepuk-nepuk pundakku.

"Ntar aku cariin deh, paling juga si Miko belum dapet gandengan," kata Rita.

"Hah? Miko? Anak kribo, item, kurus dan pake kacamata itu? Nggak maauuuuu," aku membenamkan kepalaku lagi ke meja.

"Aku temeni deh," ucap Yuda secara tiba-tiba. Aku mengangkat kepalaku dan dia sudah duduk di depanku.

"Yuda? Sungguh?" tanyaku.

"Dari pada kamu nangis."

"Naah, kan? Yuda mau. Ya udah, baik-baik yah," kata Rita. "Makasih lho Yud."

"Yah, daripada dia nangis. Si Han Jeong ini kalau nangis nyusahin orang," kata Yuda.

"Argh, siapa bilang???" protesku.

"Kamu masih ingat tentunya ketika entah kenapa kamu nangis tiba-tiba gara-gara ada anak kucing terlantar tapi nggak dibawa pulang olehmu? Sampai-sampai papamu ribut tanya ke aku ada apa. Soalnya kamu kalo nangis lamaaaaaa banget," katanya.

"Yeee, itu soal beda. Kasihan tahu anak kucingnya terlantar, dekil, pasti kan kedinginan di sana," kataku. Aku teringat peristiwa itu, mungkin ini juga yang menjadikan benih keadilan ada dalam diriku. Aku sangat peduli walaupun pada hewan yang lemah, kecuali nyamuk tentunya. Ya kan nggak sengaja juga kalau mukul nyamuk pas gigit itu reflek.



Itu nggak termasuk.

Tapi memang rasa keadilanku tinggi. Mungkin emang didikan sejak kecil papa dan mama. Membela yang lemah, menolong yang lemah. Bahkan boleh dibilang karena rasa keadilanku yang tinggi, sebagian teman-temanku nggak suka ama aku contohnya adalah ketika tahu ada teman yang nyontek aku langsung beritahukan kepada guru. Dan sukses aku dimusuhi teman satu kelas. Dan karena rasa keadilanku yang tinggi pula aku belajar beladiri pencak silat ini.

"Ya ya ya, terserah deh. Ya udah, aku nanti jemput kamu di rumah," kata Yuda.

"Ehhh...?? Beneran?"

"Dari pada masa mudamu yang meluap-luap jadi padam."

"Kalian akrab ya? Kenapa nggak jadian aja?" celetuk Rita.

"Nggak!" seru aku dan Yuda dengan membentak.

"Iya deh, iya deh," Rita mengangkat tangannya.



**~o~**​


Pesta dansa, sesuatu yang konyol sih sebenarnya. Setahun lalu aku pergi dengan Jimmy seorang anak konglomerat pemilik restoran Fast Food dengan branding "Ayam Kampus". Err...nggak usah ditanya kenapa Fast Food itu bernama Ayam Kampus. Aku juga nggak ngerti. Dan apesnya pula Jimmy ini orangnya gay. Kenapa juga aku tahun kemarin dapat pasangan gay? Ya karena nggak ada cowok yang deketin aku. Hikss...

Tapi untunglah si Yuda hari ini beneran mau nemenin aku. Aku melihat dia sudah datang. Pakai kemeja warna putih dan jas hitam. Waahh...baru kali ini aku lihat sang pendekar memakai baju necis. Aku sudah memakai gaun panjang selutut, warna biru, simpel sih menurutku.

5676b6383074602.jpg

ilustrasi Han Jeong

Mama mengerutkan dahinya ketika melihatku memakai gaun itu. Tatapannya menyelidik.

"Kamu kencan ama Yuda?" tanya mama.

"Nggak, ada acara pesta dansa di sekolah, acara tahunan itu mah," jawabku.

"Oh, begitu. Kukira kencan ama Yuda."

"Nggaklah ma, Yuda cuma temen koq."

"Trus, udah ketemu belum cowok yang cocok buatmu?"

Aku menggeleng.

"Kamu cari kriteria cowok koq susah? Masa' harus sama kaya' papa?"

"Karena papa emang pria sejati ma. Mama beruntung banget punya papa."

Mama memencet hidungku, "Ihhh, tentu saja dong. Udah sana nanti cowokmu menunggu."

"Dia bukan cowokku ma."

"Taruhan ama mama, dia nanti bakal jadi kekasihmu."

"Ih, mama. Mana mungkin? Orang tiap hari juga berantem melulu."

Tiba-tiba mama menaruh tangannya di dadaku. "Ikuti ini Jung. Kalau dulu mama tak mengikuti kata hati, mungkin mama tak akan bisa bertemu dengan papamu."

Tiba-tiba dadaku berdesir ketika mama bilang seperti itu. Apa itu artinya mama setuju kalau aku punya hubungan ama Yuda? Koq aku malah jadi deg-degan gini ya?

"Ya udah, selamat bersenang-senang yah," kata Mama. "Kamu perlu bawa belt dan gelangmu?"

"Mau gimana lagi mah, resiko super hero."

"Ya udah, tapi hati-hati yah! Moga sukses kencannya."

"Mamaaa, ini bukan kencaaan."

Mama segera beringsut pergi sambil bersenandung. Sebel, digoda ama mama. Aku pun turun ke bawah. Kulihat Yuda bercanda ama papa sampai tertawa terbahak-bahak. Perasaanku nggak enak nih. Aku membawa ransel, sebenarnya isinya adalah empat gelang dan belt Hypersuit.

"Bawa ransel juga?" tanya Yuda.

"Ini ngomongin apa hayo? Perasaanku nggak enak nih," kataku.

"Nggak ngomongin apa-apa koq," kata papa.

"Berangkat yuk!?" kataku.

Akhirnya Yuda pamit kepada papa. Dan kami naik taksi untuk ke sekolah. Kalau Yuda sih sudah terbiasa jalan kaki, karena emang fisiknya kuat jadi pasti dia tadi ke sini jalan kaki. Tapi sepertinya nggak kali ini. Sayangnya mobil di rumahku cuma satu, itu pun bentuk MPV. Mobil keluarga. Aku ke mana-mana ya bawa sepeda. Kan nggak lucu juga kalau aku dibonceng pake sepeda dengan baju seperti ini.

Dan di sinilah kami. Di dalam taksi. Aku dan Yuda diam seribu bahasa. Total aku dan dia tak bicara sama sekali bahkan ketika sampai di sekolah. Eh, dia merogoh koceknya buat bayarin taksi. Padahal aku sudah keluarin duit lho. Hihihihi.

"Karena aku nggak bisa dansa, jadi sekarang aku mohon maaf dulu," kata Yuda.

"Ah bawel, yuk!" aku menggeret lengan Yuda.

Pesta dansa biasanya bersamaan dengan pengumuman para siswa yang mendapatkan predikat siswa teladan, juga beasiswa. Memang aneh juga ada acara seperti ini. Biasanya hal ini dibuat sebagai ajang kreasi anak-anak muda. Semua murid yang ingin tampil di panggung dipersilakan. Jadi, banyak juga yang memang tampil di panggung. Mulai dari nyanyi dan nari. Nanti performa yang paling bagus akan mendapatkan hadiah dan penghargaan.

Aku tak pernah ikut, karena memang nggak punya bakat. Nyanyi nggak bisa, nari juga nggak bisa. Bakatku yang utama mungkin cuma mukul orang.

Ada satu hal yang bikin cowok nggak suka ama aku yaitu ini. Ketika aku jalan sama Yuda ke dalam ada yang megang pundakku. Dan seketika itu aku reflek memukul dengan sikuku dan membanting orang yang menepuk pundakku tadi. WUSSHH BRUK!

"Atatatatata!" keluh Ryu sambil megangi pinggangnya. Dia barusan aku banting dengan sukses. Itu reflek!

"Nah, kaan? Dibilang jangan nyentuh Han Jeong koq nggak denger rasain!" kata Hana.

"Eh, Ryu!?!" seruku.

Yuda tertawa terbahak-bahak. "Dasar samurai bego. Hahahahahaha."

Hana memakai baju agak mirip denganku. Karena memang aku dulu beli baju ini barengan ama dia. Cuman warnanya putih, aku biru. Yah, kami mirip-miriplah. Lagian juga masih sepupuan koq.

Ryu berdiri dengan susah payah. Tumben dia nggak bawa samurai.

"Tumben nggak bawa katana?" tanyaku.

"Oh, aku taruh di mobiru," jawabnya dengan masih belum bisa ngucapin huruf L dengan baik.

"Kamu bawa mobil?" tanyaku.

"Itu mobil papaku!" jawab Hana. "Bukan mobil dia, aku saja yang jemput dia koq. Bete kan?"

Yuda kembali tertawa. "Samurai aneh. Hahahahaha."

Kami pun masuk ke aula sekolah di sana sudah banyak siswa-siwa yang berkumpul. Kami mengikuti semua acara dengan baik. Kebanyakan sih ngunjungi stand-stand para murid. Dan akhirnya tibalah saat yang ditungu. Waktunya dansa. Aku melihat Ryu mengulurkan tangannya kepada Hana. Waduh,....gentlenya. Hana mengerutkan dahi seperti melihat orang makan bakso dengan bumbu mesis. Tapi mereka pun turun ke lantai untuk berdansa. Aku dan Yuda berpandangan.

"Kalau nggak mau dansa ya nggak apa-apa kan?" katanya.

"Ayo, tapi awas kalau kamu pegang-pegang yang aneh-aneh!" kataku.

"Lha? Dansa kan emang pegang pinggang ama tangan. Emang mau megang apaan? Megang boobsmu? Itu bukan dansa namanya!"

Aku tertawa, "Dasar ngeres!"

"Kamulah yang pikirannya ngeres. Aku kan belum ngapa-ngapain."

"Ya udah deh, yuk?!"

Aku dan Yuda pun turun. Di sudut lain aku melihat Jordan bersama cewek lain. Oh, dia sudah punya pasangan ternyata. Aku melihat Rita juga sudah ada pasangannya. Hana juga. Aku melihat Yuda. Tiba-tiba aku teringat pesan mama. Tanya kepada hatimu. Aduuhh...saat begini koq ya ingat mama sih.

Yuda mulai menggenggam tangan kananku. Musik mulai mengalun lembut. Tangan Yuda diletakkan di pinggangku. Waduh, katanya nggak bisa dansa? Tapi...inikan? Dia bisa dansa. Kenapa aku melihat Yuda mendongak ya? Padahal aku pakai sepatu high heels. Ah iya, dia lebih tinggi dariku.

"Katanya kamu nggak bisa dansa?" tanyaku.

"Aku memang tak bisa dansa, tapi aku bisa belajar koq. Belajar singkat ama ibuku," jawabku.

Aku tertawa geli. "Kamu kursus kilat ceritanya?"

"Iya."

"Hihihihi, tapi oke juga."

"Kalau buat keluargamu sih, dansa model gini sudah biasa. Bagiku nggak."

Aku makin deg-degan. Apalagi nafas Yuda berhembus di telingaku. Aduuuhh.... Kenapa ya aku bisa senyaman ini ama Yuda. Hampir semua cowok yang nyentuh aku pasti aku banting dan aku KO. Tapi sama Yuda koq nggak. Bahkan tangannya sudah ada di pinggangku pun aku tak bereaksi. Seolah-olah aku percaya sekali ama dia. Yuda, kamu bawa ilmu sihir apa sih? Apakah dia memang lelaki impianku?

Aku memejamkan mata saat Yuda menempelkan keningnya. Aneh rasanya. Kami sudah lama berteman, tapi tak pernah sedekat ini. Bagaimana perasaan Yuda saat ini?

"Kita keluar yuk?" ajakku. Aku kemudian menggeret Yuda keluar dari aula. Dan kami dalam sekejap sudah ada di halaman sekolahan yang sepi. Aku menghirup udara sedalam-dalamnya. Segaarr....

Yuda diam saja. Kebiasaan dia.

"Yud, koq diem aja?" tanyaku.

"Emang mau ngomong apa?"

"Ya apa kek gitu?"

Yuda berpikir sejenak, "Kamu nggak ada kepikiran ke Korea?"

Pertanyaan yang bagus. Aku nggak pernah kepikiran sampai ke sana. "Sebenarnya kepingin sih, tapi....aku sudah cinta tempat ini. Kenanganku lebih banyak di negeri ini daripada di sana."

"Sudah ketemu?"

"Ketemu apa?"

"Orang yang mirip papamu? Yang katanya kamu nggak bakal pacaran sampai ketemu orang yang bisa menyamai papamu?"

"Entahlah Yud, aku sampai sekarang masih belum ketemu. Tapi kulihat sih Jordan."

"Anak bakset itu? Serius?"

"Sepertinya. Dia ganteng, atletis, berotot dan kaya'nya romantis."

"Tahu dari mana romantis?"

"Feeling aja."

"Ah, dasar kalian para cewek. Pasti milih orang yang ganteng, yang ikut klub. Ya ya ya aku nggak ikut klub, ganteng juga setengah-setengah."

"Hihihi, cemburu nih ceritanya?"

"Cemburu? Mana mungkin aku suka ama cewek setomboy kamu."

"Huu...emangnya aku juga suka ama cowok berandal seperti kamu? Huh!"

Kami terdiam beberapa saat. Suasana aula menjadi ramai karena musiknya berubah dari yang slow menjadi cepat.

"Pulang aja, yuk?" ajak Yuda.

Aku menghela nafas. "Ya deh. Lagipula nggak ada menariknya dansa ama kamu."

"Oh, lihat nih siapa yang tadi kepengen datang ke pesta dansa?"

"Kamu kan yang menawarkan diri, aku nggak minta. Nggak datang juga nggak apa-apa."

"Aku menawarkan diri karena kamu bisa nangis, kalau menghentikan tangisanmu itu susah."

"Aku bisa koq nyari cowok sendiri, nggak harus sama kamu."

"Oh, jadi ini intinya nggak suka ama aku gitu?"

"Iya, dari tadi kan aku udah bilang, aku nggak suka kalau kamu cowoknya."

"Okelah, pulang aja sendiri."

"Iya, aku akan pulang sendiri. Ngapain ama kamu? Toh kamu juga bukan bodyguardku."

"Oke, sayonara, bye bye!" Yuda pun melangkah pergi. Aku cemberut dan meninggalkan dia juga.

Emangnya siapa dia? Aku ini Black Knight, pulang sendirian aja nggak takut. Toh aku juga belajar silat koq. Kalau ada gangguan di jalan aku bisa menghadapinya. Santai saja.

Aku berjalan sendirian pulang dari sekolah. Acara pesta dansa kali ini nggak menarik. Kenapa juga harus ada Yuda? Mana dia menawarkan dirinya tadi? Kapok aku. Nggak sekali-kali lagi deh, dia jadi pasanganku di pesta dansa. Aku berjalan kaki, sengaja karena ingin menenangkan diri dari pertengkaranku dengan Yuda barusan. Tiap hari begini pasti. Sebel aku.

Aku berjalan sendirian, sambil sesekali melihat langit. Cerah, dengan bintang-bintang bertaburan, tapi bulan tidak kelihatan. Lampu-lampu pinggir jalan menyala, memberikan kesan bahwa malam telah larut bahkan kegelapan pun makin temaram. Aku sepertinya melupakan sesuatu tapi apa ya?

"Ti...tidak...tolong! Tolong!" aku dengar suara seseorang minta tolong. Di mana? Aku segera berlari mendekat ke arah suara itu. Ah sial, aku pakai high heels, lupa. Aku segera copot sepatuku dan menentengnya sambil berlari. Di sebuah halte, aku melihat sesosok robot bermata biru menyala tanpa wajah sedang berdiri di depan seorang laki-laki yang melindungi wajahnya. Lelaki itu merayap ketakutan.

Robot itu G-120, sama seperti yang melakukan penyerangan kemarin. Kenapa dia sampai ada di sini? Saatnya jadi Black...eh??? Aku lupa, ranselku masih di sekolah. Waduh, celaka. Masa' aku harus kembali sih? Di depanku ada emergency seperti ini.

Keputusanku adalah nekat.

"Hentikan!" teriakku.

Robot G-120 itu menoleh ke arahku. Lelaki tua itu terkejut. Tapi kemudian robot itu tak menggubrisku. Dia sudah siap untuk menyerang bapak-bapak itu, tapi aku pun melepar apa saja yang ada di tanganku ke arah robot. DOENG! DOANG! Kepala sang robot terkena dua sepatu high hels. Eh?? Kenapa aku melempar sepatuku?? Aarggghh! Mana harganya mahal lagi.

Sang robot mulai terpancing, kini mengalihkan perhatiannya untuk mendekat ke arahku. Kenapa aku bodoh sekali sampai lupa ama alat berubahku?

Robot itu pun bergerak maju ke arahku, berlari. Aduh, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku bingung, satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah bersiap untuk menerima serangan robot ini. Aku memasang kuda-kuda, entahlah pokoknya aku sudah siap untuk segala kemungkinan. Sang robot makin mendekat, tangannya dikepalkan dan ingin meninjuku, aku bisa menghindar, aku bisa. Bisa.....aaargghhh! Aku memejakan mataku. Kenapa aku malah takut?

ZRAAASSHH! Terdengar suara.

Aku segera membuka mataku. Kulihat robot itu tangannya sudah terpotong. Eeehhh?? Koq bisa? Tampak ada sosok lain yang berdiri tak jauh dari robot itu. Sang robot melihat lengannya yang terpotong segera ia menyerang sosok yang lain itu. Sosok ini memakai armor, membawa pedang dengan mata pedangnya menyala berwarna biru. Ia memakai helm full face, bahkan aku tak tahu apakah ia bisa melihat atau tidak dengan bentuk seperti itu. Di armornya menunjukkan bahwa sekilas dia mirip dengan Black Knight. Sosok itu menghindar.

"Daijobu, Han Jeong?" kata sosok itu dengan bahasa Jepang. Hah? Jepang? Jangan-jangan, dia...nggak mungkin.

"Siapa kamu?" tanyaku.

Dia tiba-tiba melemparkan sebuah ransel ke arahku. Ehhh?? Ini ranselku.

"Gomene, aku akan mengalahkan robot ini. Kamu lain kali saja berubah jadi Kuro-Ki," katanya.

"Kuro...Ki?? Apa itu Kuro Ki?"

"Buraku Kunaito," katanya. Beneraaaan...dia ini Ryu!

"Kamu Ryu ya?" tanyaku.

Dia tak menjawab. Sang robot G-120 pun segera ditebasnya tanpa ampun dengan pedang katana yang ada di tangannya. Hanya lima tebasan, sang robot sudah kehilangan kaki, tangan dan kepalanya. Gila. Kemudian dia menekan tombol di pedangnya. Seberkas cahaya warna-warni berpijar di sekujur tubuhnya. Apa itu? Armornya sedikit demi sedikit lenyap, dari lengan kaki, tubuh dan kemudian kepala. Maka tampaklah sesosok orang yang aku kenal. Ryu. Pedang yang ada di tangannya berubah menjadi seperti pedang kayu. Apakah pedang yang selalu dia bawa itu digunakannya untuk berubah juga sebagai senjata?

"Whaaaaaa??? Ryu?" aku terkejut tentu saja.

"Gomen nasai, sudah mengagetkanmu," kata Ryu.

"Kamu....?"

"Ah, aku akan ceritakan banyak nanti tentang diriku. Tapi yang jelas, kita bukan musuh. Yang kamu lihat barusan adalah Super Human Soldier Zero. Begitu mendengar kabar bahwa ada robot menyerang Indonesia, aku tertarik dan segera ke sini."

"Ryu. Kamu tahu aku?"

"Tentu saja.

"Wooooooiiii!" seru seseorang. Hana?

Dengan ngos-ngosan Hana lalu memegang lututnya. Ia meneteng high heels miliknya.

"Yang bener aja, aku nggak bisa lari. Hoi Samurai! hoshh...hossh....Sialan lo! Kampret!" umpat Hana.

"Maaf, maaf, tapi aku datang tepat waktu," kata Ryu.

Aku melihat bapak-bapak yang tadi nyawanya terancam udah pergi. Wah. Kemana itu orang?

"Kamu tahu dia siapa?" tanyaku ke Hana.

"Dia barusan ngasih tau. Sambil bilang begini, 'Koq tasnya Han Jeong tidak dibawa?' Trus aku heran ngelihat ranselmu. Kemudian dia bilang, 'Ini kan isinya benda untuk berubah jadi Kuro Ki'. Aku kebingungan mentranslate apa itu Kuro Ki, maksudnya adalah Black Knight. Awalnya aku kaget dari mana ia tahu. Dan yang lebih kaget lagi adalah dia bisa berubah jadi seperti dirimu. Teknologinya mirip.

"Kami naik mobil karena ingin mengejarmu tadi. Kukira kamu dalam perjalanan pulang naik taksi atau apa. Setelah itu dari kejauhan kami melihat kamu jalan sendiri dan ada robot G-120 di sana. Eh, dia langsung keluar dari mobil, berubah begitu saja menjadi itu," jelas Hana.

Aku memungut ranselku. Kulihat isinya masih ada. Syukurlah. Ryu senyam-senyum sendiri. Senewen juga nih anak.

"Oke Ryu, kamu harus jelaskan panjang lebar mengenai dirimu kepadaku!" kataku.

"Wakata, baikrah. Demo, berum saatnya aku jerasukan semuanya. Aku kemari hanya ingin mencari sesuatu yang hilanggu. Itu saja. Jadi karau misiku seresai, maka aku akan kembari ke negaraku," jelas Ryu.

"Mencari apa?" tanyaku.

"Furojeku Suparu Human Soruja Jinomu-Ekusu," jawab Ryu.

"Apaan itu? Baru denger," kataku. "Jinomu-Ekusu??"

"Ada hubungannya ama Project Titan?" tanya Hana.

"Titan? Berum pernah dengar," jawab Ryu.

"Jadi kamu bukan perajar biasa?"

"Aku perajar biasa, hanya saja aku bagian dari CCC."

"Apa itu CCC?" tanyaku.

"CCC itu dinas intelejen rahasia Jepang Jung. Kalau di Indonesia itu kita punya BIN ama LSN," ujar Hana. "Oke, jadi kamu ke sini mencari Project Super Human Soldier Gnome-X, kami juga nggak tahu apa itu."

"Oooh...maksudnya Project Super Human Soldier Gnome-X. Jadi senewen aku dengerin logat Jepangmu yang aneh itu," kataku.

"Ahahahaha, gomen gomen," kata Ryu sambil membungkuk.

"Jadi kamu bekerja untuk pemerintah Jepang?" tanya Hana.

"Iya. Dan aku harus memanfaatkan segara cara untuk menemukan Jinomu-Ekusu," kata Ryu.

Aku dan Hana saling berpandangan. Entah apa yang harus kami lakukan, terlebih dia tahu identitasku sebagai Black Knight.

"Ah, mungkin karian penasaran. Baikurah. Aku menyadari karau Han Jeong adarah Kuro Ki karena penyeridikanku terhadap jangkauan operasi Kuro Ki. Intinya Kuro Ki tidak pernah beroperasi rebih dari jangkauan 50 km serama ini. Itu bisa dirihat dari rekam jejaknya. Han Jeong tak pernah menorong orang yang berada di ruar kota. Kemudian daram tiga kari kejadian kejahatan, akhirnya radiusnya aku persempit. Artinya Kuro Ki beroperasi sekitar sekorah ini. Dan aku menebak Kuro Ki adarah seorang perajar, karena tindakannya terraru ceroboh dan tidak profesionaru."

"Ceroboh katamu?" kataku sambil melotot ke Ryu.

"Udah, terima saja emang kamu ceroboh koq. Mau aku hitung berapa banyak kesalahanmu?" kata Hana. "Oke, trus?"

"Dan, aku pun benar. Ternyata Han Jeong adarah Kuro Ki," kata Ryu.

Aku geleng-geleng.

"Tapi, kamu bisa jaga rahasia nggak?" tanyaku.

"Tenanggu saja. Aku bisa jaga rahasia. Kore wa yakusoku desu!" jawabnya. "Dan aku butuh pertolongan kalian untuk menemukan Jinomu Ekusu."

"Kita pikir-pikir aja dulu deh," kataku.

"Iya, ini terlalu mendadak," kata Hana.

"Ah, tidak apa-apa. Yang jerasu kita bukan musuh, itu saja," kata Ryu sambil tersenyum.

"Kamu pulang sendiri yah, aku mau pulang sama Hana," kataku.

"Ehh???" Ryu panik. "Naze?? Kenapa?"

"Soalnya kamu bikin kita kaget, udah ah. Sampai besok," kata Hana.

"Hoooiii....aku masih berum tahu jaran puranggu," kata Ryu yang melihat kami pergi berdua. Aku kemudian masuk ke mobil Hana. Hana juga masuk.

"Sampai besok!" kataku.

(bersambung....)

next chapter....kapan ya....?? Heheheh. :Peace:
Ruarr biasa emang Suhu @arczre dalam membuat cerita


Ini salah satu maha karya🦅🦅💦💦
 
BAB XX: LOVE, HOPELESS AND DESPAIR

1fd9a1382649111.jpg


#PoV Narator#

Kronos sekarang mulai menyerang. Dia mulai membalas. Apapun yang ada di depannya sekarang dihancurkan. Tangannya mengeluarkan kepulan asap hitam. Apapun diraihnya. Gedung-gedung pencakar langit di Jakarta mulai dia hancurkan. Tangannya mengepal dari tubuhnya kemudian muncul cahaya. Ternyata cahaya itu memancar seperti sonar dan menyebar ke segala penjuru.

Semua orang yang saat itu sedang berada di dekat tempat itu terhempas karena pancaran sonar itu. Gelombangnya menggetarkan apapun sampai-sampai kaca-kaca gedung pecah semuanya. Dari telapak tangan Kronos muncul api yang kemudian membakar segalanya.

Saat itu dari kejauhan tampak seorang wanita melaju dengan indahnya seperti naik sebuah papan ski mendekat ke Kronos. Dia adalah Lane. Dari kedua tangannya muncul cahaya berwarna putih, kemudian dia menembak Kronos dengan cahaya putih itu yang ternyata itu adalah Es. Api-api itu dipadamkan oleh esnya. Lane bertarung melawan Kronos sendirian.

Kronos yang sebesar itu kemudian menyemburkan apinya yang besarnya seperti semburan lahar gunung api yang meletus. Lane dengan kekuatan esnya pun berusaha membendungnya. Akhirnya benturan kekuatan es dan api membuat air terjun panas dari akibat dari benturan api dan es.

"Aaarrrggghh! Kuat sekali!" seru Lane. Dia kemudian menembak-nembakkan es dari tangannya sehingga membentuk seperti sebuah tembok es raksasa yang bentuknya seperti mengurung Kronos. Tapi Kronos dengan mudah bisa menghancurkannya.

Dari kejauhan tampak Finix sedang mengamati pertarungan antara Lane dan Kronos.

"Tidak mungkin, bagaimana aku bisa mengalahkan monster ini??? Dia punya kekuatan api!" gumamnya. "Aku punya kekuatan api, listrik juga sih. Tapi serangan yang sedahsyat itu tak mempan buat dia. Arrgggghhh....aku tak bisa berbuat apa-apa!"

"Jangan menyerah!" ujar suara di codec semua orang. Itu suara Han-Jeong. "Kita harus kuat, kita harus terus mencoba"

"Coba deh, siapa gitu suruh ngundan Zeus ke sini buat ngalahin bapaknya," ujar Xander.

"Hei guys, ini bukan jaman mithology lagi. There is no gods. Udah nggak jaman lagi dewa-dewa," kata Hana. "Satu-satunya cara adalah kita serang dari dalam tubuhnya. Tapi siapa yang bisa masuk ke sana?"

"Mulutnya membuka hanya ketika mengeluarkan api," kata Gump Girl. "Tapi bagaimana caranya untuk bisa masuk ke sana? Andai aku bisa terbang dan tahan terhadap api itu."

"Tahan api? Finix!? Kamu bisa!" kata Xander.

"Kau gila? Itu bukan sekedar api biasa. Itu ada campuran magma!" kata Finix. "Panasnya melebihi apiku sendiri."

"Gnome-X, Black Knight?! Kalian bisa tahan api itu bukan?" tanya Hana.

"Tidak pernah dicoba," kata Yuda. Dia masih terbaring sambil mendekap Han-Jeong di bawah reruntuhan jalan layang.

"Ryu-kun? Bagaimana denganmu?" tanya Hana.

"Aku saja menahan Gnome Blade armorku hancur. Sepertinya aku pass," jawab Ryu.

"Aku Rex, aku bisa membuat perisai dari berlian, tapi.... aku belum pernah mencoba untuk melindungi tubuh seseorang," kata Rex.

"Apakah satu-satunya yang bisa mengalahkan dia hanya Zeus??" gumam Gump Girl.

"Bisa nggak sih kita lemparin aja sesuatu ke mulutnya?" tanya Dark Shadow. "Kalau kalian butuh itu, aku bisa memberikannya. Aku akan tembakkan panahku ke mulutnya."

"Aku juga bisa tembak mulutnya dengan sniperku," ujar Eagle.

"Tapi lihatlah, setiap mulutnya terbuka, yang keluar adalah magma dan api," kata Gump Girl.

"Siapa yang sedang bertarung melawan Kronos?" tanya Finix.

"Dia tak ikut briefing, makanya dia nggak bawa codec. Dia namanya Lane atau siapa," jawab Xander. "Dia ngeri, matanya dingin banget. Not my type."

"Yuda, ini Ai," kata Ai di M-Tech portable milik Yuda.

"Iya Ai?" tanya Yuda. "Kamu menemukan kelemahannya?"

"Tubuh Kronos terdiri dari berbagai bahan metal alloy yang tidak ada di bumi. Unsur-unsurnya boleh dibilang dari besi, carbon dan vibranium," kata Ai.

"Vibranium? Jangan bercanda!" kata Hana. "Bagaimana Vibranium bisa ada? Oh aku lupa dia katanya Dewa."

"Ya, begitulah. Lapisan kulitnya ada Vibranium pekat level 3 disebut juga statik Vibranium, itu yang mengakibatkan serangan seperti apapun tak akan mempan. Permasalahan kenapa dia bisa bergerak itu karena energi panas di dalam tubuhnya yang sangat kuat untuk melumerkan Vibranium sekeras apapun. Maka dari itulah dia tak terkalahkan kalau dari luar. Satu-satunya cara untuk mengalahkan dia adalah menyerangnya dari bagian tubuhnya yang lunak, yaitu di dalam tubuhnya," jelas Ai.

"Di sini Alice, kekuatan Kronos terdiri dari elemen api dan magma. Selain itu dia juga bisa mengeluarkan energi seperti laser beam yang mampu menghancurkan apapun. Kelemahannya satu-satunya adalah menghancurkan Kronos dari dalam tubuhnya, sesimpel itu tapi tak mudah," ujar Alice.

"Suhunya mencapai seribu derajat celcius. Armor Gnome-X sanggup menahannya, walaupun tak lama. Armor Black Knight juga sanggup," kata Ai.

"Tapi kami kehabisan energi," kata Yuda.

"Profesor telah memperbarui The Box. Kita hanya mendiamkannya sejenak untuk mengisi kembali energinya," ujar Han-Jeong.

"Oh ya, beliau pernah bilang seperti itu," kata Yuda. (baca BAB XII).

"Masalahnya adalah kita tinggal menunggu berapa lama?" kata Han-Jeong.

"Profesor, berapa lama kita harus menunggu agar energi The Box kembali?" tanya Yuda.

"Tiga puluh menit untuk recharge sepenuhnya," ujar Profesor Andy.

Sementara itu Yuda dan Han-Jeong berada di dalam reruntuhan tanpa bisa bergerak sedikit pun. Tentu saja karena mereka terkubur di bawah puing-puing jalan layang yang baru saja mereka hancurkan karena benturan keduanya setelah terlempar dari serangan mereka kepada Kronos.

"Semoga saja kita bisa bertahan selama tiga puluh menit," kata Yuda.

Di dalam kegelapan reruntuhan itu, Yuda dan Han-Jeong tak bisa melihat. Tapi mereka bisa merasakan nafas mereka, detak jantung keduanya pun sampai terdengar. Yuda membelai rambut Han-Jeong. Walaupun berada di dalam keadaan seperti ini, keduanya masih ingin menunjukkan rasa sayang mereka.

"Kita akan bersama selamanya Yud," bisik Han-Jeong.

"Ya, aku tak akan melepaskanmu. Kita berjuang sampai akhir," bisik Yuda.

"Oh Yud, aku sangat mencintaimu," kata Han-Jeong. Dia kemudian beringsut mencium bibir kekasihnya. Mungkin boleh dibilang ia ingin memberikan ciuman terakhir kepada Yuda. Menunggu tiga puluh menit di bawah reruntuhan ini tidaklah hal yang mudah. Namun dengan ditemani oleh orang yang dicintai semuanya terasa berbeda. Terlebih ketika ciuman yang dirasakan oleh keduanya pahit karena bibir keduanya terkena debu yang melekat di kedua bibir mereka. Tapi rasanya tetap manis.

Sementara itu Devita yang berada di sebuah tempat tak jauh dari area pertempuran bersama agen-agen BIN lainnya hanya bisa menghela nafas. Apa yang diusahakannya ternyata sia-sia belaka. Kronos sangat kuat. Satellite Cannon saja tak bisa menembusnya.

"Butuh berapa lama lagi untuk merecharge?" tanya Devita.

"Butuh lima belas menit lagi. Tapi kamu yakin?" jawab salah seorang agen.

"Kesempatan kita hanya ini. Satu-satunya cara yang paling baik yang kita punya adalah ini," ujar Devita. "Kalian ada cara yang lebih baik dari ini silakan!"

Semuanya terdiam. Memang Satellite Cannon ini adalah cara yang terbaik. Tapi tetap saja apakah bisa menumbangkan Kronos? Kronos benar-benar sangat kuat.

Beberapa mil tak jauh dari situ beberapa orang elemental tampak sudah bersiap untuk menyerang Kronos. Mereka masih melihat bagaimana Lane berjuang sendirian melawan Kronos dengan kekuatan esnya.

"Kita tak bisa menyerang dia tanpa kombinasi. Aku bisa menggabungkan kekuatanku menjadi reverse, Dan Alex, kamu bisa melakukannya dengan Tim yang punya elemen air kalian bisa membentuk blizard," kata Andre.

"Kita coba, walaupun tak tahu apakah akan berhasil," ujar Alex.

"Siap??" tanya Andre.

"Siap," jawab Alex.

"Siap," jawab Tim.

"Aku ngikut aja deh," kata Puri.

Andre menyatukan kekuatan gelang Joltnya. Dari dalam tanah ia memangil seluruh elemen air. Tak perlu khawatir tentang air, di Indonesia ini air melimpah. Kalau untuk mendatangkan air sebesar badannya Kronos tak ada masalah. Dia bisa melakukannya apalagi kalau sekedar elemen tanah. Tanpa basa-basi dari dalam tanah pun muncul akar-akar yang memanjang, saling melilit, saling menyatu dan kemudian membentuk makhluk besar raksasa yang bisa bergerak. Seekor naga dengan badan yang besarnya sebesar gedung pencakar langit.

Kronos menoleh ke arah naga yang terbuat dari akar-akar pohon itu. Dia menyemburkan apinya untuk membakar naga buatan itu. Namun Andre tak kalah cerdik. Dia membuat tiruan naga yang lain. Sekarang berusaha melilit di kaki Kronos. Akar-akar pohon itu terus bergerak dan melilit Kronos. Hingga akhirnya ular kayu itu pun melilit Kronos dengan sempurna. Kronos dengan tangannya yang besar berusaha mengurai ular besar itu. Dia mencengkram ular dari pohon itu kemudian membuangnya. Namun lagi-lagi muncul ular yang baru. Kesempatan itu digunakan Lane untuk menyerang Kronos dengan esnya.

"Ten-Rei!" seru seseorang. Dia adalah Rina Takeda sang Kunoichi. Saat ini dengan lincah ia bergerak di antara tubuh naga pohon dengan kecepatan yang luar biasa untuk menuju ke Kronos. Tubuhnya bersinar dengan kilatan-kilatan listrik. Sang Kunoichi lalu menyerang Kronos dengan telapak tangannya.

ZRRTT! ZRRTTT!

Dua kali petir menyambar di tubuh Kronos. Tubuh Rina meloncat-loncat seperti belalang di antara sambaran-sambaran tangan Kronos yang menghalau naga buatan Andre. Dari bawah, tiba-tiba ada kristal-kristal yang lebih bisa disebut tombak es berusaha menghujam tubuh Kronos. Bahkan seperti mengurungnya.

"Andre, lilit kedua tangannya!" seru Alex.

Sang ular pohon pun kemudian berusaha melilit lengan Kronos. Kronos agak kesulitan bergerak karena begitu tebalnya akar pohon yang melilitnya. Saat itu tak bisa disia-siakan oleh Alex dan Tim. Dengan kombinasi elemen angin dan air mereka pun menyerang lengan Kronos dengan tombak-tombak es besar. Lane juga ikut ambil bagian dia menyerang lengan kiri Kronos. Rina Takeda pun kemudian terjun ke lengan Kronos sebelah kanan. Dia majukan kedua telapak tangannya hingga kilatan petir besar menghantam lengan Kronos.

Dari arah lain tiba-tiba ada bola cahaya energi yang kemudian menghantam lengan kanan Kronos. Itu Redtails. Dia masih bisa bertarung rupanya. Dengan serangan-serangan ini, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Kedua lengan itu putus. Ketika jatuh suaranya bedebum dan keras.

"Hah? Lengannya putus!" seru Lane.

"Yess...lengannya putus!" seru Alex. "Tapi....bagaimana bisa?"

Kejutan itu membuat semuanya heboh. Devita juga sepertinya baru kali ini melihat lengannya monster itu putus.

"Wow, ini kejutan. Lengannya putus," seru Devita.

Semuanya keheranan. Mereka tak percaya bisa memutuskan lengan Kronos.

"Somebody please tell me why?" kata Kolonel Reditya.

"Akar pohon!" seru Profesor Andy di codec. "Akar pohon itu memakan tubuh Kronos. Siapa yang mengeluarkannya?"

"Aku, Andre," jawab Andre dengan codecnya.

"Itu kelemahan Kronos. Kronos menurut legenda adalah anak dari Uranus dan Gaia. Gaia ada unsur elemen bumi, sedangkan tanaman tidak bisa tumbuh tanpa unsur bumi. Sedangkan yang ada di tubuhnya adalah sebuah mineral padat dari vulkanik, bukankah abu vulkanik adalah makanan yang sangat bergizi bagi tanaman?" kata Hana.

"Kamu benar sayangku! Kamu cerdas!" seru Devita.

"Makasih ma," kata Hana sambil tersipu-sipu.

"Oke, Andre. Terus tumbuhkan monster tanaman itu ditubuhnya, kita akan potong-potong Kronos ini," kata Redtails.

"Baiklah. Reverse!" seru Andre.

Lagi. Tanaman-tanaman tumbuh. Kali ini makin merambat makin membelit Kronos. Kronos yang sudah kehilangan lengannya sekarang seperti monster buntung yang tak bisa berbuat apa-apa. Makin lama ular raksasa yang tubuhnya terbuat dari akar-akar pohon itu makin banyak dan membelit Kronos.

"MANUSIA KALIAN SEMUA AKAN BINASA. APA KALIAN ANGGAP DENGAN BEGINI AKU AKAN KALAH??!"

"Gungnir siap, anak-anak menyingkir!" seru Devita.

Seketika itu semua orang menjauh dari area pertempuran. Rina Takeda segera menyingkir, diikuti oleh Lane dan Redtails. Superhero yang lainnya pun menyingkir, karena sekarang di atas sana ada Satellit Cannon yang sudah mengarahkan moncongnya ke Kronos. Kali ini dengan penuh percaya diri semua orang yakin bahwa kali ini Kronos bisa dihancurkan.

"Sebentar lagi kami akan menghancurkanmu. Ada permohonan terakhir?" tanya Redtails.

Kronos yang tak bisa bergerak karena lilitan akar dan pohon itu menderum, "ADA ALASAN KENAPA AKU MEMAKAI WUJUD SEPERTI INI. APA KALIAN TAK TAHU MIMPI BURUK YANG AKAN KALIAN HADAPI? AKU BELUM KALAH."

"Apa maksudmu?" tanya Lane. Dia mengeluarkan tombak-tombak es raksasa lagi dan menghujam ke kaki Kronos. Kali ini kakinya sang dewa kehancuran itu putus. Semua orang bersorak gembira. Mereka mengira telah berhasil. Tentu saja dengan perkembangan ini mereka semua belum tahu mimpi buruk yang akan mereka hadapi. Mimpi buruk yang sebenarnya.

"5....4...3....2....1! Tembaak!" seru Devita.

BBLLLLLAAAAAAAAAAAAAAAAAARRR! SHOOOOOOTTTTTT BUUUUUUMMMMMMMM! DDUUUUAARRR!"

Lagi-lagi tembakan Satellit Cannon menghantam Kronos. Getarannya membuat semua yang ada di Jakarta dan sekitarnya bergetar. Lagi-lagi ledakan besar itu menghempaskan apapun yang ada. Semua para superhero dan TNI berlindung dari efek ledakannya yang dahsyat. Namun dibalik ledakan itu, justru Kronos tertawa.

"KHUKHUKHUKHUKHUKHUKHUKHUKHUKHU!"

"Kenapa? Kenapa dia tertawa? Kenapa?" tanya Ryu. "Ada yang aneh."

Sementara dia bertanya-tanya kepulan debu dari efek ledakan itu menutupi kota Jakarta. Semua orang menanti apakah serangan tadi berhasil ataukah tidak. Yuda dan Han-Jeong pun juga bisa merasakan getaran ledakan yang terjadi di atas. Mereka juga berharap-harap cemas akan hasil dari serangan ini.

"Kukira, Kronos yang kita hadapi ini bukan wujud aslinya," kata Ai, artificial intelegence Gnome-X.

"Jelaskan kepadaku Ai," kata Yuda.

"Kronos yang kita hadapi ini, kemungkinan besar memakai pelindung. Yang coba kita hancurkan tadi adalah armornya yang memang terbuat dari bebatuan dan magma yang keras. Aku rasa itu wajar karena dia terkurung di inti bumi. Dia pasti membutuhkan sesuatu untuk melindungi tubuhnya bukan? Maka dari itu apa yang kita hadapi sekarang adalah baru wujud yang sebenarnya," jelas Ai.

"Dataku juga menunjukkan perkiraan yang sama," kata Alice, artificial intelegence Black Knight.

"Hah? Jadi? Yang kita hadapi setelah ini....?" gumam Han-Jeong.

"Baru Kronos yang sebenarnya," kata Alice.

"Kita sudah habis-habisan menyerang dia dan sekarang baru berhadapan dengan aslinya?" protes Yuda.

"Kalian dengar itu? Ini belum berakhir!" kata Han-Jeong membroadcast apa yang disampaikan oleh Alice.

Devita, seakan tak percaya apa yang dikatakan kecerdasan buatan di baju keponakannya itu. "Aku tak percaya. Alice pasti sedang rusak. Kita baru saja menghantamnya dengan kekuatan Gungnir!"

"Ya, kita sudah habis-habisan menyerang dia. Bagaimana mungkin kita sama sekali belum melawannya? Ini mustahil!" kata Redtails.

"Kalau itu benar, kita benar-benar celaka. Tak ada lagi kekuatan untuk mengalahkan dia," kata Kolonel Reditya. "Periksa senjata kalian. Pesawat yang masih punya misil bersiap untuk menyerang. Setelah ini kita akan serang lagi!"

"Kolonel, beberapa tank sudah kehabisan peluru meriam. Pesawat yang masih punya misil hanya tiga," kata Flavus.

"Jangan lupakan kami yang ada di laut Kolonel!" seru seseorang lewat radio.

"Siapa ini?" tanya Kolonel Reditya.

"KRI Yos Sudarso, Letnan Caesar di sini," katanya di radio.

"Letnan Caesar?"

"Kami marinir yang ada di laut siap menembakkan meriam kami ke Jakarta. Koordinat sudah kami pasang. Tinggal menunggu perintah Anda untuk menembak," kata Letnan Caesar.

"Tunggu apalagi? Sebelum dia hidup lagi, serang saja sekarang!" kata Kolonel Reditya.

"Siap!"

Beberapa Kapal tempur milik TNI AL sekarang merapat ke pinggir pantai Utara Kota Jakarta. Semuanya mengarahkan moncong meriam dan rudalnya ke arah sang dewa Kronos. Kemudian secara bersamaan semua kapal tempur itu pun memuntahkan peluru-peluru meriam dan rudal-rudal mereka ke arah Kronos. Bagaikan kembang api seluruh peluru-peluru itu menghantam tubuh Kronos yang masih tertutupi oleh debu yang sangat tebal karena ledakan tadi.

Entah berapa puluh rudal dan meriam yang menghantam tubuh Kronos. Sepertinya semuanya tak ingin Kronos bisa bangkit lagi dan melakukan kehancuran. Namun akhirnya semuanya terjawab sudah ketika dari kepulan debu dan asap itu muncul sosok yang sangat besar. Tapi tubuhnya lebih kurus dari Kronos. Tubuhnya polos, halus, berwarna merah, bertanduk, matanya merah menyala sebuah senyuman tersungging di mulutnya.

Wajahnya dihantam oleh rudal. Tapi dia tak bergeming. Meriam dan rudal itu sama sekali tak melukainya. Inilah wajah Kronos yang sesungguhnya.

"MANUSIA, AKU AKAN BERIKAN KALIAN MIMPI BURUK YANG SEBENARNYA! INILAH WUJUDKU YANG SEBENARNYA"

Jari-jari tangan Kronos dibuka. Ujungnya mengeluarkan sesuatu.

WHUUUZZZZZZZZZ! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! ZZZOOOMM! BLAR! BLAR! BLAR! BLAR! BLAR! KBOM KBOM KBOOOOMM!

Dari ujung jemari Kronos muncul sesuatu seperti Pedang Beam milik Gnome-X. Tembakannya sangat cepat seperti sinar laser. Ledakan-ledakan mengikuti ke tempat di mana laser besar itu menghantam di mana dia mendarat. Api mulai berkobar di seluruh tempat yang dihinggapi oleh laser raksasa itu. Bahkan gedung-gedung yang terkena serangan itu dibelah seperti kue ulang tahun yang dibelah oleh pisau pemotong kue.

"Ini gila, apapun yang terjadi kalian harus menghindar dari laser itu!" seru Redtails.

Silver Crow terbang menghindari laser-laser yang ditembakkan oleh Kronos. Tapi....ZRRAASSHH! tangannya terkena hingga terputus.

"AAAAARrrrgghh!" Silver Crow menjerit hingga kemudian jatuh ke tanah dengan bedebum. Ia mengerang meraba tangan kirinya yang kini sudah putus. Darah mengalir dari tempat ia terluka.

"Silver Crow, kamu tak apa-apa?" tanya Rex yang melihat dia jatuh tadi.

"Lenganku....aaarrghh!" jerit Silver Crow.

"DAN KALIAN KAPAL-KAPAL YANG MENYERANGKU, TAK KEBERATAN BUKAN KALAU KALIAN AKU MUSNAHKAN?"

Kronos menghadap ke utara. Sesuatu yang mengejutkan terjadi. Dia menghentikan serangan laser dari jari-jarinya. Kini mulutnya sedikit demi sedikit terbuka. Makin lama mulutnya makin terbuka lebar. Dia benar-benar seperti monster.

"DENGAN MULUT INILAH AKU MENELAN ANAK-ANAKKU. TAPI AKU TIDAK AKAN MENELAN KALIAN SEMUA, AKU AKAN MEMUSNAHKAN KALIAN SEMUA!"

Sang dewa penghancur pun kemudian menggembungkan dadanya. Semua udara seperti terhisap ke tubuhnya yang polos itu. Dadanya makin menggembung dan membesar seperti gunung. Kolonel Reditya yang menyadari keadaan ini ia segera mengambil radio.

"Kalian yang ada di laut. Menyingkir dari sana!" teriak Kolonel Reditya.

"Kolonel. Sudah terlambat!" kata Jendral Robi.

"Kalian semua bersiaplah!" seru Letnan Caesar. "Tuhan maafkan kami."

"GGHHHRRRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAASSHHHHH!"

Dari mulut Kronos keluar energi seperti meriam beam yang diameternya sebesar gedung dan menghantam lurus ke arah utara. Tepat ke arah kapal-kapal TNI AL yang tadi menembakinya. Seluruh kapal-kapal itu berikut Jakarta utara terkena serangan itu. Tembok yang dulu dibuat oleh Andre dan Puri pun kini jebol akibatnya air laut pun merembes ke daratan. Tembakan dari mulut Kronos itu terus dan terus memanjang hingga sampai ke kepulauan seribu. Serangannya menghantam pulau-pulau di tempat itu, seperti dihantam oleh ledakan nuklir menerbangkan pohon-pohon yang tumbuh di sana.

Hanya sepuluh detik. Tapi sepuluh detik itu sudah meratakan Jakarta Utara. Semua orang terbelalak. Mereka semua sepertinya sudah menyerah, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk mengalahkan monster ini. Kekuatannya mengerikan tak ada yang bisa mengalahkan Kronos, tak ada yang bisa.

Redtails saat itu yang tepat berada di depan Kronos berusaha menahan serangan Kronos itu dengan aura terakhirnya. Hentakan kekuatan itu pun tepat mengenainya. Entah apa yang terjadi dengannya setelah itu. Yang jelas tak ada lagi yang bisa dilihat di kota Jakarta bagian utara. Karena semuanya rata karena semburan energi dari mulut Kronos.

Dunia terhenyak, kekuatan Kronos yang mengerikan telah membuat semuanya putus asa. Akankah manusia harus menjadi budak Kronos sekarang?

"Apa yang terjadi?" tanya Yuda.

"Jakarta Utara rata dengan tanah," kata Devita.

"Apa?!"

Han-Jeong tampak bersedih. Kota yang ia tinggali sekarang ini benar-benar hancur. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Ai, kapan selesai mengisi tenaganya?" tanya Yuda.

"Sebentar lagi," kata Ai.

"Han-Jeong, kita harus mengalahkannya," kata Yuda.

"Iya, aku akan berjuang bersamamu," kata Han-Jeong.

"Ryu-kun! Bersiaplah!" kata Yuda. "Kita bersatu maka kita akan kuat. Jangan menyerah!"

"Bokuwa, akiramenaide!" kata Ryu. "Aku tak akan menyerah."

Di antara perasaan putus asa, ada tiga pemuda yang mereka siap untuk menyerang. Detik-detik kemudian The Box sudah terisi penuh. Ketiganya berubah menjadi superhero.

Gnome Change

Black Knight Change

Zero Change


Pertarungan kini mencapai klimaks.

(bersambung).

Next Kronos menemui kehancuran. Pertarungan yang melelahkan. Tapi....setelah itu pertarungan sebenarnya baru dimulai.

Khukhukhukhukhu.. :pandaketawa:
Gilaaa


Bener benar karya yang keren


Alur crotanya mengalir bagai air💦💦

🦅🦅🦅💦💦💦
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd