Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Mother's

Chapter 4

POV Lutfi


Bel sekolah berbunyi. Jam menunjukkan pukul 15.00, Pak Tejo guru sejarahku pun berdiri dan meninggalkan kelas. “Ntar login jam berapa Fi?” tanya temanku Yudha. “Ntar lah Yud gue kabarin di WA” jawabku. Aku segera berkemas dan meninggalkan kelas menuju ke parkiran motor. Di sana aku bertemu temanku yang lain “Fi, jokiin akun gue dong. Sampe mythic bisa lah ya..”. “Boleh tapi bayar yee hahaha” timpalku. “Yah sama temen sendiri gitu yaa” sahutnya lagi. “Iye deh gampang ntar” jawabku. Ya, aku memang terkenal sebagai gamers di lingkungan sekolahku. Memang sehari-harinya aku banyak menghabiskan diri bermain game online di kamar. Tapi bukan berarti aku anak yang anti-sosial atau kurang pergaulan, aku juga sering nongkrong dengan teman-temanku di kafe atau warung angkringan.

Sebuah pesan masuk di WA ku. “Fi, jemput adik sekalian ya. Mama udah di rumah.” Oh, Mama ternyata. Aku pun langsung menuju ke tempat les adikku. Memang sepulang sekolah biasanya adikku langsung les. Dari hari Senin sampai Kamis ada jadwal les nya. Entah itu les pelajaran atau les bela diri yang pasti selalu ada jadwal selama empat hari itu. Setelah menjemput adikku dan sampai rumah, kulihat mobil Mama sudah terparkir di halaman. “Kenapa ya Mama udah pulang duluan?” tanyaku dalam hati. Setelah masuk rumah adikku langsung naik ke lantai dua menuju ke kamarnya. “Pasti dia langsung main game tuh”. Adikku ini juga sangat suka main game, ya mungkin terpengaruh kakaknya sih. Aku yang masih penasaran dengan kondisi Mama berjalan menuju ke kamar Mama. Sebelum sampai kamar Mama aku menengok dan melihat baju daster, bra, dan celana dalam yang tercecer di sofa ruang keluarga. “Kok ada disini?” gumamku. Aku juga melihat banyak cairan-cairan di sekitar sofa. Aku pun mengambil pakaian Mama yang tercecer tadi. Kuketuk pintu kamar Mama tapi tidak ada jawaban. Aku mencoba membukanya tapi tidak bisa karena terkunci. Aku mengetuk lagi beberapa kali sambil memanggil Mama. Aku cemas dengan kondisi Mama karena beberapa hari ini meskipun sudah kembali bekerja tapi Mama masih sering terlihat murung dan lemas. “Iya Fi. Bentar” sahut Mama dari dalam. Aku sedikit lega mendengar suara Mama. Setelah Mama membuka kunci dan pintu aku, aku melihat Mama dengan keadaan yang lemas.

Lutfi : “Mama kenapa? Sakit?”

Tiwi : “Iya Fi, Mama lagi ga enak badan makanya tadi izin pulang duluan”

Lutfi : “Trus udah minum obat?”

Tiwi : “Belum beli tadi. Mama udah keburu lemes makanya langsung pulang aja”

Lutfi : “Kan bisa minta tolong Om Guntur Ma”

Tiwi : “Eee.. Anu tadi ga kepikiran Mama Fi. Om Guntur juga udah pulang waktu Mama sampe rumah”

Lutfi : “Ya udah nanti biar Lutfi beliin. Oh iya, ini baju Mama kok bisa ada di sofa sana?”

Tiwi : “Eeee.. Tadi itu lupa Mama mau taruh di mesin cuci waktu Mama nonton TV”

Aku pun lanjut menuju ke kamarku di lantai dua. Sebenarnya aku sedikit merasa janggal dengan alasan Mama tadi. Aku masih penasaran kenapa pakaian Mama bisa berserakan di sana. Tapi ya sudahlah tak perlu terlalu dipikirkan. Setelah mengganti pakaian aku lanjut turun dan menuju keluar membeli obat untuk Mama. Ketika sampai di gerbang rumah aku bertemu Tante Ati.

Ati : “Mama kamu gimana Fi? Udah mendingan?”

Lutfi : “Loh kok Tante tau kalo Mama sakit?

Ati : “Iya tadi kata Om kamu Mama pulang lagi soalnya sakit”

Lutfi : “Oh gitu. Ini aku mau beli obat dulu buat Mama”

Ati : “Yaudah hati-hati ya Fi”

Lutfi : “Iya tante”

Sepanjang perjalanan menuju ke apotik aku pun bertanya-tanya. Kata Mama tadi Om Guntur udah pulang ke rumahnya waktu Mama sampai di rumah. Tapi kenapa dia bisa tahu kalo Mama sakit dan memberi tahu Tante Ati. “Ah, kalo dipikir terus bikin pusing. Yang penting sekarang aku beli obat buat Mama dulu lah.”.


POV Tiwi

Betapa bodohnya aku. Bisa-bisanya aku lupa untuk membersihkan pakaianku yang tadi berserakan di ruang keluarga. Aku takut jika Lutfi mengetahui perbuatanku dan Guntur tadi siang. “Mbak, gimana kondisinya masih sakit?” suara itu bersumber dari balik pintu kamarku. Aku pun membukanya.

Tiwi : “Udah mendingan sih Ti. Cuma tadi aku nyuruh Lutfi buat beli obat”

Ati : “Iya mbak aku tadi ketemu di depan. Mau aku bikinin bubur mbak?”

Tiwi : “Boleh Ti. Tapi jangan banyak-banyak ya aku takut ga habis”

Ati : “Iya mbak”

Aku pun berjalan menuju ke kamar Rio. Kubuka pintunya dan ternyata dia sedang tertidur. Mungkin dia lelah setelah les. Aku pun lanjut ke ruang keluarga dan duduk di sofa tempatku melampiaskan nafsu dengan suami adikku. Setelah duduk aku baru sadar kalau banyak cairan-carian bekas pertempuranku dengan Guntur yang tercecer di sekitar sofa. Aku sedikit panik, takut kalau Ati tahu dan dia bisa curiga. Aku langsung mengambil kain lap dan membersihkan bekas cairan-cairan itu.

Ati : “Mbak masih sakit ngapain kok bersih-bersih?”

Tiwi : “Gapapa Ti ini ada yang kotor aku ga nyaman ngeliatnya”

Ati : “Ohh. Ini buburnya mbak makan dulu”

Tiwi : “Makasih ya Ti”

Aku menyantap bubur itu sambil memandang Ati. Betapa teganya aku berani berbuat hal yang tercela dengan suaminya. Kejamnya, aku berani berbuat seperti itu dengan suami dari adikku sendiri yang sangat baik kepadaku.

Malam harinya Ati dan Guntur datang ke rumah untuk makan malam. Memang biasanya seperti itu. Ati akan memasak makanan di siang atau sore hari lalu dia dan suaminya akan datang lagi saat malam hari dan kita makan malam bersama. Aku pun bertemu dengan Guntur pertama kalinya setelah kejadian pagi tadi. Aku merasa sangat canggung dengannya. Aku ingin menjaga jarak dengannya karena takut jika Ati ataupun anak-anakku curiga dengan Aku dan Guntur. Padahal biasanya Aku dan Guntur lumayan sering mengobrol bahkan dia memang sudah aku anggap seperti adik kandungku sendiri. Aku sering minta bantuan ke dia dan jika membutuhkan sesuatu dia tak segan meminta kepadaku. Tapi setelah perzinahan kami di pagi tadi hubunganku dan Guntur menjadi berubah. Kita tidak bisa seakrab dulu lagi.

Keesokan paginya Ati dan Guntur seperti biasa datang ke rumah lagi. Tapi setelah sarapan, Guntur ikut pulang dengan Ati. Tidak seperti biasanya dia suka membersihkan halaman lalu masuk ke rumah sambil bersantai menonton TV, kali ini dia memilih pulang ke rumahnya. Aku merasa mungkin Guntur juga masih merasa tidak enak dengan kejadian kemarin. Aku pun juga tidak menanyakan kenapa Guntur langsung pulang.

Hari-hari setelahnya berjalan normal meskipun hubunganku dan Guntur tidak kunjung membaik. Kita masih diam-diaman dan canggung satu sama lain. Aku tidak terlalu menghiraukan itu. Tapi, setelah aku berhubungan seks dengan Guntur aku merasakan gejolak nafsu yang membara di dalam diriku. Aku sering merasakan sange tiba-tiba apalagi jika teringat rasanya ketika Guntur memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Hingga akhirnya aku sering masturbasi sendiri. Kuelus dan kukocok memekku dengan nikmat. Kumasukkan jari-jariku ke dalamnya. Kulepas celana dalam hingga semua pakaianku. Kulakukan semua itu demi kenikmatan yang kuinginkan. Meskipun memang tidak ada yang bisa menandingi perasaan ketika berhubungan langsung ketimbang hanya masturbasi tapi setidaknya ini bisa sedikit memuaskanku.

IMG-5109.webp


POV Lutfi

Setelah Mama sembuh dan kembali beraktivitas, aku melihat ada perubahan dari diri Mama. Mama sudah tidak terlalu murung dan terlihat sedih. Sekarang perlahan-lahan Mama kembali seperti yang dulu. Aku senang mengetahui hal itu, melihat Mama kembali aktif dan enerjik. Tapi ada satu yang mengganjal di otakku. Hampir setiap malam ketika aku melewati kamar Mama aku sering mendengar suara Mama sedang mendesah seperti orang sedang melakukan seks. Ya, aku sudah beranjak jadi untuk hal begituan aku sudah mulai mengerti. Aku sering mendengar Mama mendesah dan seperti mendesis. Bahkan pernah malam itu aku baru pulang dari warung dekat rumahku. Aku masuk rumah dengan hati-hati karena takut membangunkan Mama atau adikku yang sudah tertidur. Ketika kaki kiriku menapak tangga aku begitu kaget melihat Mama keluar dari kamarnya tanpa menggunakan apa pun alias telanjang bulat. Dengan sedikit cahaya aku bisa melihat dengan jelas tubuh Mama yang tidak tertutup sehelai benang pun, tubuhnya yang sedikit berlemak, bokongnya yang bergoyang ketika berjalan dan payudara yang besar membuatku sedikit menelan ludah. Aku pun terdiam sambil melihat Mama di dalam keheningan. Mama yang tidak menyadari keberadaanku berjalan menuju kulkas dengan posisi membelakangiku dan mengambil seperti bungkusan kantong kresek yang aku tidak terlalu jelas melihatnya tapi aku yakin itu berbentuk memanjang. Sebelum Mama membalik badannya, aku langsung naik ke tangga dengan pelan-pelan. Setelah itu Mama langsung masuk kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, aku langsung terbayang-bayang dengan tubuh Mama tadi. Kontolku mengeras tapi aku merasa tak bermoral jika terus membayangkan Mamaku sendiri seperti itu. Aku pun langsung mengalihkan pikiranku dengan bermain game online kembali.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd