Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Mother's

Chapter 5

POV Tiwi


Ketika itu hari Jum’at dan biasanya di Kantorku diadakan kegiatan olahraga mandiri. Sebenarnya aku tidak terlalu bisa berolahraga seperti voli atau pun bermain sepak bola tapi aku ingin ikut untuk seru-seruan saja. Aku pun memilih olahraga voli bersama dengan bapak-bapak dan sedikit ibu-ibu disana. Aku bermain dengan antusias meskipun hanya bisa menampik bolanya saja tanpa memberikan perlawanan untuk lawan. Saking keasyikannya aku tidak menyadari ketika bermain banyak pegawai laki-laki yang melihatiku. Aku pun tersadar jika aku tidak menggunakan sport bra dan hanya menggunakan bra biasa saja. Dengan ukuran payudaraku yang lumayan besar aku yakin ketika tadi aku loncat-loncat membuat payudaraku ini berlarian naik dan turun sehingga menyita perhatian dari para lelaki ini. Meskipun aku sudah menyadari itu entah mengapa aku malah semakin bersemangat. Aku malah merasa semakin senang diperhatikan oleh mereka. Aku semakin bersemangat untuk loncat-loncat dan memamerkan payudaraku yang memantul-mantul ini. Bahkan, aku merasakan sedikit basah di bagian selakanganku. Apakah aku horny karena itu tadi? Apakah aku suka diperhatikan seperti ini? Tapi yang jelas aku memang menjadi bergairah karena itu. Takut bagian bawahku semakin basah dan menarik perhatian para mata lelaki itu aku pun menyudahi permainan voliku. “Wah Bu Tiwi kalo mainnya udahan jangan dibawa juga dong bolanya itu” celetuk salah satu pegawai yang dari tadi memperhatikanku sambil matanya melirik ke dadaku. Aku pun hanya membalas celetukannya dengan senyuman yang sedikit nakal dan aku melihat dia tertawa menanggapinya. Aku yang masih merasakan bergairah memilih langsung pulang setelah voli dan aku berpikiran mungkin di rumah nanti aku bisa masturbasi untuk menyalurkan gairahku ini.

c67ea8f5f848838e0cfff1c0b30f39e0a1c86a04-high.webp


Sesampainya di rumah aku sedikit terkejut karena gerbang rumah terbuka. Aku pun langsung memparkirkan mobilku dan turun. Ternyata disitu ada Guntur yang sedang menyirami rumput di halaman. Aku melihatnya sekilas, dia juga menatapku. Aku yang masih dengan perasaan menahan horny langsung masuk rumah menuju ke kamar. Tiba-tiba dari belakang Guntur mendekapku. Ternyata dia mengikutiku masuk ke dalam. Dia memelukku sambil tangannya meremas payudaraku. “Ahhh.. Jangan Tur” lisanku menolak tapi tubuh ini sebenarnya sudah meminta untuk segera digagahi. Guntur terus memelukku sambil bibirnya menciumi leherku yang masih terbungkus jilbab. “Aku udah ga tahan mbak. Aku pengen ngentotin mbak lagi” kata Guntur. “Mmmhhhhh..” Sudah tak ada lagi penolakan dari tubuh ini. Karena aku memang sudah dikuasai dengan perasaan horny dan gairah ini sudah muncul dari tadi pagi, akhirnya aku pun berkata ke Guntur “Di kamar aja”. Guntur langsung melepaskan dekapannya dan berjalan menarikku menuju ke kamar tempatku memadu kasih dengan mendiang suamiku dulu.

Guntur langsung mendorong tubuhku yang masih berkeringat karena kegiatan voli tadi ke atas kasur. Dia juga langsung loncat menuju ke kasur dan bibirnya mencium bibirku. Aku pun menyambutnya dengan penuh gairah. Kita saling beradu lidah dengan sangat ganas. Kedua tangannya terus meraba dan meremas payudaraku dari balik kaos olahragaku. “Aku masih keringetan lo” kataku setelah melepas ciumannya. “Keringet kamu wangi mbak” kata Guntur sambil kembali mencipok bibirku dengan liar. Aku pun mendorong tubuhnya hingga ia terduduk di atas kasur. Aku langsung merangkak menuju selakangannya dan membuka celananya. Setelah terbuka terlihatlah kontolnya yang lumayan besar dan berurat itu, tanpa pikir panjang aku langsung melahapnya dengan rakus. Sudah lama aku tidak merasakan kontol orang lain di mulutku ini. Kumainkan lidahku di kontol Guntur sambil kulihat ekspresi wajahnya yang menahan kenikmatan. Kunaik dan turunkan kepalaku sambil kumainkan lidahku disitu. “Aaarrhhhh..” Guntur mengerang keenakan. Setelah beberapa saat ia menarik kepalaku dan mendorong tubuhku kembali hingga aku di posisi terlentang dan masih dengan pakaian lengkap. Guntur melepaskan celananya dan dilanjutkan menarik celana dan celana dalamku sekaligus. Dengan cepat dia langsung memasukkan batangnya ke dalam memekku yang sudah basah menunggu dimasukinya. Dia menggenjotku dengan tempo cepat membuatku terus mengeluarkan desahan yang lumayan kencang. Dia menggenjot sambil memandangi wajahku yang seperti perempuan murahan yang merindukan kontol laki-laki lain. “Kamu cantik banget mbak. Tau gitu dari dulu aku ngentotin mbak kalo tau ternyata mbak binal juga” kata Guntur. Aku merasakan kontol Guntur yang masuk semakin dalam dan rasanya jadi semakin nikmat. Dia mendorong pinggulnya makin dalam hingga membuatku akhirnya sampai ke klimaks. Tanpa memberitahunya aku menyemprotkan cairanku dengan posisi kontolnya masih di dalam tubuhku. “Kok udah keluar mbak? Sange banget ya pasti” tanya Guntur. Aku pun terdiam sejenak karena lemas setelah mencapai klimaks ku tadi. Guntur melepaskan kontolnya dan ia langsung mengambil posisi tidur terlentang. Aku yang melihat dia merubah posisinya langsung bangun dan menduduki tubuhnya. Kumasukkan lagi kontolnya ke dalam memekku dan langsung menggoyangnya dengan sangat binal. Kulepaskan satu persatu pakaianku mulai hijab, kaos training, lalu bra dan sekarang aku sudah bugil. Aku goyang terus pinggulku dengan sangat nakal. Kudekatkan bibirku ke bibir Guntur dan menciumnya dengan sangat mesra. Aku sudah takluk pada Guntur. Mungkin setelah ini aku bisa menjadi budak seksnya. Pikiranku sudah melayang-layang jauh entah kemana. Rasa ini sungguh nikmat tiada duanya. Aku suka berhubungan seks. Aku suka ngentot, “Aaaahhhhhh” erangku dengan kencang. Kugoyang terus pinggulku, kunaik dan turunkan badanku. Aku sangat menikmati ini. Aku ingin ngeseks selamanya!

cf4d7dc476e3502f7a2bb83a3d878d08ae858b9a-high.webp


POV Orang Ketiga

Di pagi yang cerah itu, Ati sedang menyetrika beberapa pakaian. “Hari ini kerjaanku ga terlalu banyak. Abis ini aku ke pasar dulu trus ke rumah Mbak Tiwi aja deh” gumamnya. Setelah membereskan semua pakaian yang sudah ia setrika, Ati pergi ke pasar menggunakan sepeda motornya. Setengah jam adalah waktu yang dibutuhkan Ati untuk membeli bahan-bahann yang akan ia masak nanti siang di rumah Tiwi. Lalu, ia pun langsung menuju ke rumah Tiwi.

Sesampainya di halaman depan Ati melihat mobil Tiwi yang sudah terparkir disana. Ia juga melihat kran air yang masih menyala. “Pasti Mas Guntur lupa mematikan kran air ini” kata Ati di dalam hati. Ia pun berjalan menuju ke kran dan menutupnya. Ketika Ati menutup terdengar desahan seorang wanita “Aaahhhhh”. Ati yang mendengar itu langsung curiga. Ia juga melihat pintu depan rumah yang terbuka begitu saja tapi dia belum melihat keberadaan suaminya ataupun kakak perempuan yang ia sayangi itu. Ati pun langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Terdengar kembali suara wanita yang kali ini ia yakini adalah suara yang keluar dari mulut Tiwi. Setelah memastikan suara itu dari kamar Tiwi dengan tanpa ragu Ati pun langsung membuka pintu kamar itu yang memang tidak terkunci.

d8a924fa4035ffcdb58ca0c0bc852f61fc87543a-high.webp


Betapa terkejutnya Ati. Ia melihat pemandangan yang tidak pernah ia mungkin bayangkan sebelumnya. Tiwi dengan kondisi telanjang bulat sedang menaiki tubuh Guntur suaminya sendiri. Bahkan sesaat ia melihat kakak kandungnya itu sedang menggoyangkan tubuhnya di atas laki-laki yang ia cintai. Melihat itu semua, Ati langsung menjatuhkan bahan-bahan masakan yang baru ia beli dari pasar dan berjalan keluar sambil menangis. Tiwi yang sadar bahwa ia sudah tertangkap basah oleh adiknya sendiri sedang main belakang dengan suami adiknya langsung berdiri dan mengambil baju dan celananya dan segera memakainya tanpa bra dan celana dalam. Begitupun Guntur yang masih mengenakan kaos ia segera mengambil celananya dan memakainya pula. Guntur langsung berlari ke depan. Belum sampai Ati keluar dari rumah, Guntur sudah berhasil meraih tangannya dan menahannya untuk tidak keluar.

Guntur : “Ti maafin aku Ti. Aku khilaf Ti”

Ati : (menangis dengan kencang) “Khilaf apa mas? Bisa-bisanya kamu begituan sama Mbak Tiwi”

Tiwi : (memeluk Ati sambil menangis juga) “Ati maafin mbak Ti. Mbak khilaf Ti”

Ati : (mendorong tubuh Tiwi) “Tega kamu mbak! Mas Hendro aja baru sebulan meninggal kamu udah main belakang sama laki lain mbak dan itu suamiku sendiri!)

Tiwi : (bersimpuh di depan Ati, memegang kaki Ati) “Maaf Ti maaf. Aku ga sadar Ti. Suami kamu Ti yang mulai. Dia yang udah godain aku dulu tadi”

Guntur : (kaget dengan pernyataan Tiwi) “Eh tadi mbak ya yang ngajak saya ke kamar mbak)

Ati : “Cukup! Kalian berdua jahat semua! Mas Guntur aku mau cerai! Aku gak mau lagi sama mas. Mbak Tiwi hubungan keluarga kita cukup sampai disini aja. Jangan anggap aku adik kamu lagi!”

Di luar gerbang Lutfi ada beberapa tetangga yang mendengar kegaduhan yang sedang terjadi di dalam rumah Pratiwi. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi sambil mendengarkan suara-suara dari dalam. Lalu Lutfi datang ke rumah dan di depan pintu dia bertemu dengan Ati dan Ati mengatakan jika mamanya sudah berbuat zina dengan omnya. Ati melanjutkan langkahnya keluar dan segera menuju sepeda motornya lalu pergi bergitu saja tanpa memerdulikan orang-orang yang sedang penasaran di depan gerbang. Guntur menyusul Ati keluar dan melewati Lutfi begitu saja. Lutfi pun masuk dan melihat mamanya sedang tersungkur di lantai sambil menangis. Hati Lutfi saat itu sedang berkecamuk. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Ati. Melihat mamanya, hatinya langsung terbakar rasa amarah. Ia pun langsung berjalan ke atas menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan mamanya.

POV Lutfi

Aku tak percaya dengan apa yang terjadi. Bisa-bisanya Mama bermain api dengan Om Guntur. Aarrrgghhh.. Kenapa ini bisa terjadi. Mama yang selama ini aku anggap sebagai orang yang selalu berperilaku baik kenapa bisa melakukan semua ini. Papa saja baru meninggal satu bulan yang lalu dan Mama sudah melakukan perbuatan itu dengan orang lain bahkan suami adiknya sendiri. Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya hal seperti ini bisa terjadi. Apa selama ini suara-suara nakal yang aku dengar dari kamar mama adalah kegiatan Mama yang sedang masturbasi membayangkan Om Guntur? Apa hari-hari indah bersama keluargaku tak akan bisa terulang lagi? Bagaimana aku harus menyikapi semua ini? Aku harus bagaimana dengan Mama?

Tok.. tok.. tok.. Aku pun terbangun. Ternyata aku tertidur tadi. “Fi. Ini mama Fi. Bukain Fi. Mama bisa jelasin semuanya Fi.”. Ah, aku jadi teringat kembali dengan kejadian tadi siang. Hatiku pun kembali memanas. Aku bimbang apakah aku harus membuka pintu atau tidak. Aku masih belum percaya Mama bisa tega berbuat seperti itu. Tapi jika aku tidak menyikapi semua ini lalu mau jadi apa ini semua. Aku pun memutuskan untuk mendengarkan penjelasan dari Mama. Bagaimana pun juga dia adalah Mama, ibu yang sudah melahirkanku ke dunia ini. Aku pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Kubuka pintu kamarku, Mama langsung memelukku dengan erat sambil menangis. Aku berusaha melepaskannya dan berjalan masuk lalu duduk di tempat tidur. Mama menyusulku dan dia memelukku lagi. Aku berusaha melepaskannya lagi.

Tiwi : (sambil menangis) “Maafin Mama Fi.. Mama khilaf Fi. Mama gak sadar kalau ini bisa terjadi gitu aja.”

Lutfi : “Tapi Mama sadar apa yang udah Mama lakuin?”

Tiwi : “Iya Fi. Mama tau Mama salah Fi. Tapi ini semua karena Guntur yang mulai Fi. Dia yang maksa Mama ngelakuin semua ini. Mama dipaksa Fi”

Lutfi : “Terus waktu itu yang pakaian Mama berantakan di ruang keluarga apa Ma?

Tiwi : “Iya Fi, waktu itu Mama pertama kali diperkosa sama Guntur disitu Fi. Trus dia tadi ngancem bakal nyebarin foto mama kalau mama gak mau ngelayanin dia”

Lutfi : “Hah? Kenapa mama gak bilang sama aku kalo mama diperkosa? Kan kita bisa laporin ini ke polisi ma.”

Tiwi : “Jangan Fi. Jangan sampai masalah ini ke polisi. Mama malu kalo masalah ini tersebar keluar. Biar mama sendiri yang nyelesaiin ini Fi. Mama juga mau jelasin semua ini ke tante kamu”

Lutfi : “Yaudah ma. Kalo mama butuh bantuan bilang aja ya ma”

Tiwi : “Iya Fi. Maafin mama ya nak”

Lutfi : “Iya ma”

Setelah mendengarkan penjelasan dari Mama hatiku sedikit mereda dari amarah. Ternyata mama dipaksa bahkan diancam oleh Om Guntur. Sulit untuk percaya tapi itu yang keluar dari mulut mama sendiri. Aku hanya bisa percaya kepada mama meskipun hati ini merasa ada yang janggal dari semua ini.

POV Tiwi

Maafkan mama nak. Mama harus berbohong. Mama gak ingin kamu punya pikiran jelek tentang mama. Mama masih pengen kamu anggap sebagai ibu yang kamu sayangi. Mama gak ingin kamu menjauhi mama. Padahal mama sama sekali gak diancam sama Guntur. Malah mama yang juga pengen bisa ngeseks sama dia lagi. Maafkan mama kamu yang binal ini nak. Maafkan.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd