Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Story, My experience (Include Q&A, T&T, Pict, Vid) (Update 29 Februari)

Podcast


  • Total voters
    845
Bimabet
Update nanti malam, karena lagi ga enak badan jadinya ane tunda buat nanti, sekali lagi mohon maaf karena ga bisa reply satu satu, ane ucapkan terima kasih ke agan/suhu semua karena berkenan membaca cerita ane, ane bakalan siapin surprise di penghujung cerita saat tamat nanti stay tune :beer::Peace:
Siap 86 huu

Ditunggu updatenya
 
Subuh menjelang, gue yang setelah melakukan "olahraga keringat" kata orang jawa setelah terlelap pun terbangun karena hawa dingin yang semakin terasa. Gue keluar tenda dan gue belum lihat satu orang pun yang terbangun karena masih pukul 3.30 pagi ternyata, berbekal sarung yang terlilit erat di tubuh gue memutuskan untuk membersihkan diri di danau. Hawa dingin pun kembali menyeruak bahkan lebih kencang setelah langkah kaki memasuki area danau, karena sepi pengunjung dan gue lihat hari masih gelap otomatis gue nekat mandi di danau itu meskipun harus mencari tempat yang terhalang dari pandangan. Jangan pernah meniru tindakan gue yang sembrono karena dinginnya air bahkan ngalahin air es dan bahkan burung gue yang tadinya bersemangat setelah bersatu dengan sarangnya menciut bahkan menjadi hampir tak terlihat


Setelah beberapa menit gue mandi, gue dengar langkah kaki yang mendekat dan gue lihat ada Ranu yang tampaknya juga ingin mencoba dinginnya air danau, setelah gue rasa cukup dan berbenah diri, gue sapa Ranu tapi tatapan matanya kosong setelah gue coba lebih dekat gue lihat dia menatap ke tengah danau dengan tatapan kosong


"Eh cok, mau kemana?" gue yang ngerasa ada yang aneh pun memegang lengan Ranu yang seakan ga ngelihat gue disitu, gue tarik tangannya dan gue siram mukanya pake air danau akhirnya Ranu sadar
"Dingin cok, matamu" Ranu yang seakan kaget terkena siraman air dimukanya pun terlihat kaget
"Mau kemana cok? mau mandi di tengah Danau? mati nanti kedinginan!" gue yang awalnya kaget akhirnya lega karena tampaknya Ranu ga kenapa kenapa


Setelah tampak berpikir akhirnya Ranu kembali ketepian dibelakang gue. gue akhirnya mengajak dia untuk ibadah subuh dan tak lupa gue bangunkan anak anak untuk menikmati pemandangan alam disekitar danau, hari makin mendekati pagi dan banyak orang mulai keluar dari tenda masing masing meskipun masih cukup gelap namun pemandangan mulai bisa terlihat.


Tidak ada hal yang istimewa terjadi, mengobrol, mencari spot foto dan sarapan pagi sampai akhirnya Ranu mulai mengajak untuk berjalan mengitari danau. Setelah berjalan beberapa lama akhirnya kita sampai di spot banyaknya pohon yang menjulang tinggi dan memang ada spot bagus disana, ada bebatuan besar yang bisa dipijaki dan mengarah ke danau langsung tapi gue lihat di salah satu pohon ada yang diikat menggunakan tali, gue coba ingat ingat dan benar saja ini merupakan daerah yang termasuk tidak boleh didekati tapi karena gue juga ga ngerasa apa apa otomatis gue rasa aman aman aja dan anak anak pun mulai berselfie ria disana.


Rombongan kami berpisah dengan pendaki lain karena kami memang tidak berniat untuk melanjutkan ke puncak, sebelum turun gue disamperin ama Chelsea dan Lisa yang tanpa babibu cipika cipiki yang otomatis anak anak juga kaget, tapi gue ledek in jadinya


"mangkanya kalau ada orang susah bantuin jangan ditinggal, rejeki anak sholeh ini cok hehe" dan tanpa sepengetahuan anak anak yang mulai prepare untuk turun, tangan Chelsea pun meremas burung gue dari luar dan sambil senyum dia bilang
"I'll miss this dick" dan akhirnya mengecup bibir gue, Lisa yang lihat pun hanya bisa tersenyum
"Mee too" gue balik remas dadanya dari luar kaos dan dia malah mengerang, karena takut ketauan akhirnya gue pamit untuk undur diri


Kami turun sekitar jam jam 10 pagi karena takut kemalaman sampai di bawah, ga ada yang aneh sebenernya hanya saja Ranu yang sebenernya orangnya banyak omong dan sering cak cok kalau ngobrol tapi didalam perjalanan banyak diemnya, gue tanya kenapa pun cuman bisa diem bahkan jalannya dipercepat, dan akhirnya gue ama mamad mengekor dari jauh sembari ngobrol apa aja untuk melupakan penat (kami berdua kebagian bawa tas + tenda), sampai bawah sudah menjelang sore akhirnya setelah prepare check segala macam akhirnya kami pulang, disitu karena mungkin sinyal udah masuk ada banyak miscall hampir puluhan dan banyak WA yang masuk, gue bales singkat


"Maaf Ran, abis dari gunung ga ada sinyal" setelah itu gue masukin HP ke kantong dan menuju parkiran


Seperti awal berangkat gue kebagian bonceng Sarah, entah kenapa posisi tas si Sarah ini dia tenteng di belakang antara punggung dan dadanya ga ada yang menghalangi tapi gue ga berpikir aneh aneh saat itu karena hari mulai gelap dan gue takut nyasar aja karena malam hari dengan kondisi jalan yang terbilang bebatuan dan dipertengahan jalan banyak truck dan sebagainya mulai memenuhi, gas motor scoopy yang gue tumpangi pun bergerak cepat melewati mobil dan truck dan gue inget gue gas sampe diatas 80km/jam, Sarah yang entah reflect atau apa mulai memegang ujung hoodie gue, dan lama kelamaan tangannya bahkan melingkari pinggul gue mungkin karena takut jatuh juga, disepanjang jalan ga mungkin dong gue ga ngerasain dadanya, dan sampai suatu saat tangannya memegang burung gue yang tengah berdiri merasakan hawa dingin disepanjang perjalanan dan dadanya yang menusuk menembus hoodie dan kaos yang gue pakai.


Sampai kontrakan, gue yang paling akhir, ga banyak obrolan diteras depan mungkin karena kecapekan dan wajar, Sarah juga sepertinya fine fine aja setelah melakukan banyak hal yang bikin gue deg deg ser, tapi yang gue rasa adalah pengap yang luar biasa, kami sampai pukul 6 sore dan kondisi sudah masuk magrib tentunya, setelah pamit Sarah dan Nurul pun kembali ke kosannya, mamad waktu itu akan pulang ke rumah orang tuanya dikota sebelah sedangkan Ranu yang dari turun gunung tampak berbeda juga pergi keluar dari kontrakan entah kemana, gue putuskan untuk masuk dan berbenah karena jujur gue ngerasa ini kontrakan pengap luar biasa atau karena perbedaan suhu antara pegunungan dan dikota


Setelah mandi, sholat magrib + isya gue putuskan untuk mengaji, nah untuk yang lupa penampakan kamar, gue jelasin lagi, kamar gue ada Jendela Besar ukuran 1meter dua biji, sebelahan, dan itu terletak ditengah tengah dinding yang mengarah ke depan langsung jadi kalau gue buka tirai/hordennya gue bisa jelas liat kedepan, dan waktu itu tirainya ketutup tapi masih ada sela di tengah jendela (ga menutup rapat) jadi gue masih liat dikit keluar, waktu gue sholat pun gue rasa ada yang ga beres, tengkuk kerasa berat banget dan kamar kerasa pengap banget padahal sebelumnya gue ga rasain itu, gue posisi duduk dipinggir kasur lantai yang otomatis bahu gue ke arah jendela, karena entah kenapa ada sesuatu yang ga beres, gue sampai kencengin suara ngaji gue dan gue makin kerasa ditekan, rasanya udara disekitar gue menghilang dan balik ngiket gue erat, gue yang respon karena ngerasa ada sesuatu melirik ke arah tirai yang ketutup rapat, dan gue temuin kakek kakek dengan wajah rusak berlumuran darah disana seakan melotot ngeliat gue yang lagi ngaji, ga mau kalah gue kencengin suara lagi dan makin lama ga makin ilang, tengkuk udah mulai panas luar biasa dan kakek kakek itu masih ngeliat gue dengan tatapan tajam seakan makin menantang


"Lanjutin aja ngajinya, mau gue test seberapa hebat loe" seakan akan dari matanya itu yang gue tangkap, gue yang ga kuat akhirnya lari keluar kamar dan cuci muka di wastafel dapur, setelah gue rasa mereda, gue ambil HP dan ngehubungin beberapa sahabat gue dan sodara gue, WA Rani gue cuekin dan gue kalut karena kalau kenapa kenapa ini masalahnya gue sendirian di kontrakan, gue baca baca sampai agak mereda situasinya, dan ga panas lagi seperti sedia kala, sahabat gue yang emang tau kalau gue agamis dan ga bakalan bercandain ngusulin kalau gue setel aja ayat ayat Al-Qur'an, gue yang kalap ga setuju dan akhirnya jujur gue saat itu ambil motor dan ketika gue ambil kunci di kamar, si kakek udah ga keliat lagi, karena gue liat si Mamad ada di depan pagar untuk mengambil sesuatu, gue ceritain semuanya dan si Mamad gue suruh nemenin di kontrakan tapi kayaknya dia takut juga, bangsat bener nih bocah dan maksa mau pulang dengan alasan ortunya nyuruh.


Gue yang mengalah akhirnya ambil motor dan gue kabur ke warnet yang terkenal di kota ini pada saat itu (mungkin agan agan tau tempatnya) dan gue putuskan membeli paket malam dan setelah bermain dota beberapa game akhirnya gue kecapekan dan tertidur sampai pagi


Jujur, gue pikir kayaknya kakek tadi yang nempel ke Ranu karena Ranu ga mungkin berubah kayak gitu, gue yang bingung akhirnya ambil HP dan gue cari tumpangan, gila aja gue sendirian di kontrakan dan seperti emang di set atau rejekinya, sahabat gue semalam menyarankan gue untuk tidur dirumahnya, ketika mau gue bales, HP gue bunyi lagi dan ada panggilan dari Rani, gue pun yang emang udah ngelupain tindakan dia tempo hari dan gue ngerasa ga enak juga cuekin dia akhirnya jawab juga telponnya


"Ishh, dicuekin terus, iya maaf aku salah Ril, please jangan cuek lagi" disebrang sana suara Rani seakan membangunkan gue yang kecapekan dan ditambah begadang, badan rasanya loss
"Iya Ran, maaf emang lagi di gunung bukan cuekin, ga ada sinyal lho disana"
"Ish gunung terus yang dipikirin, ga puas apa ama gunung yang kemaren"


Jujur gue awalnya ga ngeh, karena pikiran gue yang kebingungan waktu itu,di tambah panik luar biasa malah diajak maen teka teki


"Gunung apaan Ran? gue aja baru kali ini naik gunung, dulu lom pernah sama sekali" jawab gue kebingungan
"Isshh, pura pura lupa padahal paling doyan, huh" terdengar nada kesar dari Rani


Gue pun mikir sebentar dan akhirnya sadar kalau yang dibahas "Gunung kembar" punya dia, gue cuman bisa geleng geleng kepala aja,


"Oalahhh, ya beda dong gunung yang itu kan emang khusus dan bisa dimakan, yang ini kan ngga" gue timpalin becandaannya si Rani, gue sebenernya mau cerita tapi berhubung Rani ini takutan ya gue batalin
"Ish bisa bisanya, ya udah kamu ke rumah, ga mau tau!"


Ended Call, gue cuman bisa geleng geleng lagi dan ga habis pikir betapa beruntungnya gue yang tergolong miskin ini masih bisa berteman bahkan ama si Rani yang notabene mungkin juga salah satu yang terkaya di angkatan gue, jujur aja siapa sih yang ga mau ML ama si Rani? bahkan dia sendiri yang kode kode minta lebih tapi untungnya gue masih ada hati dan mikirin masa depan dia nanti, bahkan sejauh ini gue cuman minta nenen aja, mungkin selama itu bisa buat dia puas gue yang harus jaga dia.


Akhirnya gue putuskan buat ambil baju ganti dan langsung gas ke rumah Rani, gue ga sempet ngapa"in pulang dari warnet yang ada dipikiran gue yaitu cepet cepet keluar dari kontrakan ini. Sampai di rumah Rani yang disambut dengan baik ama dia, dia tampak bahagia aja gue dateng tapi yang ga habis pikir kenapa motor si Dinda ada juga, bangsat ada drama lagi ini pasti. Rani yang sadar pandangan gue ke arah motor si Dinda akhirnya narik tangan gue buat masuk dan seakan ingin meredakan situasi si Rani malah nyium pipi kiri gue, gue yang sadar karena terlalu terpaku ama motor si Dinda pun mau ga mau tersenyum kecut. di ruang tamu gue liat Dinda lagi otak atik HPnya dan seakan tau gue datang, dia langsung lempar pandangan ke gue dan tampak nunduk juga mungkin akhirnya dia ngerasa bersalah, gue ijin ke kamar mandi yang ada bathubnya dan tanpa pikir panjang gue masuk dan berendam


Jujur pikiran gue kalut, karena belum bisa menemukan titik terang masalah si kakek itu. gue hubungin si Ranu malah dijawab "diam o cok" bangsat emang anak satu ini, tapi akhirnya gue taruh HP dan menikmati air hangat yang menyelimuti gue, mungkin gue tertidur karena begadang dan kelelahan akhirnya terbangun karena pintu kamar mandi terbuka, disitu gue lihat Rani yang dengan pakaian lengkapnya tapi sudah tidak memakai hijab, masuk dan bisikin gue


"Nanti aku kasih sesuatu" dan dengan senyum kecilnya dia pergi gitu aja tanpa lupa mencium pipi gue, gue cuman bisa geleng geleng dan akhirnya menyudahi kegiatan gue, gue ga ngerasa nafsu sama sekali karena mungkin sudah terbiasa ama Rani ditambah pikiran yang masih dikontrakan akhirnya gue putuskan untuk melanjutkan tidur di kamar tamu.


Entah sudah berapa lama gue terlelap dan gue terbangun karena gue ngerasain sesuatu yang basah dan hangat di burung gue, gue yang takutnya ngompol atau gimana akhirnya terbangun dan mendapati Dinda yang sedang asyik mengulum dan memaju mundurkan kepalanya, Dinda udah ngelepas hijab yang gue liat tadi dan rambut sebahu berwarna kecoklatan menghiasi kepalanya, gue yang masih belum sadar apa yang terjadi mau ga mau ya menikmati, daripada ditolak kan apalagi gue masih ada sedikit dendam ke Dinda, gue ikut memaju mundurkan pinggang gue karena gue rasa si Dinda ini emang udah sering ngelakuin hal ini, beberapa menit kemudian gue tumpahkan sperma gue ke mulut Dinda yang kemudian dia tumpahkan ke telapak tangannya, Dinda cuman bisa senyum dan berkata


"Hadiah dari gue Ril, anggap aja permintaan maaf" gue ga jawab perkataan dia karena gue liat si Rani di depan pintu
"Udahan? yuk makan tuh udah aku beliin Ril" si Rani masih senyum senyum aja ngeliat burung gue yang basah dan mulai layu. mungkin emang ini berdua udah ngerencanain dan gue iyain ajakan Rani karena gue juga baru sadar semalam belum makan sama sekali.


Di meja makan, Rani memecah keheningan dengan mulai buka suara, gue iyain aja apapun yang keluar dari mulut dia, disatu sisi si Dinda seringkali lempar jokes mungkin biar ga beku aja suasana apalagi gue tampak ga minat untuk ikut masuk ke dalam pembicaraan mereka, bukan maksud gue sebenernya, siapa yang bisa fokus setelah liat gituan apalagi ga hanya detik tapi bahkan menit.


Jam jam sore setelah ashar gue bersantai bareng si Rani dan Dinda didepan ruang tamu sambil nonton tv, mereka berdua pakai pakaian santai tentunya, Rani memakai kaos putih lengan pendek dan rok kain panjang berwarna biru, sedangkan si Dinda pakai kaos warna hitam karena dadanya yang lebih besar daripada si Rani jadi terlihat lebih menonjol, gue yang masih belum fokus hanya menatap ke layar tv dan tiba tiba Rani memeluk gue dari samping dan kepalanya disenderkan ke badan gue, ini si Rani beneran polos atau gimana, bahkan hubungan kami berdua yang gue tau cuman temen, mungkin Rani anggapnya beda tapi mungkin menurut Rani status pacaran hanyalah sebuah title pada akhirnya, meskipun ga ada kepastian dan karena gue tau diri dong, ini bukanlah sebuah ftv dimana seorang cowok miskin bisa bersanding sampai akhir dengan cewek yang kaya raya. thats it


Tempat duduk kami ber 3 berada di satu sofa panjang, Rani dikanan gue, sedangkan si Dinda di samping kiri gue, bedanya si Rani lagi meluk gue posisinya sedangkan Dinda duduk agak berjarak dari gue, mungkin Rani udah cerita panjang lebar dan mungkin juga karena Dinda ga mau pertemanan mereka hancur karena hal sepele akhirnya Dinda mengalah.


Dinda tiba tiba berdiri sambil mengambil sebuah HD yang tiba tiba ditancapkan di tv dan sebuah film korea pun mulai berputar, gue yang dalam posisi dipeluk Rani pun mau ga mau stay di tempat, apalagi ngerasain dada Rani yang kenyal dan padat seakan mijit lengan gue ya gue nikmatin akhirnya, sampai suatu ketika sang heroine di tv mencium seorang cewek, Rani mulai melihat ke arah gue dan tiba tiba bibir kami bertemu, Rani mulai bertindak agresif dan berusaha membuka bibir gue yang hanya diam, karena gue rasa si Dinda juga ga keberatan akhirnya gue buka mulut gue dan lidah kami berdua bertemu dan tanpa basa basi berkelit liar bertukar ludah, yang gue suka dari Rani ini bibirnya tipis dan entah kenapa terasa manis, mungkin lip gloss yang dia pakai atau apa gue kurang tau, beda dengan Chelsea yang bibirnya lumayan tebal, tangan gue mulai bergerak liar dan melepaskan kaos Rani dari bawah, tampak gundukan gunung yang tertutup bra berwarna pink, gue lepas bra yang kaitannya ada dibelakang itu dan tanpa menunda nunda gue mainkan perlahan, remasan demi remasan gue lancarkan, dan erangan Rani seakan menggema dan tertahan di mulut kami, gue udah ga mikirin si Dinda bodo amat dia lihat apa gimana toh dia udah ngelakuin sesuatu tadi jadi gue ga jaim lagi. Ransangan demi ransangan gue lancarkan dan gue emang berusaha menghindari putingnya karena gue tau Rani sensitif disitu dan karena emang gue ransang sampai maksimal tanpa memegang putingnya pas gue lepas ciuman gue dan berpindah ke putingnya yang kecoklatan tanpa menunggu banyak waktu tubuh Rani mengejan hebat.


"Rilllll, aku pipiisssss, hhaaahhhh... hahhhh... hhaaahhh..." Rani bersandar dengan badan setengah tertidur di sofa, gue cuman bisa senyum, puas aja bisa bikin Rani klimaks tanpa harus penetrasi atau oral, terdengar lenguhan lain di belakang gue yang pastinya si Dinda, bajunya sudah terbuka, bra hitam yang tersingkap ke bawah, dan putingnya yang berwarna gelap kecoklatan menegang tinggi, payudara Dinda sedikit kebawah mungkin karena ukurannya yang juga lumayan meskipun tak sebesar Chelsea tentunya, gue lihat ke Rani yang setengah memejamkan mata, tangannya mendorong badan gue untuk sedikit bergeser ke arah Dinda, mungkin Rani ingin gue bantu Dinda buat klimaks, gue pun mundur dan berbalik badan ke arah Dinda, Dinda yang sadar gue perhatiin akhirnya menutup matanya, mungkin malu atau apa dan akhirnya tanpa buang waktu gue cium bibirnya yang sedikit lebih tebal dibanding Rani, bibirnya terbuka dan lidah gue bergerak masuk dan menyusuri setiap rongga mulutnya, Dinda yang kewalahan hanya bisa pasrah sedangkan di dadanya gue remas sedikit agak keras sampai gue rasa badannya menggelinjang, gue cubit putingnya yang menebal itu dan ciuman kami semakin ganas, gue lepas bibir gue dan tanpa menunggu Dinda menarik nafas gue jilat bagian belakang telinga kirinya dan erangan Dinda semakin kencang, gue yang mungkin juga ngerasa agak gemas dengan si Dinda akhirnya melepas jilatan gue di telinganya dan berganti ke putingnya, gue jilat dan gigit agak kasar selama beberapa saat setelah itu tubuh Dinda bereaksi dan mengejan hebat


"Ahhkkkkk, kamu apain gue rilll, gue keluarrrrr" tampak CDnya basah karena cairan orgasmenya, Rani yang cuman duduk setelah mengumpulkan stamina akhirnya bergeser ke belakang gue dan tanpa babibu mencopot celana pendek gue yang masih gue pakai, dan tangannya mulai meraba diluar CD, melihat Rani yang cantik dengan senyum manisnya aja udah bikin gue keluar tapi mungkin karena rasa ga enak gue ke Rani dengan memuaskan Dinda sebelumnya gue pengen Rani dapat lebih tentunya, jemarinya yang lentik dan telapak tangannya yang halus perlahan mencopot CD gue dan munculnya Burung kebanggan yang telah menemui sarangnya belum lama ini, selama ini Rani hanya membantu gue buat mengocok ga lebih tapi mungkin karena ga pengen kalah juga dengan Dinda yang sudah merasakannya terlebih dahulu akhirnya Rani mulai memajukan mulutnya yang kecil dan mencium ujung burung gue secara perlahan, kecupan demi kecupan dia lancarkan dibeberapa titik dan entah belajar darimana dia pegang burung gue dan mulai menjulurkan lidah menyapu bagaian bawah dan bola gue, gue yang mau teriak berhenti pun ga sanggup menolak kenikmatan yang baru Rani berikan


"Rannnn, ughhh, enakk banget terusss" gue merem melek keenakan dan memegang kepala Rani lebih erat, dan seakan ingin membuat gue kelojotan akhirnya mulut kecil itu membuka dan mencoba memasukkan burung gue kedalam mulutnya, mulai dari kepala, leher dan sampai setengah burung gue bersarang sejenak di mulut Rani, gue yang merasa keenakan cuman bisa melenguh dan Rani mulai memaju mundurkan kepalanya, mungkin karena belum terbiasa juga, ada satu waktu dimana giginya menggores burung gue, gue yang ngerasain itu hanya bisa meringis dan beberapa saat kemudian gerakan kepala semakin kencang


"Sssstttt, ahhh, Rannnn, gue mauuu...." tangan gue sebenernya mau narik kepala Rani biar terlepas emutannya tapi seakan Rani ga mengijinkan, di cubitnya tangan gue dan gerakannya di percepat dan kadangkala diperlambat


"Rannnnn...."


Crootttt !!!! 5x semburan bersarang di mulut Rani yang terlihat seperti tidak kuat menampung sperma di mulutnya dan akhirnya sebagian dia telan, sebagian lagi keluar dari sela sela bibirnya..


"Isshh sperma rasanya emang gini ya? manis, asin, ish ga tau lagi aku, tapi enak Ril punya kamu! aku bahkan telen sebagian" Rani membersihkan sperma di bibirnya dengan tisu, karena lihat begitu burung gue jadi semakin kencang, melihat dia tersenyum betapa beruntungnya gue punya Rani meskipun gue tau takdir kita tidak akan berjalan mulus.


To be continued...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd