Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nafsu Manusia

Apkh rini juga budak kontol kevin. Atau baru akan di perbudak setwlh lihat gina kwenakan di kontolin gitu. Bisa ffm nanti.


Lanjutkan terus hu...
 
Part II - Perasaan Bersalah





Malam hari di pusat kota jalanan terasa sangat ramai, maklum saja, malam itu adalah akhir pekan. Banyak orang ke sana ke mari, juga pasangan muda mudi yang asik berpacaran dan ditambah kondisi jalan yang macet. Lampu Lalulintas yang tak henti menyala, persimpangan yang dipenuhi banyak pengendara, serta bunyi klakson kendaraan yang tak jarang didengar. Sungguh sangat mengganggu telinga.


Ditengah keramaian jalan pada malam itu, terlihat dengan samar seorang Wanita dibalik kaca mobil yang cukup gelap. Wanita muda cantik yang sedang melepaskan tatapan kosong ke jalan sambil ditemani lelakinya yang berada di samping sedang fokus pada kemudinya.


"Bun?" Melihat Istrinya melamun sepanjang perjalanan, Radit mencoba untuk mencari tau dengan menegur istrinya tersebut. Namun tetap saja tidak ada respons, lalu Radit mencoba menegur kembali sambil memberikan sentuhan pelan kepada Istrinya.


"Bun?"
"E-em eh kenapa Yah?" Si wanita menjawab dengan sedikit kaget, karena merasakan pundaknya disentuh dan juga mendengar lelakinya memanggil dengan nada cukup keras.


"Bunda kenapa? Kok dari tadi Ayah liat Bunda ngelamun terus?"
"Ada yang dipikirin? Atau ada masalah? Cerita aja sama Ayah."


Tentu, ada yang dipikirkan oleh Gina. Namun dengan tenang wanita tersebut menggelengkan kepala dan melempar senyum tipis kepada suami di sampingnya.


"Enggak kok Yah, Bunda gakpapa. Mungkin kecapekan aja kali ya."
"Bener?"
"Atau Bunda laper? Kita cari makan dulu ya?"
"Iya Ayah sayang aku gakpapa kok, hm kita pesen makanan aja nanti deh Yah pas di rumah. Udah Ayah sekarang lanjut nyetir dulu aja nanti nabrak lho hehe."


Wanita itu kemudian terlihat menghela nafas seakan melepas semua beban yang sedang ia simpan rapat-rapat. Lalu dihempaskan kepala si Wanita itu tepat ke sandaran kursi mobil yang tepat ada di belakangnya, hhhh aku mau ngilang aja rasanya.


Pukul sepuluh malam mereka sampai di rumah. Satu jam lebih mereka berdua terkurung di dalam mobil di tengah kemacetan, Radit yang melihat istrinya sedang tertidur pulas merasa tidak tega untuk membangunkan.


Kamu cantik banget sayang. Lagi tidur dengan muka berantakan karena kecapean aja kamu tetep cantik, dalam hati Radit memuji melihat istrinya yang sedang tertidur.


"Bundaaa."
"Bun bangun yuk, kita udah sampe rumah nih." Radit mencoba membangunkan Gina sepelan mungkin agar tidak mengagetkan istrinya, namun seketika Radit terkaget karena Gina terbangun dalam kondisi yang panik.


Ahhhhh Kev enakkkk bbhanget, iya gituuuu puasin akkkku. Aghhhhh aku mau khheluarrrr, ayoo ahhh kita bareng!


Aaaaaaa.....


"Huhhhh nggg udah sampe ya Yah?"
"Iya Bun, kamu mimpi buruk ya? Sampe kaget begitu bangunnya."
"Iya hhh Yah, faktor capek kali ya."



Gina terbangun dengan kondisi terkejut, ia terlihat gelagapan sambil mencoba mengatur nafasnya. terlihat pula di wajahnya begitu banyak keringat yang mengalir jatuh ke pipinya. Oh my god aku mimpi apa sih! Kejadian Perselingkuhan itu terekam jelas di kepala dan terbawa sampai ke dalam mimpi Gina.


Radit yang terlihat panik segera mengambilkan tissue untuk membersihkan keringat yang bercucuran di wajah istrinya.


Gina sudah sangat lelah dengan kondisinya hari itu bermacam pikiran berkecamuk diisi kepalanya. Ia ingin sekali rasanya mencopot isi kepalanya tersebut agar bisa melupakan apa yang sudah terjadi pada hari itu.


Rasa bersalah kepada suaminya terus menghantui. Gina ingin sekali jujur menceritakan apa yang telah ia perbuat di belakang suaminya. Tapi itu sangat tidak mungkin, ia tidak mau apa yang sudah selama ini ia jaga hancur begitu saja. Rumah tangganya, anak serta suami yang begitu ia cintai. Apakah aku harus jujur? Atau sebenarnya aku menikmati? Shit mikir apa sih aku.


Hari berlalu, berganti Sabtu pagi yang sangat cerah diwarnai dengan suara ketawa anak kecil yang cantik sedang asyik bercanda bersama Ayahnya di ruang tamu. Dan tak lama dari arah kamar muncul lah Gina yang baru terbangun.


Wajah wanita itu terlihat lebih segar dari semalam, ditambah muka bantalnya yang membuat kecantikannya semakin natural. Wanita itu berjalan manja ke arah suami dan anaknya lalu memeluknya dari belakang.


"Eh udah bangun sayang?" Cup, sebuah kecupan mendarat di kening Gina.
"Mmmm Ayah kok gak bangunin Bunda sih, kesiangan ni Bunda."


Gina berjalan kearah dapur berniat untuk mencuci muka dan menggosok gigi, juga tidak lupa ia ingin menyiapkan sarapan untuk dua manusia yang ia sayangi itu.


"Loh kok udah banyak makanan aja sayang?" Terdengar suara Gina dari arah dapur, ia terheran siapa yang sudah menyiapkan semua makanan ini. Mereka memang punya pembantu di rumah, namun Gina dan Radit sepakat untuk meliburkan asisten rumah tangganya itu pada hari Sabtu-Minggu karena mereka pun libur di hari itu.


"Itu Ayah yang siapin, aku gak tega mau bangunin kamu tadi. Ayah bikinin makanan deh buat Bunda sarapan." Radit menjawab sambil menggendong Kahira berjalan ke arah dapur. Ia duduk di depan istrinya sambil memandangi Gina yang sedang lahap memakan roti.


"Maafin aku ya Yah, gara-gara aku kamu jadi repot, harusnya kan aku yang siapin ini semua." Manis sekali senyum Gina sambil bicara kepada Radit dengan mulutnya yang penuh dengan roti.


Seharian itu Gina sibuk beberes pekerjaan rumah dan mengurus Kahira, setelah selesai menidurkan anaknya Gina berniat menghampiri suaminya. Ia ingin bermanja-manja dengan Radit.


"Ayah udah dong main PS nya, udah mau sore begini juga." Gina merengek di samping suaminya, ia mencoba menggoda suaminya setelah menidurkan buah hatinya.


"Bentar Bun tanggung nih lagi seru." Selain mencintai Kahira dan Gina, Radit juga sangat mencintai PlayStationnya. Sudah bukan hal aneh lagi melihat laki-laki tersebut menghabiskan waktu berjam-jam dengan game konsolnya di akhir pekan.


"Ish tau ah, tiap libur bukannya istrinya yang dimainin, ini malah asik sama game terus."
"Biarin aja nanti istrinya dimainin orang lain baru tau rasa!" Gina kaget mendengar ucapannya sendiri dengan spontan ia menutup mulutnya itu.


"Hah kenapa Bun?" Radit mencoba memecah fokusnya antara game atau mendengar ocehan istrinya.


"E-nggak Yah, gatau ah!" Duh bodoh banget sih gue, kenapa coba sampe bisa ngomong kayak gitu. Gina sambil memukul kepalanya terlihat kesal dengan ucapannya sendiri dia pun bingung kenapa bisa ucapan seperti itu keluar dari mulutnya.


Gina berjalan meninggalkan suaminya untuk mengambil hadiah voucher tiket yang diberi suaminya kemarin di kantornya.


Cklek...


"BUNDAAA KOK DIMATIIN SIH PSNYA?!" Radit yang tengah asik bermain kaget karena istrinya tanpa izin langsung mematikan PlayStation kesayangannya itu.


"KENAPA? GAK SUKA? MAU MARAH?"
"E-enggak Bun, iya gapapa kok Ayah udahan mainnya."
"YA EMANG HARUS UDAHAN, GAK TAU WAKTU BANGET KALO UDAH SAMA PS."


Yaelah mana belum disave lagi tadi, Radit menggumam kecil dengan mukanya yang sedih karena tingkah Gina.


"OH MASIH MAU MAIN?" Gina melipat tangannya dan memelototkan matanya ke arah Radit. Walaupun dalam keadaan marah tapi tetap saja Gina terlihat lucu dan menggemaskan di mata Radit.


"Hehe iya Bun.. eh engga maksud Ayah sini sayang duduk sini cup cup cup." Radit melebarkan tangannya memberikan gesture menawarkan pelukan kepada istrinya.


"Bunda mau tanya ini lho Yah, voucher liburan ini yang kemarin Ayah kasih."
"Oh itu, iya aku sengaja beli buat kamu sayang. Kan katanya Bunda udah lama pengen liburan."
"Hm tapi kok cuma satu vouchernya?"
"Ayah gak ikut emang?"
"Kenapa gak ikut?"
"Emang ayah mau ke mana coba? Sengaja ya istrinya disuruh pergi jauh? Hayooooo?" Gina memborong pertanyaan menyelidik kepada suaminya.


Cuphh. Mwah.


"Ih Ayah bukan dijawab malah nyosor!"
"Abis Bunda gemesin banget hehe."


Cuphhh, Mmwahhh mwahhh.


"Ayah ih." Bukannya menjawab namun Radit malah semakin bernafsu melumat bibir istrinya yang menggemaskan itu.


"Hehehe iya iya Bun."
"Tadaaaaa, ini Ayah juga ada satu lagi kok."
"Mana mungkin sih aku ngebiarin istriku yang seksi ini jalan-jalan sendirian." Radit mengeluarkan selembar voucher dari kantongnya sambil melambai-lambaikan di depan wajah istrinya.


"Ish nyebelin, kirain Bunda Ayah sengaja cuma kasih satu."
"Nggak mungkin dong sayang."
"Hmm kalo gitu hari senin Bunda atur jadwal cutinya ya Yah biar kita bisa liburan bareng tepat waktu."
"Iya Bunda sayang."


Ditengah kebahagiaan dua pasangan tersebut timbul kembali perasaan bersalah dari benak Gina. Perasaan yang sudah mengkhianati, perasaan yang sudah membohongi sungguh tidak nyaman rasa itu.


Gina duduk tepat di samping suaminya, ia dirangkul dengan mesra, dielus rambutnya dan terkadang diciumi atas kepalanya oleh Radit. Lalu ditatap lekat-lekat wajah suaminya, terlihat mata wanita itu mulai mengembang karena air mata. Dan tak lama jatuh lah menetes ke pipinya.


Betapa jahat aku telah membohongi kamu mas. Istrimu yang kamu sayangi ini sudah tidur dengan pria lain. Perih sekali batin Gina meratapi kesalahannya.


Apa ini waktu yang tepat untuk jujur? Ah iya! Aku harus bicara ke Mas Radit! Tapi? Arghhhh. Sulit sekali lidah itu untuk bicara. Kaku, ya sangat kaku ketika ingin sekali berkata jujur. Akhirnya ia memutuskan mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan kesalahannya tersebut.


"Bunda kenapa kok nangis?" Bukannya menjawab Gina hanya tersenyum. Dia sangat menyayangi Radit. Ya, ia berjanji pada detik itu kepada dirinya sendiri untuk tidak akan mengulangi lagi kesalahan bodohnya itu.


Dikecup bibir suaminya, dikalungkan tangan Gina ke pundak Radit. perlahan mereka tenggelam dalam ciuman yang dibumbui dengan rasa cintanya masing-masing. Pasangan itu saling menghisap, mengelus, meraba, meremas apa yang mereka gapai.


Shhhhh.


Ayah diem aja, biar Bunda yang duluan.



Si wanita beranjak ke pangkuan suaminya, dia mulai menambah tempo ciumannya. Ia menjilati bibir, pipi, hidung dan lehernya pun tak luput dari lidah Gina. Sangat terlihat serakah sekali wanita itu mencari kenikmatan.


Sayangghhhh... Ahhh...


Radit yang mendapatkan perlakuan nikmat dari Istrinya, ia hanya bisa duduk menikmati. Namun terkadang tangannya tidak tinggal diam ia mencari gundukan bulat kesukaannya, tapi dengan cepat tangan Radit ditepis oleh Istrinya.


Sssssttttt, Ayah diem ajaaa ya tangannya jangan nakal.


Diangkat kaus yang dikenakan oleh suaminya secara perlahan dan dilempar entah ke mana. Lidah wanita itu pun beranjak mencari kenikmatan yang lain. Ia mulai menjilati dada bidang suaminya yang menjadi kesukaannya. Ia gigit, ia hisap puting suaminya. Apapun dilakukan untuk membuat Radit terasa nikmat.


Lidah itu tidak berhenti, terus turun mencari sesuatu. Lidah itu merasa masih ada yang bisa ia lakukan lebih. Si wanita menambah aksinya ia mulai menurunkan celana suaminya. Radit mencoba membantu dengan mengangkat sedikit pinggulnya untuk memudahkan aksi Gina.


Uhhhh so big!


Ammmm slurppppp


Shhhh


Mhhhh



Tidak menunggu lama mulut imut si wanita itu pun langsung menghisap batang besar kesukaannya. Batang yang bisa membuat ia lupa akan apapun, batang yang bisa membuat ia teriak histeris.


"Enak ayah?"
"Kontolnya udah keras banget, Bunda sukakkkk!"
"Ayah suka juga kan diginiin?" Gina menatap mata Radit sambil mengocok kontolnya. Radit hanya bisa diam dan menahan nikmat sambil melihat wanitanya yang liar sekali sedang menggenggam dan mengocok kontol yang penuh dengan lendir serta mulutnya yang tak kalah basah akibat ludahnya sendiri.


Cuh


Clk clkkk clkkkk


Cuhhhhh



Diludahi, dikocok, dihisap sungguh nikmat sensasi yang diberikan wanita tersebut kepada suaminya, sesekali ia gesekan ke putingnya yang juga sudah menegang akibat sensasi birahi mereka berdua. Ia benar-benar ingin memuaskan suaminya, mungkin setidaknya itu bisa mengurangi rasa bersalahnya.


"Bunnnnhhh ahhh Ayah Ghak kwat syyanggg."
"Ahhhh iyaaah kluarin Yahhhh ayo keluarin sayang."


Clk clkkkkk clk


Glllkkkkk glkkkk


Mmmmppuaaahhhh


Cuhhh



"Keluarin Yah, sembur muka istri kamu ini, pejuhin muka aku sayang." Terlihat Gina sangat bersemangat sekali mengocok kontol suaminya. Ia tidak membiarkan ada waktu sedetikpun yang hilang demi kenikmatan suaminya.


Shhhhh


Bunnnn....



Radit berdiri dan menjambak rambut wanitanya.


Bunnnn.


Buka mulutnya sayang.


Radit mengocok kontolnya yang sudah terlihat memerah itu.


Ssshhhhhh.


Cuhhhhh.


Dengan inisiatifnya Gina meludahi kembali kontol suaminya sambil duduk bersimpuh menjulurkan lidah dan menatap nakal ke Radit.


Clkkkk clkkkk



"Keluarin sayang ayo sayanggghhh." Sambil meremas teteknya, Gina tidak berhenti menggoda suaminya yang hampir sampai di puncak kenikmatannya.


"Aaaaaaahhhhhhhhh iyah Bundaaahhh mangap sayangggggghhh....buka mulutnyaaaahhhh."


Aarghhhhhhhhhh arggggggghhhhhhhh


crrrooooooottttt


Croooootttttt


Pejuh Radit muncrat ke wajah, mulut, rambut dan juga tetek istrinya.



"Uuuuuuuuhhhhhhh baby uhhhhhh yaaaaa." Radit memejamkan matanya, kakinya gemetar karena baru saja menerima rasa gelombang hebat sperma yang berhamburan dari kontolnya. Ia sungguh menikmati momen itu wajah wanitanya pun tak luput dari semburan spermanya bahkan ada yang berjatuhan ke lantai.


Radit terkulai lemas di sofa ia mengelap keringat yang tidak berhenti menetes di kepalanya. Nafasnya sangat berat seakan-akan habis karena momen orgasme sebelumnya. Dia tak percaya kenapa istrinya sangat binal pada hari ini.


"Bunda nakal banget."
"Hehe, banyak banget sih udah gitu kentel juga pejuh Ayah nih." Gina dengan binalnya mengolesi sisa-sisa sperma yang ada di wajahnya ke teteknya, sambil ia menjilati semua sperma yang ada di kontol Radit. Rasanya Gina tidak rela jika ada satu tetes sperma Radit yang luput darinya. Bahkan ia juga menjilati semua sperma suaminya yang berjatuhan di lantai, tentu dengan gerak tubuh yang sangat menggoda.


"Lagi yuk Yah, aku belum kan hehe."
"Bentar sayanghhhh hhhhh aku nafas dulu ya." Tak lama terdengar suara tangisan anak kecil, ternyata tangisan itu adalah suara Kahira anak mereka.


"Kahira nangis Bun, Ayah cek dulu ya."
"Iya Yah, aku mau beresin ini dulu deh. Abis itu Bunda tunggu di kamar ya hehe." Plak! Radit menampar pantat istrinya dan berlalu menuju kamar anaknya.


"Ih Ayah rese!!!!" Gina pun membereskan pakaian yang berserakan akibat aksinya tersebut, ia juga merapihkan pakaiannya yang berantakan. selesai dari itu Gina beranjak hendak menuju kamarnya, ia berkaca depan meja riasnya, menyemprotkan parfum dan memakai sedikit riasan di wajahnya. Tentu itu semua dilakukan untuk suaminya tercinta Radit.


Drrrrttt


Hp siapa yang geter ya, Gina menengok sebentar mencari suara tersebut sambil tetap fokus kepada riasan di wajahnya. Namun karena rasa penasarannya yang lebih besar akhirnya ia mencoba mencari di mana asal suara getaran tersebut.


"Oh hp nya Mas Radit yang geter toh." Gina meletakkannya lagi hp tersebut di meja dan tidak lama muncul kembali sebuah pesan di hp suaminya.


Drttt


"Siapa sih, sampe dua kali gitu." Gina yang penasaran mencoba mengintip ke hp suaminya yang masih dalam kondisi menyala karena baru menerima pesan.


1 Panggilan tak terjawab (Rini).


1 Pesan belum dibaca (Rini).
"Senin besok jadi kan ketemu Pak?"


Hah? Rini? Tapi Rini siapa? Sampe miss call segala lagi. Terus ini ketemu apa maksudnya? Mas Radit mau ngapain ketemu? Kok ga ngomong ke aku? Rini siapa sih? Masa Rini temen kantor ku? Ah ga mungkin! Eh
tapi kan? arhhhhh. Beribu pertanyaan hadir di kepala Gina. Mukanya memerah, hatinya panas, cemburu, kesal campur aduk ia rasakan dan rasa curiga pun muncul di kepala Gina.


*Bersambung ke Part selanjutnya*





Terima kasih buat semua yang udah mau merespon cerita saya. Mohon maaf tidak bisa balas satu persatu dan untuk part ini mungkin tidak sepanjang part sebelumnya. Mohon maaf lagi kalo updatenya kelamaan karena ada aktivitas lain dan sibuk mencari referensi cerita serta cara penulisan agar jauh lebih baik lagi.


Ada sedikit perubahan dari cara penulisan di part ini, tidak lain dan tidak bukan adalah demi kenyamanan untuk kalian dalam membaca cerita ini.


Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan sampai jumpa di part selanjutnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd