Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[ Tamat ] Nella's Story ( Lanjutan dari Aku lelaki biadab )

Bimabet
---

Setelah beberapa saat aku terlelap ditengah tidurku, aku merasakan dengusan nafas yang hangat di wajahku. Aku mencoba membuka pelan mataku, hampir tersentak. Wajah kami sekarang sangat dekat sekali, kepalaku sekarang sudah bersender dibahunya dan tangan mas Pras sudah melingkar di pinggulku. Jantungku berdegup kencang melihat posisi kita saat ini. Dan entah kenapa lagi – lagi aku tak kuasa untuk menghindar dari pelukan orang yang kucintai. Ada perasaan yang nyaman disana membuatku bertahan diposisi ini. Mas Pras hanya tersenyum setelah melihatku terbangun

“Kamu tidurnya lelap sekali Nel, meskipun hanya setengah Jam” Katanya

“Aku merasa letih sekali mas” Kataku pelan

“Kamu tetap cantik ya Nel, sama seperti dulu,” Kini mata kami berpandangan dan wajah kami semakin dekat. Aku hanya tersenyum mendengar kalimat itu.

Dengan posisi sepertiku itu, Aku seperti terbuai, semua memori masa lalu kini memenuhi pikiranku. Gairahku kembali menyala. Seperti tanpa disuruh, mata ini tiba – tiba terpejam seakan menyambut bibirnya yang kian dekat dengan bibirku. Sesaat kemudian, bibir mas Pras terasa menyentuh bibirku dengan lembut di tengah aku memejamkan mata, sebuah kecupan dari mas Pras yang dulu selalu kurindukan. Mas Pras menghisap lembut bibirku, membuatku seakan melayang, nafasku seketika memburu dan nafsu birahiku semakin menyala. Aku balas ciumannya, sehingga kini kini saling lumat dan lidah kami saling beradu. Sekitar kami tidak ada penumpang yang lain, sehingga ciuman kami semakin panas. Beberapa saat kemudian, mas Pras melepaskan ciumannya,

“Andai perjodohan kamu dulu tidak terjadi, pasti kamu yang akan kunikahi Nel” Kata mas Pras yang membuat hatiku bergetar hebat

“Aku juga sangat mencintaimu mas,tapi...” Aku seakan tak mampu meneruskan kalimat yang keluar dari mulutku, air mata ini kembali meleleh bersamaan aku dekap tubuh mas Pras dengan erat.

Aku lirik jam tanganku, tak terasa 15 menit lagi kereta akan sampai ditujuanku, dan mas Pras akan melanjutkan perjalanannya lagi sampai stasiun berikutnya.

“Maaf ya mas, kita harus berpisah disini” Kataku pelan, sambil melepaskan pelukannya

“Aku akan temui kamu di Jakarta ya Nel” Katanya, aku hanya mengangguk sambil menyeka air mata.

***

Aku tiba dirumah mama, aku dsambut oleh beberapa saudara disana termasuk mamanya Sinta yang seakan sudah menunggu kedatanganku. Semua memelukku dengan airmata, terutama mbak Sari kakakku yang tertua. Dia menangis terisak – isak bersamaan dengan pelukannya yang erat. Mbak Sari ini dulu orang yang paling menyalahkan aku dengan umpatan kasarnya. Tak sadar air mataku sendiri mengalir, aku merasakan kehangatan keluargaku yang mana tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Mama sendiri tak kalah harunya melihat aku berdiri dipintu kamarnya, kini tubuh mama terbaring lemas di tempat tidur. Aku curahkan rasa kangenku disana beberapa saat, mata mama terlihat berkaca –kaca.

“Berapa hari kamu akan disini Nel” Tanya mamanya Sinta kepadaku disaat kita duduk berdua diteras rumah mama

“Aku gak lama mbak, aku pamit ke Vita hanya dua hari untuk berkunjung kesini” Jawabku

“Kamu sudah memikirkan untuk menikah lagi?” Pertanyaannya membuatku sedikit tersentak,

Aku terdiam sesaat, dan menghela nafas panjang

“Aku masih trauma mbak untuk menikah lagi, biar waktu aja yang menjawabnya entar” kataku lirih

“Sebenarnya, Noufal beberapa waktu yang lalu kemari”

Mendengar pertanyaan itu aku mengernyitkan dahiku,

“Ngapain dia mbak kesini?” Tanyaku penasaran

“Dia sudah meminta maaf pada seluruh keluarga termasuk mama, dan dia akan memintamu untuk kembali padanya Nel, dan itu juga keinginan mama selama ini.” Jelasnya

Aku terkejut mendengar penjelasan dari mamanya Sinta,

“Aku sepertinya gak bisa mbak, berat sekali untuk membina rumah tangga lagi dengan mas Naufal” Kini wajahku menunduk,

“Ya kami tidak memaksakan ini ke kamu Nel, itu hak kamu untuk menerima apa tidak. Tapi kembali lagi, lihatlah kondisi mama sekarang, mungkin dengan kamu menyetujuinya itu akan menjadikan kesehatan mama lebih membaik” Lanjutnya

Aku hanya terdiam mendengar itu, aku hanya menunduk.

“Ya sudah, kamu istirahat dulu, kita gak meminta kamu untuk memutuskan itu sekarang kok” Ujar mamanya Sinta yang kemudian beranjak dari duduknya meninggalkanku.

Lagi –lagi aku dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Aku kembali melamun. Entah kenapa disaat seperti ini tanpa kuminta bayangan orang yang aku cintai hadir dilamunanku, mas Rudi, mas Pras. Ingin rasanya aku memeluk tubuh salah satu dari mereka dan menangis didalam pelukannya sekarang.

Berlanjut Kesini
 
Terakhir diubah:
*Update

Satu bulan berlalu,

Perkataan mama agar aku kembali kepada mas Naufal selalu terngiang di pikiranku, mama yang lemah tak berdaya diatas tempat tidur itulah yang membuatku bimbang. Akankah harus kuulangi lagi untuk menerima mas Naufal karena permintaan orang tua, karena aku sendiri sudah tidak mungkin lagi mendapatkan sosok orang yang kucintai. Mas Rudi sudah bahagia dengan Vita begitu juga mas Pras dengan istrinya. Akan tetapi disisi lain aku masih trauma apabila aku akan menerima pinangan mas Naufal kembali. Benar – benar pilihan yang sangat sulit bagiku. Sesaat ditengah lamunanku tiba – tiba terbesit dipikiranku untuk menerima lamaran mas Johan agar aku tidak terus – terusan ditekan oleh mama dan keluarga untuk menerima mas Naufal kembali. Meskipun aku sangat tahu itu sangat tidak adil untuknya, yang mana mas Johan sangat mencintaiku, sedangkan dia tidak ada sama sekali hatiku, aku semakin bimbang. Rasa egoku kembali menguasai pikiranku.

Akhir – akhir ini setiap kali aku larut dalam lamunanku, kepala belakangku terasa sangat nyeri dan pandanganku sedikit kabur. Seperti pagi ini, hampir saja aku terjatuh dari tangga ketika aku turun dari lantai atas,

“Kakak kenapa?” Tanya Amel menghampiri setelah melihat aku terduduk di anak tangga

“Gak tau ni Mel, kepalaku serasa pusing banget”

“Kakak sakit? Apa kita kedokter saja kak?” Tawar amel

“Udah aku gak papa, aku baik – baik aja kok mel, mungkin hanya kecapekan saja”

“Serius kak Nela gak papa?” Tanyanya meyakinkan

Aku mengangguk pelan,

“Ya sudah, sekarang kak Nela istirahat aja biar aku sama Yuni yang jaga toko. Nanti kalau kakak perlu sesuatu, bilang Amel ya kak?” Ujarnya

“Terima kasih ya Mel, kamu sama Yuni memang gadis yang baik” kataku. Terlihat amel hanya mengangguk dengan senyuman khasnya

Aku kembali kekamar tidurku, kurebahkan tubuhku kembali ke ranjang, aku hela nafas panjang,

“Apa aku terlalu egois untuk masalah cinta? Betapa bodohnya aku” Lirihku sambil mataku terpejam

---
Belum lama mataku terpejam di atas ranjangku, terdengar ponselku berdering tanda panggilan masuk. Aku raih ponselku diatas meja disamping ranjang, mas Johan menelpon

N:”Iya hallo mas..”

J:”Hallo Nel, gimana kabarnya?”

N:”Baik mas, tumben baru kasih kabar setelah berminggu – minggu.”

J:”Hehe, kamu kangen ya?”

N:”Idih, GR banget..hehe”

J:”Aku ingin ngobrol serius sama kamu Nel, nanti malam bisa ketemu?”

N:”Sebenarnya aku lagi gk enak badan mas, ini aja aku lagi istirahat dikamar.”

J:”Kamu sakit? Ya sudah entar aja deh ketemunya kalau kamu udah sehat.”

N:”Paling kecapekan saja sih mas. Ya udah aku mau, tapi kita ketemunya dideket - deket sini aja ya. Tumben, ngobrol serius apaan sih?” Tanyaku

J:”Kepo amat jadi orang..hehe” Candanya

N:”Huh, awas entar..ya udah nanti malam aku tunggu di cafe deket butik” Kataku

J:“Oke,makasih ya, sampai nanti malam”

Klik, sambungan telpon terputus, aku kembali pejamkan mataku untuk beristirahat.

---
Jam dinding menujukkan pukul 20.30 malam, setelah sedikit membantu Amel dan Yuni beberes di toko, Aku berjalan kaki menuju cafe untuk menemui mas Johan. Jarak antara cafe dari butik sekitar 15 - 20 menit dengan jalan kaki. Aku memang sengaja memilih disini karena tempat inilah dimana biasa aku menyendiri. Karena suasananya ditampat ini sangat nyaman dan agak sedikit menjauh dari jalanan kota. Disaat aku melangkah memasuki cafe, terlihat mas Johan sudah ada disitu, dia duduk sendiri di sudut ruangan.

“Maaf ya mas sudah menunggu lama, tadi bantu Amel dan Yuni beberes dulu di toko” Kataku sembari aku duduk diseberangnya

“Oh iya gak papa Nel, katanya sakit?” Tanyanya

“Udah agak mendingan kok mas, gak tau kenapa akhir – akhir ini aku sering merasakan pusing”

“Kamu harus banyak istirahat, dan makannya juga yang teratur Nel”

“Iya pak dokter” Candaku sambil aku tertawa

“Ni orang, dibilangin serius juga” mas Johan terlihat manyun

“Hm...ada apa mas, kok sepertinya serius sekali mau ketemu aku? Dan kemana aja gak ada kabar selama ini? Tanyaku

Terlihat dia menghela nafas dan menatapku tajam, dia terdiam sejenak

“Karena itu Nel, aku mengajak kamu ketemu sekarang. Aku beberapa waktu yang lalu berkunjung ke rumah orang tuaku, disana aku mendapat sebuah pertanyaan yang telah berulang – ulang ditanyakan kepadaku ketika aku hidup menduda” Ceritanya

“Pertanyaan apa itu?” tanyaku penasaran, kini tatapan mataku tajam kearahnya

“Kapan menikah?” Jawabnya singkat

“Kalau itu wajarlah mas, dan suatu kebetulan juga kita mempunyai cerita yang sama.” Kataku enteng

“Aku telah menunggu jawaban dari kamu setelah berbulan – bulan Nel, tapi sampai saat ini kamu belum juga memberikan jawaban itu.”

“Maafkan aku mas.” Kataku lirih dan aku mulai menunduk

“Disaat aku menunggu kamu, orangtuaku bermaksud menjodohkan aku dengan seorang gadis. Semenjak itu aku seakan dipaksa untuk menerimanya sampai ayahku jatuh sakit” Lanjutnya

Aku terdiam mendengar perkataan itu. Ternyata apa yang yang dialami mas Johan sama persis yang aku alami sekarang,

“Lantas maksud mas untuk menemuiku?” Tanyaku dengan mengernyitkan dahiku

“Maafkan aku Nel, sungguh sangat terpaksa aku akan menikahinya bulan ini.” Wajah mas Johan tiba – tiba berubah

Aku sedikit terkejut mendengar itu dan aku seakan memaki egoku sendiri saat ini, karena semuanya sudah terlambat disaat aku hampir saja menerima lamaran mas Johan. Kepala belakangku kembali terasa nyeri.

Aku menghela nafas panjang dan mengeluarkannya dari mulutku untuk menahan air mataku agar tidak jatuh didepan mas Johan, aku harus berusaha tegar sekarang.

“Maafkan aku ya mas. Karena ke egoisanku membuat mas menunggu lama. Mungkin Tuhan memberikan pendamping untuk mas yang jauh lebih baik dari aku, menikahlah mas.” kataku seakan menenangkannya

“Terima kasih ya Nel, ternyata benar apa yang kunilai dari kamu selama ini, kamu memang wanita luar biasa dan sepertinya aku juga belum pantas untuk menjadi pendampingmu Nel.” Kini kedua tangannya meremas tanganku diatas meja.

Kita kembali berbincang, selama obrolan sebenarnya aku merasa menyesal atas sikapku selama ini kepada mas Johan, hatiku kembali memaki diriku sendiri. Akan tetapi didepan mas Johan aku berusaha tegar, aku selalu menebar senyuman diantara obrolan kami padahal sebenarnya hati ini sangat perih menerima kabar ini. Kulirik arlojiku menunjukkan pukul 11.15 malam, tak terasa sudah berjam – jam kita disini.

“Mas, aku pulang dulu ya. Karena besok aku harus aktifitas lagi,” Kataku mengahiri obrolan kita

“Ya udah, yuk aku anter” Tawarnya

“Udah gak usah mas deket ini kok, lagian kita juga gak searah pulangnya. Biasanya aku juga jalan kaki kalau kesini” Jawabku

“Ya udah, kamu hati – hati ya Nel”

Aku mengangguk dengan senyum, kemudian aku beranjak dari tempat dudukku.

---
Malam ini serasa tidak biasanya, jalanan terasa sangat lengang ditambah gerimis yang tiba – tiba turun membuat suasana semakin sunyi. Kakiku melangkah memasuki jalanan gang menuju toko, suasana semakin sepi tidak aku temui seseorang pun disana. Tinggal beberapa puluh meter dari tokoku, tiba – tiba aku dikejutkan dengan kehadiran dua orang yang menghadang didepanku. Terlihat satu orang berbadan tinggi besar, dan yang satu kurus berkumis tebal. Aku menghentikan langkahku,

“Hai cantik, malam – malam gini kok sendirian?” Terdengar suara dari mulut si kurus

Badanku tiba –tiba gemetar sesaat mereka berdua melangkah mendekatiku.

“Mau apa kalian?” Tanyaku dengan suara sedikit berteriak

“Sudah, jangan berteriak kalau ingin kamu selamat” orang yang berbadan besar menyahut sambil tertawa menyeringai membuatku semakin bergidik ngeri.

“Temani kami yuk, hujan – hujan gini pasti kamu juga kedinginan kan?” Katanya lagi

Aku sadar kalau mereka berdua ini akan bermaksud jahat, sontak aku membalikkan badan bermaksud untuk berlari menjauh dari mereka. Tapi naas, tepat dibelakangku ada dua orang lagi yang aku tak tau jelas ciri –ciri fisiknya. Tiba- tiba salah satu dari mereka membekap mulutku, dan mengunci tubuhku di dekapannya. Seketika aroma alkohol sangat menyengat dihidungku. Aku meronta, dengan berteriak sekuat tenaga. Tapi apalah daya, tangan kekar yang membekap mulut membuat aku tak mampu bersuara. Terlihat Si kurus dan si badan besar semakin mendekatiku sambil tertawa terbahak - bahak. Setelah mereka mendekat dengan kurang ajar si badan besar meremas payudaraku,

“Duh,duh, nih toket lonte kenyal banget ya, jadi gak sabar buat ngentot dengannya.hahaha” Katanya dengan tertawa terbahak bahak

Diperlakukan seperti itu, aku meronta dan secara reflek kakiku menendang tepat pada selakangan si badan besar membuat dia meringis kesakitan. Melihat temannya tersungkur, si kurus terlihat naik pitam, ditamparnya wajahku sekuat tenaga sebanyak tiga kali, darah serasa mengalir seketika di hidungku.

“Dasar lonte kurang ajar, beraninya sama kita, rasakan itu” Suara si kurus semakin menggelegar

Aku semakin meronta mencoba melepaskan diri dari cengkerammnya dan tamparan keras sekali lagi menerpa wajahku, sampai akhirnya aku merasakan pukulan keras di tengkukku, membuat badanku lemas seketika. Pandanganku mulai kabur, dan aku tidak sadarkan diri.

---
Suara tawa terbahak – bahak terdengar diantara setengah sadarku. Ada rasa perih yang sangat luar biasa aku rasakan di liang vaginaku,

“Aaaaah...memek lonte ini enak sekali...ooohhh.....” terdengar samar suara desahan disaat aku terpejam

Aku sedikit membuka mataku dengan lemah, sungguh betapa terkejutnya aku saat ini, tubuhku sudah terlentang dilantai, entah aku tidak tahu dimana aku sekarang. Terasa mulutku sudah terbekap oleh lakban. Aku seakan ingin meronta tetapi usahaku seakan sia – sia. Kedua tanganku kini sudah terikat kebelakang, baju yang aku pakai sudah tersingkap keatas dan BH ku sudah terlepas sehingga payudaraku sudah bebas disana. Orang yang berbadan besar tadi terlihat sedang menyetubuhiku dengan kasar, penisnya yang besar dan hitam terlihat keluar masuk di liang vaginaku.

“Ohhhh...ayo sayaaangg...memekmu sempit sekali sayang...aaaahhh” Desahnya

“Plok,lok,plok” Suara paha kami beradu diantara suara tertawa orang – orang disitu.

Beberaoa saat kemudian terasa tangan yang kasar meremas payudaraku, di pilinnya putingku dengan kasarnya.

“Seksi sekali toket lonte ini..Hahaha” Suara si kurus tadi sambil meremas payudaraku

Beberapa saat kemudian, si badan besar tadi mempercepat sodokan penisnya menghujam vaginaku..

“Aaaaaaaaah......” Terdengar dia mendesah, dan terasa penisnya menyemburkan spermanya didalam rahimku.

“ohhh....enak sekali memek lonte ini, membuat aku tak tahan lama” Ucapnya kemudian

Setelah puas, si badan besar ini mencabut penisnya dari liang vaginaku, terasa cairan spermanya meleleh diantara pahaku. Terlihat si badan kurus tidur terlentang disampingku, dan sesaat kemudian terasa badanku di angkat dan dipaksa untuk menaiki tubuhnya, dengan sekejap aku sudah telungkup diatas badan sikurus ini dengan tangan masih terikat. Diarahkan penisnya untuk memasuki liang vaginaku, setelah diarasa pas, dia menghunjam kan pinggulnya, sehingga penisnya kini ditelan habis oleh vaginaku,

“Aaaaahh..kau memang benar, memek lonte ini masih sempit sekali,” Ceracaunya bersamaan kedua tangan kasarnya menaik turunkan pinggulku,

Beberapa saat di posisi iti, tiba – tiba aku merasakan tangan kasar yang mencoba membuka belahan pantatku, entah aku tidak dapat melihat siapa orang itu. Setelah terasa terbuka, terasa batang penis yang sudah sangat keras menyeruak kedalam liang anusku, aku tersentak merasakan itu, inginku berteriak tapi apalah dayaku, mulut ini masih terbekap oleh lakban. Air mataku tak henti - hentinya mengeluarkan air mata. Kini terasa dua lobangku sudah tertancap penis yang sudah sangat tegang dengan bersamaan disana.

Aku hanya merasakan perih yang sangat luar biasa diliang vagina dan liang anusku. Aku melihat ada sekitar 5 orang disitu dengan tertawa melihat aku diperlakukan seperti ini. Aku hanya pasrah atas perlakuan mereka, karena aku sudah tidak berdaya lagi untuk melakukan sesuatu yang lebih. Dengan bergiliran mereka menyetubuhiku, dan entah berapa kali sperma menyembur didalam vagina dan wajahku sampai mata ini terasa sangat pedih penuh dengan sperma. Aku kembali tak sadarkan diri setelah rasa nyeri yang luar biasa terasa kembali di kepala belakangku..


Berlanjut Kesini
 
Terakhir diubah:
*Update

“Kak Nela...Bangun kak” Suara lirih terisak terdengar ditelingaku membuatku tersadar.

Dengan lemah mataku terbuka, terlihat Amel dan Yuni duduk di samping ranjang tempatku berbaring. Mereka berdua menangis terisak, mata mereka terlihat basah. Aku lirik ke bawah, tubuhku sudah berbaring dibalik selimut warna putih dan sebuah jarum infus tertancap di lengan kiriku,

“Kak Nela...” Suara Amel dan Yuni terdengar terisak hampir bersamaan

“Aku dirumah sakit ya?” Tanyaku lirih

Mereka berdua hanya mengangguk. Tubuhku terasa lemas sepeti tak bertulang saat ini, ada bebepa luka memar ada di wajahku. Sesaat kemudian, rasa nyeri di liang vagina dan anusku membuat ku sadar dan teringat sepenuhnya akan kejadian semalam. Aku menangis seketika, aku menjerit setelah aku ingat kejadian semalam, dimana aku disetubuhi dengan kasar oleh para bajingan itu. Amel sontak memelukku dengan erat

“Sudah kak Nel, kakak akan baik – baik saja disini” Ucapan dan dekapannya sesaat membuatku sedikit tenang

“Bagaimana aku bisa sampek disini Mel?” Tanyaku lirih terisak didekapan Amel

Mendengar suaraku yang sudah agak tenang, Amel melepaskan pelukannya

“Kak Nela tadi pagi ditemukan oleh seseorang di bangunan kosong depan gang itu dengan keadaan terikat, orang itu mengenal kakak dan langsung memberitahu kami. Seketika itu aku menghubungi mas Johan dan membawa kakak kemari. Hampir seharian kak Nela tidak sadar.” Cerita Amel

“Mereka benar – benar bajingan” lirihku, air mataku kembali menetes dipipiku

“Kakak kenal mereka?” Tanya Yuni

Aku menggelengkan kepala,

“Mas Johan sudah melaporkan ini kak, semoga mereka cepat tertangkap oleh pihak berwajib” Sela Amel

“Terima kasih ya, entah aku gak tau lagi jika tak ada kalian disini,” Ucapku sambil menatap mereka.

“Tapi tolong, kalian janji jangan beri tahu ini kepada Vita dan mas Rudi!” Lanjutku

Amel dan Yuni mengangguk, mata mereka masih tampak basah.

Sesaat kemudian, pintu ruangan terbuka, mas Johan dengan jas putihnya melangkah masuk. Terlihat mata mas Johan menatap Amel, seakan memberi isyarat kepada mereka sehingga beberapa saat kemudian Amel dan Yuni berpamitan untuk keluar ruangan meninggalkan kami berdua disini.

“Kami keluar sebentar ya kak?” Kata Amel dan Yuni,

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah itu, mereka meninggalkan ruangan. Mas Johan duduk disamping ranjang, seketika air matanya mengalir,

“Maafkan aku ya Nel, maafkan aku.” Suara mas Johan terisak

“Akulah penyebab semua ini Nel.” Lanjutnya sambil tangannya menggenggam jemariku

Aku menghela nafas dan menatapnya dengan senyum yang kupaksakan,

“Tidak ada yang disalahkan mas, mas juga gak salah” Kataku, walau aku berusaha tersenyum tetapi air mata ini tetap meleleh dipipiku.

“Aku gak tau harus gimana lagi untuk menebus semua ini padamu Nel,” Ucap as Johan lirih

“Sudah mas, aku gak papa kok,” kini aku menatap matanya yang basah, dan tangannya kini mengelus rambutku

“Kapan aku boleh pulang mas? Aku ingin istirahat saja dikamarku.” Ujarku

“Kamu belum stabil Nela, kamu harus dirawat dulu disini dan aku yang tanggung semuanya.” Ucapnya

Air mataku kembali mengalir, kita sama – sama terdiam

“Aku sudah hancur mas, percuma aku dirawat juga.” Ucapku lirih dan tangisku kembali terisak

“Aku akan menikahimu Nel, aku akan membatalkan semuanya” Suara mas Johan terdengar terisak

“Jangan mas, aku tidak rela kamu melakukan itu semua demi aku.” Suaraku tegas

“Tapi Nel, aku..”

“Nggak, aku gak akan menerimamu kalau kamu mas Johan tetap nekat. Mas harus memikirkan berapa banyak orang yang akan sakit hati kalau mas akan membatalkan acara pernikahan itu,”

“Orang tua, keluarga, bahkan yang lebih sakit pasti gadis itu mas. Aku gak mau kita menikah tetapi dilain pihak menderita karena pernikahan kita” Lanjutku

“Kamu benar - benar bidadari surga Nela” Katanya sambil membekapku erat.

“Maafkan aku sayang..aku akan selalu mencintaimu” Lanjutnya

Setelah kejadian itu, aku terasa hancur. Rasa trauma terus menghantui, bayangan orang yang kucintai seakan sirna begitu saja, aku merasa sudah tak pantas lagi untuk mencintai seseorang. Andai aku menerima mas Rudi waktu itu atau aku menerima lamaran mas Johan pasti tidak akan terjadi seperti ini. Aku terus mengumpat pada diriku sendiri. Rasa nyeri dikepala belakang semakin menjadi disaat aku makin terlarut dalam traumaku dan entah berapa kali aku pingsan secara tiba – tiba.

---

Tiga bulan berlalu,

Pagi ini aku bagaikan tersambar petir. Sebuah palu godam seakan menghantam kepala belakangku sekali lagi. Rasa trauma yang belum sirna dari ingatanku karena pemerkosaan itu, kini aku kembali dilanda rasa cemas yang luar biasa. Tespack yang ada di tanganku menunjukkan dua garis bertanda positif, aku menjerit seketika didalam kamar mandi. Air mataku tak henti – hentinya mengalir, semua tulang ditubuhku tubuhku seakan terlepas dari persendiannya, tubuhku lemas seketika hingga kuterduduk dilantai kamar mandi dengan terisak. Aku hamil dari hasil pemerkosaan itu.

“Tuhan, cobaan apa lagi yang engkau berikan padaku, apakah aku sanggup menerima semua ini. Hidupku sudah benar – benar hancur” lirihku dalam hati.

“Kak Nelaa...” Suara jeritan Yuni dan Amel hampir bersamaan setelah melihatku tersungkur dikamar mandi

“Kakak kenapa kak?” Tanya Yuni setelah merengkuh tubuhku yang terduduk dilantai kamar mandi

Ku peluk erat tubuh Yuni, tangisku kembali pecah.

“Aku sudah hancur Yun...” suaraku terisak

“Maksud kak Nela?” Tanya Amel heran

“Aku hamil..aku hamil karena pemerkosaan itu.” Suaraku lirih

Mendengar itu, kedua gadis ini terlihat tersentak, mereka berdua memelukku dan ikut menangis seketika.

“Apa perlu aku panggilkan mas Johan kak?” Tawar Amel setelah mereka berdua menuntunku ke dalam kamar

“Jangan mel, kita jangan ganggu dia dulu, dia baru aja menikah” Kataku

“Biar aku istirahat istirahat saja disini, akupun seakan masih tak sanggup untuk bertemu mas Johan saat ini” Lanjutku

“Baik kak, nanti kakak bilang kita kalau kakak memerlukan sesuatu ya.”

“Terima kasih ya Mel, Yun.Kalian baik sekali.” Kataku, setelah itu mereka berlalu meninggalkanku.

Aku kembali menangis, air mata tak henti – hentinya mengalir. Aku seakan tak kuat lagi untuk menerima ini semua walaupun aku sudah berusaha keras untuk tetap tegar. Terlintas bayangan mama yang lemah diatas tempat tidur, bagai mana nasib mama kalau sampai tahu dengan keadaanku sekarang, bayangan keluarga, dan semua orang yang aku sayangi memenuhi pikiranku kali ini. Aku yang telah hina, aku hamil tanpa tahu siapa ayah dari anak yang ku kandung. Rasa nyeri dikepala kembali terasa dan sesaat kemudian tubuhku semakin menggigil.

---

“Kak Nela..” Suara lirih Amel terdengar ditelingaku, membuat aku tersadar dari tidurku

“Iya Mel..” Kataku lirih sambil menatapnya yang kini sudah duduk disamping ranjangku

“Ada tamu ingin nemui kakak dibawah, apakah kakak bisa menemuinya?” Tanya Amel

“Siapa dia?” tanyaku heran

“Aku gak kenal kak, sepertinya dia gak pernah datang kesini”

“Ya sudah, suruh tunggu aku dibawah ya” Kataku

Amel mengangguk,

Sebenarnya aku enggan untuk beranjak dari tempat tidur, rasa nyeri dikepalaku masih terasa. Akan tetapi rasa penasaran yang luar biasa membuatku bangun dari tempat tidurku walaupun dengan tertatih, karena biasanya setiap tamu yang datang pasti Amel dan Yuni mengenalinya. Kumelangkah menuruni anak tangga, disaat baru saja sampai di lantai bawah, aku dibuat sangat terkejut. Terlihat seorang pria duduk di sofa sudut ruangan sangat aku kenal. Hatiku kembali tergetar, tubuhku serasa lemas seketika.

“Mas Naufal?” Sapaku dengan suara gemetar sambil berjalan mendekatinya

“Nel, apa kabar?” dia berdiri sembari menyodorkan tangannya untuk menyalamiku

Kini kita berdua duduk di sofa saling bersebrangan

“Ba..baik. Silahkan duduk mas. Mas kok bisa tahu aku disini?” Tanyaku heran,

“Maafin aku Nela, aku tau dari mama,” Ujarnya

“Kamu terlihat pucat sekali Nel, kamu gak papa?” Tanyanya yang kini menatapku lekat

“Gak papa kok mas, aku hanya kecapekan saja. Ada apa mas?” Kataku dengan menunduk

“Aku datang kesini hanya untuk meminta maaf Nel, atas semua perlakuanku saat itu aku benar – benar khilaf.” Kini suaranya berubah

“Tidak ada yang salah kok mas, dan tidak perlu mas minta maaf ke aku.” Ujarku, mataku terasa basah saat ini

“Aku kesini hanya untuk memohon kepadamu Nel, memohon agar hatimu kamu bisa menerima aku kembali,” Katanya pelan

“Maksud mas?”

Dia terdiam sesaat dan terlihat wajahnya menunduk,

“Aku ingin kita merajut kembali rumah tangga kita yang telah berantakan Nel, Aku ingin kita rujuk. Aku harap kamu bisa membuka hatimu lagi untukku” katanya tiba –tiba

Mendengar itu aku tak kuasa menahan tangisku kembali, air mataku mengalir dengan deras saat itu juga

“ Aku sekarang sudah hancur mas” Aku terisak

“Maksud kamu apa Nel? Aku gak ngerti” tanyanya heran, kini matanya terlihat menatapku tajam

“Baik, aku akan cerita, tapi mas mau janji kepadaku, atas nama Tuhan mas gak akan bercerita pada siapapun termasuk mama?” Tanyaku

“Baiklah, demi Tuhan aku tidak akan cerita kesiapapun. Ceritakan padaku” Jawabnya tegas

“Aku hamil mas, dan aku tak tahu siapa ayah dari anak yang kukandung saat ini” Tangisku kembali pecah

“Apa? Kamu hamil?” Dia terlihat tersentak

Aku hanya mengangguk dengan terisak

“Siapa yang menghamilimu Nel? Kamu...?” Tanyanya

Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil menunduk, aku terdiam sesaat

“Apa mas mau menerimaku dengan keadaanku seperti ini? Terserah mas mau menilai aku seperti apa, aku bukan Nela yang seperti dulu mas, aku sudah hancur sekarang” suaraku lirih

“Coba mas renungkan kembali apabila mas menerimaku, apa kata orangtua dan keluarga mas dengan kondisiku seperti sekarang? Keluarga mas adalah keluarga yang terpandang disana mas.” Lanjutku

Mas Naufal terdiam dan menunduukan wajahya. Kita sama – sama terdiam beberapa saat

“Tapi satu yang aku minta sekarang, jangan ceritakan ini kepada siapapun mas, terlebih pada mama” kataku yang masih terisak

“Aku ngerti kok Nel, maafin aku yang membuat kamu jadi seperti ini sekarang. Aku tau kalau aku sudah tidak ada lagi dihatimu saat ini tapi aku yang selalu memaksa kamu untuk kembali lewat mama dan keluarga.” Ucapnya

“Aku tau mas pasti gak akan bisa menerima aku sekarang kan? Tolong, kasih waktu buatku untuk menyendiri mas.” Suaraku gemetar,air mata kembali mengalir dengan derasnya

“Baik, sekali lagi aku mohon maaf ya Nel. Kamu sepertinya juga harus banyak istirahat sekarang. Aku mohon diri dulu.” kata mas Naufal sambil kembali menyalamiku, dan beranjak dari tempat duduknya.

Aku terdiam di sofa beberapa saat, setelah mas Naufal keluar dari pintu, tangisku kembali pecah. Rasa nyeri yang luar biasa kembali terasa di kepalaku

“Kakak gak papa?” Suara amel dan Yuni hampir bersamaan, mereka berdua memelukku

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar pertanyaan mereka

“Siapa dia kak?” Tanya Yuni heran

“Dia mantan suamiku Yun” Kataku lirih

“Dasar, semua pria sama aja ya, kalau kita sudah seperti ini malah ditinggal gitu aja” Celetuk Amel

“Huss..Jangan bicara gitu” Ujar Yuni sambil menyubit lengan Amel

“Aku mau kembali kekamar ya? Kepalaku pusing banget” Kataku bersamaan aku melepaskan pelukan mereka, aku berdiri

“Kami antar kekamar kak?” Tawar Yuni

“Gak papa kok Yun, aku masih bisa. Kalau ada yang nyari aku lagi, bilang aku lagi istirahat ya” Kataku sambil tersenyum menahan nyeri dikepala

“Baik kak, “ Sahut mereka hampir bersamaan

Aku beranjak meninggalkan mereka. Rasa nyeri yang luar biasa dikepala aku rasakan semakin menjadi, dan pandanganku kembali kabur, aku tetap memaksakan untuk tetap melangkah. Baru saja kakiku menaiki dua anak tangga, tiba – tiba pandanganku gelap, dan aku kembali tidak sadarkan diri...

Berlanjut Kesini
 
Terakhir diubah:
*Udate ( Last part )

Ditengah ku terpejam, terasa aku sudah berbaring disebuah ranjang dengan selimut menutupi tubuhku. Semilir pendingin ruangan terasa diwajah, rasa nyeri dikepalaku kini sudah hampir hilang. Aku membuka mataku pelan, terlihat Yuni duduk disebelah tempat tidurku

“Kak Nela, syukurlah kakak sudah tersadar” Suaranya terdengar terisak

“Aku dimana Yun?” Tanyaku pelan

“Kakak dirumah sakit, dan sudah hampir dua hari ini kakak tidak sadar.” Kata Yuni, matanya terlihat berkaca – kaca

“Maafkan aku ya Yun, selalu merepotkan kalian, entah aku gak tau lagi kalau tidak ada kalian” Kini air mataku kembali meleleh.

“Kakak gak perlu minta maaf, sudah sewajarnya kita disini saling ngebantu kak. Yang penting kakak harus sembuh sekarang”

“Amel kemana?” Tanyaku karena aku hanya melihat Yuni sendirian disini

“Masih keluar kak, nemuin tamu buat kakak yang baru datang tadi pagi” Katanya yang kini tersenyum bersamaan terlihat tangannya menyeka airmatanya

“Tamu? Siapa dia?” Tanyaku heran

Belum sempat Yuni menjawab pertanyaanku tiba – tiba gagang pintu ruangan dimana aku dirawat berbunyi,

“Klek.” Terlihat Amel dibalik pintu memasuki ruanganku, tapi pandanganku sekilas melihat seseorang dibelakangnya

“Assalamualaikum...”

Terdengar ucapan salam yang membuatku sangat terkejut. Terlihat sepasang pria dan wanita berdiri dipintu, mereka sangat aku kenal. Wanita berhijab panjang dengan perut membuncit, terlihat matanya tampak basah, pandangan kami bertemu,

“Nela..” Wanita ini langsung berhambur memelukku yang terbaring lemah diranjang, tangisnya pecah seketika itu

“Vita..maafkan aku” Ujarku lirih

Dibelakang Vita terlihat mas Rudi, yang kini matanya juga berkaca – kaca

“Kenapa semua ini terjadi padamu Nel..” Vita melepaskan pelukannya dan suaranya terdengar terisak

“Kamu sudah tau semuanya Vit?” Tanyaku heran

“Maafkan aku Kak, aku panik sekali disaat kakak selama dua hari belum juga sadar.” Amel menyahut

Aku hanya diam mendengarnya dengan menyeka airmata dipipiku. Tangan Vita mengelus rambutku, rasa sayangnya sangat begitu besar terasa padaku.

“Kapan kalian datang Vit?” Tanyaku menenangkan suasana

“Baru aja Nel, semalam aku ditelpon Amel dan setelah subuh tadi langsung kita terbang kemari”

“Selamat ya, abis ini Mahendra akan punya adik” Kataku tersenyum sambil tanganku mengelus perutnya yang membuncit

Vita hanya mengangguk dan tersenyum,

“Makanya, tante harus sembuh biar bisa menggendongnya nanti” Kata mas Rudi

Aku tersenyum mendengar itu, mataku kini menatap mas Rudi seketika itu pandangan kami bertemu. Entah kenapa hatiku kembali berdesir, pandangan yang teduh itu membuatku terasa nyaman, seakan ada setetes embun yang ada dihatiku. Pandangan itu yang selalu aku rindukan.

“tok,tok,tok” suara ketukan pintu terdengar, Kita yang ada diruangan itu hampir bersamaan melirik kearah pintu. Seorang Pria berjas warna putih melangkah masuk. Melihat seorang dokter memasuki ruangan, Yuni dan Amel memohon diri

“Ada dokternya kak, kami mau keluar dulu ya?” Pamit amel, setelah itu mereka berlalu meninggalkan ruangan

“Syukurlah, Ibu Nela sudah sadar” Terlihat senyum dengan mata berbinar dari wajah pria ini

Sesaat kemudian dia memeriksa keadaanku dengan stetoskopnya.

“Bagaimana keadannya dok?” Tanya mas Rudi tiba – tiba

“Untuk kondisi sekarang, saya sangat bersyukur. Ibu Nela sudah sangat membaik, dan Ibu Nela sekarang sudah sangat stabil”

“Maaf, bapak ini siapanya bu Nela?” Dokter itu bertanya

“Nela ini kakak saya dok, dan dia suami saya” Vita tiba – tiba menyahut

Aku dan mas Rudi sedikit terkejut mendengar kata – kata Vita, kini kami sama – sama terdiam

“Sebenarnya Nela ini sakit apa dok? Tolong jelaskan pada kami” Lanjut Vita

“Ibu ini mengalami gangguan fungsi otak karena depresi terlalu berat yang sedang ditanggungnya”

“Ya dia harus banyak istirahat" Jelas dokter

Aku tergetar dengan penjelasan dokter, tetapi aku tetap terdiam,

“Apa dia bisa sembuh kembali seperti sediakala?” tanya mas Rudi tiba – tiba

“Ya bisa, salah satu pengobatan terbaiknya saat ini adalah dia tidak boleh depresi lagi, harus ada yang mendampinginya. Saran saya kalau bisa yang dampingi dia adalah orang yang dicintainya, sehingga dia bisa nyaman dan bebannya bisa lebih ringan. Itu akan sangat mempengaruhi jiwanya saat ini ” Jawab dokter

“Oh, baik dok. Terima kasih atas penjelasannya” Ucap Vita lirih

“Saya permisi dulu, bu Nela banyak istirahat ya.” Ucap dokter yang kini menatapku,

“Terima kasih dok” Kita bertiga hampir bersamaan, setelah itu dokter melangkah meninggalkan ruangan ini

Kita sama – sama terdiam beberapa saat. Vita yang sedari duduk disamping tempat tempat tidurku terdengar menghela nafas panjang sambil menatapku,

“Kamu pasti akan sembuh Nel” Ucapnya lirih

“Terima kasih ya Vit, kamu memang baik sekali” Kini tangannya meremas tanganku

“Mas Rudi..” Tiba – tiba Vita memanggil namanya, aku hanya terdiam

“Ii..iya sayang” suara mas Rudi terdengar gugup

“Mas Rudi sayang dan cinta kepadaku kan?” Kata – kata Vita tiba – tiba membuatku sedkit heran,

“Aku sangat mencintaimu sayang, kenapa kamu tanyakan ini?” terlihat mas Rudi terbata

“Kamu juga mencintai Nela kan? Pertanyaan Vita semakin tegas

Aku sangat terkejut mendenger pertanyaan Vita yang dilontarkan kepada mas Rudi kali ini,

“Ma...Maksud kamu apa sayang..?” Mas Rudi terlihat tersentak

“kalau mas mencintai aku, apakah mas akan menuruti kalau misalnya aku meminta sesuatu dari mas?”

Aku semakin tidak mengerti maksud Vita kali ini,

“Aku akan menuruti apa yang kamu mau sayang, apa yang kamu mau sekarang?” Suara mas Rudi yang semakin gugup

Vita terdiam sesaat,

“Nikahi Nela mas, aku yakin mas Rudi bisa bersikap adil buat kita berdua” Ucapnya lirih

Aku tersentak mendengar kata – kata Vita kali ini

“Vita apa yang kamu lakukan? Kamu tidak boleh seperti ini” suaraku sedikit menjerit, aku terkejut luar biasa

“Apa maksudmu sayang? Kalau untuk itu aku tak bisa” Kata mas Rudi yang tak kalah terkejut

“Aku mohon mas,” Kini wajah Vita menatap mas Rudi dengan berkaca – kaca

“Tapi...aku tidak bisa melakukan ini. Aku tak mau menyakitimu sayang.” Kata ms Rudi bergetar

“Aku lebih sakit apabila mas tidak menikahi dia” Suara Vita terisak

“Aku tau, kalian sebenarnya saling mencintai. Dan apa mas tidak sakit apabila melihat nyawa Nela tidak terselamatkan? atau apabila Nela selamat pun apa mas gak sakit melihat dia melahirkan bayinya tanpa seorang ayah?” lanjut Vita

Aku dan mas Rudi terdiam, jangtungku berdegup kencang dan tubuhku lemas seketika mendengar ucapan Vita kali ini, mulutku seakan terkunci. Aku tak sanggup mengatakan sesuatu, hanya mata ini seakan tak henti –hentinya mengeluarkan air mata

“Kehadiran seorang anak adalah mimpi Nela semenjak dia menikah dulu mas, kini dia selangkah lagi akan mewujudkan mimpinya yaitu melahirkan bayinya dengan orang yang dicintai disampingnya dan itu mas orangnya” Kata – kata Vita tegas

“ta..tapi sayang...”

“Mas, bila mas mau menikahinya, maka mas juga akan menyelamatkan dua nyawa sekaligus. Yaitu Nela dan anaknya, aku akan sangat ihlas apabila mas mau melakukan ini. Aku tau mas akan bisa bersikap adil diantara kita berdua” Air mata Vita terlihat meleleh dan kini dia beranjak dari duduknya lalu memeluk mas Rudi dengan erat.

“Aku mohon mas, aku mohon. Mas Rudi pasti tidak mau lagi kehilangan orang yang mas cintai setelah Sinta kan? Aku juga tidak mau kehilangan sahabatku yang paling kusayangi...” Ucap Vita pelan

Mereka berpelukan sangat erat dan terdiam beberapa saat,

“Baik, aku akan menikahimu Te” Ucap mas Rudi gemetar, matanya kini menatapku

“Ta..tapi mas..”Aku melirik mereka berdua

“Aku ikhlas Nel..” Ujar vita dengan sedikit tersenyum, dan kemudian Vita memelukku dengan erat untuk beberapa saat.

“Mas, cincin ini adalah cincin kepunyaan Sinta yang mas berikan sebagai mahar akad nikah kita, sekarang pakaikanlah cincin ini kejari Nela, nikahi Nela malam ini” terlihat Vita melepaskan cincin yang ada di jari manisnya dan menyerahkannya kepada mas Rudi.

“Terima kasih ya Vit, kamu memang bidadari surga yang dikirim Tuhan untuk kita semua” Kataku, dan kita kembali berpelukan.

***

Rasa kehilangan itu memang sangat menyakitkan, dan kita sebagai manusia sering kali mengeluh dan bertanya mengapa seringkali Tuhan membiarkan itu terjadi pada kita. Tapi dibalik itu semua, Tuhan telah merencanakan pengganti kepada kita dengan yang lebih baik.

---

Aku telah sah menjadi istri mas Rudi, dan didalam kehidupan kami Vita juga sangat menyayangi ku. Gairah hidupku seakan kembali cerah, begitupun juga dengan mas Rudi dan Vita.

Kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Aku yang sedari tadi duduk didepan Tv dan beberapa kali menguap, kini aku beranjak dari tempat dudukku. Aku melangkah menuju kamar, setelah tepat didepan pintu kamar, pintu kudorong pelan sehingga sepenuhnya terbuka. Terlihat mas Rudi dan Vita sudah dalam keadaan telanjang di atas ranjang. Mas Rudi terlihat tidur terlentang dan Vita menduduki wajah mas Rudi,

“Slruppp..Slruupp..Slrup..” Terdegar suara mas Rudi melahap dengan rakus vagina Vita, Vita pun terlihat mengoyang – goyangkan pinggulnya dengan tak beraturan dengan mata tertutup,

“Ahhh....masss....enak sekali sayanggg....ooooh...” Desahan Vita terdengar tertahan

Melihat kedatangku, Vita membuka matanya dan melirik ke arahku dengan semyum nakalnya, sesaat kemudian dia mengerlingkan matannya kepadaku. Akan paham dengan maksudnya, aku segera lucuti daster pendek yang aku pakai sehingga aku kini sudah telanjang bulat. Aku melangkah mendekati mereka, dan ikut menaiki ranjang. Aku elus lembut penis mas Rudi yang sudah sangat tegang dan segera kulahap dengan rakus. Beberapa saat kemudian, kulepaskan kulumanku dan aku beringsut naik keatas tubuh mas Rudi. Dia masih melahap Vagina Vita yang lagi duduk diwajahnya. Aku arahkan batang penis mas Rudi ke liang vaginaku, belum sampai batang itu masuk, tiba - tiba Vita mencegahku,

“Eh, bentar Nel..” Terlihat dia meraih ponselnya yang ada di meja seblah ranjang, aku terheran

Sesaat kemudian, Vita terlihat mendokumentasikan kegiatan kita bertiga malam ini,

“Eh ngapain kamu Vit?” Tanyaku heran, dia hanya tersenyum

“Tumben pakek direkam sayang” Tanya mas Rudi tiba – tiba

“Aku mau bikin thread di SF IGO Forum semprot mas” Jawab Vita dengan senyum nakalnya :p

.....

~Tamat~

Terima kasih untuk para suhu yang sudah berkenan mampir dan menyimak dari episode awal, sampai sekarang. Mohon maaf yang sebesar - besarnya apabila semua rangkaian cerita ane yang berantakan ini tidak berkenan di hati para suhu semua. Saran kritik dan masukan suhu semua ane tunggu dan itu adalah sangat berharga buat Ane..

salam..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd