botakajaib
Guru Semprot
- Daftar
- 5 Dec 2019
- Post
- 597
- Like diterima
- 7.277
---
Setelah beberapa saat aku terlelap ditengah tidurku, aku merasakan dengusan nafas yang hangat di wajahku. Aku mencoba membuka pelan mataku, hampir tersentak. Wajah kami sekarang sangat dekat sekali, kepalaku sekarang sudah bersender dibahunya dan tangan mas Pras sudah melingkar di pinggulku. Jantungku berdegup kencang melihat posisi kita saat ini. Dan entah kenapa lagi – lagi aku tak kuasa untuk menghindar dari pelukan orang yang kucintai. Ada perasaan yang nyaman disana membuatku bertahan diposisi ini. Mas Pras hanya tersenyum setelah melihatku terbangun
“Kamu tidurnya lelap sekali Nel, meskipun hanya setengah Jam” Katanya
“Aku merasa letih sekali mas” Kataku pelan
“Kamu tetap cantik ya Nel, sama seperti dulu,” Kini mata kami berpandangan dan wajah kami semakin dekat. Aku hanya tersenyum mendengar kalimat itu.
Dengan posisi sepertiku itu, Aku seperti terbuai, semua memori masa lalu kini memenuhi pikiranku. Gairahku kembali menyala. Seperti tanpa disuruh, mata ini tiba – tiba terpejam seakan menyambut bibirnya yang kian dekat dengan bibirku. Sesaat kemudian, bibir mas Pras terasa menyentuh bibirku dengan lembut di tengah aku memejamkan mata, sebuah kecupan dari mas Pras yang dulu selalu kurindukan. Mas Pras menghisap lembut bibirku, membuatku seakan melayang, nafasku seketika memburu dan nafsu birahiku semakin menyala. Aku balas ciumannya, sehingga kini kini saling lumat dan lidah kami saling beradu. Sekitar kami tidak ada penumpang yang lain, sehingga ciuman kami semakin panas. Beberapa saat kemudian, mas Pras melepaskan ciumannya,
“Andai perjodohan kamu dulu tidak terjadi, pasti kamu yang akan kunikahi Nel” Kata mas Pras yang membuat hatiku bergetar hebat
“Aku juga sangat mencintaimu mas,tapi...” Aku seakan tak mampu meneruskan kalimat yang keluar dari mulutku, air mata ini kembali meleleh bersamaan aku dekap tubuh mas Pras dengan erat.
Aku lirik jam tanganku, tak terasa 15 menit lagi kereta akan sampai ditujuanku, dan mas Pras akan melanjutkan perjalanannya lagi sampai stasiun berikutnya.
“Maaf ya mas, kita harus berpisah disini” Kataku pelan, sambil melepaskan pelukannya
“Aku akan temui kamu di Jakarta ya Nel” Katanya, aku hanya mengangguk sambil menyeka air mata.
***
Aku tiba dirumah mama, aku dsambut oleh beberapa saudara disana termasuk mamanya Sinta yang seakan sudah menunggu kedatanganku. Semua memelukku dengan airmata, terutama mbak Sari kakakku yang tertua. Dia menangis terisak – isak bersamaan dengan pelukannya yang erat. Mbak Sari ini dulu orang yang paling menyalahkan aku dengan umpatan kasarnya. Tak sadar air mataku sendiri mengalir, aku merasakan kehangatan keluargaku yang mana tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Mama sendiri tak kalah harunya melihat aku berdiri dipintu kamarnya, kini tubuh mama terbaring lemas di tempat tidur. Aku curahkan rasa kangenku disana beberapa saat, mata mama terlihat berkaca –kaca.
“Berapa hari kamu akan disini Nel” Tanya mamanya Sinta kepadaku disaat kita duduk berdua diteras rumah mama
“Aku gak lama mbak, aku pamit ke Vita hanya dua hari untuk berkunjung kesini” Jawabku
“Kamu sudah memikirkan untuk menikah lagi?” Pertanyaannya membuatku sedikit tersentak,
Aku terdiam sesaat, dan menghela nafas panjang
“Aku masih trauma mbak untuk menikah lagi, biar waktu aja yang menjawabnya entar” kataku lirih
“Sebenarnya, Noufal beberapa waktu yang lalu kemari”
Mendengar pertanyaan itu aku mengernyitkan dahiku,
“Ngapain dia mbak kesini?” Tanyaku penasaran
“Dia sudah meminta maaf pada seluruh keluarga termasuk mama, dan dia akan memintamu untuk kembali padanya Nel, dan itu juga keinginan mama selama ini.” Jelasnya
Aku terkejut mendengar penjelasan dari mamanya Sinta,
“Aku sepertinya gak bisa mbak, berat sekali untuk membina rumah tangga lagi dengan mas Naufal” Kini wajahku menunduk,
“Ya kami tidak memaksakan ini ke kamu Nel, itu hak kamu untuk menerima apa tidak. Tapi kembali lagi, lihatlah kondisi mama sekarang, mungkin dengan kamu menyetujuinya itu akan menjadikan kesehatan mama lebih membaik” Lanjutnya
Aku hanya terdiam mendengar itu, aku hanya menunduk.
“Ya sudah, kamu istirahat dulu, kita gak meminta kamu untuk memutuskan itu sekarang kok” Ujar mamanya Sinta yang kemudian beranjak dari duduknya meninggalkanku.
Lagi –lagi aku dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Aku kembali melamun. Entah kenapa disaat seperti ini tanpa kuminta bayangan orang yang aku cintai hadir dilamunanku, mas Rudi, mas Pras. Ingin rasanya aku memeluk tubuh salah satu dari mereka dan menangis didalam pelukannya sekarang.
Berlanjut Kesini
Setelah beberapa saat aku terlelap ditengah tidurku, aku merasakan dengusan nafas yang hangat di wajahku. Aku mencoba membuka pelan mataku, hampir tersentak. Wajah kami sekarang sangat dekat sekali, kepalaku sekarang sudah bersender dibahunya dan tangan mas Pras sudah melingkar di pinggulku. Jantungku berdegup kencang melihat posisi kita saat ini. Dan entah kenapa lagi – lagi aku tak kuasa untuk menghindar dari pelukan orang yang kucintai. Ada perasaan yang nyaman disana membuatku bertahan diposisi ini. Mas Pras hanya tersenyum setelah melihatku terbangun
“Kamu tidurnya lelap sekali Nel, meskipun hanya setengah Jam” Katanya
“Aku merasa letih sekali mas” Kataku pelan
“Kamu tetap cantik ya Nel, sama seperti dulu,” Kini mata kami berpandangan dan wajah kami semakin dekat. Aku hanya tersenyum mendengar kalimat itu.
Dengan posisi sepertiku itu, Aku seperti terbuai, semua memori masa lalu kini memenuhi pikiranku. Gairahku kembali menyala. Seperti tanpa disuruh, mata ini tiba – tiba terpejam seakan menyambut bibirnya yang kian dekat dengan bibirku. Sesaat kemudian, bibir mas Pras terasa menyentuh bibirku dengan lembut di tengah aku memejamkan mata, sebuah kecupan dari mas Pras yang dulu selalu kurindukan. Mas Pras menghisap lembut bibirku, membuatku seakan melayang, nafasku seketika memburu dan nafsu birahiku semakin menyala. Aku balas ciumannya, sehingga kini kini saling lumat dan lidah kami saling beradu. Sekitar kami tidak ada penumpang yang lain, sehingga ciuman kami semakin panas. Beberapa saat kemudian, mas Pras melepaskan ciumannya,
“Andai perjodohan kamu dulu tidak terjadi, pasti kamu yang akan kunikahi Nel” Kata mas Pras yang membuat hatiku bergetar hebat
“Aku juga sangat mencintaimu mas,tapi...” Aku seakan tak mampu meneruskan kalimat yang keluar dari mulutku, air mata ini kembali meleleh bersamaan aku dekap tubuh mas Pras dengan erat.
Aku lirik jam tanganku, tak terasa 15 menit lagi kereta akan sampai ditujuanku, dan mas Pras akan melanjutkan perjalanannya lagi sampai stasiun berikutnya.
“Maaf ya mas, kita harus berpisah disini” Kataku pelan, sambil melepaskan pelukannya
“Aku akan temui kamu di Jakarta ya Nel” Katanya, aku hanya mengangguk sambil menyeka air mata.
***
Aku tiba dirumah mama, aku dsambut oleh beberapa saudara disana termasuk mamanya Sinta yang seakan sudah menunggu kedatanganku. Semua memelukku dengan airmata, terutama mbak Sari kakakku yang tertua. Dia menangis terisak – isak bersamaan dengan pelukannya yang erat. Mbak Sari ini dulu orang yang paling menyalahkan aku dengan umpatan kasarnya. Tak sadar air mataku sendiri mengalir, aku merasakan kehangatan keluargaku yang mana tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Mama sendiri tak kalah harunya melihat aku berdiri dipintu kamarnya, kini tubuh mama terbaring lemas di tempat tidur. Aku curahkan rasa kangenku disana beberapa saat, mata mama terlihat berkaca –kaca.
“Berapa hari kamu akan disini Nel” Tanya mamanya Sinta kepadaku disaat kita duduk berdua diteras rumah mama
“Aku gak lama mbak, aku pamit ke Vita hanya dua hari untuk berkunjung kesini” Jawabku
“Kamu sudah memikirkan untuk menikah lagi?” Pertanyaannya membuatku sedikit tersentak,
Aku terdiam sesaat, dan menghela nafas panjang
“Aku masih trauma mbak untuk menikah lagi, biar waktu aja yang menjawabnya entar” kataku lirih
“Sebenarnya, Noufal beberapa waktu yang lalu kemari”
Mendengar pertanyaan itu aku mengernyitkan dahiku,
“Ngapain dia mbak kesini?” Tanyaku penasaran
“Dia sudah meminta maaf pada seluruh keluarga termasuk mama, dan dia akan memintamu untuk kembali padanya Nel, dan itu juga keinginan mama selama ini.” Jelasnya
Aku terkejut mendengar penjelasan dari mamanya Sinta,
“Aku sepertinya gak bisa mbak, berat sekali untuk membina rumah tangga lagi dengan mas Naufal” Kini wajahku menunduk,
“Ya kami tidak memaksakan ini ke kamu Nel, itu hak kamu untuk menerima apa tidak. Tapi kembali lagi, lihatlah kondisi mama sekarang, mungkin dengan kamu menyetujuinya itu akan menjadikan kesehatan mama lebih membaik” Lanjutnya
Aku hanya terdiam mendengar itu, aku hanya menunduk.
“Ya sudah, kamu istirahat dulu, kita gak meminta kamu untuk memutuskan itu sekarang kok” Ujar mamanya Sinta yang kemudian beranjak dari duduknya meninggalkanku.
Lagi –lagi aku dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Aku kembali melamun. Entah kenapa disaat seperti ini tanpa kuminta bayangan orang yang aku cintai hadir dilamunanku, mas Rudi, mas Pras. Ingin rasanya aku memeluk tubuh salah satu dari mereka dan menangis didalam pelukannya sekarang.
Berlanjut Kesini
Terakhir diubah: