Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN Nikmatnya Surga Dunia Sedarah

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
540
Like diterima
9.115
Bimabet
Nikmatnya Surga Dunia Sedarah



SEBELUM aku lulus dari SMA, aku sudah punya rencana kuliah di luar kota. Kakak dari mamaku tinggal di kota itu, aku jadi tidak usah mengeluarkan biaya untuk kost.

Maklum, papaku bukan seorang pengusaha. Papaku hanya seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, belum lagi papa harus mengeluarkan biaya sekolah untuk kedua adikku yang sekolah di sekolah swasta.

Di rumah tanteku aku hanya tinggal berdua saja dengan tanteku. Tanteku bukan tidak punya suami, dan bukan tidak punya anak.

Suami tanteku, Om Supendi bekerja mengurus perkebunan kelapa sawit milik kakaknya di Kalimantan sehingga jarang sekali bisa pulang kumpul keluarga.

Tanteku sudah punya 2 orang cucu dari anak pertamanya seorang perempuan yang menikah dengan laki-laki bule yang berasal dari Australia dan sekarang mereka tinggal di Australia.

Anak kedua tanteku, seorang laki-laki, lulus S1 ia langsung bekerja dan ia kost di dekat tempat kerjanya. Pulang ke rumah kalau ia sempat saja.

Tanteku berumur 52 tahun. Wajahnya masih kelihatan cantik, belum terlalu dimakan oleh usia. Hanya badannya saja agak sedikit gemuk dan perutnya sudah mulai membuncit seperti kebanyakan wanita paruh baya.

Baru seminggu aku tinggal di rumah tanteku, tanteku yang bernama Elna ini sudah sering bikin aku masturbasi dengan celana dalamnya yang berbau pesing, kadang-kadang berbau asem, kadang terdapat bulu jembutnya yang rontok menempel di selangkangan celana dalamnya.

Tanteku berpikir, aku ini keponakannya. Maka itu ia bangun pagi tidak mengganti pakaian tidurnya. Ia tetap memakai pakaian tidurnya yang tipis menerawang untuk membuat sarapan pagi atau menyapu, sehingga tidak ayal membuat aku bisa melihat payudaranya yang besar menggelantung dan kalau ia berjongkok sering kelihatan olehku seluruh pahanya serta bongkahan tembem di selangkangannya.

Aku tidak rusakpun dibikin rusak melihat pertunjukan erotis dan gratis dari tanteku. Maka itu, sewaktu aku pulang kuliah pada suatu siang, tanteku tidak berada di rumah, akupun berniat bikin lubang di kamar mandi untuk mengintipnya mandi.

Tentu tidak semudah itu aku membuat lubang di dinding kamar mandi tanteku. Setelah aku periksa lokasi, aku perlu bor, karena dinding kamar mandi tanteku dari semen dan di dalam kamar mandi dilapisi dengan keramik.

Tetapi dimana ada usaha, pasti disitu ada jalan.

Dua hari kemudian sewaktu aku pulang kuliah aku melihat tukang las sedang mengebor plat besi untuk memasang pagar baru di rumah tetangga tanteku.

“Bang, permisi tanya...” kataku pada tukang las yang sedang ngebor plat besi. “Bor yang Abang pakai itu bisa buat ngebor dinding nggak?”

“Bisa, Mas.” jawab tukang las.

Malahan tukang las yang membantu aku ngebor dinding kamar mandi tanteku. Kataku pada tukang las bahwa aku ingin memasang pipa air. Maka itu dibuatnya lubang sebesar pipa pralon ½”.

Pasti tanteku tidak punya mata sejeli atau senyelimet itu sampai memeriksa dinding kamar mandinya, sehingga aku bebas mengintip tanteku mandi mulai dari ia melepaskan pakaian sampai ia bertelanjang bulat.

Oh... rasanya tanganku ingin menjangkau tetek tanteku yang menggelantung menggairahkan itu dan meremasnya.

Putingnya membulat besar berwarna coklat tua masih lengkap dengan aerolanya yang berwarna coklat tua juga, membuat aku ingin menghisapnya.

Dan di tubuh tanteku yang putih lagi mulus itu sampai aku bisa tau dimana letak ‘tahi lalat’nya. Di bawah perutnya terdapat setumpuk bulu jembut hitam yang lebat.

Jadi sudah tidak ada rahasia lagi tubuh tanteku bagiku, semua terpampang dengan sangat jelas di depan mataku.

Tanteku lalu kencing dengan posisi berdiri sambil ia mengeluarkan odol di sikat giginya. Terus ia sikat gigi, lalu kumur-kumur mulutnya dengan air. Selanjutnya ia membuka kran shower menyiram tubuh telanjangnya sampai basah.

Kran shower ditutup. Setelah itu ia menuang sabun cair ke telapak tangannya. Mula-mula tanteku menyabuni lehernya terus turun ke bagian atas dadanya, dan ketika sampai di denganteteknya, tanteku mempermainkan teteknya meremas-remas kedua teteknya dan ditarik-tariknya putingnya dengan mata merem melek, “Oohhh... oohhh... ohhh...” desahnya pelan.

Tanteku kenapa, tanyaku dalam hati.

Sejenak kemudian, tangannyapun turun ke selangkangannya. Satu kakinya ia naikkan ke penutup toilet, sehingga selangkangannya terkangkang lebar.

Aku melihat tanteku memasukkan 2 jarinya ke dalam lubang memeknya, lalu lubang memeknya dikorek-koreknya. “Ayoh... keluaa..arr... kelua..aarr...” rintihnya. “Jangan nyiksa aku begini, oohhh... keluar... ayoh, cepat...” sambil matanya terpejam-pejam mengorek-ngorek lubang memeknya.

Tanpa kusadari tanganku ikut mengocok-ngocok kontolku yang tegang. “Brengsek... nggak mau keluar juga...” omel tanteku kesal karena masturbasinya tidak bisa membuat ia orgasme.

Sementara itu aku, saking tingginya nafsuku, air manikupun mucrat dari kontolku dan tanpa kusadari aku merintih, “Add...duuhhh... Elnaaa..!! Kuentod memekmu sangat nikmat...”

Croottt... croott... crroott...

“Kamu kenapa, Fel ...?” tanya tanteku.

“Nyerut pensil kena jari, Tante...” jawabku.

“Hati-hati dong...” kata tanteku ingin membuat aku tertawa. Untung tawaku bisa kutahan, lalu aku segera pergi ke kamarku.

Sejak saat itu, aku tidak hanya ngintip tanteku mandi, tapi aku juga ngintip tanteku kencing, ngintip tanteku berak dan paling sedikit tanteku masturbasi seminggu 2 kali, tetapi aku belum pernah melihat ia orgasme.

Sedangkan aku, sudah entah berapa banyak air maniku yang aku tumpahkan di celana dalam tanteku, karena mau ngajak tanteku ngentod, aku tidak punya keberanian. Bisa-bisa ia melaporkan pada orang tuaku dan tamatlah cita-citaku ingin menjadi seorang sarjana.

--- ©©© ---

Malam itu tanteku sampai di rumah sudah hampir jam 9 malam. Ia tidak langsung masuk ke kamar. Ia meletakkan tasnya di sofa, lalu melemparkan pantatnya duduk di sampingku yang sedang bermain games di hapeku.

Sekilas tercium olehku bau tubuhnya yang wangi parfum bercampur bau keringat. "Lemes Tante, Fel." keluhnya bersandar di sofa.

"Tante habis dari mana?" tanyaku.

"Ngumpul dengan temen-temen senasib yang gak punya suami, ngegosip, makan-makan, jalan-jalan..." jawab tanteku dengan suara yang kecapean.

Sebenarnya aku kasihan pada tanteku, sekaligus juga napsu padanya melihat ia sering masturbasi di kamar mandi.

Aku ingin mencolok lubang anusnya dengan batang kpntolku melihat ia sering berak mengeluarkan kotoran yang besar-besar dan keras dari lubang anusnya.

Membayangkannya kontolku mulai mengeras. "Tante butuh laki-laki..." kataku.

"He.. he.." tanteku tertawa pelan. "Tante sudah tua, Fel... lagi pula mana ada laki-laki yang mau sama perempuan yang sudah mati haid (maksudnya 'menopause'...?"

"Yang bilang Tante sudah tua siapa... kan Tante sendiri..." kataku.

Lalu aku memberanikan diri menyelusupkan tanganku ke balik pinggangnya. Ini kesempatan, batinku. Lain waktu belum tentu aku ketemu momen seperti ini lagi.

Ternyata tanteku menggeser duduknya mendekatiku dan membiarkan aku memeluknya dari belakang, terus kucium lehernya yang wangi keringat. "Ummmhh... Fel..." desah tanteku.

Kemudian tanteku membalik tubuhnya memelukku. Kucium bibirnya. Kami saling melumat dan bergumul lidah, lalu tanteku melepaskan dirinya dengan napas terengah-engah. "Ini tantemu, Mafel..." kata tanteku memandangku.

"Maaf Tante, aku khilaf... soalnya aku... aku..." kataku tergagap.

(Sengaja itu bukan khilaf namanya, he..he..)

Tanteku memeluk aku. Kami berciuman lagi. Bibir kami bergumul hebat... bergulat, saling menyedot, saling menjilat, saling memelintir dan tangankupun beraksi...

Tanganku turun memegang payudara tanteku dari luar kaosnya dan sewaktu tidak ada penolakan dari tanteku, aku meremas-remas payudaranya bersama kaos dan BH-nya.

Tanteku melepaskan ciumannya, dan kulihat matanya sudah sayu. Kuangkat kaos yang dipakainya. "Tante belum mandi, badan Tante masih bau keringat..." katanya.

"Aku suka..." jawabku.

"Jorok..." balasnya melepaskan kaosnya.

Melihatnya, aku ikut melepaskan celana pendek dan celana dalamku. Tanteku juga melepaskan BH-nya sehingga ia bertelanjang dada. Kemudian tangan tanteku meraih kontolku yang sudah mengacung sembari ia menunduk, lalu...

Aku siap-siap...

Kontolku panjang-panjang dimasukkan ke dalam mulutnya dan lidahnya kemudian berkelit berkelok-kelok melilit kepala kontolku.

"Sessttt... ouughh... Tante...!" desisku antara geli dan nikmat. “Sessttt... ooouuugh...”

Lalu mulutnya mengocok-ngocok kontolku maju-mundur, sehingga kontolku jadi kelihatan keluar-masuk di mulut tanteku dan bertambah tegang dan besar.

Ohhh... wahhh... benar-benar nikmat surga dunia yang kurasakan saat itu.

Tetapi tanteku tidak lama menghisap kontolku. Tanteku melepaskan celana leggingnya dan celana dalamnya, kemudian ia merebahkan tubuhnya dengan telanjang bulat di sofa.

Tubuh telanjang tanteku persis sama dengan tubuh telanjang yang kuintip di kamar mandi, cuma sekarang payudaranya tenggelam, hanya putingnya yang besar saja yang menonjol.

Kubentangkan lebar-lebar kedua paha tanteku yang putih dan masih kencang. Lalu kuselusupkan kepalaku ke belahan pahanya dan kucium selangkangannya. “Hiks... kotor, Fel...” kata tanteku.

Tetapi oleh karena aku sudah sangat bernapsu melihat memek tanteku dengan bulu-bulu jembut hitam bergerombol di bagian atas memeknya, aku tidak menghiraukan lagi bau pesing dan bau amis di selangkangan tanteku.

Aku menjilat bibir memeknya dari atas ke bawah... dari atas-bawah... atas-bawah seperti aku menyapu memeknya.

“Ohhh... Fel... oohhh...” desah tanteku. “Ayo, pindah ke kamar yuk, kita mainnya lebih leluasa, di sini sempit...” kata tanteku.

Lalu kami pergi ke kamar tanteku bertelanjang bulat membiarkan pakaian kami berserakan di lantai ruang tamu.

Mana kami ada rasa malu lagi? Rasa malu kami sudah tertutup oleh nafsu. Tidak ada lagi tante dan keponakan.

Aku menindih tubuh tanteku yang telanjang di tempat tidur. Tanteku menatapku dan mengelus pipiku. “Kamu harus janji sama Tante ya, kalau pengen begini sama Tante, kamu harus rajin kuliah... jangan gara-gara Tante, lalu kamu nggak lulus, Tante nggak mau kamu seperti itu... oke?”

“Yes... mantap, Tante! Aku janji akan rajin kuliah, nggak bohong, Tante...” jawabku.

Tanteku memeluk aku erat-erat, lalu ia mencium bibirku. Napsu kami bergejolak hebat. Sembari tanganku meremas-remas buah dadanya dan terkadang kupelintir puting susunya yang keras seperti memutar knop radio, aku berpindah memagut lehernya.

“Hesttt... aakkkhh...” tanteku menjerit sampai wajahnya terdongak dan matanya terbelalak.

Kuhisap dan kucupang leher tanteku sampai beberapa tempat menjadi berwarna merah. Setelah itu kujilat ketiaknya yang basah berkeringat.

Ohh...

Dari ketiaknya aku berpindah menghisap puting payudaranya, sementara jari tengahku menggesek-gesek kelentitnya, kemudian kucelupkan sekaligus 2 jariku masuk ke lubang tempiknya yang terasa kering dan seret.

“Agghhh... agghhh... ooohhh... ooohhh....” rintih tanteku sewaktu kedua jariku merogoh rahimnya.

Aku tidak peduli ia merintih. Permainanku berpindah ke perutnya dan kujilat pusernya. Kemudian aku baru turun menjilat tempiknya.

Bibir tempiknya sudah mekar berisi darah dan lubang tempiknya terbuka menganga berwarna kemerahan. Kuselusupkan lidahku masuk ke lubang tempiknya. Bersamaan dengan itu jariku menekan ke lubang anusnya.

Pantat tanteku mendongak. “Aggggghhhh...” jeritnya panjang saat kucolok lubang anusnya dengan jari. “Tante gak tahan, Mafel... oohhh... ooohhh... ooohh... Mafel, Tante sudah mau keluuuu...aa........ aahhhhhh..... oooohhhhhh....”

Tubuh tanteku kemudian mengejang hebat. Cusss... sheerrrrr.... air kencingnya yang hangat menyembur ke wajahku dengan deras.

“Adduuhh... Mafel... nikmatnya... sampai Tante terkencing-kencing... maaf...” kata tanteku dengan napas tersengal-sengal.

Walaupun kasur sudah basah dengan air kencing tanteku, tidak lantas membuat permainan kami berhenti. Sebentar lagi segala khayalanku akan terwujud. Tinggal selangkah lagi.

Kini kudorong kontolku masuk ke lubang tempik tanteku. Lubang tempik tanteku tetap seret, tetapi karena tanteku sering mengorek lubang tempiknya dengan jari sewaktu ia masturbasi, jadi dengan gampang kudorong masuk kontolku ke lubang tempiknya

Sluuppp.... bluu...uusss...

Dengan bersatunya kedua kelamin kami, tanteku bukan hanya tanteku, tetapi juga sebagai teman selingkuhku atau teman kumpul keboku.

Kedua kaki tanteku langsung merangkul erat ke pantatku saat kontolku mengguncang-guncang lubang tempiknya keluar-masuk maju-mundur.

“Istriku... kekasihku... sayangku...” racauku.

“Nakal kamu...” kata tanteku mencubit pinggangku. “Tantemu dicabuli...”

“Tante juga suka kan... eh... istriku...”

“Ohhh... ehhh... ehhh... ahhh...” rintih tanteku sewaktu kontolku menikam lubang tempiknya lebih cepat. Plokkk... plokkk... plokk...

Lalu dengan kontol yang masih menacap di lubang tempik tanteku, aku membalik tanteku ke atas, sehingga tanteku menduduki kontolku.

Tanteku bebas bergerak sekarang. Dengan kedua tangan bertumpu di perutku, pantat tanteku naik-turun terkadang maju-mundur, sehingga kedua payudaranya terlihat terlempar ke atas jatuh ke bawah, terlempar ke atas jatuh ke basah. Sementara kontolku yang keras yang menyumbat di lubang tempiknya seakan diurut dan ditekuk-tekuk.

Nikmat sekali rasanya, tetapi ngilu. Kemudian tanteku mengubah posisi ngentodnya. Ia balik dengan posisi duduk membelakangiku.

Sambil kedua tangannya bertumpuh pada pahaku, ia kembali menaik-turunkan pantatnya. “ugghhh... uuughhh... uughhh...” lenguhnya, pantatnya naik-turun sehingga tampak olehku dari depan kontolku keluar-masuk di lubang tempik tanteku.

Tidak lama, kita ganti posisi lagi. Sekarang, tanteku nungging. Kujilat anusnya sampai basah, lalu kutekan kontolku ke lubang anus tanteku.

“Pelan-pelan masukinnya, ohh... Fel...” rintih tanteku.

“Sudah pernah...?” tanyaku.

“Be... belum... ahhh... ooohh...” rintihnya sewaktu lubang anusku semakin dalam dimasuki batang kontolku.

Batang kontolku rasanya seperti terjepit di lubang dubur tanteku yang sempit dan ketat berbeda dengan lubang tempiknya yang lebih gampang kuentod. Kutarik dan kudorong kontolku pelan-pelan...

“Ah...ahh... ahhh...” rintih tanteku.

Tidak lama kemudian air maniku sudah terasa ingin keluar. “Oh... Mafel, Tante ingin berak...” jerit tanteku.

“Tahan... tunggu aku selesai dulu... sebentar lagi...”

Akupun mengejang dan secara refleks kudorong kontolku sedalam mungkin masuk ke lubang dubur tanteku, terus kusemburkan air maniku.

"Istrikuu... terimalah air manikuu..." erangku.

Craatt... crrooottt... crrooottt... crroottt.... crroottt...

Crrooottt... crrooottt... crroottt.... crroottt...

Air maniku seperti tidak ingin berhenti menyembur. “Ugghhh....” erangku mengakhiri persetubuhan sedarah itu dengan mencabut kontolku.

Tanteku buru-buru turun dari tempat tidur. “Nggak keburu ke kamar mandi lagi, Mafel...” kata tanteku mencabut beberapa helai tissu di meja riasnya, lalu diletakkan di lantai.

Selanjutnya tanteku berjongkok. Pertama-tama terlihat air maniku menetes ke tissu dari lubang duburnya. “Ekkk... eekk.. ekk... huhh.. ekkk...” tanteku ngeden, lalu terlihat kotorannya segeluntung besar menggelantung di anusnya, keluar pelan-pelan, “Adduuh... Mafel... ekkk... ekk... ooohhhh...”

Plokk... kotoran tanteku yang besar dan panjang berukuran sekitar 20 senti itu tergeletak di tissu.

Ohh... melihatnya, kontolku yang sudah mengantung lemas, tegang lagi.

Tanteku bangun dari jongkoknya memelukku. “Aduh, Mafel... pengalaman yang nggak bisa Tante lupakan..." katanya. "...sampai Tante terkencing-kencing dan terberak.”

“Sudah lama Tante nggak, sih...”

“Iya sayang... jangan tinggalkan Tante ya, sayang... kamu boleh ngentod Tante kapan kamu mau...” ujar tanteku.

“Aku janji...” jawabku.

Tanteku tidak cebok dulu selesai berak. Kami langsung ngentod.

Malam itu aku tidur di kamar tanteku dan kami bercinta sampai hampir menjelang pagi, baru kami tidur kelelahan.

Paginya tanteku menjemur kasur di halaman. Sambil mendorong sepeda motorku keluar dari rumah, aku mendengar tetangga sebelah rumah bertanya pada tanteku. “Bu Elna, semalam kenapa menjerit-jerit...?”

“Ooo.... ada ponakan...” jawab tetangga tanteku sambil mesem-mesem sewaktu ia melihat aku keluar dari rumah mendorong sepeda motor.

“Suami jauh...” jawab tanteku.

“Iya sih... nggak usah munafiklah kita... habis gimana kalau gak tahan, daripada kita pakai dildo atau masturbasi... kayak saudaraku... sama anak lakinya... sekarang sudah kayak suami-istri mereka...”

Aku melanjutkan perjalananku ke kampus membiarkan kedua wanita itu ngobrol. Kontolku rasanya masih berdenyut-denyut ngilu, habis... aku ngentod tanteku sampai 4 kali, 1 kali kuisi lubang anusnya dengan air maniku sampai ia terberak-berak, 3 kali di memeknya.

Entah bagaimana rasa memek tanteku dan anusnya.

Di tengah perjalanan hapeku bergetar di dalam kantong celana jeansku. Aku menepikan sepeda motorku dan mengeluarkan hapeku dari kantong celana jeansku.

Telepon dari Mami.

“Mam...”

“Mami lagi di kereta...”

“Tumben Mami ada waktu ke sini?” tanyaku.

“Mami rindu sama kamu, sayang... lagipula Mami sendirian di rumah... papimu pergi, Riko hiking... Temmy diajak tantemu pergi.. nggak usah jemput Mami ya, sayang... Mami bisa naik mobil online...”

“Cupp... Mami...”

“Cupp... juga sayang... sampai ketemu...”

Dosen berhalangan hadir untuk satu mata kuliah, sehingga aku bisa lebih cepat tiba di rumah dan bertemu dengan Mami.

Ternyata sesampai aku di rumah, tanteku tidak berada di rumah dan Mami juga belum sampai. Lalu aku telepon tanteku memberitahukan padanya bahwa hari ini Mami mau datang ke rumah, Mami lagi dalam perjalanan.

Tanteku menjawab bahwa mungkin lepas magrib ia baru sampai di rumah.

Hampir jam 4 sore mobil online yang ditumpangi Mami berhenti di depan pintu pagar rumah tanteku. Aku keluar dari rumah mengambil tas Mami sekalian mengajak Mami masuk ke rumah.

“Mami mau mandi ah, panas...” kata Mami.

Deg... jantungku langsung berdebar kencang membayangkan lubang di dinding kamar mandi.

“Kamarmu mana?” tanya Mami.

Kuajak Mami ke kamarku. “Seperti kapal selam pecah kamarmu, sayang...” kata Mami membuka tasnya.

Mami mengeluarkan handuk, peralatan mandi yang disatukan di dalam tas kecil, dan pakaian ganti.

Mami lalu melangkah pergi ke kamar mandi sambil membawa peralatan mandi dan pakaiannya. Aku seolah-olah mengantar Mami ke kamar mandi, tetapi setelah Mami masuk ke kamar mandi aku segera mengambil posisi dengan meletakkan sebelah mataku ke lubang pengintaian dengan jantung berdebar-debar.

Inilah petualanganku yang paling fenomenal dan sensasional sepanjang sejarah hidupku yang sudah 19 tahun dibandingkan dengan aku ngentod dengan tanteku.

Karena pertama; wanita yang ingin kuintip ini adalah ibuku sendiri, seorang ibu yang melahirkan aku.

Kedua; ibuku ini belum pernah tidak memakai BH dan ia selalu berpakaian rapi meski memakai daster.

Mami seperti tidak punya tetek kalau Mami memakai kaos atau baju longgar. Badan Mami langsing kecil hanya setinggi sekitar 160 sentimeter.

--- ©©© ---
 
Terakhir diubah:

Mami meletakkan tas peralatan mandinya di rak, kemudian baru ia menggantung pakaiannya di kapstock. Ia mengunci pintu kamar mandi.

Setelah itu, sebelum Mami melepaskan pakaiannya ia seolah-olah curiga seperti ada orang yang sedang mengintipnya. Mami sempat menunduk melihat lubang di dinding dan buru-buru aku menutupinya dengan telapak tangan.

Setelah itu aku bingung, bagaimana nanti setelah Mami selesai mandi ia melihat lubang itu bolong tembus pandang? Aku harus mencari akal untuk menutupi lubang itu.

Mami lalu melepaskan kaos yang dipakainya. Mangkok BH Mami memang kecil dan Mami memakai BH berwarna hitam. Mami lalu melepaskan BH-nya.

Mmmm... oohh... Mami langsung bertelanjang dada dan buah dada Mami yang baru pertama kali ini kulihat itu, bentuknya masih bulat dan kencang, tetapi kecil...

Payudara Mami tidak mempunyai aeroal. Hanya putingnya saja yang berwarna coklat berdiri mencuat di tengah payudaranya.

Lalu Mami melepaskan celana panjangnya. Mami memakai celana dalam setinggi setengah bongkahan pantatnya dan sewaktu Mami melepaskan celana dalamnya, jantungku berdebar-debar seperti digempur dari dalam.

Karena ini adalah benteng pertahanan terakhir Mami. Setelah Mami melepaskan celana dalamnya, Mami akan telanjang bulat di depan anaknya.

Mami benar-benar telanjang bulat. Aku seperti bermimpi saja. Tidak percaya akan melihat tubuh Mami yang telanjang.

Tetapi aku masih sadar, dan aku bisa melihat Mami melepaskan pembalut yang menempel di celana dalamnya.

Pembalut yang berwarna putih itu sudah keriput terjepit selangkangan Mami dan hanya terlihat sedikit warna kecoklatan di pembalut Mami.

Sewaktu Mami mau berjongkok kencing, Mami masih kurang percaya dengan keamanan kamar mandi. Ia masih sempat melihat ke arah lubang di dinding sehingga pada saat itu aku bisa melihat bagian selangkangan Mami yang berbulu jembut hanya sedikit saja dan terlihat bibir memeknya yang berwarna kecoklatan menyembul sedikit dari selangkangannya.

Lalu Mami berjongkok kencing membelakangiku. Aku tidak mau berlama-lama mengintip Mami.

Aku sudah tau dengan jelas tubuh telanjang Mami. Mami sudah tidak bisa menyembunyikan rahasia tubuhnya padaku mau serapat apapun Mami memakai pakaian.

Kusumbat lubang pengintaianku dengan gombal. Setelah itu aku pergi ke dapur bikin kopi untuk menenangkan pikiranku dan jantungku yang masih berdebar-debar kencang.

Selesai mandi Mami datang ke dapur membuang pembalutnya di tong sampah sambil bertanya padaku, “Minum kopi ya, sayang. Minta, dong....”

Setelah Mami membuang pembalutnya, Mami mendekati tempat duduknya. Sebelum ia mengambil gelas kopiku, aku merangkul pinggangnya, Mami menggeser tubuhnya mendekatiku dan sambil duduk aku menghadapkan wajahku ke dadanya, lalu kucium tonjolan dadanya dari luar kaosnya.

“Masih mau netek, ya?” tanya Mami.

“Tetek Mami kecil.” kataku.

“Kecil juga kamu bisa nyusu sampai umur 2 tahun dan sekarang kamu bisa kuliah...” jawab Mami.

Lalu aku memberanikan diri mengangkat kaosnya. “Malu ah... tuh dilihat sama tetangga kamu...” tunjuk Mami ke arah dinding pembatas rumah tanteku dengan rumah tetangganya yang memang tidak tertutup di bagian atas.

Tapi Mami membiarkan aku mengangkat kaosnya. “Mau ngapain sih dibuka?” kata Mami mengangkat gelas kopiku lalu diminumnya seteguk, sedangkan kaosnya sudah kunaikkan sampai BH-nya yang bermangkok bulat dan berbusa keras itu kelihatan.

“Sudah, tutup lagi!” suruh Mami.

Kucium BH Mami. “Aku buka ya, Mi...”

“Katanya kecil...”

Kudorong mangkok BH Mami ke atas. “Bagaimana sih cara kamu bukanya?” tanya Mami lalu menaikkan mangkok BH-nya, “Nih...!”

Hufff...

Terpental keluar sudah buah dada Mami dari mangkok behanya, tetapi tidak kupandang payudara Mami yang sudah telanjang di depanku itu.

Kupandang Mami, lalu aku berdiri memeluk Mami. Mami juga memeluk aku.

“Mih..” desahku.

“Mami sudah lama nggak meluk kamu, Mami kayak memeluk brondong ganteng...” goda Mami.

Hapeku berbunyi. Ternyata dari tanteku. Tanteku mau berbicara dengan Mami. Mami buru-buru menurunkan mangkok BH-nya dan merapikan kaos yang dipakainya baru kemudian mengambil hapeku berbicara dengan kakaknya.

“Tantemu katanya pulang agak malam.” kata mami padaku selesai telepon. “Kalau kamu mau makan, makan saja duluan. Pesan saja makanan, nanti tantemu bisa bayar.”

“Mami mau makan apa?”

“Mami masih kenyang. Mami maunya tidur, ngantuk!” jawab Mami.

“Ya sudah, Mami tidur aja. Nanti kita makan agak maleman." kataku. "Aku mau mandi.”

--- ©©© ---

Selesai mandi aku hanya memakai handuk pergi ke kamarku. Mami tergeletak miring di tempat tidur.

Aku naik ke tempat tidur memeluk Mami dari belakang dan sewaktu kupegang payudaranya ternyata Mami sudah tidak memakai BH.

Akupun menyusun rencana untuk ngentod Mami.
 
mantap bos...tante dan maminya sikat terus
 
Mami berumur 41 tahun. Mami sewaktu dinikahi oleh Papi berumur 21 tahun, sedangkan Papi berumur 28 tahun. Setahun setelah Papi dan Mami menikah, lahirlah aku.

Kemudian berturut-turut lahir adikku, Aldira. Aku hanya selisih 2 tahun dengan adikku yang cewek ini. Mami masih belum berhenti hamil. Dino, adikku yang kedua ini lahir setelah Aldira berumur 3 tahun.

Stop... Mami sudah tidak hamil lagi sejak saat itu. Tugas Mami hanya membesarkan kami bertiga dan melayani Papi di tempat tidur.

Berhubung Mami dan Papi masih cukup muda, entah dengan apa mereka mencegah kehamilan sampai Mami tidak hamil.

Itu urusan kedua orang tuaku. Aku tidak harus tau dan tidak perlu tau.

"Mami baru saja mau tidur, diganggu... mau ngapain sih..." keluh Mami menggeliat terlentang tapi matanya terpejam.

Kukecup bibir Mami yang tipis. Cupp...

"Netek ya, Mi..."

Mami tidak menjawabku, tetapi Mami menggeliat, "Nggg...ekk...." keluhnya sambil kedua tangannya ditarik lurus sejajar dengan kepalanya.

Secepatnya aku menaikkan kaos Mami sampai kelihatan teteknya. Selanjutnya aku membuka mulutku lebar-lebar siap bagaikan singa lapar hendak menerkam mangsanya.

Tap....

"Ooooo... gila kamu!!” jerit Mami sewaktu kuterkam bulat-bulat buah dadanya masuk ke dalam mulutku.

Mami bakal marah besar nih, batinku. Aku harus rela menanggung malu.

Dugaanku terpeleset. Mami mendesah. “Ohh... sayang...”

Malahan Mami memiringkan tubuhnya membiarkan susunya kuhisap seperti seorang anak kecil menetek pada puting ibunya, Mami mengelus-elus rambutku. "Emmh... pelan-pelan ngisepnya ya, sayang... sudah lama tetek Mami gak diisep... ohh, sayang... sessts... ohhh... emmhh..."

Kontolku tegangnya bukan main dan sudah terjulur keluar dari handukku.

Tiba-tiba tangan Mami yang sedang mengelus rambutku itu turun ke bawah dan tersentuh olehnya kontolku. "Apa itu...?" tanya Mami kaget.

Belum sempat aku menjawab karena aku masih menghisap susu Mami, tangan Mami sudah memegang kontolku. "O... astagaaaa...!" serunya tertahan.

"Masukin ke sini ya, Mi..." kataku dengan berani dan jantung berdebar memegang selangkangan Mami yang tertutup celana longgar selutut.

Bukan aku tidak takut. Namun akal sehatku yang mampet membuat aku tidak lagi bisa berpikir waras. Aku samakan Mami dengan tanteku.

Ternyata mulut Mami kemudian mengumpat, "Siapa yg ngajarin kamu begitu hah…?!! Papi sama Mami kuliahkan kamu biar nanti hidupmu lebih baik dari Papi dan Mami, bukan membuat kamu jadi kurang ajar begini...!!" marah Mami.

"Maafkan aku, Mi... aku gak tahan, masturbasi gak puas...” jawabku tidak berani memandang Mami. “...aku... aku... sangka Mam... Mami bisa..."

Mami menjepit dan ditariknya hidungku dengan gemas. "Mami sih bisa... apa kamu bisa?!" amarah Mami sepertinya sudah meredah dan Mami sudah bisa bercanda denganku. "Kenapa kamu gak minta sama tantemu?" tanya Mami. "Tantemu kan gak punya suami... lama nggak dipakai nanti jadi karatan loh..."

Mendengar Mami berkata begitu, mau tertawa takut bertambah dosa, sekarang aku sudah berdosa memperlakukan Mami seperti ini.

Aku ini anak bejat, begitu label yang pantas diselipkan pada diriku.

Kupeluk Mami. "Besar burungmu. Mirip punya siapa ya? Punya papimu gak besar gini..." kata Mami.

"Jadi…. Mami mau...?" tanyaku belum putus asa.

Mami yang memeluk aku terdiam cukup lama. Lalu kata Mami, "Ambilin kain Mami di tas." suruhnya.

Jantungku berdebar-debar berdentum-dentum seperti mau copot. Tubuhku keluar keringat dingin basah. Apakah khayalanku akan menjadi kenyataan lagi seperti aku ngentod tanteku, tanyaku dalam hati sambil aku turun dari tempat tidur dengan telanjang bulat membuka tas Mami.

Setelah kudapatkan kain di tas Mami, kuberikan pada Mami. Mami lalu memakai kainnya bersamaan dengan celana longgar selututnya, kemudian Mami baru melepaskan celana longgar selututnya dan celana dalamnya.

"Ayo, tindih Mami." minta Mami.

Aku menindih Mami. Mami menaikkan kainnya setinggi perut. Aku paham, supaya nonoknya tidak kelihatan olehku.

Mami memegang kontolku. Jantungku berdebar-debar rasanya tak sabar ingin merasakan lubang memek Mami yang pernah melahirkan aku 19 tahun yang lalu.

Aku harus hati-hati. Aku harus membuat diriku belum bisa ngentod, batinku, tidak bisa aku seruduk saja seperti kerbau ngamuk.

Sewaktu kurasakan kepala kontolku sudah menempel di depan lubang memek Mami yang basah, perlahan-lahan kudorong pantatku ke depan.

“Aghhh...” rintih Mami dengan suara manjanya.

“Sakit ya, Mi...”

“Ng...nggak.. teruskan...” suruh Mami.

Kudorong lagi pantatku. Sleepp...

“Aghhh... agghh...”

Tadi hanya kepala kontolku yang terjepit lubang memek Mami, sekarang separuh batang kontolku sudah terjepit. Pantas frekwensi rintihan Mami bertambah.

Aku yakin rintihan Mami bukan rintihan penderitaan, melainkan rintihan kenikmatan. Maka itu kudorong saja kontolku dengan kuat menembus benteng pertahanan Mami yang hanya bisa dimasuki oleh kontol Papi itu.

Sekarang, giliranku yang masuk.

Sleepp... blesseekk... blubb... bleesssssss....

“Ougghhh... sayaa...aanngg...” desah Mami seraya memeluk aku erat-erat, pada saat yang sama malahan aku merasakan Mami mendorong lubang memeknya ke depan untuk menyarungkan kontolku dengan lebih rapat dan kedua kakinya ikut merangkul ke pantatku dan menekan pantatku ke depan, “Oohhh.... sayang, nikmat bangee..etthh...”

Aku teringat dengan tanteku akan segera pulang. Kamarku sudah gelap, berarti sudah lepas magrib dan lampu di rumah juga belum dinyalakan.

Biarkan saja, nikmati dulu. Urusan lain bisa belakangan.

Terus mulai kutarik dan kudorong kontolku maju-mundur di lubang memek Mami sambil kuremas-remas tetek Mami. Putingnya terasa keras mencuat dan membesar sebesar melinjo yang belum dikupas kulitnya.

Tak kusangka... sungguh tidak kusangka jika pinggang Mami bisa begitu luwes dan lincah ketika berada di tempat tidur. Mami mengimbangi tusukan kontolku dengan meliuk-liukkan pinggangnya melilit kontolku... mengurut kontolku... menekuk-nekuk kontolku seperti ia ingin menguras air maniku keluar.

Seorang wanita yang sederhana...

“Oohhh... Mihh...” rintihku.

“Ayo lagi...” kata Mami. “Kenapa berhenti... tadi menggebu-gebu...”

“Nikmat, Mam...” desahku menurunku bibirku mencium bibir Mami.

Kedua bibir kamipun saling berlaga, berpagut-pagutan, saling berganti ludah seperti sepasang kekasih yang lagi dimabuk asmara, sementara kontolku keluar-masuk mencucuk-cucuk lubang bekas lahirku. Tapi dalam kenikmatan duniawi bercampur nikmat surga itu bagaimana kuingat lagi bahwa itu lubang bekas lahirku?

Mami juga sudah tidak peduli lagi aku melepaskan kaosnya dan menyingkirkan kain dari pinggangnya sehingga kami berdua bertelanjang bulat bergumul dan bergulat dalam aroma seks yang kental, tetapi masih bisa tercium olehku dari lubang memek Mami yang basah kuyup itu mengeluarkan bau amis.

“Jangan dilepaskan di dalam ya, sayang... Mami lagi subur...” pesan Mami padaku. “Kamu juga sih kayak ayam jantan saja nggak sabar... coba tadi naik sepeda motor sebentar beli kondom...” kata Mami.

“Lain kali...” jawabku.

“Lain kali apa...? Besok sore Mami sudah mau pulang!”

Hape Mami berbunyi di dalam tasnya pun dibiarkan, saat kami kembali bergumul dalam kenimatan birahi. Mami meliuk-liuk sepenuh perasaan untuk memuaskan anaknya, sedangkan kontolku menikam-nikam lubang memeknya.

Memang kebangetan sih kalau dipikir-pikir...

Tetapi kami melakukan hubungan sedarah ini bukan karena paksaan, apalagi mengandung unsur pemerkosaan, tidak sama sekali!

Mami tulus menyerahkan memeknya untuk kuentod, kalau tidak mana Mami bisa merasa nikmat dan bisa segitu luwes melenggang-lenggokan pinggulnya.

Air maniku sudah terasa mau keluar. Kutusuk dan kurajam lubang memek Mami dengan gerakan lebih cepat bertubi-tubi. Plokk... pokkk... plokkk... plokkk...

“Ooohh... ooohhh... aahhhh... ahhh... oooohhh...” Mami menjerit sambil memejamkan matanya.

Tapi tidak lama, “Ugghhhh.... sayaaaaa...aanggg...” Mami mendesah lupa dengan pesannya, “Hangat.... terusss... sayang... lagiii....”

Crrooottt.... crrooott... crroott... crrooott...

“Ouughh...” lenguhku nikmat karena air maniku yang menembak ke rahim Mami rasanya lain daripada yang menembak ke rahim tanteku.

Bulat-bulat seperti buble yang berada di buble tea menembak ke rahim Mami, Maka itu tidak heran jika Mami lupa dengan pesannya padaku supaya jangan mengeluarkan air mani di dalam lubang memeknya, ia lagi subur.

Crroottt.... crroottt... crroottt....

Masih belum berhenti, crrooott.... crroottt...

Tokk... tokk... tokk...

“Mafel... Mafel...”

Mami kelabakan mendengar suara kakaknya memanggil dan mengetuk pintu. Mami mendorong tubuhku sehingga kontolku yang belum lemas tercabut dari lubang memeknya, lalu buru-buru Mami memakai kaos dan celana, tidak membersihkan lubang memeknya lagi yang telah kuiisi dengan cairan benihku itu, ia keluar dari kamar menyalakan lampu ruang tamu, lalu membuka pintu rumah.

“Lagi ketiduran...” terdengar suara Mami berbicara dengan kakaknya.

Kedua kakak beradik itu melanjutkan bercerita. Sekitar 15 menit Mami baru masuk ke kamar.

"Bukan make celana..." kata Mami padaku.

Tapi Mami memegang kontolku lalu dijilatnya. "Emmh..ahh... sayang..." desah Mami, padahal kontolku yang belum di bersihkan itu bau memek Mami.

Mami menghisap dan menjilat kontolku dengan penuh kenikmatan sampai aku mengejang dan crroottt... crroottt... crroottt... air maniku tumpah di mulut Mami.

Mami masih terus menghisap air maniku sampai berhenti keluar dari kontolku. Kemudian Mami menelan air maniku, glekk... glekk..

Mana tanteku curiga? Kelakukan Mami di depan kakaknya tampak biasa-biasa saja saat kami bertiga kumpul di depan meja makan menikmati makan malam yang dibawa pulang oleh tanteku.

Tanteku memakai tanktop terusan pendek yang hanya cukup menutupi celana dalamnya, sedangkan payudaranya tidak dibalut BH.

Dua wanita ini, pikirku... satu seperti bini tuaku, satu lagi seperti bini mudaku yang akur hidup dalam satu rumah.


--- ©©© ---

Selesai makan, Mami nongkrong di kamar mandi, sedangkan tanteku memasukkan sisa makanan yang tidak habis dimakan ke dalam kulkas dengan membungkuk.

Kuhampiri tanteku dari belakang dan kunaikkan ujung tanktopnya ke pinggang. “Fel... nanti mamimu...”

Tidak kuhiraukan kekhawatiran tanteku. Kuturunkan celana dalamnya sampai ke dengkulnya. Malahan sambil masih membungkuk di depan kulkas, tenteku membuka lebar belahan pantatnya untuk kujilat anusnya.

Huhh... bau anus tanteku seperti ia tidak cebok habis berak, karena tanteku belum mandi. Jadi, ditambah bau selangkangannya seperti terasa bau ‘nano-nano’. Memeknya tercium bau amis dan bau kencing.

Tetapi tetap kujilat anus tanteku sampai basah. Lalu aku dorong masuk kontolku ke lubang anusnya. Kali ini lebih mudah kontolku memasuki lubang anus tanteku.

Blessss..seekk...

"Emmmhh..." lenguh tanteku.

Terus kukocok-kocok dengan cepat kontolku di lubang anus tanteku sambil kupegang pinggulnya.

Dorong-tarik-maju-mundur... dorong-tarik-maju-mundur... dorong-tarik-maju-mundur...

Batang kontolku yang terjepit dan sedang menggesek-gesek lubang anus tanteku yang terasa menggerinjel terasa begituuu... nikmat!

"Ugghhh..."

Crroottt.... crroottt... crroottt....

Kucabut kontolku dan terlihat ai maniku yang tidak terserap rahim tantetu menetes ke lantai, sebagian meleleh di paha tanteku.


--- ©©© ---

Tenagaku seperti tidak pernah habis, terutama untuk Mami yang baru sekali kuentod.

Mami hanya ngobrol sekitar 30 menit dengan kakaknya, tetapi bagiku sangat lama.

Mami masuk ke kamar langsung kugerayangi tubuhnya dan kulepaskan pakaian. Mami sudah tidak malu lagi memeknya terlihat olehku, malahan pahanya terkangkang lebar-lebar untuk kujilat memeknya.

Memek Mami keriput di bagian pinggir dan berwarna coklat kontras dengan pahanya yang berwarna putih. Jembutnya hanya sedikit, tetapi bibir memeknya keluar menonjol seperti 2 iris daging untuk shabushabu atau sashimi.

Kusantap kedua iris daging itu dengan nikmat, kusedot, kugigit kecil-kecil dan kujilat. Mami tidak berani bersuara karena takut kedengaran kakaknya dari kamar sebelah.

Mami hanya berbaring dengan gelisah biarpun lidahku meliuk-liuk di dalam lubang nonoknya, tetapi biji itilnya sudah kelihatan menonjol.

Segera lidahku merangsek ke daerah itil Mami. Sambil kujilat dan kuhisap itil Mami, jari tengahku mencolok lubang anus Mami.

Kini Mami sudah tidak bisa berdiam diri. Pantatnya menggelepar-gelepar di tempat tidur, suara rintihannya menggema di ruang kamarku sampai tubuhnya melengkung seperti busur, Mami melepaskan lenguhannya seperti suara kerbau yang mau disembeleh sewaktu Mami orgasme.

"Uuugggggghhhhhhh... ohhh.... astagaaaaaaaa... Mafe...eeelllll..." jeritnya kencang.

Bukk... tubuh Mami jatuh terjerembab di kasur dan tanpa tenaga seperti sekarat, matanya terpejam rapat.

Kupeluk Mami. "Lega, Mam...?"

"Lega banget, sayang... bertahun-tahun Mami bersetubuh, baru kali ini keluarnya begitu banyak... huhhh..."

"Anak Mami dahsyat kan?"

Mami menarik pipiku.

Tiga minggu kemudian, Mami mengabari aku, bahwa aku akan menjadi seorang ayah.

Mami gembira, aku jadi tidak kaget. Sedangkan pengentodanku dengan tanteku berjalan terus sudah tanpa dinding pemisah.

Entah bagaimana dengan Papi menerima kenyataan itu. Uang kuliahku masih berjalan terus setiap bulan, meski tanteku sudah menghadiahkan aku sebuah mobil atas kepuasan seksual yang kuberikan padanya, sedangkan lubang pengintaian di dinding kamar mandi sudah dipasangi pipa pralon. (@2023_begawan_cinta®)


Sekian dulu kisahku kali ini...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd