begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 565
- Like diterima
- 9.698
Nikmatnya Surga Dunia Sedarah
SEBELUM aku lulus dari SMA, aku sudah punya rencana kuliah di luar kota. Kakak dari mamaku tinggal di kota itu, aku jadi tidak usah mengeluarkan biaya untuk kost.
Maklum, papaku bukan seorang pengusaha. Papaku hanya seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, belum lagi papa harus mengeluarkan biaya sekolah untuk kedua adikku yang sekolah di sekolah swasta.
Di rumah tanteku aku hanya tinggal berdua saja dengan tanteku. Tanteku bukan tidak punya suami, dan bukan tidak punya anak.
Suami tanteku, Om Supendi bekerja mengurus perkebunan kelapa sawit milik kakaknya di Kalimantan sehingga jarang sekali bisa pulang kumpul keluarga.
Tanteku sudah punya 2 orang cucu dari anak pertamanya seorang perempuan yang menikah dengan laki-laki bule yang berasal dari Australia dan sekarang mereka tinggal di Australia.
Anak kedua tanteku, seorang laki-laki, lulus S1 ia langsung bekerja dan ia kost di dekat tempat kerjanya. Pulang ke rumah kalau ia sempat saja.
Tanteku berumur 52 tahun. Wajahnya masih kelihatan cantik, belum terlalu dimakan oleh usia. Hanya badannya saja agak sedikit gemuk dan perutnya sudah mulai membuncit seperti kebanyakan wanita paruh baya.
Baru seminggu aku tinggal di rumah tanteku, tanteku yang bernama Elna ini sudah sering bikin aku masturbasi dengan celana dalamnya yang berbau pesing, kadang-kadang berbau asem, kadang terdapat bulu jembutnya yang rontok menempel di selangkangan celana dalamnya.
Tanteku berpikir, aku ini keponakannya. Maka itu ia bangun pagi tidak mengganti pakaian tidurnya. Ia tetap memakai pakaian tidurnya yang tipis menerawang untuk membuat sarapan pagi atau menyapu, sehingga tidak ayal membuat aku bisa melihat payudaranya yang besar menggelantung dan kalau ia berjongkok sering kelihatan olehku seluruh pahanya serta bongkahan tembem di selangkangannya.
Aku tidak rusakpun dibikin rusak melihat pertunjukan erotis dan gratis dari tanteku. Maka itu, sewaktu aku pulang kuliah pada suatu siang, tanteku tidak berada di rumah, akupun berniat bikin lubang di kamar mandi untuk mengintipnya mandi.
Tentu tidak semudah itu aku membuat lubang di dinding kamar mandi tanteku. Setelah aku periksa lokasi, aku perlu bor, karena dinding kamar mandi tanteku dari semen dan di dalam kamar mandi dilapisi dengan keramik.
Tetapi dimana ada usaha, pasti disitu ada jalan.
Dua hari kemudian sewaktu aku pulang kuliah aku melihat tukang las sedang mengebor plat besi untuk memasang pagar baru di rumah tetangga tanteku.
“Bang, permisi tanya...” kataku pada tukang las yang sedang ngebor plat besi. “Bor yang Abang pakai itu bisa buat ngebor dinding nggak?”
“Bisa, Mas.” jawab tukang las.
Malahan tukang las yang membantu aku ngebor dinding kamar mandi tanteku. Kataku pada tukang las bahwa aku ingin memasang pipa air. Maka itu dibuatnya lubang sebesar pipa pralon ½”.
Pasti tanteku tidak punya mata sejeli atau senyelimet itu sampai memeriksa dinding kamar mandinya, sehingga aku bebas mengintip tanteku mandi mulai dari ia melepaskan pakaian sampai ia bertelanjang bulat.
Oh... rasanya tanganku ingin menjangkau tetek tanteku yang menggelantung menggairahkan itu dan meremasnya.
Putingnya membulat besar berwarna coklat tua masih lengkap dengan aerolanya yang berwarna coklat tua juga, membuat aku ingin menghisapnya.
Dan di tubuh tanteku yang putih lagi mulus itu sampai aku bisa tau dimana letak ‘tahi lalat’nya. Di bawah perutnya terdapat setumpuk bulu jembut hitam yang lebat.
Jadi sudah tidak ada rahasia lagi tubuh tanteku bagiku, semua terpampang dengan sangat jelas di depan mataku.
Tanteku lalu kencing dengan posisi berdiri sambil ia mengeluarkan odol di sikat giginya. Terus ia sikat gigi, lalu kumur-kumur mulutnya dengan air. Selanjutnya ia membuka kran shower menyiram tubuh telanjangnya sampai basah.
Kran shower ditutup. Setelah itu ia menuang sabun cair ke telapak tangannya. Mula-mula tanteku menyabuni lehernya terus turun ke bagian atas dadanya, dan ketika sampai di denganteteknya, tanteku mempermainkan teteknya meremas-remas kedua teteknya dan ditarik-tariknya putingnya dengan mata merem melek, “Oohhh... oohhh... ohhh...” desahnya pelan.
Tanteku kenapa, tanyaku dalam hati.
Sejenak kemudian, tangannyapun turun ke selangkangannya. Satu kakinya ia naikkan ke penutup toilet, sehingga selangkangannya terkangkang lebar.
Aku melihat tanteku memasukkan 2 jarinya ke dalam lubang memeknya, lalu lubang memeknya dikorek-koreknya. “Ayoh... keluaa..arr... kelua..aarr...” rintihnya. “Jangan nyiksa aku begini, oohhh... keluar... ayoh, cepat...” sambil matanya terpejam-pejam mengorek-ngorek lubang memeknya.
Tanpa kusadari tanganku ikut mengocok-ngocok kontolku yang tegang. “Brengsek... nggak mau keluar juga...” omel tanteku kesal karena masturbasinya tidak bisa membuat ia orgasme.
Sementara itu aku, saking tingginya nafsuku, air manikupun mucrat dari kontolku dan tanpa kusadari aku merintih, “Add...duuhhh... Elnaaa..!! Kuentod memekmu sangat nikmat...”
Croottt... croott... crroott...
“Kamu kenapa, Fel ...?” tanya tanteku.
“Nyerut pensil kena jari, Tante...” jawabku.
“Hati-hati dong...” kata tanteku ingin membuat aku tertawa. Untung tawaku bisa kutahan, lalu aku segera pergi ke kamarku.
Sejak saat itu, aku tidak hanya ngintip tanteku mandi, tapi aku juga ngintip tanteku kencing, ngintip tanteku berak dan paling sedikit tanteku masturbasi seminggu 2 kali, tetapi aku belum pernah melihat ia orgasme.
Sedangkan aku, sudah entah berapa banyak air maniku yang aku tumpahkan di celana dalam tanteku, karena mau ngajak tanteku ngentod, aku tidak punya keberanian. Bisa-bisa ia melaporkan pada orang tuaku dan tamatlah cita-citaku ingin menjadi seorang sarjana.
--- ©©© ---
Malam itu tanteku sampai di rumah sudah hampir jam 9 malam. Ia tidak langsung masuk ke kamar. Ia meletakkan tasnya di sofa, lalu melemparkan pantatnya duduk di sampingku yang sedang bermain games di hapeku.
Sekilas tercium olehku bau tubuhnya yang wangi parfum bercampur bau keringat. "Lemes Tante, Fel." keluhnya bersandar di sofa.
"Tante habis dari mana?" tanyaku.
"Ngumpul dengan temen-temen senasib yang gak punya suami, ngegosip, makan-makan, jalan-jalan..." jawab tanteku dengan suara yang kecapean.
Sebenarnya aku kasihan pada tanteku, sekaligus juga napsu padanya melihat ia sering masturbasi di kamar mandi.
Aku ingin mencolok lubang anusnya dengan batang kpntolku melihat ia sering berak mengeluarkan kotoran yang besar-besar dan keras dari lubang anusnya.
Membayangkannya kontolku mulai mengeras. "Tante butuh laki-laki..." kataku.
"He.. he.." tanteku tertawa pelan. "Tante sudah tua, Fel... lagi pula mana ada laki-laki yang mau sama perempuan yang sudah mati haid (maksudnya 'menopause'...?"
"Yang bilang Tante sudah tua siapa... kan Tante sendiri..." kataku.
Lalu aku memberanikan diri menyelusupkan tanganku ke balik pinggangnya. Ini kesempatan, batinku. Lain waktu belum tentu aku ketemu momen seperti ini lagi.
Ternyata tanteku menggeser duduknya mendekatiku dan membiarkan aku memeluknya dari belakang, terus kucium lehernya yang wangi keringat. "Ummmhh... Fel..." desah tanteku.
Kemudian tanteku membalik tubuhnya memelukku. Kucium bibirnya. Kami saling melumat dan bergumul lidah, lalu tanteku melepaskan dirinya dengan napas terengah-engah. "Ini tantemu, Mafel..." kata tanteku memandangku.
"Maaf Tante, aku khilaf... soalnya aku... aku..." kataku tergagap.
(Sengaja itu bukan khilaf namanya, he..he..)
Tanteku memeluk aku. Kami berciuman lagi. Bibir kami bergumul hebat... bergulat, saling menyedot, saling menjilat, saling memelintir dan tangankupun beraksi...
Tanganku turun memegang payudara tanteku dari luar kaosnya dan sewaktu tidak ada penolakan dari tanteku, aku meremas-remas payudaranya bersama kaos dan BH-nya.
Tanteku melepaskan ciumannya, dan kulihat matanya sudah sayu. Kuangkat kaos yang dipakainya. "Tante belum mandi, badan Tante masih bau keringat..." katanya.
"Aku suka..." jawabku.
"Jorok..." balasnya melepaskan kaosnya.
Melihatnya, aku ikut melepaskan celana pendek dan celana dalamku. Tanteku juga melepaskan BH-nya sehingga ia bertelanjang dada. Kemudian tangan tanteku meraih kontolku yang sudah mengacung sembari ia menunduk, lalu...
Aku siap-siap...
Kontolku panjang-panjang dimasukkan ke dalam mulutnya dan lidahnya kemudian berkelit berkelok-kelok melilit kepala kontolku.
"Sessttt... ouughh... Tante...!" desisku antara geli dan nikmat. “Sessttt... ooouuugh...”
Lalu mulutnya mengocok-ngocok kontolku maju-mundur, sehingga kontolku jadi kelihatan keluar-masuk di mulut tanteku dan bertambah tegang dan besar.
Ohhh... wahhh... benar-benar nikmat surga dunia yang kurasakan saat itu.
Tetapi tanteku tidak lama menghisap kontolku. Tanteku melepaskan celana leggingnya dan celana dalamnya, kemudian ia merebahkan tubuhnya dengan telanjang bulat di sofa.
Tubuh telanjang tanteku persis sama dengan tubuh telanjang yang kuintip di kamar mandi, cuma sekarang payudaranya tenggelam, hanya putingnya yang besar saja yang menonjol.
Kubentangkan lebar-lebar kedua paha tanteku yang putih dan masih kencang. Lalu kuselusupkan kepalaku ke belahan pahanya dan kucium selangkangannya. “Hiks... kotor, Fel...” kata tanteku.
Tetapi oleh karena aku sudah sangat bernapsu melihat memek tanteku dengan bulu-bulu jembut hitam bergerombol di bagian atas memeknya, aku tidak menghiraukan lagi bau pesing dan bau amis di selangkangan tanteku.
Aku menjilat bibir memeknya dari atas ke bawah... dari atas-bawah... atas-bawah seperti aku menyapu memeknya.
“Ohhh... Fel... oohhh...” desah tanteku. “Ayo, pindah ke kamar yuk, kita mainnya lebih leluasa, di sini sempit...” kata tanteku.
Lalu kami pergi ke kamar tanteku bertelanjang bulat membiarkan pakaian kami berserakan di lantai ruang tamu.
Mana kami ada rasa malu lagi? Rasa malu kami sudah tertutup oleh nafsu. Tidak ada lagi tante dan keponakan.
Aku menindih tubuh tanteku yang telanjang di tempat tidur. Tanteku menatapku dan mengelus pipiku. “Kamu harus janji sama Tante ya, kalau pengen begini sama Tante, kamu harus rajin kuliah... jangan gara-gara Tante, lalu kamu nggak lulus, Tante nggak mau kamu seperti itu... oke?”
“Yes... mantap, Tante! Aku janji akan rajin kuliah, nggak bohong, Tante...” jawabku.
Tanteku memeluk aku erat-erat, lalu ia mencium bibirku. Napsu kami bergejolak hebat. Sembari tanganku meremas-remas buah dadanya dan terkadang kupelintir puting susunya yang keras seperti memutar knop radio, aku berpindah memagut lehernya.
“Hesttt... aakkkhh...” tanteku menjerit sampai wajahnya terdongak dan matanya terbelalak.
Kuhisap dan kucupang leher tanteku sampai beberapa tempat menjadi berwarna merah. Setelah itu kujilat ketiaknya yang basah berkeringat.
Ohh...
Dari ketiaknya aku berpindah menghisap puting payudaranya, sementara jari tengahku menggesek-gesek kelentitnya, kemudian kucelupkan sekaligus 2 jariku masuk ke lubang tempiknya yang terasa kering dan seret.
“Agghhh... agghhh... ooohhh... ooohhh....” rintih tanteku sewaktu kedua jariku merogoh rahimnya.
Aku tidak peduli ia merintih. Permainanku berpindah ke perutnya dan kujilat pusernya. Kemudian aku baru turun menjilat tempiknya.
Bibir tempiknya sudah mekar berisi darah dan lubang tempiknya terbuka menganga berwarna kemerahan. Kuselusupkan lidahku masuk ke lubang tempiknya. Bersamaan dengan itu jariku menekan ke lubang anusnya.
Pantat tanteku mendongak. “Aggggghhhh...” jeritnya panjang saat kucolok lubang anusnya dengan jari. “Tante gak tahan, Mafel... oohhh... ooohhh... ooohh... Mafel, Tante sudah mau keluuuu...aa........ aahhhhhh..... oooohhhhhh....”
Tubuh tanteku kemudian mengejang hebat. Cusss... sheerrrrr.... air kencingnya yang hangat menyembur ke wajahku dengan deras.
“Adduuhh... Mafel... nikmatnya... sampai Tante terkencing-kencing... maaf...” kata tanteku dengan napas tersengal-sengal.
Walaupun kasur sudah basah dengan air kencing tanteku, tidak lantas membuat permainan kami berhenti. Sebentar lagi segala khayalanku akan terwujud. Tinggal selangkah lagi.
Kini kudorong kontolku masuk ke lubang tempik tanteku. Lubang tempik tanteku tetap seret, tetapi karena tanteku sering mengorek lubang tempiknya dengan jari sewaktu ia masturbasi, jadi dengan gampang kudorong masuk kontolku ke lubang tempiknya
Sluuppp.... bluu...uusss...
Dengan bersatunya kedua kelamin kami, tanteku bukan hanya tanteku, tetapi juga sebagai teman selingkuhku atau teman kumpul keboku.
Kedua kaki tanteku langsung merangkul erat ke pantatku saat kontolku mengguncang-guncang lubang tempiknya keluar-masuk maju-mundur.
“Istriku... kekasihku... sayangku...” racauku.
“Nakal kamu...” kata tanteku mencubit pinggangku. “Tantemu dicabuli...”
“Tante juga suka kan... eh... istriku...”
“Ohhh... ehhh... ehhh... ahhh...” rintih tanteku sewaktu kontolku menikam lubang tempiknya lebih cepat. Plokkk... plokkk... plokk...
Lalu dengan kontol yang masih menacap di lubang tempik tanteku, aku membalik tanteku ke atas, sehingga tanteku menduduki kontolku.
Tanteku bebas bergerak sekarang. Dengan kedua tangan bertumpu di perutku, pantat tanteku naik-turun terkadang maju-mundur, sehingga kedua payudaranya terlihat terlempar ke atas jatuh ke bawah, terlempar ke atas jatuh ke basah. Sementara kontolku yang keras yang menyumbat di lubang tempiknya seakan diurut dan ditekuk-tekuk.
Nikmat sekali rasanya, tetapi ngilu. Kemudian tanteku mengubah posisi ngentodnya. Ia balik dengan posisi duduk membelakangiku.
Sambil kedua tangannya bertumpuh pada pahaku, ia kembali menaik-turunkan pantatnya. “ugghhh... uuughhh... uughhh...” lenguhnya, pantatnya naik-turun sehingga tampak olehku dari depan kontolku keluar-masuk di lubang tempik tanteku.
Tidak lama, kita ganti posisi lagi. Sekarang, tanteku nungging. Kujilat anusnya sampai basah, lalu kutekan kontolku ke lubang anus tanteku.
“Pelan-pelan masukinnya, ohh... Fel...” rintih tanteku.
“Sudah pernah...?” tanyaku.
“Be... belum... ahhh... ooohh...” rintihnya sewaktu lubang anusku semakin dalam dimasuki batang kontolku.
Batang kontolku rasanya seperti terjepit di lubang dubur tanteku yang sempit dan ketat berbeda dengan lubang tempiknya yang lebih gampang kuentod. Kutarik dan kudorong kontolku pelan-pelan...
“Ah...ahh... ahhh...” rintih tanteku.
Tidak lama kemudian air maniku sudah terasa ingin keluar. “Oh... Mafel, Tante ingin berak...” jerit tanteku.
“Tahan... tunggu aku selesai dulu... sebentar lagi...”
Akupun mengejang dan secara refleks kudorong kontolku sedalam mungkin masuk ke lubang dubur tanteku, terus kusemburkan air maniku.
"Istrikuu... terimalah air manikuu..." erangku.
Craatt... crrooottt... crrooottt... crroottt.... crroottt...
Crrooottt... crrooottt... crroottt.... crroottt...
Air maniku seperti tidak ingin berhenti menyembur. “Ugghhh....” erangku mengakhiri persetubuhan sedarah itu dengan mencabut kontolku.
Tanteku buru-buru turun dari tempat tidur. “Nggak keburu ke kamar mandi lagi, Mafel...” kata tanteku mencabut beberapa helai tissu di meja riasnya, lalu diletakkan di lantai.
Selanjutnya tanteku berjongkok. Pertama-tama terlihat air maniku menetes ke tissu dari lubang duburnya. “Ekkk... eekk.. ekk... huhh.. ekkk...” tanteku ngeden, lalu terlihat kotorannya segeluntung besar menggelantung di anusnya, keluar pelan-pelan, “Adduuh... Mafel... ekkk... ekk... ooohhhh...”
Plokk... kotoran tanteku yang besar dan panjang berukuran sekitar 20 senti itu tergeletak di tissu.
Ohh... melihatnya, kontolku yang sudah mengantung lemas, tegang lagi.
Tanteku bangun dari jongkoknya memelukku. “Aduh, Mafel... pengalaman yang nggak bisa Tante lupakan..." katanya. "...sampai Tante terkencing-kencing dan terberak.”
“Sudah lama Tante nggak, sih...”
“Iya sayang... jangan tinggalkan Tante ya, sayang... kamu boleh ngentod Tante kapan kamu mau...” ujar tanteku.
“Aku janji...” jawabku.
Tanteku tidak cebok dulu selesai berak. Kami langsung ngentod.
Malam itu aku tidur di kamar tanteku dan kami bercinta sampai hampir menjelang pagi, baru kami tidur kelelahan.
Paginya tanteku menjemur kasur di halaman. Sambil mendorong sepeda motorku keluar dari rumah, aku mendengar tetangga sebelah rumah bertanya pada tanteku. “Bu Elna, semalam kenapa menjerit-jerit...?”
“Ooo.... ada ponakan...” jawab tetangga tanteku sambil mesem-mesem sewaktu ia melihat aku keluar dari rumah mendorong sepeda motor.
“Suami jauh...” jawab tanteku.
“Iya sih... nggak usah munafiklah kita... habis gimana kalau gak tahan, daripada kita pakai dildo atau masturbasi... kayak saudaraku... sama anak lakinya... sekarang sudah kayak suami-istri mereka...”
Aku melanjutkan perjalananku ke kampus membiarkan kedua wanita itu ngobrol. Kontolku rasanya masih berdenyut-denyut ngilu, habis... aku ngentod tanteku sampai 4 kali, 1 kali kuisi lubang anusnya dengan air maniku sampai ia terberak-berak, 3 kali di memeknya.
Entah bagaimana rasa memek tanteku dan anusnya.
Di tengah perjalanan hapeku bergetar di dalam kantong celana jeansku. Aku menepikan sepeda motorku dan mengeluarkan hapeku dari kantong celana jeansku.
Telepon dari Mami.
“Mam...”
“Mami lagi di kereta...”
“Tumben Mami ada waktu ke sini?” tanyaku.
“Mami rindu sama kamu, sayang... lagipula Mami sendirian di rumah... papimu pergi, Riko hiking... Temmy diajak tantemu pergi.. nggak usah jemput Mami ya, sayang... Mami bisa naik mobil online...”
“Cupp... Mami...”
“Cupp... juga sayang... sampai ketemu...”
Dosen berhalangan hadir untuk satu mata kuliah, sehingga aku bisa lebih cepat tiba di rumah dan bertemu dengan Mami.
Ternyata sesampai aku di rumah, tanteku tidak berada di rumah dan Mami juga belum sampai. Lalu aku telepon tanteku memberitahukan padanya bahwa hari ini Mami mau datang ke rumah, Mami lagi dalam perjalanan.
Tanteku menjawab bahwa mungkin lepas magrib ia baru sampai di rumah.
Hampir jam 4 sore mobil online yang ditumpangi Mami berhenti di depan pintu pagar rumah tanteku. Aku keluar dari rumah mengambil tas Mami sekalian mengajak Mami masuk ke rumah.
“Mami mau mandi ah, panas...” kata Mami.
Deg... jantungku langsung berdebar kencang membayangkan lubang di dinding kamar mandi.
“Kamarmu mana?” tanya Mami.
Kuajak Mami ke kamarku. “Seperti kapal selam pecah kamarmu, sayang...” kata Mami membuka tasnya.
Mami mengeluarkan handuk, peralatan mandi yang disatukan di dalam tas kecil, dan pakaian ganti.
Mami lalu melangkah pergi ke kamar mandi sambil membawa peralatan mandi dan pakaiannya. Aku seolah-olah mengantar Mami ke kamar mandi, tetapi setelah Mami masuk ke kamar mandi aku segera mengambil posisi dengan meletakkan sebelah mataku ke lubang pengintaian dengan jantung berdebar-debar.
Inilah petualanganku yang paling fenomenal dan sensasional sepanjang sejarah hidupku yang sudah 19 tahun dibandingkan dengan aku ngentod dengan tanteku.
Karena pertama; wanita yang ingin kuintip ini adalah ibuku sendiri, seorang ibu yang melahirkan aku.
Kedua; ibuku ini belum pernah tidak memakai BH dan ia selalu berpakaian rapi meski memakai daster.
Mami seperti tidak punya tetek kalau Mami memakai kaos atau baju longgar. Badan Mami langsing kecil hanya setinggi sekitar 160 sentimeter.
--- ©©© ---
Terakhir diubah: