-kelima belas-
*Rudi*
"Aaahh," aku melenguh saat Nisa menyentuh kemaluanku.
"Rudi kenapa?" tanya Nisa sambil mengeratkan genggamannya.
"Nghh.."
Ngilu! Ternyata kaya gini ya rasanya.
"Sayang sayang sayang sayang ow ow ow," aku berteriak keenakan. Ngilu-ngilu enak.
"....."
Eh, kok si Nisa berhenti, ga enak banget motongnya.
"ouh.."
Asik dipegang lagi.
"....."
Kok berhenti lagi?? Nih anak diem-diem bisa mancing-mancing napsu aku juga.
"Enak banget sayang!"
Aku berseru kaget saat Nisa mengelus kemaluanku.
Nisa pun tiba-tiba tertawa lepas.
"Kenapa ketawa?" tanyaku. Nisa tidak menjawab, ia malah menggenggam kemaluanku dengan kedua tangannya.
"Aaaah, enak sayaaang!"
"Hihihi, kok lucu sih kamu? Aku mau dong liat muka kamu keenakan lagi," Nisa berkata dengan penuh semangat.
Lha! Kenapa dia yang jadi napsu? Ababil nih istri aku. Tapi ga apa-apa deh, mumpung Nisa lagi napsu.
"Er, kalau diisep aku bakal lebih enak lagi loh?" Aku mencoba mencari keuntungan dari Nisa.
"Hmm, tapi takuut."
"Ga apa-apa kok, ga ngegigit."
"Ya uda deh," Nisa akhirnya mau mencobanya.
Ia pun mulai mendekatkan mulutnya, membuat hatiku dag dig dug.
"Huh! Bauuu! Ga jadi ah!" kata Nisa seraya menarik kepalanya.
Tidaaaaak! Itu baaauu dari sononya Nisaaa!
--------
Lanjutannya di bawah yaa...