Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG NO - 2

Status
Please reply by conversation.


Bab 10a.
Nelangsa - 2




Ada yang aneh, ya.... Aneh...
Soalnya Diandra tak nampak batang hidungnya kala kami melaksanakan syukuran atau sukuran kecil2an untuk memberikan apresiasi atas keberhasilan Astuti meraih mimpinya kuliah di IPB kedokteran...

Siang tadi sempat aku telpon sih, cuma sepertinya dia sedang tak suka berbicara denganku, entah sibuk entah apa aku tak tahu...

Sampai malam menjelang Diandra tak bisa kuhubungi....
Aku khawatir...
Benar2 khawatir...

Malam itu aku keluar rumah mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya....
Kupacu motorku ke kliniknya di kota kecamatan...
Kliniknya kelihatan terang benderang dengan banyak orang lalulalang...
Rupanya ada tiga pasien yang sedang dalam proses melahirkan

Tapi mereka tidak ditangani oleh dokter Diandra, melainkan oleh dokter2 lainnya...
Aku yakin Diandra ada di klinik, sebab mobilnya ada...
Aku tahu dia disini karena tanggung jawab sebagai kepala klinik...

Kutelusuri tiap ruang hingga akhirnya sampai di kantin, tempat favoritnya kala pengen sendiri di klinik...

Ups....


***


Hampir saja aku nyelonong masuk kalau tak sadar ternyata ada lelaki di hadapan bu dokter Diandra....

Lelaki muda dan gagah, ganteng berjas dokter juga....
Melihat sikap Diandra, aku yakin mereka sangat akrab...
Jari jemari Diandra menggenggam tangan itu mesra.....

Aku tak tahu rasa hatiku saat ini....
Ini seolah kisah Suryani yang kedua....

"Dek... apa dia sudah mengambil mu?"

"Hi hi hi keperawananku mas ? Gak lah mas, aku masih perawan ting ting...
Pak No itu ga berani lah mas mengambil milikku, sekalipun adek sudah goda macem2 lho...
Hi hi hi lucu kalau lihat dia bengong lihat adek telanjang mas...."


Bu dokter Diandra​

"Issh.... Mas saja belum pernah lihat adek telanjang lho dek... Ha ha ha. Salam saja sama pak No mu ya.... Hati2 ya dek, jaga dirimu..."

"Iya mas, salam juga buat papa dan mama ya mas.... Adek pengen urusan dengan pak No cepet beres mas, biar adek lega"

"Cepet beres gimana? Ga jadi mau nikah sama pak No mu itu dek ? Ha ha ha"

"Mas ini gimana sih, masa adek menikah sama pak No mas ? Cuma adek kasihan sih sama pak No mas, kayaknya masih tertekan gitu hidupnya ya"

"Tertekan gimana dek ? Kan sudah ada adek yang menemani ha ha ha"

"Isshhh.... Mas ini guyon terus... Adek ngambek lho"

"Ha ha ha, iya dek maaf, mas cuma pengen ketawa saja kok, habisnya adek lucu sih...."

"Mas sih dulu maksa2 adek ikuti permintaan Suryani, coba kalau ga....
Adek saat ini ga bimbang dan kacau...
Gimana ya, adek saat ini seolah menjadi terikat sama anak2 disana, adek kasihan juga sih sama mereka..."

"Jadi adek ini sekedar kasihan to ?

" Mas ini.... Godain mulu...
Tak cubit lho..."

"Duuh sayang... aaaauuch kok mas dicubit terus sih sayang...
Aaauchhhh"

"Biarin, mas nakal soalnya...
Nih dicubit lagi sama adek"

"Aaduuuh ampun sayang, ampuuun ...
Duuh pak No mu gimana? Kuat ga dia kamu cubitin terus ...?
Ha ha ha aduuuh"

Kemesraan keduanya tampak begitu kental dan sangat alami, ga mungkin bukan siapa2 nya Diandra...

Malah ga mungkin kalau sekedar teman sejawat...
Panggilan sayang mereka begitu mesra dan alami, bukan dibuat2...

Akhirnya aku tak kuat untuk terus mendengarkan percakapan tersebut, apalagi kala si lelaki gagah ganteng dan berjas dokter itu mengacak2 rambut Diandra dengan penuh rasa sayang....

Aku keluar klinik dan memacu motorku pulang....
Sampai di rumah, aku ganti baju keluar ke kali....
Semalaman aku berendam...
Mendinginkan hati yang panas...

Ternyata aku cemburu.... !!!


***


Paginya aku langsung pergi ke kota dengan baju dan perlengkapan yang sudah kesiapkan sejak kemaren malam sepulang dari klinik Diandra....
Dan kuletakkan di saung belakang...
Agar aku tak harus masuk kedalam rumah...

Tak kepalang tanggung, 4 hari aku habiskan waktu di kota mencari macem2 hingga akhirnya tak ada lagi yang bisa kulakukan di kota...

Sepulang dari kota aku tenggelam dalam kegiatanku mengatur menjual hasil ku mencari barang2 di kota...

Seminggu itu aku menyibukkan diri dengan sawah ladangku juga, tak ada waktu untuk pulang ke rumah selama Diandra ada...

Aku benar2 menjauhinya sama sekali...
Telpon Wa apapun tak kubalas, kubaca saja nggak....

Semingu kemudian kuulangi lagi....
Aku benar2 seperti mesin yang tidak kenal capek, habis barangku terjual, aku ke kota lagi...
Muter2 lagi...
Sesekali mengawasi proyekku ruko dan kos2an...

Semuanya kulakukan secara gila2an...
Edan2an....
Hingga setelah 3 minggu edan2an...
Aku mulai reda....
Cemburuku hilang sudah....
Rasaku tiada...
Secuilpun rasa ke Diandra lenyap tak bersisa...

Aku pulang....
Dengan rekeningku menjadi penuh dan sarat isinya....
Tapi hatiku benar2 hampa....
Tak ada lagi rasa....
Aku sudah merelakannya pergi....

Saatnya istirahat....
Soal Diandra bukan lagi urusan yang aku perlu pikirkan walau sekejap...

Saatnya aku pulang....
Aku pulang, melihat tawa anak2 ku dan senyum ibu2 mereka....
Melihat betapa aku masih punya banyak hal yang harus aku perjuangkan...

Soal cinta...
Sudah habis itu semua...

Aku pulang....
Kerumahku, rumah besarku melihat keluarga besarku....

Aku pulang....
Untuk bermain bersama Bara....
Ya Bara anakku...
Yang meski bukan darah dagingku, tetaplah anakku yang benar2 anakku....
Memeluknya erat...
Meresapi keluh kesahnya...
Kerinduannya padaku yang telah lama melupakannya gara2 adanya Diandra....

Bara benar2 kelihatan bahagia aku bermain bersamanya, sebab sudah lama sekali aku tak bermain dengannya, jangankan main, ngobrol juga jarang...

Kebahagiaan Bara benar2 menyentakkan isi kepalaku, batapa aku selama ini melupakannya, justru setelah kematian ibunya...
Aku merasa betapa jahatnya diriku padanya...
Betapa nelangsanya dirinya selama ini...
Aku benar2 merasa bersalah...
Merasa berdosa...

Dari mulutnya yang mungil Bara mewartakan dirinya menjadi yang terbaik disekolahnya dalam nilai ujiannya dan niatnya masuk ke SMP yang diidamkannya...

"Ha ha ha, bagus....
Besok Bapak sendiri yang antar kamu ke sekolah ya nak....
Bapak yang antar...
Ayo kamu ganti baju...
Kita cari hadiah buat kamu ya nak..."

Ternyata ada secuil kebahagiaan masih bisa kuraih dengan majunya sekolah Bara......
Aku benar2 terharu dengan ketabahannya...
Aku malu.....
Pada Ibunya.....
Karena telah lupa padanya....


***

Ternyata Diandra ga ada dirumah sampai menjelang malam...
Ternyata hingga keesokan harinya juga begitu...
Aku merasa kosong dan hampa, tapi lebih banyak bersyukurnya....

Malam itu aku tidur sendirian di kamarku, kurasakan kehangatan kamarku mulai terasa hampa...

Sejak acara kendurian diterimanya Astuti kuliah di Bogor, Astuti aku minta segera ke kota Bogor untuk mempersiapkan segala sesuatunya...

Mulai melepaskan tugasnya di rumah kepada Arimbi, semuanya....
Urusan keuangan, urusan Bara juga urusan macem2 aku minta diserahkan sepenuhnya kepada Arimbi dan ibunya sebagai pembimbing sementara Arimbi belum bisa dilepas...

Sehingga praktis, selama sebulan ini aku jarang bertemu dengan Astuti juga...
Sementara Astuti mengursi kuliahnya dan tempat kos sementaranya di Bogor yang dekat dengan Kos tempat Tono biar kakaknya bisa mengawasi adeknya...
Aku juga sibuk dengan urusan di gudang dan sawah ladangku...

Beli ini itu dan sebagainya...
Mulai bergerak sebagai investor lagi karena adanya uang yang bejibun di kantongku...


***

Minggu kemaren Astuti pulang praktis Astuti hanya ke Bogor seminggu saja, dan tinggal di rumah.
Katanya kuliahnya belum mulai, aku ga paham soal kuliah ya hanya mengiyakan saja..

Aku memang membatasi diri untuk tidak bicara banyak, aku juga lihat ada rindu di matanya, aku juga kangen sih, sebenarnya bagaimanapun juga kedekatan kami sudah bukan level biasa2 saja...

Makanya sering kupeluk dirinya dan menenangkan dirinya agar merelakan aku menghilang sementara...
Meredakan panasnya hati ini...
Dan Astuti memahaminya meskipun dengan wajah sedihnya....


Astuti​

Tanpa bicara banyak, Astuti paham maksudku. Itu sudah cukup buatku bisa menghilang, sebab bagaimanapun aku juga harus memikirkan anak2 ku dan seluruh penghuni rumah besarku, itu saja...

Asal Astuti paham maksudku, aku yakin rumah besarku aman di dalam tangannya...

Menghilang untuk mengurus hal2 besar untuk masa depan banyak anggota keluarga rumah besarku...
Astuti sepertinya paham akan keadaanku...
Mustahil ga tahu dan paham...
Soalnya aku menghilang dan Diandra menghilang kemudian pasti dia tahu penyebabnya.

Bukan apa, aku sempat melambaikan tanganku ke lelaki di depan Diandra sebelum aku pulang...
Dan sepertinya lelaki itu tahu kalau aku adalah yang sedang mereka bicarakan, namun aku melihat lelaki itu cuek dengan kehadiranku...

Itulah salah satu penyebab kemarahanku...
Aku merasa kalah....
Egoku sebagai lelaki benar2 remuk redam waktu itu....

Bukan sekedar cemburu....
Tetapi lebih kepada dihinakan...
Itu saja....

Dalam adat jawa...
Sadunuk bathuk, Sanyari bumi, dibelani pati...
(Sekian jari kening dan sejengkal tanah, urusannya bisa sampai mati...)

Maknanya, jangan tonyor jidat....
Maknanya jangan hinakan lelaki, urusannya bisa soal nyawa...

Tapi aku memilih melepaskan...
Merelakan Diandra...
Dan menelan kehinaan ini tanpa tanya macam2 dan minta penjelasan....
Cukup...
Itu saja...

Dengan Astuti...
Cukup sudah bicara seperlunya dan tak usah bahas Diandra lagi...
Tidak juga kalau Astuti memintanya...
Titik.


***


Sejak itu, berbulan2 lamanya aku bekerja super gila dan sangat gila....
Dan entah bagaimana ceritanya, rejekiku melambung tinggi, entah gara2 saking giatnya aku dalam bekerja atau takdirnya memang begitu...

Untung sekali bagiku, Arimbi sudah benar2 dipersiapkan secara matang oleh Suryani dan Astuti selama ini untuk menggantikan peran Astuti jika Astuti berhalangan...

Termasuk dalam mendidik Bara...
Tapi tidak urusan pribadiku seperti halnya dulu Astuti lakukan.
Aku yang pengen itu...
Astuti juga pengen begitu...
Bagaimanapun juga Astuti merasa dialah calon istriku...
Cukup dia yang mengurusiku...

Astuti masih suka pulang balik ke rumah dr bogor yang karena bagusnya jalan dan angkutan umum menjadi lebih mudah dijangkau...

Rumah dan pekaranganku berikut tokonya tak terganggu sedikitpun dengan semakin sibuknya diriku...
Toh aku masih di dalam rumah hampir tiap malamnya...
Dengan tiadanya Astuti karena kuliah, dan perginya Diandra hampir sekaligus berbarengan, aku harus selalu dekat dengan rumah...

Malam hari aku memang harus tetap menjaga irama kegiatan rumah supaya tidak kacau, dengan mencoba menjadi mentor anak2 ku dalam belajar...
Kadang menjadi teman bermain anak2ku...

Acara nonton bareng setiap malam minggu juga sering kami lakukan di ruang belajar yang berubah fungsi menjadi ruang hiburan...

Sempat beberapa kali kami wisata ke kebun raya Bogor dan berbagai tempat , tentunya kala Tono dan Astuti ada waktu jadi juru wisatanya...

Aku sadar, kemampuanku sangat terbatas dalam membimbing anak2 ku belajar dan harus ada terobosan untuk membuat anak2ku yang sudah SMA agar mereka belajar lebih terarah...

Di rumah belajar akhirnya aku membuat semacam laboratorium komputer...
Dengan dilengkapi 5 buah komputer dan jaringan wifi tentunya...

Disetting oleh kawan Tono yang memang ahli di dalam ilmu itu...
Sehingga anak2 ku biasa berselancar membuka wawasan dan juga ilmu pengetahuan...

Mencari buku2 dr internet...
Soal2 ujian yg tersedia cukup banyak dan mudah...
Macam2 kemungkinan lain dari dunia luar yang baik.

Kadang2 Tono juga membawa teman2nya khusus untuk memberikan semacam training kepada semua anak2ku dalam belajar...
Astutipun juga demikian...
Tempat kami di desa yang indah dan sejuk membuat teman2 Astuti juga suka datang dan berkunjung, malah sampai menginap dirumah besar kami...

Kadang mereka membawa ide2 pertanian modern yang aku terapkan di sawah dan ladangku...

Aku bersyukur anak2ku, tidak lupa pada pesanku untuk selalu berfikiran maju dan memajukan keluarganya...
Aku bersyukur Tono masih sempat mikir adek2nya...
Begitu pula Astuti...
Sekalipun aku tahu mereka sungguh sibuk di kampusnya...

Nilai2 Tono banyak A - nya...
Beberapa memang B tapi ga banyak, IP nya, yang aku akhirnya pahami sebagai nilai rapornya bagus 3.75
Nilai maksimalnya soalnya 4...

Ya lah, mbuh kah, kalau di SD sd SMA dapat 4 itu jeleknya minta ampun...
Kalau kuliah dapat 4 itu sama dengan dapat 10 kalau SD...
Gitu katanya...
Harakatak...

Pokoknya asal bagus aku senang lah...
Ha ha ha...


***


Karena kurasakan makin banyak orang yang harus aku tampung, dan karena banyak yang sudah besar dan waktunya punya kamar sendiri...

Aku perbesar rumah singgah baik untuk anak2 ku perempuan ataupun lelaki...
Rumah indukpun demikian..

Aku perbesar juga dengan menuruti disain yang dulu dibawa oleh Diandra...
Lucunya, disain ini seolah ada 2 kamar tidur utama..
Di kiri kanan rumah...
Ruang makan dan ruang keluarga yang dua kali lebih besar dan kamar tidur anak 4 buah..

Gampangnya, rumah induk dibuat seolah di mirror istilahnya teman Tono yang arsitek..
Seolah rumah lama dicerminkan, dibuatin yang sama persis disisi sananya...

Bagian belakangnya dirombak total dengan menambahkan kamar tidur utama yang di batasi oleh jalur ke teras belakang.

Masing2 kamar tidur utama teraebut punya semacam teras atau saung kecil yang keluar masuknya dari kamar utama...

Kamar utama ini, satu untukku dan satu dipakai Astuti kalau sedang di Rumah..
Jadi dengan demikian, Astuti tidak sekamar denganku kalau di rumah...

Kejadian dengan Diandra membuatku sementara ini tidak ingin meneruskan "rencana" Suryani...

Biarlah Astuti kuliah dulu...
Atau yakin dulu dengan rencananya menikah denganku...
Aku yakin, kuliahnya dan pertemuan dengan teman2 kuliahnya, berbagi cerita dan wawasan di kampusnya mungkin sedikit banyak akan merubah keinginannya untuk menikah muda....
Atau mungkin malah bertemu dengan pacar atau calon suami yang lainnya...

Intinya aku pengen Astuti kuliah dan hidup sebagaimana layaknya anak.muda atau mahasiswa, tanpa dibebani dengan urusan nikah, suami dan segala macamnya.
Astuti setuju, dengan banyak syarat, salah satunya yakni menggunakan kamar utama ke dua bila pulang ke rumah...
Dan aku setuju...


***

Kembali ke soalan bisnis....
Entah bagaimana ceritanya, aku seolah memperoleh bintang terang...
Kemujuran...

Tokoku sudah berubah menjadi yang terbesar dan terlengkap di desa...
Aku lengkapi dengan mesin pembuat kopi dan halamannya ada tempat duduk nyaman buat yang ingin ngopi di tokoku...

Sudah aku perluas hampir 2x lipat luasnya dengan mengakuisisi bengkelku yg aku bangun ditahap awal...

Semua ada semua murah...
Itu prinsipku...
Aku tak perlu lagi belanja ke Bogor...
Merekalah yang datang mengirim...
Luar biasa kemajuan tokoku...

Akhir tahun lalu aku membagikan bonus buat ibu2 yang bekerja di rumahku rata2 10 sd 15 juta...
Ibu Astuti sebagai leader/pemimpinnya aku kasih bonus 20 juta...

Bukan apa, semua ya karena usaha mereka yang luar biasa...
Lagi2 ala ketoprakan mereka menyatakan terima kasih dengan menyembah2...
Duh...
Ini aku tak suka...
Benar2 ga suka.

Sawah dan Ladangku juga berkembang luar biasa...
Bonus juga aku gelontorkan buat mereka2 yang membantuku...
Para buruh tani yang penghasilannya sangat minim benar2 merasa terbantu dengan bonus dariku..

Ntah tahun ini tahun yang luar biasa atau memang karena kerja kerasku....
Pokoknya uang mengalir deras dari sektor manapun juga...

Bengkelku jangan tanyalah...
Jaringan pemasokku sudah begitu luasnya...
Seolah tak ada barang "bagus" yang lolos dari bidikanku...

Toko online milik Tono juga laris manis...
Ada kalau bulan ini saja bagian Tono 15 juta sendiri...
Bisnis is bisnis....
Tono dalam hal ini sudah termasuk rekanan bagiku...
Bukan aku gaji lagi...
Melainkan aku menggunakan sistem profit sharing...
Bagi hasil...
5% Bagian dia dari harga yg dipasang....
Sesuai yang berlaku umum lah...

Lain Tono lain Astuti, ntah bagaimana caranya, disela2 waktunya dia bisa mengajak ibu2 sekitar, terutama ibu2 yang punya kemampuan menjahit dan olah kreasi dia ajari buat boneka dan macam2 barang pernak pernik.
Kemuadian dia jual online di satu situs dengan Tono...
Laris manis, karena harganya murah dan adanya komentar2 pelanggannya yang puas...
Astuti malah lebih kaya dari Tono...
Lha dia keluar modal, dia ajari banyak orang, dia yang menentukan apa dan berapa serta bagaimana semua dibuat dan dia jual sendirian...

Anehnya itu disela2 waktunya saat pulang ke rumah besarku...
Entah salah entah bener, rasanya itu hanya alasan supaya pulang dan memelukku semata...
Ha ha ha
Boleh dong GR...


***

Ikan Kambing dan Sapi ku ?
Beuh jangan tanya lagi deh....
Luar biasa pokoknya....

Ini tak lepas dari teman2 Tono yang membagikan ilmunya ada juga gara2 Tugas Akhir mereka...
Ya tugas akhir anak kuliahan yang dipeternakan, katanya sih itu...
Rata2 yang ke rumahku ya yang ga punya sawah atau ladang...
Lha kok ambil pertanian dan peternakan ya...?

Ya aku bantulah...
Bantu dengan merelakan ternakku dan ikan2 ku sebagai ajang percobaan...
Aku modali bahan2 penelitian mereka...
Lah kasihan kalau pakai uang sendiri, lagian mana punya mereka ?

Makan minum gratis lah dirumahku...
Kadang sebulan malah ada yang sampai 3 bulan...
Ha ha ha...
Asal bisa membantu ya aku bantu lah...
Mereka tinggal di rumah singgah lah...
Laki2 di rumah bagian laki2 juga perempuannya...

Ada banyak mahasiswa dirumahku, semester akhir lagi...
Ya anak2ku senang lah...
Belajar makin giat da ada yang ngajari...

Pokoknya saling menguntungkan lah...
Itu saja prinsipnya....
Mana mereka keren2...
Ganteng2 dan cantik2 lagi...
Ha ha ha....

Cuma khusus yang cantik, aku selalu di"mata2"i oleh Astuti...
Mana berani lirak lirik akunya khan...
Ha ha ha....


***


Uangku banyak ?
Ya iyalah...
Nambahnya drastis...
Awalnya 1 M itu dah buanyaaaak sekaliii...
Lha keuntunganku sebulan saat ini lebih dari 1 M lho...
Hampir mencapai 2 hingga 3 M sebulan...
Gila nggak ?

Semua seolah begitu saja uang mengalir deras....
Aku beliin tanah dimana2...
Di kota Bogor ada lah kalau di 4 lokasi sudah aku beli...

Tanah2 di gunung atau di kaki gunung banyak yang aku beli...
Kemaren aku beli di daerah bogor selatan di kaki gunung salak luas banget dan murah...
Ya aku sikat saja...
Dan memang aku nafsu utk yang satu ini...
Soalnya yang nawarin si Asep...

Ya si Asep...
Bajingan itu...

Panas banget akunya saat dia kerumah seolah tanpa dosa....
Dia asli sangat kaget kala ke rumahku...
Dia lihat rumahku jadi gedhe banget...
Tokoku gedhe banget....
Bengkelku juga...
Malah rukoku dan kos2anku....

Aku pura2 ga tahu urusan...
Dia datang aku sambutlah...
Aku hargai sebagai tamu dan hormati serta aku jamu...

Ada tanda tanya besar dalam benak kang Asep soal duitnya dari mana...
Kayaknya begitu...
Ya aku ceritain semua proses uang yang masuk dan aku gunakan...

Aku ajak ke bengkelku....
Dia terkejut melihat betapa hebatnya ukuran bisnisku yang di desa ini...

Aku ajak lihat sawah dan ladangku...
Pekaranganku...
Kandang ternakku....
Melongo dia...

Aku yakin dia sudah berhitung kalau kemajuanku masih pantas dan sepertinya kecurigaan soal harta gerombolannya si Darso bukan ditanganku...

Lagi pula putaran bisnisku sekarang jauh lebih besar dibanding isi brankasnya Darsolah...


***

Wajah curiga hilang....
Wajah mencurigakan muncul...

Biasalah penjahat....
Pengen memiliki uangku rupanya dia...
Memangnya aku si Sanjaya...

Akhirnya...
Dia nawari tanah di 3 tempat masing2 20an Ha lah...
Yang paling gedhe si gunung salak itu semuanya ada kalau 30 Ha...
Aku jabani...
Aku beli semuanya cash...

Prosesnya cukup cepat, cuma 3 minggu semua aku bayar...
Terus aku diamin dulu....
Wait n see...

Sebulan, dua bulan ....
Tiga bulan....
Kaga ada gerakan dari si Asep...

Habis proses jual....
Hilang dia...

Sampai sauatu saat....
Akhirnya pak Ukas dan Pak Teja, pimpinan buruh taniku berniat pensiun dan pulang ke daerahnya di kaki gunung salak....
Tepatnya di desanya...
Tempat tanah yang Asep jual kepadaku...

Aku sudah selidiki pas beli tanah itu, pak Ukas dan Pak Teja ga tahu menahu...
Artinya mereka berdua bersih...
Pensiun da mereka sudah berumur dan pengen tinggal didesanya karena mereka punya sedikit tanah garapan buat usia senja mereka...
Mereka punya kebun kopi sedikit sih tapi cukup untuk makan berdua dengan istrinya...

Keinginan pak Teja dan Pak Ukas pensiun itulah yang membuatku berfikir tentang pengembangan tanah disana...

Juga gara2 Astuti....


***

"Pak No, Astuti rencananya kalau uangnya sudah cukup, boleh sewa Ruko yang disana ya...?"

"Eh sewa, kenapa sayang?"

"Astuti dan mas Tono mau coba mandiri pak No, mau buat warung kopi disana..."

"Kok warung kopi....? Apa ga ada ide lainnya sayang ?"

"Issh pak No ini, uang2 Astuti ini sama uang Tono ma terserah aku dan mas Tono lah untuk apanya..."

"Waduh....
Kok marah2, iya deh iya...."

"Makasih ya pak No...... Muuaaach"

Entah gara2 pengen atau entah kangen memelukku...
Atau entah karena senang aku setuju dia bikin warung kopi...

Astuti melompat dan memelukku...
Melumat bibirku....
Tandas ludes seolah aku lumer di dalam pelukannya....

Pelukan Astuti semakin erat, apalagi kala aku membalas lumatan bibirnya tak kalah ganas...
Bagaimanapun juga aku ini lelaki yang punya nafsu birahi...
Dan juga ada rasa rindu bermesraan dengan Astuti yang beberapa bulan ini seolah kering dan hampa...

Kemaren2 pelukan kami hanya sekedar untuk mengobati rindu semata....
Kali ini kami seolah ingin menuntaskannya sehingga tak bersisa...

Pelukanku semakin erat...
Lumatanku semakin panas seolah ingin menuntaskan kerinduan yang berkarat....

Tanganku akhirnya tak tahan membelai tubuhnya dengan ganas...
Seolah tak akan pernah puas...
Semuanya aku remas2 dengan panas...

"Aaashhhh pak No.....
Aku ingin segera menikah dengan pak No...
Aaaah aashhhhh"

Ucapan Astuti yang sarat kerinduan itu akhirnya membuatku sadar dengan apa yang aku lakukan....

"Aashhhhh.... Iya sayang, kita akan segera menikah setelah pak No sudah kuatkan pondasi bisnis nya pak No ya...

Saat ini Astuti kuliah dulu ya...
Pak No sayang sama Astuti kok...
Mmmm...."

Sampai akhirnya lumatanku berubah menjadi ciuman sayang dan remasanku berubah menjadi belaian dan tepukan sayang di punggungnya....

Nyata aku belum siap menikah...
Kata2 itu membuatku trauma karena Suryani dan Diandra yang membuatku merasa gagal dalam menjalin hubungan....

Astuti akhirnya terlelap dalam pelukanku...
Dirinya akhirnya cukup puas dengan belaian kasih sayangku...
Astuti rupanya juga keget dengan balasan lumatanku sehingga ada sesuatu dalam tubuhnya menolak untuk melanjutkan pergumulan kami...

Kata2 soal menikah adalah kata2 ajaib yang dia pilih...
Seolah bilang...

Kalau terus lanjut dengan ciuman panas artinya kita harus menikah....

Itulah penghambaan ala Astuti...
Ga papa keperawannannya aku jebol atau aku melanjutkan cumbuan sampai manapun...
Asal segera menikah....
Dan Astuti mengharapkan itu...

Entah kejelasan statusnya atau bercumbu secara terbuka dan bebas dari was was...

Diandra juga menjadi pengalang keleluasaan kami, sebab kami tak lagi membicarakannya...
Apalagi soal pernikahan antara aku Astuti dan Diandra...

Semuanya tamat dengan menggantung...
Itulah...


***


Waah pak No kok jadi gini ya....
Waduh...
Gawat ini


Kwkwkw

Salam Edan E
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd