Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG NO - 2

Status
Please reply by conversation.


BAB 11
Satu Tahun Sudah......




Waktu berjalan ....
Aku sudah tak ingat waktu sebenarnya....
Hidupku sudah layaknya robot, kecuali kala bersama Bara....
Selain itu isinya hanya kerja, kerja, kerja....

Rukoku sudah selesai seluruhnya....
Sudah habis disewakan...
35 juta satu tahun aku sewakan....
Habis ....
Laris manis....
Karena harga segitu tergolong murah untuk lokasi premium...
Aku ga mikir banyak, toh uang ku semua kok tanpa adanya pinjaman dari manapun...
Aku ga mikir bunga dan urusan bagi hasil...
Inilah enaknya bisnis cash oriented, bisnis yang berdasarkan uang kita betulan...
Bukan berdasarkan utangan....

Dari ruko saja 400 juta lebih kudapat penghasilan kalau saja tak kusisakan sebuah buat mangkal Astuti dan Tono berusaha....
Ya keduanya kuserahi sebuah toko untuk dijalankan, toko alat2 tulis dan peralatan rumah sejenisnya....

Cukuplah itu buat biaya jagaan agar anak2 ku bisa kuliah sampai lulus tanpa mikir biaya, toh belum juga urusan kos2an nya...

Ntah kenapa aku sekarang orientasinya bukan sekedar kuliah semata, pengennya sampai mentok sajalah mereka kuliah, aku biayain...
Kemaren aku baru tahu ada istilah S1, S2 dan S3...
Entah apa itu artinya...
Yang pasti anggap saja kelas satu dua dan tiga lah...


***

Soal tokoku.....
Mmmm intinya adalah....
Toko yang tak jual barang yang bisa busuk...
Harga yang murah serta kedekatan dengan kampus membuat tokok kami ramai dijunjungi orang...

Semuanya Astuti yang mengatur keuangannya, Tono yang mengatur bisnisnya...

Keduanya kugaji sangat layak....
Cukuplah buat mereka berdua punya tabungan kelak jika lulus....
Lagipula mereka punya segudang talenta untuk sekedar bisa mandiri, mereka sudah punya bisnis malah...
Keduanya adalah pebisnis handal...


Ya...
Aku membangun toko ini hanya untuk anak2ku berjuang hidup sementara mereka belum bisa mandiri....
Bukan hanya utk Tono dan Astuti...
Malah sebenarnya Tono dan Astuti tak perlu kubuatkan toko...
Ini lebih untuk menyiapkan toko adek2nya....

"Tono dan Astuti, tolong rawat dan majukan toko ini ya sayang, tahun depan adekmu juga akan ikut disini. Tono, nanti kalau kamu sudah punya cukup modal, kamu bangun dan kembangkan sendiri ya nak bisnismu sambil awasi adek2 mu sampai bisa mandiri juga....."

"Baik pak No....."

Ya perjanjian moral seperti itulah yang aku minta....
Mereka harus mandiri dan juga bisa mendidik orang lain mandiri...
Aku hanya memberikan umpannya semata...
Merekalah yang harus secara kekuatan sendiri berfikiran maju....

Jangan tanya lagi penghasilanku saat ini, karena secara terus menerus aku simpan dalam bentuk investasi, penghasilanku secara konsisten bertambah dengan bertambahnya assetku...

Dari bisnisku dan hasil sewa rukoku aku merambah sisi lain kota bogor...
Kubeli beberapa tanah yang dijual "murah"...
Ada kalau 5 lokasi...
Sementara aku diamkan dulu, sebab daerahnya masih sepi...
Mungkin kalau ada uang besar lagi aku buat ruko lagi...
Sisa dari beli tanah ini itu masih tersimpan rapi di bank lah...
Ada kalau 4-5 M lah...

Aku tak begitu memikirkan itu, selama modalku berlebih aku selalu incar tanah...
Begitu sehingga 5 lokasi aku dapat...

Kemaren ada yang menawarkan tanah juga tapi aku belum sempat saja kesana, kujanjikan bulan depan aku kesana...
Karena itulah waktu yang ada, karena aku tak mau lama2 meninggalkan rumah, ada rasa berdosa meninggalkan Bara sendirian lebih dari 2 hari...
Itu saja....

Lulus Astuti....
Anak2ku bertambah lagi 3 orang, yatim piatu...
Bapak ibunya dan seorang adeknya meninggal seketika digilas truk di jalanan...
Pengemudi yang mabuk dan masih muda banget yang mengemudikan truk dengan ugal2an lah penyebabnya...

Mereka Andika, Lestari dan Putri...
Masih kecil2, mereka baru kelas 5,3 dan 1 SD...
Merupakan tantangan tersendiri mengasuh mereka...
Karena kecilnya dan rapuhnya mereka, aku sendiri yang merawat mereka dirumah induk yang telah aku besarkan menjadi memiliki 4 kamar tidur tambahan...
Mereka tidur disana bersama Arimbi dan Tino.

Aku ajak Tino tidur di rumah dalam untuk menemani si Bara saja...

Jadilah aku sebagai bapak asuh langsung banyak anak....
Aku menikmatinya....
Aku benar2 menikmatinya...
Seolah aku bisa melihat masa kecilku di wajah2 mereka....


***

Aliran pencakku semakin besar pelakuya, ya gara2 bertambahnya orang2 rumahku lah, karena sesuatu hal, aku hanya mengajarkan pada orang2 dalam rumahku saja...

Arimbilah murid kepalanya, karena selain Tono dan Astuti, yang lain masih jauh dibawahnya...
Masih level dasar sekali...

Aku tak pernah mempermasalahkan sampai dimana kemampuan mereka, asal ada kemajuan saja, sudah cukup bagiku, karena intinya adalah maju...
Itu saja...
Jangan tetap ditempat
Jangan malah mundur...
Itu pesan kuat soal meningkatnya kemampuan oleh pak Sumarna yang aku ikuti...

"Tak ada orang bodoh No, yang ada adalah orang yang ga mau maju.... Itu saja, camkan No..."

Ajaran itu benar2 melekat dan aku ajarkan kepada Anak2ku...

Rumahku mirip panti asuhan kata orang2...
Tapi aku yakin suasananya pasti berbeda...
Rumahku rumah belajar...
Suasana belajarlah yang utama bagiku...
Suasana yang mendukung belajarlah inti dasar rumahku...
Ya belajar ilmu....
Ya belajar mandiri...
Karena masing2 mereka punya penghasilan...

Tak ada yang gratisan....

Itu yang menjadi pokok dasar utama kemandirian...
Aku ajarkan pada anak2 ku untuk mencari nafkah sekalipun sulit daripada meminta minta...

Beda khan dengan panti asuhan ?

Mereka bermain ?
Ya iyalah, namanya anak2...

Aku didik bekerja juga...
Menyapu 3000
Mengepel 5000
Mencuci piring 2500
Memberi makan ikan 3000

Ada daftar gajinya semua...
Bahkan membersihkan kamarnya sendiripun aku bayar...
Aku bayar...
Biar mereka terbiasa menerima uang dari keringatnya...

Itulah bedanya rumahku dan panti Asuhan...
Anak2ku jajan dari upah bekerja...
Bukan bekerja di pabrik ala romusha atau kerja rodi lah....
Bekerja yang dengan itu terdidik jiwa mandirinya...


***

Lain rumahku, lain pula bengkelku, tempat aku mendidik dengan keras pemuda2 untuk bisa menjadi pengusaha yang mandiri...
Kenapa keras ..?
Karena hidup ini keras bagi yang tak sekolah tinggi...
Mereka harus siap untuk bekerja keras mati2an...
Kurang tidur bahkan...
Disini aku terapkan bekerja secara borongan...
Kerja mereka aku benar2 hargai sebagai pencari uang...
Tapi untuk itu mereka aku didik keras supaya mau belajar dan tertib...

Utungnya aku terkenal telengas kepada penjahat, gara2 si pitak aku remukkan segerombolan sendirian...
Ada keseganan mereka padaku...
Takut juga ada...
Tapi aku tak mau menindas mereka...
Mereka mau ikut aturanku, masuk
Ga mau ya ga papa, keluar sajalah...
Semudah itu....

Ada dua pemuda yang akhirnya aku bisa didik manjadi agak jago...
Bukan karena aku pilih kasih, tetapi mereka memang mau bekerja keras dan belajar keras...
Itu saja...
Si Bandi dan Gunawan...
Profil mereka memang biasa2 saja namun sangat cekatan dan suka menolong...
Satu lagi yang saya suka, loyalitas mereka luar biasa...
Mungkin sedari kecil hidup susah dan tak berduit...
Rumah saja tak punya..
Mereka tidur di bedeng pekerja yang aku sediakan buat pekerja...
Ada 5 kamar lengkap dengan tempat tidur dan lemarinya, sederhana sih tapi sangat membantu bagi mereka bilamana bekerja hingga larut malam...

Nah Bandi dan Gunawan inilah yang akhirnya jadi kepercayaanku, satu memimpin gudang, satulagi karena temannya banyak, Gunawan aku didik mencari barang2...

Selain mereka berdua sebenarnya masih banyak lainnya yang berbakat, cuma mereka masuknya bekerja baru saja, sehingga masih harus belajar banyak...

Khusus Gunawan dan Bandi aku ajari ilmuku banyu mili, karena mereka memang aku butuhkan untuk bisa membela dirilah setidaknya...
Menjaga barangku yang nilainya ratusan juta sampai milyaran perlu kemampuanlah...

Yang lain bagaimana?
Ya nunggu kemampuannya dan loyalitasnya teruji.
Gunawan dan Bandi juga ga tinggi2 amat kok kulatihnya...
Segitu juga sudah bisa melawan barang 4-5 orang preman lah...

Jangan bandingin dengan anak2ku tapi ya...
Biarpun anak2ku kecil2 juga...
Bara atau Toni seorang yang baru masuk SMP saja bisa ngadepin orang bengkel semuanya dikaretin jadi satu...

Putri yang masih kelas satu SD, kalau lawan seorang preman saja aku pilih putri yang masih lucu dan suka menangis itu


***

Jangan tanya malam2ku lah....
Malam2ku isinya luar biasa sepi sunyi sendiri...
Kebanyakan kuisi dengan berendam di kali...
Kadang dari selepas isya' hingga menjelang pagi malah....

Aku kadang kesana kemari malam2 cuma sekedar hilangkan pikiran penat dan setress akibat pekerjaan....
Kelayapan istilahnya....
Ngopi dan nongkrong di pojok2 jalanan kala di Bogor atau di kota kecamatan....

Entah kenapa, malam2 hari aku suka duduk di pojok jalanan sambil ngopi dan ngobrol entah dengan siapa....
Namun mataku tak lepas dari sebuah bangunan....
Klinik milik Diandra....

Harus kuakui aku mulai dirayapi kerinduan yang sangat pada sosoknya....
Kedekatan kami bukanlah suatu yang biasa2 saja.....
Bukan seperti anak2 muda yang lagi kasmaran semata...
Kehadiran Diandra seolah telah menggantikan Suryani sebagai istriku....
Kehadiran Diandra ternyata begitu penting dan sangat sentral dalam kehidupan rumahku...

Kini entah mengapa, aku sering terbangun malam2 hanya untuk melamun, mengenang kebersamaan kami selama ini...
Mengenang bagaimana kami bersenda gurau dan saling bermanja...
Saling menggoda.....

Ya....
Aku kangen Diandra....
Bu dokter Diandra...
Cuma itu...?
Entahlah...
Aku sudah tak tahu lagi rasaku bagaimana....

Ya aku kangen Diandra, namun cukuplah kupandangi saja kliniknya....
Aku tak berharap dia ada disana...
Tak juga ingin menemuinya...
Cuma dengan melihat kliniknya aku seolah bisa merekam kembali kebersamaanku dengan Diandra dan Suryani sekaligus....

Klinik itulah awal kisah tragis Suryani...
Klinik itulah awal kisah bersama Diandra...

Ya...
Aku ternyata masih belum melupakan Suryani...
Belum bisa menganggap nya tiada...
Kadang aku berkhayal Suryani keluar dari klinik itu...
Menemuiku sekali lagi....
Bercerita tentang panen kelapa dan singkong...
Tentang ubi dan kentangnya yang subur...
Tentang Bara yang luar biasa pintar...
Tentang banyak hal yang tak perlu kernyitan dahi untuk mencernanya...

Bicara soal Suryani adalah bicara mimpi2 yang kini teraih begitu mudahnya...
Bicara soal baju bayi...
Bicara soal ibu2 PKK...
Bicara soal keseharian yang remeh temeh...
Soal sarapan...
Soal makan malam...
Soal belanja sabun dan odol...

Bicara soal Suryani adalah bicara soal hati dan perasaan...
Bicara soal rindu dendam dan jalinan asmara...
Bicara soal rendah dirinya....
Kotornya...

Bicara soal Suryani adalah bicara soal istriku yang sungguh aku cintai...
Bahkan hingga kini....
Bahkan setelah kisah memilukan dan menyeramkan yang telah dia lakukan...
Bahkan setelah membuatku luka dan dendam...
Bahkan setelah aku jatuh kasihan...
Bahkan setelah amarahku....
Air mata darahku....


Alm. Suryani​

Sungguh aku benar2 kehilangan Suryani....
Dan kini aku sedang memandangi klinik Diandra....
Tapi ingatanku dan hatiku masih milik Suryani...
Seutuhnya...
Bahkan juga bila dibandingkan Astuti...


***

Sudah 2 bulan ini aku sering kemari....
Dipojokan jalan tepat diseberang klinik milik Diandra...

Masih lekat ingatanku, betapa aku sangat bahagia ketika Suryani dinyatakan hamil dan dalam kondisi sehat....
Masih ingat bagaimana Suryani wajahnya berseri gilang gemilang ketika tahu dirinya hamil sudah 3 bulan....

Hasshhhh...
Aku kangen.....
Tak terasa waktu berlalu....
Setahun sudah Suryani meninggalkanku...
Untuk melupakannya dan untuk hatiku yang kacau..
Setahun ini aku bekerja keras, sangat keras bahkan...

Jangan tanya lagi rasaku kini....
Dua bulan ini aku sering melewati malamku memandang klinik Diandra....
Mengenangkan Suryani....
Dan aku tahu, semua pasti ada habisnya...

Segala do'a dan puja puji....
Segala kenangan seolah habis aku hamburkan disini untuk Suryani....
Semuanya harus aku akhiri...
Penyesalan...
Kesedihan...
Kerinduan tak bertepi....
Semuanya akhirnya harus kuakhiri...


***

Ya....
Hari ini tepat satu tahun meninggalnya anakku dan istriku...
Aku disini sendiri....
Merenungi masa satu tahun ini...
Masa masa sulit bagiku...
Diawali dengan sulit menerima kehilangan Suryani dan anakku...
Sulit dengan adanya Astuti dan Diandra...
Sulit dengan penghianatan Diandra....
Sulit dengan banyaknya anak2 ku yang masih kecil2...

Entah kenapa aku ingin sampaikan cerita ini kepada Suryani, bahwa aku masih sendiri dan masih dalam sepi...
Bara juga beranjak remaja, yang kuat dan penuh percaya diri...

Lama di depan makam aku duduk merenungi diri...
Mencoba berfikir dalam sepi yang akhirnya memang tak ada yang perlu disesali lagi...
Aku bangkit berdiri dan mengucap salam sekali lagi bagi Istriku dan anakku yang tinggal di sini....


***

Pak Nooo.....
Duuuh kaah....
Semangat atuh.....


Haashhhh....


Salam Edan E
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd