Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG NO - 2

Status
Please reply by conversation.
membayangkan NO dapet dua perawan dalam satu malam.....wuih sedapnya
 
Ha ha ha

Ini kok rame banget.....
Kaya pada unjuk rasa.....
Awas ya...
Jaga sosial distacing....
Eh...
Tulisane bener khan ?
Jaga jarak....
Hindari kerumunan...
Kalau bisa dinrumah saja ya....
Cuci tangan pake sabun yang sering ya...

Jaga kebersihan
Jaga kesehatan.....
Jangan suka rame2 dulu....

Sabar....
Besok diupdate kok....

Kalau kaga ya....
Artinya besoknya lagi lah....

Ha ha ha
 
So sorry ya....
Bukan maksud hamba menunda2 update....
Tulisannya soal No dah sampai bab jauh lah....
Cuma....

Ada keinginan mengeluarkan satu dua judul lagi....

Intinya dijamin ruwet kaya susur....
Soalnya ini kisah orang ngawur....
Semoga anda terhibur....
Atau setidaknya nanti bisa jadi orang mujur...
Asal ga duluan ajur
Mumur....

Ha ha ha....
Ngimpinya....
Mau keluarin semua setok orang2 hebat nusantara....
Kaya avenger....
Kali2 ada yang tertarik bikin film....

Maksudnya film porno...

Kwkwkwk
 
Wkwkwkwkwk... Narasi yang menggugah sekali.. HahahaHahahaHaha
..
.
***k oleh ngawur pokok, hihihi
.
.
.from. Virus yg lagi Viral..🤣😂
 
Serius bray, keinget cerita wiro sableng. Yg banyak menyajikan ilmu silat tanah nusantara. Jangan2..
 
Bimabet


Bab 13
Hutan Tanah Kering....



Diandra dan Astuti saling berpelukan...
Yang jelas menangis lagi....
Saling curhat lagi...
Ada kalau setengah jam....
Habis itu tertawa2 bareng...
Habis itu, setelah 45 menit sejak buka pintu tadi....
Urusan ke Bogor 3 hari dibicarakan....

Rapat lagi...
Astuti pengen ikut...
Berargumentasi lagi...
Ketawa2 lagi....
Buat rencana macam2 lagi.....
Baru ingat setelah jam 1 kurang 5 menit....

Astuti harus siap2 dan packing bajunya....
Milih saja 15 menit....
Bongkar lagi karena ga pas...
Milih lagi 15 menit....
Bongkar lagi....
15 menit baru mikir nambah ini dan itu...
Bongkar lagi....

Aku tertidur saking capeknya melihat mereka begitu semangat menyiapkan ini itu....

Bangun2 sudah hampir subuh, packing sudah 12 kali dibongkar pasang...
Belum juga kelar....

Aku subuhan...
Aku olah raga...
Aku nyiapin anak2 berangkat ke sekolah...
Sampai anak2 semuanya berangkat ke sekolah baru beres....

Sampai di rumah papanya Diandra....
Sarapan dulu sambil guyonan...
Belum juga berangkat...
Sudah jam 8.30 itu....

Aku sudah kabari anak.buahku yang di lokasi untuk segera eksekusi...
Aku kabarkan kalau aku masih terhalang untuk berangkat...
Aku juga minta disiapin lahan datas seluas 8x8 meter untuk pasang tenda...

Macem2 aku siapin...
Kamar mandi darurat lah...
Dapur/tungku darurat...
Kayu2 bakar...
Tiang2, bambu dan sebagainya demi kenyamanan wanita2 ku dan keluarganya...

Aku akhirnya perintahkan buat gubug agak bagus buat kumpul2 juga disana...
Makanan juga aku suruh siapin...
Macam2 aku siapin pokoknya...

Setelah aku nelpon ini itu...

Eh...
Mama malah membuat bubur ayam buat pekerjaku...
Diandra dan Astuti membantu nya...
Papa malah tidur...
Mas Pradip ternyata ada acara ketemuan barang sebentar...

Jadilah aku yang bingung sendiri...

Tobat tobat....

Ini kapan berangkatnya ya ?
Akhirnya setelah selesai semua yang musti dikerjakan, aku duduk2 di teras, di sofa yang empuk, lama2 berbaring...
Akhirnya terlelap....


***


Aku terbangun...
Eh sudah malam kah ?
Mmm... Jam 6 sore...
Aku tidur cukup lama ya....
Soalnya badanku terasa seger banget....

"Kang mas sayang, yuk masuk yuk, kita makan malam sayang....."

"Eh.... Ini kenapa kok pake baju nyantai kayak begini ?"

"Kata papa kondisinya ga bagus, hawa disana ga bersahabat.....
Nanti tengah malam saja"

"Eh... Kok hawa ga bagus ? Memangnya ada apa ?"

"Mmm...
Gini sayang....
Papa tuh kalau mau kemana2 pasti ijin dulu sama yang punya tempat...
Semacam kulonuwun di jawa kangmas...
Kata papa, hawa disana sepertinya menolak kedatangan kangmas...
Ada yang ga suka sama kangmas gitu "

"Lah terus ga jadi kesana ?"

"Iih bukan ga jadi, tapi waktunya di pas in agar hawa yang ga bagus menipis dulu"

"Mmmm menipis... Artinya masih ada dong ?"

"Iya, tapi pengaruhnya kurang"

"Ow gitu ya, berarti nunggu tengah malam nanti nanti kita berangkat....?"

"Hi hi hi.... Sekarang berangkatnya...
Biar lewat tengah malam sampai disana..."

"Lha dalah...
Terus tengah malam gitu masuk hutan ladang ?"

" Hi hi hi iya mas, dan bajunya pake baju sehari2 mas "


***


Aku masih belum memahami apa yang terjadi, dan ikut saja apa kata orang tualah...
Kami akhirnya berangkat setelah makan malam...

Mobil mas Pradipta aku yang bawa, duduk disampingku Diandra dan dibelakang Astuti...
Mobil papa Diandra mas Pradipta yang bawa, disampingnya papa Diandra dan dibelakang mama Diandra...

Sepanjang jalan Diandra duduk bersandar di pintu dan menghadap kepadaku memandangiku saja...
Itu saja...


Bu doktet Diandra​

Tak ada pelukan mesra...
Apalagi ciuman...
Yang ada hanyalah tatapan mesranya sepanjang perjalanan....

Aku hanya diam dan berkonsentrasi ke jalanan, bagaimanapun perjalanan ke bogor selatan itu "sesuatu" Banget...
Jalanan terjal berkelak kelok membuatku harus selalu waspada dan tak bisa tidak harus memandang ke arah depan terus...
Apalagi berangkat malam hari, dimana masih ada spot2 jalanan yang benar2 gelap gulita...

4.5 jam perjalanan dalam diam itu akhirnya tuntas sudah...
Kami di lereng gunung salak, daerah pamijahan...
Perjalanan selanjutnya tinggal beberapa ratus meter lagi dengan jalan kaki, karena mobil kami tak dapat lagi kesana...

Tempat perkemahan kalau tak bisa disebut deretan gubuk2 tampak di depan terhalang kabut, namun kelap kelip lampu petromak masih kelihatan...

Ya aku punya beberapa lampu petromaks dan sarung lampunya dari hasil hunting juga sih, tidak kujual lagi, kusimpan saja untuk kondisi darurat semacam ini...

Minyak tanah lumayan mahal sebenarnya, cuma ada lah yg jual meski harganya mahal...

Anak buahku dengan cekatan dan sigap merapat dan membantu mengangkuti barang2 kami menuju deretan gubuk yang aku perintahkan siang tadi dibuat...


***

Tak mengecewakan...
Meski sederhana, tapi dalam sehari membuat deretan gubuk semacam ini harus diapresiasi...
Ada gubuk dengan dinding setengah saja, dua buah besar2 yang digunakan untuk istirahat dan makan bersama...

Ada 4 gubuk berderet yang dibuat dengan dinding tertutup untuk tidur...
Masing2 cukuplah untuk 6 orang...
Atapnya dari daun2 kelapa dan jerami...
Semuanya serba sederhana sih namun cukup pantas bagiku mempersilahkan keluarga Diandra bermalam disana...

Masing2 gubuk tertutup itu memiliki semacam teras yang cukup lega untuk duduk2...

Sungai kecil dengan air yang cukup deras dan sangat jernih ada di samping deretan gubuk kami...
Ada semacam kamar mandi di dekat sungai itu yang airnya senantiasa mengalir lewat batang bambu

Itulah base camp kami, base camp pekerjaku yang jumlahnya totalnya ada 20 orang.
Mereka bekerja bersama penduduk sekitar yang mau bergabung...

Dua pekerja di sawahku kebetulan aslinya dari sini, pak Teja dan Pak Ukas...
Keduanya sudah berumur mendekati 45 tahunan lah..
Masing2 memiliki 2 orang putra yang cukup dewasa, usianya yang membantu disini juga...

Penduduk sekitar yang bergabung sebenarnya juga masih keluarga dekat mereka berdua...
Sengaja aku memulai pekerjaan ini dengan pendekatan keluarga...
Semuanya meniru gaya khas pak Sumarna saja, tak lebih dan tak kurang...

Hampir semua pekerja pak Sumarna itu masih berhubungan darah dan statusnya masih keluarga sekalipun jauh..

"Menolong orang itu biasakan menolong keluargamu dulu, baru orang lain..
Bagaimanapun juga keluargamu adalah tempat berkeluh kesah yang paling baik..."

Ya... Harus kuakui memang kalau ternyata cara2 pak Sumarna sangat cocok di desa, terbukti di sini yang bekerja lebih dari 40 orang, 60 orang lebih lah dengan anak buahku yang aku bawa...
Dan semua aman2 saja, tak ada atau kalaupun ada gejolak ya tatarannya biasa2 saja...

Rencananya, area gubuk2 ku inilah area perjampungan yang akan aku jual sebagai destinasi wisata, area parkirnya dibawah lumayan dekat jaraknya dengan perkampunganku yang hanya 400 meteran saja...

Bagian atasnya adalah hamparan hutan albasiah yang diselipi tanaman kopi ada semuanya 4.5 Ha, masih kecil sebenarnya kalau tidak disertai ikutnya petani2 plasma yang ikut bwkerja sama dengan ku...

Petani2 itulah saudara2 pak Teja dan Pak Ukas...
Sebagian mereka malah sudah mempunyai kebun kopi yang sudah berproduksi...
Diluar lingkup kebun2 keluarga pak Ukas dan pak Teja, terdapat tanahku lagi di bagian luar yang melingkupi atau menyelubungi keseluruhan jantung tanah2 tadi, seluas 20 Ha...

Sehingga total perkebunan tumpang sari yg kami kelola baik secara professional milikku dan secara plasma milik keluarga2 tersebut ada sekitar 50 ha...

Jumlah yang cukup luas...


***


Papa Diandra mendengarkan rencanaku tadi tersenyum senang dan sesekali tertawa tanda menyetujui rencanaku...

"Ha ha ha dengan tanahmu yang 25 Ha saja, kamu bisa menghasilkan kopi.sebanyak 50 sampai 100 ton per tahun ya itu....

Bisa setara dengan 5 sampai 10 Milyar setahun...

Luar biasa pemikiranmu...
Apalagi kalau punya branding sendiri macam ciri khas embel2 produksi Kampung Kopi gitu ya..."

"Duuh bapak ini, biaya produksi kopi itu mahal pak, segitu itu kotor lah pak, dikurangi macem2 paling untung bersihnya tinggal 1/3 nya pak....

Modal yang ditanam juga relatif besar, cuma usaha ini padat karya pak, bisa menampung banyak pekerja....

Itu bagian yang saya sukai...."

"Maksudnya apa anak muda"

"Ya pengennya sih, bisa membuka lapangan pekerjaan dan membuka wawasan keilmuan disini pak, anak2 putus sekolah bisa disekolahkan dari sebagian uang hasil kopi, cita2nya begitu bapak, sebab uang saya hasil kerja selama ini juga sudah sangat besar pak...

Kedepannya sih pengennya mengembangkan usaha berbasis sosial kemasyarakatan model ini pak...

Da saya ini orang yang sangat beruntung bapak, disaat saya sedang ga punya harapan, putus asa ga bisa sekolah melarat, ada yang membantu saya, mengajari saya hingga saya bisa macam2...

Kebetulan yang mendidik saya itu orang kaya bapak, beliau ga mau kalau saya membalas budinya ke beliau...

Pesan beliau yang saya ingat sampai sekarang adalah...

No...
Ingat2 aku membantumu bukan karena pengen imbalan dari kamu, jadi kalau kamu nanti kaya dan seandainya bisa memberi...

Maka, ingat2lah kata2ku ini...
Jangan mikirkan saya ya No, Tuhan sudah mikirkan saya, kala membantumu...

Jadi pikirkanlah orang2 yang belum beruntung disekitarmu, angkat, didik mampukan mereka...

Itu pasan saya...
Camkan itu"

"Alhamdulillah nak, kamu bertemu dengan orang hebat yang mendidikmu dengan hatinya...

Papa, meski sudah tua akan membantumu nak, menyebarkan kebaikan kemanapun, papa akan membantumu nak.....

Ha ha ha...
Papa bangga, di saat tulang2 papa sudah keropos, masih saja ada tempat papa berkarya dan berbuat baik buat sesama...

Terima kasih ya nak....
Papa senang bisa ikut serta dalam rencana besarmu ini...."

Mataku berair...
Aku segera bersujud di kaki papa Diandra...

"Terima kasih papa, saya sungguh sangat beruntung dapat dekat dengan papa, diakui anak oleh papa, padahal mimpipun saya tak berani...

Terima kasih papa atas segala bantuannya selama ini, No harap, papa tak bosan2nya memberikan pendidikan pada No"

Ternyata tak hanya aku yang terharu, Diandra dan Astutipun ikut menyembah kaki papa Diandra...

"Duuuh papa sayang, maafkan Diandra kalau selama ini lupa dan lalai membahagiakan papa, Diandra sangat bangga papa telah menjadi papa Diandra dan papa menerima kangmas No sebagai anak papa...

Maafkan Diandra ya papa...."

"Pakdhe... Astuti menyampaikan sembah bekti pada pakdhe yang telah banyak membantu keluarga Astuti dan pak No...

Astuti berharap pakdhe bisa terus mendidik Astuti...."

"Ha ha ha..... Iya anak2 papa ini semua...
Papa bangga kalian masih mengakui tulang tua ini....

Terima kasih...
Terima kasih...."

Ya...
Malam itu kami begadang sampai subuh, berbincang dan bercengkerama, kadang membicarakan urusan bisnis dan masalah pekerjaan...

Banyak hal yang kami perbincangkan malam itu...
Papa Diandra memang orang tua yang baik, tampak dari bagaimana dia mendidik Diandra dan mas Pradip yang ternyata dokter spesialis syaraf yang juga mempunyai klinik sendiri...

Anak2 luar biasa tak akan timbul dari orang tua yang biasa2 saja....


***


"Pak No, kalau boleh tanya, kenapa pak No kembangkan bisnis kebun kopi ini ?"

"Ha ha ha, gimana ya ngomongnya...
Ini kebo nyusu gudel, istilah jawanya...
Saya belajar dari Astuti mas Pradip"

"Lho pak No kok bisa ? Kapan Astuti ngajari pak No?"

"Ha ha ha ini secara ga langsung sih....
Astuti ingat ga waktu ngambeg pak No ga ijinin buka warung kopi ?"

"Iih iya... Pak No jelek, masa harus ngambeg dulu baru dibolehin, itu khan Astuti mau sewa pake uang Astuti....

Modal juga pake uang Astuti sama mas Tono, makanya Astuti ngambeg"

"Ha ha ha.....
Gara2 itu pak No kesana kemari nongkrong di warung kopi kaya anak muda, keliling Bogor cuma untuk tahu warung kopi yang kaya apa yang dimaui Astuti...

Kirain kaya di kampung pak No....
Jualannya kopi dan gorengan...
Ternyata ini kelas gedean, mahal lagi segelasnya.....

Dari sana pak No ijinin deh cuma pak No bakalan bener2 pantau terus.....

Hasilnya bagaimana, pemasarannya bagaimana dan seterusnya...

Gara2 itu pak No belajar soal kopi, dan cara meramunya...

Pak No didesa punya kebun kopi cuma dijual murah sih...

Ya gara2 Astuti pak No belajar kopi yang berkelas lah...
Ha ha ha

Makasih ya sayang"

Tiba2 Astuti laksana terbang memelukku dan melumat bibirku....


Astuti​

"Mmuuuuaaaach .... Makasih ya pak No sudah mau mengakui kehebatan Astuti.... Hi hi hi"

Dengan santainya Astuti begitu di depan pak dhenya budhenya dan Diandra serta mas Pradip...
Dan semuanya seolah ok ok saja, ga masalah kalau Astuti begitu mesra denganku...

Sampai bagian ini aku benar2 ga paham sama sekali....
Kok bisa ?
Kenapa ?


***


Sedari pagi2 selepas subuh papa sudah jalan2 mengelilingi tanah ku..
Membawa pinsil dan buku tebal entah untuk apa...

Ditemani mama dan mas Pradip papa menerobos rimbunnya dedaunan menjelajahi lahan yang kami miliki..

Di deretan gubug2 kini tinggal kami bertiga yang ada...
Rasanya ini semua momen yang pas untuk membicarakan hubungan kami bertiga...
Tepatnya urusan Astuti....
Dia sudah semester 2, dan mestinya sudah cukup dewasa....

"Mmmm.... Sayang, mas pengen bicara dengan kalian berdua..."

"Hi hi hi pak No bengong terus dari tadi setelah dicium sama Astuti, sekarang ngajak ngobrol soal itu khan ?"

"Iya Astuti sayang, rasanya pak No mu pengen tahu jelas soal ciuman mautmu...
Papa mama dan mas Pradip kayaknya pergi ya gara2 pak No mu bengong ga ketulungan...
Hihihi"

"Yuk pak No kita ngobrolnya di dalam saja..."

Habis itu aku diseret oleh Astuti ke dalam gubug, Diandra cekikikan saja sambil ikut masuk dan menutup pintunya....

Ga pake lama, Astuti melumat bibirku, mengambil tanganku dan meletakkannya di susunya...

Duuh jangan tanya rasaku bagaimana, seolah gunung, aku sudah diambang meletus lah...
Susu Astuti begitu mengkal dan padatnya, berbeda dengan Diandra yang susunya besar sementara badannya ramping
, susu Astuti begitu pas dengan tubuhnya yang mengkal....

"Hi hi hi, nimas bagian bawah saja deh...."

Aku awalnya ga paham maksud Diandra, tapi akhirnya paham juga setelah Diandra membuka resleting celana dan kaitannya lalu membukanya berikut celana dalamku sekalian...

Kontolku jangan ditanya...
Ngaceng poll....
Aku belum bisa bicara...
Mulutku tersumpal...
Kini bukan dengan mulut Astuti tapi dengan susunya yang disumpalkan ke.mulutku...

Otomatis lidahku seolah bergerak sendiri melumat dan menggigiti puting Astuti...

Waduh...
Ini apa tho...
Waduh....


***


Pak No gelo....
Mumet ndas e...
Kejadian tiba2 yang ga masuk akal ini benar2 membuat pak No kena sawan...

Ha ha ha

Salam Edan E...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd