Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,7%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 143 16,2%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    884
Thanks buat yang masih setia menunggu kelanjutan cerita ini. Silakan disimak.

Saat ini kami sudah berada di salah satu hotel di Semarang. Aku tak begitu ingat jam berapa kami tiba di Semarang karena merasa lumayan lelah. Begitu sampai di hotel, aku langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku, dan kemudian beringsut ke tempat tidur serta menarik selimut untuk menutupi ketelanjanganku. Benar-benar cuek aku saat itu, bahkan tak ku hiraukan suamiku ketika dia berpamitan untuk keluar.


Sepertinya dia bisa memahami dengan gelagatku yang seperti ini. Tanpa menunggu persetujuan dariku, dia langsung meninggalkan kamar hotel. Sepertinya dia langsung ke rumah Alm. mas Erik. Walaupun dia tak pernah berterus terang padaku, tapi sebenarnya aku bisa paham dari apa yang sering dia ceritakan.


Mengapa dia langsung memutuskan untuk berangkat ke Semarang saat mendengar mas Erik meninggal. Selain karena mas Erik adalah salah satu orang yang berjasa di hidupnya, mbak Vita juga menjadi salah satu fokus di pikirannya. Ya, jika mendengarkan dia bercerita tentang Vita, aku bisa menangkap ada sedikit perasaan suamiku pada wanita itu. Entah sebenarnya kabar mas Erik meninggal itu benar benar menjadi berita buruk untuknya, atau malah dianggap sebagai angin segar.


Pada dasarnya aku tak masalah jika nantinya akan ada pergumulan panas antara aku, suamiku dan Vita. Tentu saja itu akan menjadi bumbu kemesraan diantara kami. Meskipun aku juga terbersit rasa cemburu jika ternyata suamiku nyaman dengan Vita. Tapi bodo amat pikirku, anggap saja impas. Aku bebas digenjot oleh laki-laki lain, dan dia kubebaskan untuk menikmati wanita lain pula. Selama itu tidak merusak hubungan rumah tangga kami. Anggap saja itu adalah sarana perekat kemesraan diantara kami berdua.


Aku bangun dengan rasa nyaman yang menyenangkan. Kuraih handphone ku yang ada di meja sisi tempat tidur, kulihat sudah jam 8 malam. Dan kusapu pandangan ke seluruh kamar hotel, suamiku belum pulang juga. Aku yang merasa lapar segera menghubungi room service dan memesan beef steak serta segelas orange juice agar diantar ke kamar. Sambil menunggu pesananku datang, kunyalakan tivi dan menonton film di salah satu channel tv kabel yang tersedia. Tak lupa aku membuka sedikit pintu kamar dan mengganjalnya agar tidak tertutup lagi. Ini kulakukan agar nanti ketika pesananku datang, aku tak perlu beranjak dari tempat tidur dan bisa segera menyantap makananku.


Sekitar 20 menit aku menunggu, akhirnya pintu kamar diketuk. Setengah berteriak aku mempersilakan room boy yang mengantar makanan agar langsung masuk. Dengan hanya ditutupi selimut, kusuruh dia meletakkan makanannya di atas kasur. Namun sialnya, kebijakan hotel membuat aku harus segera membayar pesananku tersebut secara cash. Setelah pemuda tadi meletakkan makanannya, dia menyodorkan bill yang harus dibayar.


Mau tak mau aku pun akhirnya memang harus beranjak dari tempat tidur untuk mengambil dompetku. Dengan bermalas-malasan aku bangkit, tak peduli dengan tubuhku yang telanjang, aku menuju ke koper dan mengambil uang yang ada di dompet. Kulirik pemuda itu sepertinya asyik menikmati ketelanjanganku. Seakan sudah biasa dengan tamu-tamu hotel yang tidak risih telanjang di depan karyawan hotel.


Selesai membayar bill pesananku, kuantar karyawan hotel itu sembari menutup rapat pintu kamar. Segera saja kusantap sajian makan malamku ini hingga tak tersisa.


*** POV SUAMI ***


Bagiku, Erik tak ubahnya seperti saudara sendiri. Dia selalu ada disaat yang kubutuhkan. Itulah kenapa aku seperti tersambar petir ketika mendengar kepergiannya. Aku tak menunggu waktu lama untuk segera mengajak istriku menuju Semarang.


Sayangnya aku tak sempat melihat wajahnya untuk terakhir kali karena Erik sudah langsung dimakamkan. Sesampai di rumah Erik aku lihat hanya beberapa orang tetangga yang masih terlihat sibuk membereskan tenda, meja dan kursi.


Aku yang sudah berdiri di depan pintu hanya bisa terdiam melihat Vita masih menangis sesenggukan meratapi kepergian Erik. Kuketuk pelan pintu rumah itu, sehingga membuat Vita menoleh.


"Permisi Vit. " Kataku sambil melepas sepatuku dan melangkah masuk ke rumah. Kupandangi wajah Vita yang sendu sambil menyalami tangannya.


"Maafin segala kesalahan suamiku semasa hidupnya ya mas. " Kata Vita terisak.


"Aku yang minta maaf, tidak bisa membalas kebaikan suamimu. Dia selalu ada saat aku butuh bantuannya. Tapi aku malah tidak sempat melepas kepergiannya dengan benar. " Kataku.


Sesaat suasana hening diantara kami. Aku baru menyadari jika ternyata para tetangga sudah pulang kembali ke rumah masing-masing setelah selesai beberes. Tenda sudah tidak terpasang, meja dan kursi pun sudah tidak nampak. Vita dan Erik memang tidak ada keluarga yang dekat dari rumahnya. Untungnya tetangga mau ikut membantu. Kebanyakan mereka ada di luar Jawa sehingga tidak memungkinkan untuk datang tepat waktu. Mungkin besok mereka baru sampai.


Kini hanya tinggal aku dan Vita di rumah ini. Kemudian aku ceritakan ke dia kalau saat ini istriku menunggu di salah satu hotel. Vita berinisiatif untuk mengundang istriku ke rumahnya. Namun aku tolak. Aku tawarkan ke dia agar ikut ke hotel saja sementara. Toh semua urusan pemakaman juga sudah selesai. Besok pagi tinggal kembali ke rumah kalau saudara mereka sudah datang. Vita pun setuju.


Akhirnya setelah 20 menit menunggu Vita berkemas, kami pun langsung menuju hotel menggunakan jasa taxi online. Sepanjang perjalanan kulihat pandangan Vita selalu menerawang kosong. Aku tak berani menanyakan secara langsung, pastinya dia masih terpukul dengan kepergian suaminya.


Jam 9 malam lebih sedikit, aku sudah sampai di depan kamar hotel. Kuketuk kamar 2 kali, dan akhirnya istriku pun kulihat mengintip dari balik kamar. Aku tanpa babibu langsung nyelonong masuk ke kamar, dan terperanjat melihat istriku yang ternyata telanjang bersembunyi di balik pintu. Aku yang teringat adanya Vita di belakangku pun tak sempat mencegah Vita untuk masuk. Yang tentunya membuat Vita ikut terkejut melihat istriku telanjang.


"Kyaaaaaaaaa… " Keduanya sama-sama teriak melihat kondisi itu. Istriku langsung saya menyilangkan tangannya ke dada dan berbalik.


"Kok ga bilang-bilang sih kalo ga pake baju, malu tau. " Omelku pada istriku.


"Ga tahu juga kalo Vita ikut kesini. " Katanya.


Untung saja Vita tak terlalu menganggap serius ketelanjangan istriku. Dia setelah mengunci pintu langsung menuju ke sofa di kamar hotel. Dan mendaratkan pantatnya ke sofa empuk itu.


Istriku yang keheranan melihat ekspresi lanjutan Vita pun malah membuatnya tidak risih untuk telanjang dan mengambil tempat di sofa itu.


Kami yang berkumpul di kamar hotel itupun akhirnya mulai ngobrol ngalor ngidul, membahas tentang bisnis, kenangan dan bermacam topik lainnya. Kadang dalam kondisi serius, namun tak jarang pula diselingi joke untuk membangun canda tawa. Ya, obrolan kami bukan hanya sebatas teman, namun juga seperti keluarga. Tak ayal membuat kami malam itu sampai lupa waktu.


Waktu yang menunjukkan sudah jam 11 malam membuat kami merasa harus mengakhiri obrolan malam ini. Vita kemudian beranjak dari tempat duduknya mengambil tas makeup nya dan 2 potong pakaian atas bawah lalu berjalan ke kamar mandi.


Aku dan istriku lantas mengambil tempat di salah satu ranjang yang tersedia. Sambil menunggu Vita keluar dari kamar mandi, kusempatkan untuk bercumbu dengannya.


Saat Vita keluar dari kamar mandi, aku pun berpesan kepadanya untuk menaruh tasnya di lemari dan mengambil posisi di ranjang lainnya. Vita pun langsung melaksanakan instruksi dariku.


Setelah itu kumatikan semua lampu kamar dan kemudian beringsut di dalam selimut bersama istriku. Kulirik Vita masih saja dengan tatapan kosongnya namun sudah merebahkan diri di ranjang.


*** POV ISTRI ***


Darahku berdesir saat aku pelan-pelan melepaskan celana suamiku. Dengan sangat hati - hati kuturunkan celana dalamnya sampai lepas lewat dari kakinya. Walaupun sempat menggeliat tapi aku tak khawatir kalau dia bangun. Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan aku yang suka melepaskan celana dalamnya saat dia tertidur. Sehingga malah memudahkan aksiku.


Kulirik ranjang sebelah tempat Vita tidur, aku tak yakin dia bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Tapi aku malah iseng dengan apa yang kulakukan malam ini.


Ya, aku berencana "mengganggunya" dengan mengajak suamiku bercinta saat jelas-jelas kami berdampingan ranjang.


Setelah celana dalam suamiku lepas, segera aku merangkak mengambil tempat diantara selangkangan suamiku, dan dengan lembut kugenggam batang kontolnya. Kuayun pelan tanganku dengan sesekali jilatan di ujung kontolnya. Sementara tangan kiriku meremasi bola naganya dengan perlahan. Kuulang treatment itu sampai sekitar 10 menit saat kurasa suamiku sadar apa yang aku lakukan.


Dengan sedikit ngantuk dia angkat kepalanya sedikit agar dapat melihat jelas aku yang sedang berada diantara pahanya. Jariku memberikan isyarat padanya untuk tetap diam dan mengikuti permainanku. Matanya mengerling seakan berkata bahwa disamping kami sedang ada Vita yang tertidur.


Aku yang tak peduli dengan adanya Vita pun kembali melanjutkan permainan tanganku di batang kontol suamiku. Kuremas perlahan dan lembut secara bergantian batang kontol dan bola naganya. Suamiku hanya bisa pasrah dan berusaha untuk tidak mendesah terlalu keras.


Diserang seperti itu tak ayal membuat gairah suamiku bangkit. Dia segera bangkit dan memeluk tubuhku. Kemudian ditariknya tubuhku, diposisikan membungkuk dengan tangan yang bertumpu di ranjang tempat Vita tidur. Suamiku yang tadinya khawatir akan kehadiran Vita agaknya malah ikut terhanyut dalam sensasi permainanku. Dijilatinya lubang vagina dan anusku dari belakang dengan dia yang berlutut menghadap pantatku.


Sekarang giliran aku yang menikmati jilatan buas suamiku di dua lubang kenikmatanku. Sebegitu buasnya sampai terdengar suara kecipak air ludahnya yang tentu bercampur dengan cairan yang meleleh dari vaginaku. Permainan kombinasi tangan dan lidahnya membuatku serasa terbang ke angkasa birahi.


Puas menjilati kedua lubangku, kini ditariknya aku untuk bangkit dan kemudian memposisikan tubuhku untuk menaiki batang kontolnya. Dia berbaring di ranjang kami dengan kaki yang menggantung di tepi ranjang. Dengan ekspresi wajah yang kubuat sebinal mungkin, kugenggam kontolnya dan kemudian kugesek-gesekkan di permukaan vaginaku agar ujung kontolnya licin dan basah cairan vaginaku.


Dengan satu hentakan mantap, amblas sudah batang kontol itu menembus lubang vaginaku. Dia yang kaget kelepasan memekik agak keras. Membuat kami serempak melirik ke arah Vita, khawatir Vita terbangun. Meskipun sejatinya itu yang kami harapkan.


Segera kugoyang batang kontol kesayanganku itu dengan tempo sedang. Sensasi bersetubuh saat sahabat kami sedang ada di samping ranjang kami membuatku lebih bernafsu dan tak ingin menyiakan waktu yang ada. Remasan tangan suamiku di gundukan payudaraku menghiasi kegiatan senggama kami.


Derit ranjang yang timbul karena goyanganku sudah tak menjadi masalah buat kami. Tujuan untuk segera mencapai orgasme mengalahkan kekhawatiran kami akan bangunnya Vita dsri tidur.


Ditengah goyanganku memberikan kenikmatan pada kontol suamiku, sesekali aku melirik ke arah Vita. Aku melihat ada perubahan posisi pada tidur Vita. Dimana sekarang pahanya terkatup rapat dan sedikit bergerak-gerak. Aku yakin saat ini dia hanya bisa diam mematung agar tidak diketahui oleh kami jika vaginanya sedang gatal.


Aku makin bersemangat bergoyang sambil memberikan isyarat ke suamiku agar melihat kearah Vita. Dia hanya tersenyum seakan paham dengan apa yang aku pikirkan.


20 menit aku bergoyang panas diatas tubuh suamiku, aku merasakan ada ledakan yang siap keluar dari tubuhku. Segera tanganku bertumpu di dada suamiku agar goyanganku makin mantap dan kontol suamiku makin terbenam di lubang vaginaku. Suamiku pun demikian, dia makin keras meremasi kedua payudaraku.


Sampai akhirnya secara bersamaan kami mencapai puncak kenikmatan orgasme berdua.



"Aaaaaaaarrggghhh… "


Desahan kenikmatan yang tidak dapat kami tahan pun akhirnya keluar. Aku dapat merasakan sperma suamiku menyemprot sampai 6 kali di dalam vaginaku.
 
Udah lama banget terakhir update.
Mohon maaf dan terima kasih untuk yang setia menunggu update.

Agak susah aku membuka mata pagi ini, badanku terasa masih lemas karena orgasme hebat tadi malam. Aku melihat ke samping tempat tidur, tak kulihat kehadiran suamiku. Kuambil smartphone ku untuk melihat jam berapa sekarang. Ternyata sudah jam 10 pagi. Aku baru sadar ada secarik note di samping smartphoneku, ternyata suamiku keluar untuk mengantar Vita kembali ke rumah karena saudara-saudara nya akan datang.


Aku pun bergegas bangkit untuk ke kamar mandi. Walaupun masih cukup lemas, tapi aku harap tubuhku bisa merasakan kesegaran setelah mandi.


Selesai mandi, dengan tubuh telanjang bulat aku keluar kamar mandi setelah selesai mengeringkan tubuhku dengan handuk. Kubuka penuh jendela kamar agar sinar matahari bisa menerangi kamar. Kunyalakan TV, namun juga meraih smartphoneku. Kebiasaan yang aneh mungkin ya, menyalakan TV tapi fokus tetap ke smartphone. Entah channel TV apa yang tayang, aku asyik dengan smartphoneku.


Aku baru teringat, kalo Om Robert punya rumah di Semarang. Agaknya aku ingin difoto lagi sama om Robert. Kucari kontaknya, dan kemudian menyapanya lewat Whatsapp. Gayung bersambut, om Robert juga secepat kilat menjawab pesan WA ku. Aku bilang padanya ingin difoto lagi olehnya. Om Robert pun juga setuju. Tapi sebelum membuat janji dengan om Robert sepertinya aku harus minta ijin ke suamiku dulu. Aku bilang ke om Robert untuk atur jadwal dulu dengan suami. Dia bilang atur saja. Nanti kabari kalau sudah dapat jadwalnya.


Kemudian aku telepon suamiku.


"Sayang, kamu lagi dimana ?"

"Lagi di tempat Vita, bentar lagi pulang." Jawabnya.


"OK, aku tunggu di hotel ya."


Kuletakkan smartphoneku di meja nakas tempat tidur, dan kemudian kini fokus dengan movie yang sedang tayang di channel TV.


Sekitar 25 menit kemudian pintu kamar diketuk. Dengan masih telanjang, kubuka perlahan pintu kamar. Untuk antisipasi barangkali bukan suamiku yang mengetuk. Namun ternyata memang suamiku yang datang. Dia cukup terkejut ketika melihatku membukakan pintu tanpa pakaian yang menempel ditubuhku.


"Sayang, kok telanjang sih. Kalo yang dateng bukan aku gimana ? " Cecarnya.


"Bukannya kamu seneng kalo istrimu dikagumi orang lain ? Jawabku dengan pose menggoda.


Tak ada jawaban darinya, hanya tersenyum simpul dan kemudian merangkulku ke arah tempat tidur. Aku beringsut ke dalam selimut, sementara dia terlihat agak capek, mungkin di jalan cukup macet dengan makin padatnya kota Semarang.


" Udah sarapan sayang ?" Tanya dia.

"Belum." Jawabku singkat.


"Gimana kalo makan di luar ? " Ajaknya.

"Boleh. Eh tapi bentar sayang, aku mau ngomong. "


Lantas aku menceritakan rencanaku untuk photoshoot dengan om Robert. Aku bilang ke dia dulu, sekaligus minta izin barangkali dia tidak memperbolehkan. Ternyata suamiku mengizinkanku, bahkan bersedia menemaniku. Meskipun aku ada sedikit kecewa jika photoshoot nya ada kehadiran suamiku. Berasa kurang bebas aja.

Tapi aku pun tetap merasa senang. Lalu berunding kapan waktu yang pas untuk photoshoot lagi bareng om Robert. Sepertinya suamiku juga antusias dengan rencana itu, dia bilang besok pagi aja. Jadi setelah semua acara di Semarang selesai, dia bisa fokus pada kerjaannya lagi.


Akhirnya aku kirim pesan ke om Robert kalau besok pagi aja. 3 menit kemudian om Robert membalas bahwa dia setuju. Dan tempatnya adalah salah satu hotel di Semarang bagian utara, jam 6 pagi. Tak lupa aku juga bilang ke om Robert kalau suamiku akan menemaniku. Dia tak masalah.


Kukabarkan rencana itu pada suamiku. Dia hanya mengangguk pelan sambil fokus dengan smartphonenya.


"Sayang, makan yuk. " Ajakku.

"Yuk, kemana ?" Tanyanya.

"Di kamar ajalah kayanya, mager mau kemana-mana. " Jawabku.

"Ya udah, pesen ke room service aja. "


Kuraih pesawat telepon untuk memesan makanan. Aku pesan 2 tenderloin steak dan 2 orange juice, ditambah onion ring. Selesai memesan, kuletakkan gagang telepon dan lanjut menikmati film di TV kabel tadi.


40 menit menunggu, akhirnya pesananku sudah datang. Kuminta suamiku untuk membukakan pintu, tapi malah aku yang disuruh buka.


"Sayang, aku kan ga pake baju." Tolakku.

"Kan aku suka kalo kamu diliatin cowo lain." Jawabnya dengan senyum-senyum mesum.


Aku bergegas bangkit dari tempat tidur. Sebelum membukakan pintu, aku sedikit teriak menjawab room service agar tunggu sebentar. Aku masuk kamar mandi, mengambil dan kemudian mengenakan handuk. Ya, aku hanya mengenakan handuk tanpa apa-apa dibaliknya. Sebagian payudaraku yang terjepit simpul handuk, dan bagian pahaku pasti bisa terekspos oleh room service yang nantinya masuk kamar. Yah, daripada telanjang bulat pikirku.



Kubukakan pintu kamar. Kulihat seorang lelaki muda dengan seragam hotel, mendorong trolly. Kutaksir umurnya baru 20-an. Kupersilakan masuk agar menata pesananku diatas meja. Terlebih dahulu dia menyodorkan bill senilai 179 ribu. Kuraih bill nya dan kemudian menuju ke tasku untuk mengambil dompet. Kuambil 2 lembar seratus ribuan.


Melihat room service itu masih menata makanan di meja, aku berniat menggodanya. Melihat dari tingkahnya sepertinya dia cukup polos. Kurenggangkan simpul handukku dengan tujuan kalo gerakanku cukup agresif, handukku akan terlepas di depannya. Pura-pura aku bantu dia menata makanan di meja, mengangkat kursi yang kulihat menghalangi geraknya. Saat kursi kuangkat lebih tinggi dari kepalaku, terlepaslah simpul handukku.


"Aaaaaaaahhh…" Aku berpura-pura teriak panik. Dia pun menoleh ke arahku dengan takjub. Rasanya dia baru pertama kali melihat wanita bugil.


"Tolong mas handuk saya. " Pintaku padanya agar mengambilkan handukku yang terlepas. Dia pun dengan panik segera meraih handukku dan kemudian menutupkannya di bagian depan tubuhku.


Agaknya terasa aneh dengan kejadian ini. Padahal jika ini terjadi dengan normal tanpa niat mempertontonkan tubuhku, pasti akan lebih mudah jika aku kemudian melepaskan kursi yang kaungkat, meraih handuk dan kemudian segera memakainya lagi. Tapi karena memang berniat menggoda lelaki ini, makanya aku buat seperti itu.


Dengan cepat dia menempelkan handuk di bagian depan tubuhku agar tubuh telanjangku segera tertutupi. Tapi secara tak sadar dia menempelkan tangannya di payudaraku.


"Tolong pakein mas. " Pintaku padanya.


Dia pun menurutiku dengan membetulkan handukku. Saat menyelipkan simpul handuk, tak ada curi-curi kesempatan olehnya untuk dapat membelai kulit halus payudaraku. Semuanya dilakukan dengan cepat.


Kuletakkan kursinya, dan kemudian segera menyelesaikan penataan makanan di meja. Dia segera pamit keluar kamar dan bahkan lupa memberikan kembalian padaku.


Kulihat suamiku tersenyum puas sambil mengacungkan jempolnya padaku.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd