Agak susah aku membuka mata pagi ini, badanku terasa masih lemas karena orgasme hebat tadi malam. Aku melihat ke samping tempat tidur, tak kulihat kehadiran suamiku. Kuambil smartphone ku untuk melihat jam berapa sekarang. Ternyata sudah jam 10 pagi. Aku baru sadar ada secarik note di samping smartphoneku, ternyata suamiku keluar untuk mengantar Vita kembali ke rumah karena saudara-saudara nya akan datang.
Aku pun bergegas bangkit untuk ke kamar mandi. Walaupun masih cukup lemas, tapi aku harap tubuhku bisa merasakan kesegaran setelah mandi.
Selesai mandi, dengan tubuh telanjang bulat aku keluar kamar mandi setelah selesai mengeringkan tubuhku dengan handuk. Kubuka penuh jendela kamar agar sinar matahari bisa menerangi kamar. Kunyalakan TV, namun juga meraih smartphoneku. Kebiasaan yang aneh mungkin ya, menyalakan TV tapi fokus tetap ke smartphone. Entah channel TV apa yang tayang, aku asyik dengan smartphoneku.
Aku baru teringat, kalo Om Robert punya rumah di Semarang. Agaknya aku ingin difoto lagi sama om Robert. Kucari kontaknya, dan kemudian menyapanya lewat Whatsapp. Gayung bersambut, om Robert juga secepat kilat menjawab pesan WA ku. Aku bilang padanya ingin difoto lagi olehnya. Om Robert pun juga setuju. Tapi sebelum membuat janji dengan om Robert sepertinya aku harus minta ijin ke suamiku dulu. Aku bilang ke om Robert untuk atur jadwal dulu dengan suami. Dia bilang atur saja. Nanti kabari kalau sudah dapat jadwalnya.
Kemudian aku telepon suamiku.
"Sayang, kamu lagi dimana ?"
"Lagi di tempat Vita, bentar lagi pulang." Jawabnya.
"OK, aku tunggu di hotel ya."
Kuletakkan smartphoneku di meja nakas tempat tidur, dan kemudian kini fokus dengan movie yang sedang tayang di channel TV.
Sekitar 25 menit kemudian pintu kamar diketuk. Dengan masih telanjang, kubuka perlahan pintu kamar. Untuk antisipasi barangkali bukan suamiku yang mengetuk. Namun ternyata memang suamiku yang datang. Dia cukup terkejut ketika melihatku membukakan pintu tanpa pakaian yang menempel ditubuhku.
"Sayang, kok telanjang sih. Kalo yang dateng bukan aku gimana ? " Cecarnya.
"Bukannya kamu seneng kalo istrimu dikagumi orang lain ? Jawabku dengan pose menggoda.
Tak ada jawaban darinya, hanya tersenyum simpul dan kemudian merangkulku ke arah tempat tidur. Aku beringsut ke dalam selimut, sementara dia terlihat agak capek, mungkin di jalan cukup macet dengan makin padatnya kota Semarang.
" Udah sarapan sayang ?" Tanya dia.
"Belum." Jawabku singkat.
"Gimana kalo makan di luar ? " Ajaknya.
"Boleh. Eh tapi bentar sayang, aku mau ngomong. "
Lantas aku menceritakan rencanaku untuk photoshoot dengan om Robert. Aku bilang ke dia dulu, sekaligus minta izin barangkali dia tidak memperbolehkan. Ternyata suamiku mengizinkanku, bahkan bersedia menemaniku. Meskipun aku ada sedikit kecewa jika photoshoot nya ada kehadiran suamiku. Berasa kurang bebas aja.
Tapi aku pun tetap merasa senang. Lalu berunding kapan waktu yang pas untuk photoshoot lagi bareng om Robert. Sepertinya suamiku juga antusias dengan rencana itu, dia bilang besok pagi aja. Jadi setelah semua acara di Semarang selesai, dia bisa fokus pada kerjaannya lagi.
Akhirnya aku kirim pesan ke om Robert kalau besok pagi aja. 3 menit kemudian om Robert membalas bahwa dia setuju. Dan tempatnya adalah salah satu hotel di Semarang bagian utara, jam 6 pagi. Tak lupa aku juga bilang ke om Robert kalau suamiku akan menemaniku. Dia tak masalah.
Kukabarkan rencana itu pada suamiku. Dia hanya mengangguk pelan sambil fokus dengan smartphonenya.
"Sayang, makan yuk. " Ajakku.
"Yuk, kemana ?" Tanyanya.
"Di kamar ajalah kayanya, mager mau kemana-mana. " Jawabku.
"Ya udah, pesen ke room service aja. "
Kuraih pesawat telepon untuk memesan makanan. Aku pesan 2 tenderloin steak dan 2 orange juice, ditambah onion ring. Selesai memesan, kuletakkan gagang telepon dan lanjut menikmati film di TV kabel tadi.
40 menit menunggu, akhirnya pesananku sudah datang. Kuminta suamiku untuk membukakan pintu, tapi malah aku yang disuruh buka.
"Sayang, aku kan ga pake baju." Tolakku.
"Kan aku suka kalo kamu diliatin cowo lain." Jawabnya dengan senyum-senyum mesum.
Aku bergegas bangkit dari tempat tidur. Sebelum membukakan pintu, aku sedikit teriak menjawab room service agar tunggu sebentar. Aku masuk kamar mandi, mengambil dan kemudian mengenakan handuk. Ya, aku hanya mengenakan handuk tanpa apa-apa dibaliknya. Sebagian payudaraku yang terjepit simpul handuk, dan bagian pahaku pasti bisa terekspos oleh room service yang nantinya masuk kamar. Yah, daripada telanjang bulat pikirku.
Kubukakan pintu kamar. Kulihat seorang lelaki muda dengan seragam hotel, mendorong trolly. Kutaksir umurnya baru 20-an. Kupersilakan masuk agar menata pesananku diatas meja. Terlebih dahulu dia menyodorkan bill senilai 179 ribu. Kuraih bill nya dan kemudian menuju ke tasku untuk mengambil dompet. Kuambil 2 lembar seratus ribuan.
Melihat room service itu masih menata makanan di meja, aku berniat menggodanya. Melihat dari tingkahnya sepertinya dia cukup polos. Kurenggangkan simpul handukku dengan tujuan kalo gerakanku cukup agresif, handukku akan terlepas di depannya. Pura-pura aku bantu dia menata makanan di meja, mengangkat kursi yang kulihat menghalangi geraknya. Saat kursi kuangkat lebih tinggi dari kepalaku, terlepaslah simpul handukku.
"Aaaaaaaahhh…" Aku berpura-pura teriak panik. Dia pun menoleh ke arahku dengan takjub. Rasanya dia baru pertama kali melihat wanita bugil.
"Tolong mas handuk saya. " Pintaku padanya agar mengambilkan handukku yang terlepas. Dia pun dengan panik segera meraih handukku dan kemudian menutupkannya di bagian depan tubuhku.
Agaknya terasa aneh dengan kejadian ini. Padahal jika ini terjadi dengan normal tanpa niat mempertontonkan tubuhku, pasti akan lebih mudah jika aku kemudian melepaskan kursi yang kaungkat, meraih handuk dan kemudian segera memakainya lagi. Tapi karena memang berniat menggoda lelaki ini, makanya aku buat seperti itu.
Dengan cepat dia menempelkan handuk di bagian depan tubuhku agar tubuh telanjangku segera tertutupi. Tapi secara tak sadar dia menempelkan tangannya di payudaraku.
"Tolong pakein mas. " Pintaku padanya.
Dia pun menurutiku dengan membetulkan handukku. Saat menyelipkan simpul handuk, tak ada curi-curi kesempatan olehnya untuk dapat membelai kulit halus payudaraku. Semuanya dilakukan dengan cepat.
Kuletakkan kursinya, dan kemudian segera menyelesaikan penataan makanan di meja. Dia segera pamit keluar kamar dan bahkan lupa memberikan kembalian padaku.
Kulihat suamiku tersenyum puas sambil mengacungkan jempolnya padaku.