missrossa
Semprot Holic
- Daftar
- 30 Oct 2019
- Post
- 339
- Like diterima
- 7.115
Nungguin Handi dapet jatah kan ?
Handi terlihat sekali sangat deg-degan saat melihat tubuh telanjangku kini mengangkangi tubuhnya. Payudaraku dan gundukan memekku kini terlihat lebih jelas olehnya. Aku tersenyum semanis mungkin, mencoba mengurangi tekanan yang ada pada Handi. Meskipun sebenarnya aku sudah sangat ingin menuntaskan birahiku, tapi aku pikir dengan masih polosnya Handi, pasti dengan sedikit goyangan mautku, kontolnya akan langsung muncrat membasahi liang memekku. Tapi demi memberikan tontonan pada pejantan-pejantan tua di sofa itu, kuturuti permintaan mereka.
Kugenggam kedua tangan Handi yang berada di atas kepalanya, mirip seperti seorang pria yang akan memperkosa seorang wanita. Memegangi kedua tangan agar tidak terlalu berontak. Tapi kondisi ini justru kebalikannya. Aku seorang wanita, yang memegangi tangan seorang pemuda, dan bersiap menancapkan batang kontolnya ke memekku. Kuturunkan vaginaku tepat diatas kontolnya, dengan lembut kugesekkan memekku ke ujung kontolnya, membagi cairan cintaku ke kontol Handi agar nantinya lebih licin dan mudah menerobos masuk ke liang memekku.
Setelah kurasa ujung kontolnya sudah basah, kusentakkan memekku turun kebawah agar kontol Handi menghujam memekku dengan keras. "Aaaaaaaaahhhh…" desahku saat kontol Handi amblas sempurna di memekku. Handi yang kaget hanya bisa menggeram keenakan dengan kepala yang terdongak.
Aku berhenti sejenak untuk membiarkan Handi menikmati posisi ini. Dengan tanganku masih memegangi tangannya, sementara bagian bawah tubuhku sudah menghimpit tubuh Handi, pastilah Handi kini mendapatkan tontonan kedua payudaraku yang menggantung di depan matanya. Dengan perlahan aku mulai menggoyang kontol Handi, dan sekaligus pula mengusap-usapkan pentilku ke wajahnya.
Kulirik ke belakang, om Ivan, om David dan om Robert sudah tak memakai celana lagi. Mereka sudah fokus membelai kontol masing-masing dengan sajian liveshow ku bersama Handi. Melihat para pajantan tua itu sudah onfire, aku pun mulai meningkatkan irama goyanganku secara konstan. Kulepas tangan Handi, dan kini aku tanganku bertumpu di dadanya.
"Enak Han ?" Tanyaku padanya sambil mengerling nakal. Dia hanya membalas dengan anggukan malu-malu. Terus kumaju-mundurkan tubuhku menggoyang kontol Handi, sambil sesekali memberikan tontonan nakal padanya. Kuremas kedua payudaraku dengan ganas, diiringi erangan-erangan keras. Kadang juga kugigit sendiri kedua payudaraku di depannya.
Handi hanya diam terpana, dia masih takut untuk ikut bermain dengan menjamah tubuhku. Kucoba untuk meraih kedua tangan Handi, dan kemudian menempelkannya ke kedua payudaraku. Kubantu dia agar meremasi kedua payudaraku. "Remes yang kenceng Han." Pintaku padanya.
Batang kontol Handi terbilang panjang walaupun dengan diameter yang tidak terlalu istimewa. Tapi panjangnya bisa mentok ngenakin di vaginaku. "Cleeeeep… cleeeeep… cleeeeep… " Bunyi kecipak cairan cintaku saat menggoyang kontol Handi. Kontolnya yang panjang membuat vaginaku seperti terhunus.
Baru sekitar 10 menit aku menggoyang kontol Handi, dia mulai blingsatan seakan ingin segera mencapai klimaksnya. Pinggulnya mulai ikut bermain dan remasan tangannya di payudaraku makin kuat. "Uuuuuh mba, aku ga kuat." Katanya mengiba. Melihatnya seperti itu, segera kutingkatkan kecepatan goyanganku, ingin kuberikan kenikmatan duniawi padanya.
Benar saja, kedutan kontolnya mulai terasa di memekku, makin liar aku bergoyang. "Aaaaaaaaaahhhh, mba. Aku keluaaaaar…" Teriaknya lepas. Ya, dia teriak lepas saat kontolnya melepaskan 7 semprotan ke liang memekku. Kontolnya langsung mengecil sesaat setelah mencapai puncak birahinya.
Kuangkat tubuhku sampai kontol Handi terlepas. Kubiarkan dia tergeletak lemas setelah menikmati goyanganku. Aku yang belum meraih orgasmeku tentu saja segera mencari kontol pengganti yang siap menuntaskan birahiku. Aku merangkak mundur menjauhi Handi menuju tepi ranjang, Kuturunkan bagian depan tubuhku sehingga kini aku nungging di tepi ranjang, dengan lubang memek yang terekspos di depan para pejantan tua itu. Kubelai-belai lubang memek dan pantatku dengan memasang mimik wajah sayu. Dengan sesekali kutepok dengan kuat.
"Masukin kontol tuan-tuan ke memek lonte ini, tuan." Kataku dengan senyum dan kerlingan nakal. Kupandangi mereka satu-persatu. "Mari tuan, lonte ini siap melayani tuan apapun yang tuan mau."
Om Ivan dan om Robert tampak memberikan kesempatan pada om David untuk jadi yang pertama menggagahiku. Om David bangkit dari sofa, melepas kaosnya sampai telanjang bulat. Tapi nampak sebelum dia menghampiriku, dia memberikan kode dengan anggukan kepala ke Citra.
Citra berdiri dan langsung menarik Handi turun dari ranjang dengan tegas. Sorot matanya nampak selalu serius sejak pertama kali aku melihatnya. Handi pun turun dari ranjang dan ngeloyor pergi ke kamar sebelah, dan om Ivan membiarkannya. Citra berbaring di depanku dan lantas melolosi semua pakaiannya. Dikangkannya kedua kakinya, sampai aku bisa melihat memeknya dengan jelas di depanku. Memek yang indah menurutku, walau tidak terlalu pink, namun bersih dari bulu jembut. Benar-benar seperti memek anak SMP. Dijambaknya rambutku agar kepalaku maju ke depan, ditarik ke pangkal pahanya. Pengalaman baru buatku, dimana kali ini Citra menyuruhku untuk menjilati vaginanya.
Om David membelai tubuhku, mulai dari pinggang, turun ke payudara sampai dengan pantat dan lubang memekku. Diposisikannya ujung kontolnya di depan memekku, digesek-gesek agar basah oleh cairan memekku. Kusambut dengan goyangan pantatku agar gesekannya lebih terasa. Beberapa saat kuraih batang kontolnya, sudah cukup basah pikirku, lantas kuntuntun batang kontol itu untuk masuk ke liang memekku. Kumundurkan pantatku ke belakang, dan disambut oleh om David dengan mendorong kontolnya dengan kuat.
"Aaaaaaaargghhh…" Aku teriak lepas saat kontol itu menghujam memekku dengan kuat. Sesaat kubiarkan kontol itu berada di liang memekku sebelum nanti pastinya akan maju mundur menggesek dinding-dinding memekku.
"Udah siap lonteku sayang ?" Tanya om David. Aku menoleh ke belakang, memberikan senyum padanya, dan mengangguk. Kontolnya kurang lebih sama dengan om Ivan. Besar, namun kurasa lebih panjang.
"Oke sayang, nikmati saja." Ujar om David sambil mengayunkan tubuhnya untuk pertama kali, sebagai awal mula perjalanan birahi ini.
Kini diatas ranjang ada Citra yang sedang mendesah memejamkan mata karena kujilati memeknya.
Kugenggam kedua tangan Handi yang berada di atas kepalanya, mirip seperti seorang pria yang akan memperkosa seorang wanita. Memegangi kedua tangan agar tidak terlalu berontak. Tapi kondisi ini justru kebalikannya. Aku seorang wanita, yang memegangi tangan seorang pemuda, dan bersiap menancapkan batang kontolnya ke memekku. Kuturunkan vaginaku tepat diatas kontolnya, dengan lembut kugesekkan memekku ke ujung kontolnya, membagi cairan cintaku ke kontol Handi agar nantinya lebih licin dan mudah menerobos masuk ke liang memekku.
Setelah kurasa ujung kontolnya sudah basah, kusentakkan memekku turun kebawah agar kontol Handi menghujam memekku dengan keras. "Aaaaaaaaahhhh…" desahku saat kontol Handi amblas sempurna di memekku. Handi yang kaget hanya bisa menggeram keenakan dengan kepala yang terdongak.
Aku berhenti sejenak untuk membiarkan Handi menikmati posisi ini. Dengan tanganku masih memegangi tangannya, sementara bagian bawah tubuhku sudah menghimpit tubuh Handi, pastilah Handi kini mendapatkan tontonan kedua payudaraku yang menggantung di depan matanya. Dengan perlahan aku mulai menggoyang kontol Handi, dan sekaligus pula mengusap-usapkan pentilku ke wajahnya.
Kulirik ke belakang, om Ivan, om David dan om Robert sudah tak memakai celana lagi. Mereka sudah fokus membelai kontol masing-masing dengan sajian liveshow ku bersama Handi. Melihat para pajantan tua itu sudah onfire, aku pun mulai meningkatkan irama goyanganku secara konstan. Kulepas tangan Handi, dan kini aku tanganku bertumpu di dadanya.
"Enak Han ?" Tanyaku padanya sambil mengerling nakal. Dia hanya membalas dengan anggukan malu-malu. Terus kumaju-mundurkan tubuhku menggoyang kontol Handi, sambil sesekali memberikan tontonan nakal padanya. Kuremas kedua payudaraku dengan ganas, diiringi erangan-erangan keras. Kadang juga kugigit sendiri kedua payudaraku di depannya.
Handi hanya diam terpana, dia masih takut untuk ikut bermain dengan menjamah tubuhku. Kucoba untuk meraih kedua tangan Handi, dan kemudian menempelkannya ke kedua payudaraku. Kubantu dia agar meremasi kedua payudaraku. "Remes yang kenceng Han." Pintaku padanya.
Batang kontol Handi terbilang panjang walaupun dengan diameter yang tidak terlalu istimewa. Tapi panjangnya bisa mentok ngenakin di vaginaku. "Cleeeeep… cleeeeep… cleeeeep… " Bunyi kecipak cairan cintaku saat menggoyang kontol Handi. Kontolnya yang panjang membuat vaginaku seperti terhunus.
Baru sekitar 10 menit aku menggoyang kontol Handi, dia mulai blingsatan seakan ingin segera mencapai klimaksnya. Pinggulnya mulai ikut bermain dan remasan tangannya di payudaraku makin kuat. "Uuuuuh mba, aku ga kuat." Katanya mengiba. Melihatnya seperti itu, segera kutingkatkan kecepatan goyanganku, ingin kuberikan kenikmatan duniawi padanya.
Benar saja, kedutan kontolnya mulai terasa di memekku, makin liar aku bergoyang. "Aaaaaaaaaahhhh, mba. Aku keluaaaaar…" Teriaknya lepas. Ya, dia teriak lepas saat kontolnya melepaskan 7 semprotan ke liang memekku. Kontolnya langsung mengecil sesaat setelah mencapai puncak birahinya.
Kuangkat tubuhku sampai kontol Handi terlepas. Kubiarkan dia tergeletak lemas setelah menikmati goyanganku. Aku yang belum meraih orgasmeku tentu saja segera mencari kontol pengganti yang siap menuntaskan birahiku. Aku merangkak mundur menjauhi Handi menuju tepi ranjang, Kuturunkan bagian depan tubuhku sehingga kini aku nungging di tepi ranjang, dengan lubang memek yang terekspos di depan para pejantan tua itu. Kubelai-belai lubang memek dan pantatku dengan memasang mimik wajah sayu. Dengan sesekali kutepok dengan kuat.
"Masukin kontol tuan-tuan ke memek lonte ini, tuan." Kataku dengan senyum dan kerlingan nakal. Kupandangi mereka satu-persatu. "Mari tuan, lonte ini siap melayani tuan apapun yang tuan mau."
Om Ivan dan om Robert tampak memberikan kesempatan pada om David untuk jadi yang pertama menggagahiku. Om David bangkit dari sofa, melepas kaosnya sampai telanjang bulat. Tapi nampak sebelum dia menghampiriku, dia memberikan kode dengan anggukan kepala ke Citra.
Citra berdiri dan langsung menarik Handi turun dari ranjang dengan tegas. Sorot matanya nampak selalu serius sejak pertama kali aku melihatnya. Handi pun turun dari ranjang dan ngeloyor pergi ke kamar sebelah, dan om Ivan membiarkannya. Citra berbaring di depanku dan lantas melolosi semua pakaiannya. Dikangkannya kedua kakinya, sampai aku bisa melihat memeknya dengan jelas di depanku. Memek yang indah menurutku, walau tidak terlalu pink, namun bersih dari bulu jembut. Benar-benar seperti memek anak SMP. Dijambaknya rambutku agar kepalaku maju ke depan, ditarik ke pangkal pahanya. Pengalaman baru buatku, dimana kali ini Citra menyuruhku untuk menjilati vaginanya.
Om David membelai tubuhku, mulai dari pinggang, turun ke payudara sampai dengan pantat dan lubang memekku. Diposisikannya ujung kontolnya di depan memekku, digesek-gesek agar basah oleh cairan memekku. Kusambut dengan goyangan pantatku agar gesekannya lebih terasa. Beberapa saat kuraih batang kontolnya, sudah cukup basah pikirku, lantas kuntuntun batang kontol itu untuk masuk ke liang memekku. Kumundurkan pantatku ke belakang, dan disambut oleh om David dengan mendorong kontolnya dengan kuat.
"Aaaaaaaargghhh…" Aku teriak lepas saat kontol itu menghujam memekku dengan kuat. Sesaat kubiarkan kontol itu berada di liang memekku sebelum nanti pastinya akan maju mundur menggesek dinding-dinding memekku.
"Udah siap lonteku sayang ?" Tanya om David. Aku menoleh ke belakang, memberikan senyum padanya, dan mengangguk. Kontolnya kurang lebih sama dengan om Ivan. Besar, namun kurasa lebih panjang.
"Oke sayang, nikmati saja." Ujar om David sambil mengayunkan tubuhnya untuk pertama kali, sebagai awal mula perjalanan birahi ini.
Kini diatas ranjang ada Citra yang sedang mendesah memejamkan mata karena kujilati memeknya.