Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,7%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 143 16,2%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    884
Bimabet
Nungguin Handi dapet jatah kan ?


Handi terlihat sekali sangat deg-degan saat melihat tubuh telanjangku kini mengangkangi tubuhnya. Payudaraku dan gundukan memekku kini terlihat lebih jelas olehnya. Aku tersenyum semanis mungkin, mencoba mengurangi tekanan yang ada pada Handi. Meskipun sebenarnya aku sudah sangat ingin menuntaskan birahiku, tapi aku pikir dengan masih polosnya Handi, pasti dengan sedikit goyangan mautku, kontolnya akan langsung muncrat membasahi liang memekku. Tapi demi memberikan tontonan pada pejantan-pejantan tua di sofa itu, kuturuti permintaan mereka.


Kugenggam kedua tangan Handi yang berada di atas kepalanya, mirip seperti seorang pria yang akan memperkosa seorang wanita. Memegangi kedua tangan agar tidak terlalu berontak. Tapi kondisi ini justru kebalikannya. Aku seorang wanita, yang memegangi tangan seorang pemuda, dan bersiap menancapkan batang kontolnya ke memekku. Kuturunkan vaginaku tepat diatas kontolnya, dengan lembut kugesekkan memekku ke ujung kontolnya, membagi cairan cintaku ke kontol Handi agar nantinya lebih licin dan mudah menerobos masuk ke liang memekku.


Setelah kurasa ujung kontolnya sudah basah, kusentakkan memekku turun kebawah agar kontol Handi menghujam memekku dengan keras. "Aaaaaaaaahhhh…" desahku saat kontol Handi amblas sempurna di memekku. Handi yang kaget hanya bisa menggeram keenakan dengan kepala yang terdongak.


Aku berhenti sejenak untuk membiarkan Handi menikmati posisi ini. Dengan tanganku masih memegangi tangannya, sementara bagian bawah tubuhku sudah menghimpit tubuh Handi, pastilah Handi kini mendapatkan tontonan kedua payudaraku yang menggantung di depan matanya. Dengan perlahan aku mulai menggoyang kontol Handi, dan sekaligus pula mengusap-usapkan pentilku ke wajahnya.


Kulirik ke belakang, om Ivan, om David dan om Robert sudah tak memakai celana lagi. Mereka sudah fokus membelai kontol masing-masing dengan sajian liveshow ku bersama Handi. Melihat para pajantan tua itu sudah onfire, aku pun mulai meningkatkan irama goyanganku secara konstan. Kulepas tangan Handi, dan kini aku tanganku bertumpu di dadanya.


"Enak Han ?" Tanyaku padanya sambil mengerling nakal. Dia hanya membalas dengan anggukan malu-malu. Terus kumaju-mundurkan tubuhku menggoyang kontol Handi, sambil sesekali memberikan tontonan nakal padanya. Kuremas kedua payudaraku dengan ganas, diiringi erangan-erangan keras. Kadang juga kugigit sendiri kedua payudaraku di depannya.


Handi hanya diam terpana, dia masih takut untuk ikut bermain dengan menjamah tubuhku. Kucoba untuk meraih kedua tangan Handi, dan kemudian menempelkannya ke kedua payudaraku. Kubantu dia agar meremasi kedua payudaraku. "Remes yang kenceng Han." Pintaku padanya.


Batang kontol Handi terbilang panjang walaupun dengan diameter yang tidak terlalu istimewa. Tapi panjangnya bisa mentok ngenakin di vaginaku. "Cleeeeep… cleeeeep… cleeeeep… " Bunyi kecipak cairan cintaku saat menggoyang kontol Handi. Kontolnya yang panjang membuat vaginaku seperti terhunus.


Baru sekitar 10 menit aku menggoyang kontol Handi, dia mulai blingsatan seakan ingin segera mencapai klimaksnya. Pinggulnya mulai ikut bermain dan remasan tangannya di payudaraku makin kuat. "Uuuuuh mba, aku ga kuat." Katanya mengiba. Melihatnya seperti itu, segera kutingkatkan kecepatan goyanganku, ingin kuberikan kenikmatan duniawi padanya.


Benar saja, kedutan kontolnya mulai terasa di memekku, makin liar aku bergoyang. "Aaaaaaaaaahhhh, mba. Aku keluaaaaar…" Teriaknya lepas. Ya, dia teriak lepas saat kontolnya melepaskan 7 semprotan ke liang memekku. Kontolnya langsung mengecil sesaat setelah mencapai puncak birahinya.


Kuangkat tubuhku sampai kontol Handi terlepas. Kubiarkan dia tergeletak lemas setelah menikmati goyanganku. Aku yang belum meraih orgasmeku tentu saja segera mencari kontol pengganti yang siap menuntaskan birahiku. Aku merangkak mundur menjauhi Handi menuju tepi ranjang, Kuturunkan bagian depan tubuhku sehingga kini aku nungging di tepi ranjang, dengan lubang memek yang terekspos di depan para pejantan tua itu. Kubelai-belai lubang memek dan pantatku dengan memasang mimik wajah sayu. Dengan sesekali kutepok dengan kuat.


"Masukin kontol tuan-tuan ke memek lonte ini, tuan." Kataku dengan senyum dan kerlingan nakal. Kupandangi mereka satu-persatu. "Mari tuan, lonte ini siap melayani tuan apapun yang tuan mau."


Om Ivan dan om Robert tampak memberikan kesempatan pada om David untuk jadi yang pertama menggagahiku. Om David bangkit dari sofa, melepas kaosnya sampai telanjang bulat. Tapi nampak sebelum dia menghampiriku, dia memberikan kode dengan anggukan kepala ke Citra.


Citra berdiri dan langsung menarik Handi turun dari ranjang dengan tegas. Sorot matanya nampak selalu serius sejak pertama kali aku melihatnya. Handi pun turun dari ranjang dan ngeloyor pergi ke kamar sebelah, dan om Ivan membiarkannya. Citra berbaring di depanku dan lantas melolosi semua pakaiannya. Dikangkannya kedua kakinya, sampai aku bisa melihat memeknya dengan jelas di depanku. Memek yang indah menurutku, walau tidak terlalu pink, namun bersih dari bulu jembut. Benar-benar seperti memek anak SMP. Dijambaknya rambutku agar kepalaku maju ke depan, ditarik ke pangkal pahanya. Pengalaman baru buatku, dimana kali ini Citra menyuruhku untuk menjilati vaginanya.


Om David membelai tubuhku, mulai dari pinggang, turun ke payudara sampai dengan pantat dan lubang memekku. Diposisikannya ujung kontolnya di depan memekku, digesek-gesek agar basah oleh cairan memekku. Kusambut dengan goyangan pantatku agar gesekannya lebih terasa. Beberapa saat kuraih batang kontolnya, sudah cukup basah pikirku, lantas kuntuntun batang kontol itu untuk masuk ke liang memekku. Kumundurkan pantatku ke belakang, dan disambut oleh om David dengan mendorong kontolnya dengan kuat.


"Aaaaaaaargghhh…" Aku teriak lepas saat kontol itu menghujam memekku dengan kuat. Sesaat kubiarkan kontol itu berada di liang memekku sebelum nanti pastinya akan maju mundur menggesek dinding-dinding memekku.


"Udah siap lonteku sayang ?" Tanya om David. Aku menoleh ke belakang, memberikan senyum padanya, dan mengangguk. Kontolnya kurang lebih sama dengan om Ivan. Besar, namun kurasa lebih panjang.


"Oke sayang, nikmati saja." Ujar om David sambil mengayunkan tubuhnya untuk pertama kali, sebagai awal mula perjalanan birahi ini.


Kini diatas ranjang ada Citra yang sedang mendesah memejamkan mata karena kujilati memeknya.
 
Update tipis dulu.
Nanti update lebih panjang pas photoshoot.

Enjoy 😘😘😘

Gaya bercinta om David bisa dibilang santai dengan sedikit kasar. Jadi dia goyangkan tubuhnya untuk menggenjot lawan mainnya, namun setiap kali mementokkan batang kontolnya, selalu dengan kekuatan penuh. Gerakannya konstan, dengan irama yang teratur. Mungkin untuk wanita dengan kulit yang sangat putih, pasti pantatnya akan merah membara jika bermain dengan om David.


Aku sibuk menjilati dan menghisap klitoris Citra sambil disodok dari belakang oleh om David. Roman mukanya kini jauh berbeda dengan impresi pertamaku tadi. Wajah sangenya ini pasti bikin pria tambah ngaceng kalo liat Citra. Diremasinya kedua teteknya dengan kencang, sementara kedua pahanya sesekali merapat saat hisapan dan jilatanku menguat.


"Uuuuuuuh, terusin. Enak banget." Racau Citra.


Melihat Citra yang semakin menikmati, jilatanku kuturunkan sampai lubang anusnya. Dia makin blingsatan saat air liurku membahasi lubang anusnya dan kujilati dengan penuh semangat. Di sisi lain, om David mulai meningkatkan irama goyangannya. Cuma agaknya belum ada tanda-tanda dia akan muncrat.


Tiba-tiba aku ditarik mundur ke belakang, turun dari ranjang sehingga mulutku lepas dari vagina Citra. "Eeeeeh…." Pekik Citra yang tertahan karena kenikmatannya terhenti.


Tanpa mengeluarkan kontolnya dari memekku, kini aku berdiri dengan tetap dihujani sodokan kontol om David. Diremasinya kedua tetekku di depan om Robert dan om Ivan. Kulihat mereka sedang self-service dengan kontol masing-masing. Aku yang menikmati hanya bisa bersandar di tubuh om David dan mendongak. Dijilatinya leherku naik turun sampai basah dengan liurnya.


D : "Enak sayang ?"

R : "Enak om, suka banget."

D : "Lain kali ajak suamimu ya."

R : "iya, nanti aku ajak dia om."

D : "Uuuuuuh, memekmu emang super.".


Kutengok Citra datang dan bersimpuh di depan om Ivan, lantas langsung melahap kontol om Ivan. Om Ivan menyambutnya dengan lembut sambil membelai rambut Citra. Kombinasi yang pasti membuat pria merem melek dimana Citra mengenyoti kontol om Ivan sementara tangannya membelai "kantong telur" Om Ivan.


Aku yang masih digenjot om David rasanya sudah ingin mencapai klimaks. "Kencengin om, udah pengen keluar. Aaaaaaahhh… anjing enak bangeeeeeet.." Erangku memohon pada om David agar menuntaskan birahiku.


"Tapi Besok harus lebih binal ya."

"Iya om, apapun permintaan om."


Aku menjawab sekenanya. Bukannya meningkatkan tempo genjotannya, kontolnya dilepas dari memekku. "Aaaaaaaahhh…" Erangku saat kontol itu terlepas.


Ditariknya tanganku, dan kemudian diposisikan aku menungging di tepi ranjang. Ditariknya pula Citra dan diposisikan sama sepertiku. "Udah yuk, biar besok ga kesiangan. " Kata om David pada 2 temannya.


Om Ivan dan om Robert lantas bangkit dan memposisikan diri pada 2 betina lacur di kamar itu. Om David berada di belakangku, om Robert di belakang Citra, dan om Ivan berdiri didepanku dan Citra. Om David segera menjejalkan batang kontolnya ke memekku, dan segera menggenjotku dengan tempo tinggi. Begitu juga om Robert pada Citra. Sementara aku dan Citra, bergantian memberikan kenikmatan pada om Ivan.


Kini deru nafas, lenguhan, dan erangan menggema di kamar itu dari 5 insan yang sedang berusaha menuntaskan birahinya. Kami yang berusaha menuntaskan birahi pun dengan buas saling memberikan kenikmatan.


10 menit dengan posisi itu, om Ivan dan om Robert berhasil mencapai klimaksnya. "Anjing betina lacur, enak bangeeeeeet… aaaaaaah… " Teriak om David saat kontolnya berkedut dan menyemprotkan pejuhnya ke memekku. Aku dan Citra pun berteriak saat mencapai orgasme, "aaaaaaaaarrgh…."


Aku dan Citra ambruk ke depan dengan deru nafas yang kencang, menikmati orgasme kami baru saja. Tampak lelehan sperma mengalir dari memek Citra, memekku dan juga mulutku. Karena tadi om Ivan menyemprotkan peju nya ke mulutku. Om david dan om Robert yang klimaks lantas ambruk pula diatas tubuhku dan Citra.


Sungguh pergumulan luar biasa malam ini. 5 insan yang sedang memacu birahi mencapai klimaks yang bersamaan. Pengalaman menarik buatku.


Setelah denyut jantung mereda dari kenikmatan orgasme, om Ivan lantas menyuruh om Robert pindah ke kamar sebelah bersama Citra. "Aku sama David disini, kamu pindah sebelah aja. Cit, ajak Handi." Kata om David pada om Robert. Kemudian om Robert pun bangkit dan menggandeng Citra menuju kamar sebelah. Jadi di kamar sebelah, ada om Robert dan Handi yang tidur mengapit Citra.


Sementara di kamar ini, aku tidur bersama om Ivan dan om David. Aku tidur diantara mereka, dengan kedua toketku digenggam oleh mereka. Walaupun udara begitu dingin, tapi kami tak memakai selimut yang ada. Jadilah diatas ranjang, ada 2 pria yang sedang mengapit seorang wanita, dan semuanya TELANJANG !
 
Maaf Baru Bisa Update.

"Gemesin banget ini." Komentar om David sambil terus mengelus memekku. Cukup lama om David menyabuni area intimku, sementara om Ivan pun juga asyik bermain main dengan toketku. Ya, aku sedang mandi bersama mereka, keduanya sedang menyabuniku sambil bermain dengan tubuhku.


"Uuuuuhhhh, oooom… jangan disitu." Desahku geli saat om David menusuk-nusukkan jempolnya ke lubang anusku. "Hahaha, enak nggak ?" Tanyanya. "Geli oooooom." Jawabku.


Mereka seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Om Ivan dengan gemas menyabuni kedua toketku dengan sesekali meremas dengan kuat serta memilin-milin putingku. Begitu juga om David yang menggesek-gesek klitoris serta menusuk-nusuk anusku dengan jarinya.


Setelah mereka puas menyabuni tubuhku, dibawah guyuran shower mereka mengapit tubuhku. Kedua kontol itu digesek-gesekkan di paha bagian depan dan belakangku. Om Ivan didepan, dan om David di belakang. Mereka dengan lembut sambil membelai tubuhku. Kami terus dalam posisi itu sampai sabun di tubuhku luruh disiram air.


Om David lantas meraih kimono handuk untukku, dan memakaikannya padaku selesai mandi. Digandengnya aku keluar kamar mandi, sementara om Ivan meneruskan mandinya. Didepan cermin dia memelukku dari belakang, menggerayangi tubuhku yang berbalut kimono dan menciumi leherku. Kami saling berpandangan di depan cermin, melihat adegan mesum yang kami lakukan. "Dandan cantik lonteku." Bisiknya sambil melucuti kimonoku. Kemudian dia duduk di sofa, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Duduk santai menunggu giliran mandi setelah om Ivan.


Kini aku berdiri di depan cermin, siap untuk make up agar terlihat cantik untuk photoshoot hari ini. Kulihat diriku di cermin, sambil teringat apa yang kulalui sampai saat ini. Seorang istri sah dari lelaki setia, yang tadi malam digarap oleh pejantan-pejantan tua dengan senang hati. Terlintas rasa kagum dan bangga pada diriku, yang selalu bisa membuat nafsu lelaki manapun dengan pesonaku.


Karena berada di daerah asing, aku berencana tak memakai hijabku. Jadi hari itu aku menggunakan tanktop warna hitam, dibalut cardigan lengan panjang, serta hotpants warna biru gelap. Dan tentunya, tak menggunakan dalaman apapun. Yang pastinya membuat putingku nyeplak di tanktop yang kupakai. Tapi aku merasa santai karena aku memakai cardigan, jadi nanti misalnya di tempat ramai, bisa kututupi dengan cardiganku ini. Make up ku hari itu memang agak menor, dengan riasan tebal, namun tampak kesan elegan wanita dewasa.


Kulihat om Ivan keluar kamar mandi sudah selesai mandi yang kemudian disusul om David yang kini gantian masuk ke kamar mandi. Kulihat sekilas batang kontol besarnya yang walaupun masih lemas, tetap menunjukkan kegagahannya. Lewat di belakangku, dengan usil ditepoknya pantatku dengan keras, "seksi banget sih." Katanya disusul dengan tawa.


Kini semuanya telah berkumpul di depan mobil om Ivan, sedikit mendokumentasikan kegiatan kami hari ini sebelum mulai. Berfoto bersama dengan senyum yang terkembang. Aku dan Citra diapit oleh keempat pejantan. Setelah berfoto, kami segera masuk ke mobil untuk menuju ke lokasi pemotretan. Tampak tadi Citra memasukkan 2 tas yang lumayan besar ke mobil, sepertinya peralatan dan pakaian untuk pemotretan hari ini.


Om Ivan dan Handi di baris terdepan, aku dan om David di baris kedua dan om Robert serta Citra di baris ketiga. Lokasi photoshoot sebenarnya tak jauh dari tempat kami menginap, hanya saja jika harus berjalan kaki dan membawa peralatan, tampaknya bakal jadi sesuatu yang melelahkan.


Tak sampai 15 menit, kami sudah berada di lokasi photoshoot hari ini. Sebuah areal perkebunan bunga dan tanaman hias yang terbilang luas. Kami semua turun dari mobil untuk sedikit menghirup udara segar khas pegunungan. Kami disambut oleh pak Sapto dan pak Naryo, orang yang dipercaya mengurus kebun bunga ini. Keduanya lantas membantu Handi menurunkan tas bawaan yang tadi dimasukkan oleh Citra.


Aku bergidik ngeri ketika mereka lewat di depanku untuk menuju ke mobil. Mereka berdua secara face tidaklah buruk rupa, hanya saja kulit mereka yang gelap mengkilat namun dengan badan yang kekar berotot, membuat imajinasiku melayang. Kalo saja nanti aku sampai ikutan digarap mereka, entah bagaimana capeknya nanti. Stamina mereka kupikir jelas jauh diatas para pejantan yang menggarapku tadi malam. Usia mereka mungkin tak jauh dengan om-om yang sedang bersamaku.


Selesai menurunkan bawaan dan membawanya ke spot foto yang diinginkan om David, kulihat mereka sedang bercengkrama dengan para pria. Sementara aku dan Citra sebatas ngobrol santai ngomongin tren kosmetik terbaru. Tampak tawa-tawa renyah namun terkesan mesum karena di tengah obrolan mereka, sesekali secara bersamaan mereka menatap ke arah kami berdua. Entah apa yang mereka obrolkan.


Mungkin kuceritakan dulu tentang spot foto yang akan digunakan hari ini. Jadi kebun ini bisa dibilang seperti di ujung bukit, jadi kita bisa melihat ke area sekitar yang berada lebih rendah. Tampak kebun bunga lain dan pemukiman penduduk. Selain itu kita juga bisa melihat bukit lainnya yang lebih tinggi. Angin yang berhembus tentu saja lebih kencang dibanding di area hotel, namun tetap sejuk karena memang di daerah pegunungan.


Om David, om Ivan dan om Robert kompak mempersiapkan gear mereka dengan Handi sebagai helper multiguna, sementara Citra membongkar baju-baju yang akan digunakan photoshoot. Keliatan banget lebih dominan gaun tidur, lingerie dan bikini. Ada beberapa yang tampak panjang tertutup di bagian depan, tapi sangat terbuka di bagian belakang. Tak lupa Citra juga membuka set make up yang kulihat sangat-sangat lengkap. Segera Citra memanggilku untuk memoles wajahku.


Selesai memberikan riasan di wajahku, Citra lantas melihat secarik kertas yang berisi daftar pakaian yang harus kupakai hari ini. Pertama, adalah semacam bodycon dengan tali pundak berwarna hitam, dan panjangnya hanya beberapa senti kebawah dari pangkal paha. Bahannya ngepres ke badan, walaupun tidak transparan, tapi tetap bisa menampilkan tonjolan puting jika tak mengenakan bra dibaliknya. Kalau aku membungkuk, sepertinya akan terlihat belahan vaginaku dari belakang kalo ga pake celana dalam. Melihat para pria sedang asyik mempersiapkan gearnya, sementara di dekatku hanya ada Citra, aku tak terlalu ambil pusing mencari tempat untuk berganti pakaian.


Tanpa pikir panjang, segera kulepaskan pakaian yang kukenakan, semuanya. Ya, semuanya. Citra yang asyik dengan handphonenya tak menyadari kalo aku telanjang bulat saat ini, dan bersiap mengenakan bodycon yang diberikan olehnya. Keliatan banget belahan dadaku seakan mau tumpah dengan busana ini. Sementara putingku juga tercetak jelas.


"Mulus banget non, juaraaaa… " celetuk seseorang dari belakang. Mendengar itu aku jadi kaget bukan kepalang. Gimana enggak, ternyata pak Sapto dan pak Naryo dari tadi ada di belakangku !


Aku teledor ga mikirin keberadaan mereka. Jadi secara otomatis mereka tadi melihat tubuh telanjangku dari belakang. Dan bisa jadi juga mengintip belahan vaginaku ketika aku membungkuk tadi.


Udah terlanjur basah, sekalian aja kasih sedikit pertunjukan buat mereka. Kutunjuk-tunjuk bagian payudaraku, seakan memberi isyarat tanya buat mereka, apakah mereka berminat melihat payudaraku. Lalu kugoyangkan tanganku seperti menimang kedua payudaraku. Kulihat mereka antusias sambil mengangguk angguk tanda setuju. Dengan cepat kutarik baju itu di bagian depan, sehingga kedua payudaraku meloncat keluar dan bergoyang. Namun sesegera mungkin juga kukembalikan ke wadahnya.


Pak Naryo dan Pak Sapto yang melihatnya pun ternganga namun masih sempat mengacungkan jempol mereka, tanda mereka suka dengan apa yang mereka lihat. Kuberikan gestur mencium mereka sebelum aku menuju ke tempat om David dan teman-temannya.


"Gimana, udah siap ?" Tanya om David.

"Sudah om, Yuk." Balasku.


Om Ivan lantas maju, dan menjelaskan konsep pemotretan dengan baju pertama ini. Konsepnya adalah aku seorang pedagang bunga yang sedang memilih bunga-bunga untuk kubeli dan kemudian kujual kembali di tempat asalku. Diawal mungkin tidak terlalu erotis, karena mereka akan mengambil gambar dengan target tubuhku yang kadang mengintip karena gerakan tertentu seperti membungkuk, jongkok atau nungging. Pak Sapto dan Pak Naryo berperan sebagai petani bunga tempat aku membeli.


Pertama aku berpose layaknya wisatawan yang mengunjungi taman bunga, dengan tangan merentang keatas, menunjukkan ketiakku dihiasi dengan senyum lebar yang manja. Kemudian lanjut dengan adegan aku berbincang dengan pak Sapto. Adegan demi adegan aku lalui layaknya bercanda biasa, dengan selingan membungkuk untuk mengambil pot bunga di bagian bawah, nungging mengambil bunga-bunga yang rontok di bawah sampai jongkok melihat pak Sapto memperagakan cara menanam bunga yang benar.


Sayangnya mungkin baru 45 menit kami mengambil foto, hujan turun dengan derasnya tanpa aba-aba. Bahkan mendung pun tidak terlihat terlalu tebal. Namun apa daya, kami harus segera menghentikan semuanya, mengemasi barang kami dan kemudian masuk ke mobil untuk berlindung dari air hujan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd