Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA NONTONIN WIKWIK

Status
Please reply by conversation.
Menyimak!!!
txuWZgR.jpg
om iki nok endi2 kok sering muncul yo :getok: :Peace:
 
Otak Ngeres Om Herman

Rasanya gue pengen tidur sebentar di kamar. Rindu rasanya kasur ini setelah ditinggal empat hari atau memang gue yang butuh istirahat. Tak ada waktu. Gue harus segera beranjak. Kalau tidak malam keburu menyalip.

Seminggu sekali jika memang tidak sibuk bokap sama nyokap bakal ngajak gue pulang ke Bekasi, menengok rumah kami yang perlu dibersihkan walaupun sudah ada Tante Vina dan Om Herman. Walau Bekasi tidak beda jauh dengan Jakarta, setidaknya ruang gerak gue sekeluarga tidak sesempit di kontrakkan.

Rumah kontrakan gue di Jakarta sungguh sebatas untuk tempat singgah melepas lelah. Banyak warga dan kendaraan berseliweran, meski bukan daerah kumuh. Di Bekasi gue bisa memaknai ketenangan. Jauh dari yang namanya kebisingan.

Nyokap: Ndra, pulang jangan malem-malem...

WA dari Nyokap barusan masuk. Gue diminta jangan lama-lama di Bekasi. Seraya menggendong ransel, Gue buru-buru keluar dari kamar dan hendak berpamitan kepada Tante Vina yang masih mengguyur badan.

Om Herman belum juga tampak. Katanya jeda beli makanan. Boleh jadi dia masih keluyuran menyongsong malam. Gue tetep gak bisa lama-lama menunggu seperti ini. Terpaksa Gue berjalan mendekati kamar mandi. Lekas pamit untuk balik ke Jakarta.

"Tante Vina!"
"Hendra balik dulu ya!"

"Eh?! Iya?! Kenapa?!", suaraku tak dapat ditangkap olehnya.

"Hendra mau balik!"
"Mama udah nyuruh pulang!"

KKKIIIYYYYYYUUUUUTT
Pintu kamar mandi terbuka.

"Whooaaa!!!" Gue hampir mau loncat. Rasanya mulut ini ingin menganga lebar memerhatikan postur tubuh Tante Vina selesai mandi bak bidadari.

Bersinar, tapi amat penting menjelaskan Tante Vina begitu menantang dengan daster bunga-bungaan menyoroti belahan dadanya yang ranum, seakan dia mau memberitahuku ini loh bentuk payudara Tante. Paha mulus bak pualam yang hampir tidak pernah kulihat. Raasanya ingin mencegah gue pulang. Duhs Gilak!

"Udah mau pulang aja.."
"Gak sekalian makan malam di sini?", tanya Tante Vina matanya mencari keberadaan Om Herman kiranya sudah di rumah.

"Enggghh. Gimana ya Tante"
"Masalahnya aku gak enak juga sama mama"

"Oh yaudah"
"Om Herman belum sampai ya?", ujar Tante Vina seraya mengeringkan rambut panjangnya.

"Enggak tahu. Bukannya bareng sama Tante Vina balik dari kantor?"

"Iya. Tadi dia mampir dulu di warung, beli cemilan"

Berdiri di hadapan Tante Vina yang masih belum berpindah dari depan pintu kamar mandi, rasanya gue ingin memeluknya sekejap. Mengajaknya mandi lagi, tapi kali ini gue yang dimandikan hehe. Ngarep. Memandangi tubuhnya gratisan seperti ini saja sudah bersyukur sekali. Apalagi sampai melihatnya tak mengenakan sehelai benang pun. Bahkan diajak WIKWIK. Makin kacau nih pikiran gue.

Gue segera membalikkan badan, meluruskan niat sungguh-sungguh agar waktu tidak terbuang. Gue redam birahi yang sedang membludak ini. Menjauh cepat-cepat dari Tante Vina harus kutempuh. Bukankah sudah biasa aku dibiarkan menggantung selesai memandangi tubuh molek Tante Vina tanpa bisa merasainya. Ya begitulah.

"Tante Vina, salam ya untuk Om Herman", pamit gue memakai sepatu asal-asalan.

"Iya. Salam juga buat Papa dan Mama ya"

"Pasti..."

"Hati-hati, Ndra...", Tante Vina mengantar gue hanya sampai di depan pintu rumahnya. Pun Gue balas dengan lemparan senyum perpisahan.

***

"Nah gitu dong..."
"Untung ketemu Hendra tadi di pos"

"Iya si Hendra pengen buru-buru pulang aja, Mas"

"Hehe...", Gue cuma mesam-mesem di depan Tante Vina dan Om Herman karena batal pulang. Sebab, Om Herman mencegat gue yang sebetulnya sudah hampir menaikki OJOL yang gue pesan di muka komplek.

"Habis ini kamu tidur di sini aja"
"Ini juga kan rumah kamu"

"Bisa banget Om, tapi aku besok masih sekolah"
"Kalo libur gapapa deh", ketus gue.

"Tapi gak apa apa nih kamu pulang malam?"

"Lah, tadi kenapa aku dicegat pulang kalau Om tanyanya begitu..."

"Iya sih. Om masalahnya udah beliin kamu makan..."
"Ya mubazir kan kalau kamu pulang..."

Tante Vina mengunyah martabak telor yang dibelikan Om Herman. Senang sejujurnya bisa kembali bertemu dengan Tante Vina. Lagi, Gue diberi kesempatan memandangi tubuhnya. Makin lahap saja gue menghabiskan makan malam.

"Kamu udah dong makannya, say", tegur Om Herman yang sedikit risih karena dia tak begitu mau istrinya menggendut.

"Habis enak sih Martabak yang kamu beliin"
"Cobain deh Ndra, enak loh...", Tante Vina menyodorkan sepiring martabak kepada gue.

"Enggak Tante, kenyang banget ini makan nasi padang"

"Hendra aja kenyang makan nasi padang"
"Kamu doang yang gak, kayaknya", sindir Om Herman ke Tante Vina.

Usia pernikahan Om Herman dan Tante Vina sudah berjalan cukup lama. Entah kenapa aku belum diberi sepupu. Konon, kata Mama Tante Vina mandul. Bagaimana seluk beluknya gue tidak tahu pasti. Kasian juga ya pernikahan yang diharapkan bahagia, tetapi belum juga dikaruniai momongan.

Menyudahi makan malam, Gue tidak sungkan-sungkan membawakan piring sisa makan gue ke dapur dan mencucinya sendiri kendati Tante Vina berusaha mencegah. Selebihnya gue habis ini tidak ada alasan lain kecuali ya benar-benar pulang karena semakin malam semakin berbahaya situasi jalanan.

Kembali menemui Om Herman dan Tante Vina, gue mengambil minum terlebih dulu. Entah ada angin apa. Tiba-tiba Om Herman menyahuti gue

"Hendraaa..."

"Iya kenapa, Om?, tanyaku menghadap sembari memegang gelas.

"Sini, Om mau bisikkin kamu.."

"Bisikkin apaa? Ngomong aja. Pakai bisik-bisik segala"

"Oh sekarang kamu udah rahasia-rahasiaan sama aku ya, Mas?", protes Tante Vina.

"Yaudah sini. Mau tahu gak?!", ucap Om Herman dengan nada memaksa. Pada dasarnya gue menuruti kemudian. Mengarahkan telinga gue untuk dibisikki kata kata yang tampaknya sangat rahasia, sampai-sampai Tante Vina sebagai istri tidak boleh tahu.

"Menurut kamu Tante Vina seksi gak pakaiannya begitu?", bisik Om Herman.

Belum gue jawab. Bungkam mulut untuk membalas. Seumur-umur gue tidak pernah diberi pertanyaan semacam ini olehnya. Apakah yang sedang merasuki Om Herman?

"Gimana?"
"Kok malah bengong?"
"Denger gak sih?"

"Ngomong apa Om Herman, Ndra?", tanya Tante Vina penasaran. Tak bisa bohong. Gue jadi memerhatikan lagi daster yang membikin penampilan Tante Vina seronok nan erotis. Belahan dadanya melulu terekspos sedangkan gue tidak jua bosan.

Dering dan Getar SMARTPHONE mengusik kesenangan sesaat. Papa menelepon, meminta gue untuk pulang sekarang! Segera!

"Om, Tante,.. Papa udah marah-marah sama aku nih", ucap guelesu.

"Iya... Gapapa", Om Hendra tersenyum.

"Yaudah, Aku balik...", tanpa aba-aba salam, gue melengos pergi. Namun, untuk urusan apalagi Om Herman meneriakki gue yang baru akan melangkah keluar.

"Hendra?!"

"Apalagi sih Om?", jawab gue menggerutu.

"Itu?!"

"Itu? Itu apa?! Apa sih?", Gue memeriksa seluruh badan karena Om Herman menunjuk ke arah badan gue.

"Itu! Itu Kontol kamu tutupin! Malu kelihatan orang!"

"Astaga?!", Om Herman tampak menyadari gue sange dengan penampilan Tante Vina. Malu banget haduh.

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd