Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Nyai Ajeng Galuh Andini - a Mini Series

Status
Please reply by conversation.
Dilanjutpun...

Cerita Sebelumnya....

Lalu aku memantapkan hati, menyambut kematianku sendiri, walau tak pernah kukira akan datang se-cepat, se-tragis dan se-konyol ini...

Gelap...

Selamat tinggal...

Semoga wanita itu selamat...

Ah, aku bahkan belum sempat melihat dengan jelas wajahnya...

Tapi, semua itu sudah tidak ada artinya sekarang kan?

Dan aku tersenyum...




Darubeksi Nyai Ajeng Galuh Andini
(Guna-Guna Nyai Ajeng Galuh Andini)​


“Sayang... istirahat dulu, sudah sore! Aku masak makanan kesukaanmu lho...” Seru sebuah suara dari dalam rumah. Aku tersenyum, sambil mempercepat pekerjaanku, menyusun batang-batang kayu bakar di Gudang kecil belakang rumah mungil kami.

Saat ini, bisa dikatakan aku sangat bahagia atas karunia yang kudapatkan. Sebuah kehidupan yang sempurna, hidup dengan istri yang begitu ku cintai, menjalani hari-hari bersama penuh canda tawa. Kadang aku memang merasa terlalu muda untuk menjadi seorang suami, tapi aku benar-benar mencintai wanita itu, dan dari apa yang saling kami bagi setiap hari, kukira kami memang saling mencintai.

Tiga tahun telah berlalu semenjak perkelahianku dengan tiga berandalan untuk menyelamatkannya. Saat kukira aku tewas karena luka-luka yang aku derita karena perkelahian itu, aku terbangun diatas sebuah ranjang. Dengan badan yang dipenuhi perban. Ya, istriku, dengan kemampuan penyembuhannya, yang menurut pengakuannya juga dibantu oleh seorang tabib dari desa ini, telah menyelamatkan nyawaku. Semenjak itu pula aku tinggal di rumahnya. Seiring berlalunya waktu, hubungan kami-pun semakin dekat. Dia adalah wanita muda yang cantik dan mandiri serta selalu ceria

Tidak butuh waktu lama, sebelum aku menyetujui ajakannya untuk menikah. Kami tinggal di sebuah desa kecil yang asri dengan penduduk yang ramah-ramah. Aku benar-benar merasa bahagia. Satu hal yang selalu mengganguku: Aku tidak begitu ingat kehidupan masa lalu-ku, masa sebelum aku bertemu dengannya.

Ah, dan satu lagi yang kadang merasa agak mengganjal: Penduduk desa dimana kami tinggal, tidak sepenuhnya normal, seperti layaknya penduduk yang samar-samar ku-ingat dari kehidupan masa-laluku. Kebanyakan dari mereka merupakan campuran antara manusia sepertiku, dan binatang. Ada yang setengah ular, ada yang berkepala kambing, kuda dengan badan dan kepala manusia, bahkan kepala desa kami adalah sesosok harimau putih yang berjalan dengan kedua kaki belakangnya, seperti layaknya manusia. Sosok yang hebat dan sangat kuhormati. Beliau selain mengayomi, juga sangat ramah. Dan selama berada di desa ini, aku memang bekerja kepadanya. Mengurusi ternak dan ladangnya.

Ah, tapi untuk apa aku mempermasalahkan semua itu?

Toh mereka menyambutku dengan hangat dan dengan tangan terbuka

“Masak apa sih cantiikk?” godaku pada istriku sambil memeluknya dari belakang dan menciumi kepalanya

Istriku ngigik “Aku masakin kanda sayur lodeh, ikan asin sama sambal terasi” jawabnya sambil mengelus dengan mesra lenganku yang melingkari tubuhnya dari belakang

Aku membalik tubuhnya lalu mengangkatnya pada ketiak seperti mengangkat anak kecil, mendudukannya di tepi meja makan dan menunduk menempelkan dahi kami.

“I love you...” desisku sambil tersenyum tengil

“Masa?” godanya sambil memencet hidungku dengan tangan mungilnya

Yep, istri cantik-ku ini memang mungil. Yah, mungil dalam arti yang sebenarnya. Tingginya aja kurang lebih cuman satu meter. Tapi untuk ukuran peri, dibandingkan tetangga peri kami yang lain, dia termasuk tinggi semampai. Memiliki dua mata unik berwarna kuning cerah dan sepasang telinga runcing yang imut. Rambut hitamnya yang kelihatan kontras dengan kulit putih pucatnya, sering disanggul lucu dibelakang kepala kecilnya. Wajahnya manis banget, innocence dan selalu nampak berbinar ceria. Hidungnya juga mungil lucu, dan bibirnya tipisnya, sering dimonyong-monyongin tengil setiap kali mendengarku ngegombal.

Aku mencium bibirnya yang dibalasnya dengan manja. Aku suka banget nyiumin bibir mungil istriku ini, apalagi sambil membelit-belitkan lidah ku dengan lidah berwarna ungu-nya

CPLKK...

“Udah ah, mandi dulu sana, trus maem, sebentar lagi malem lho...” godanya lagi sambil mengakhiri ciuman kami

“Emang ning Dini udah mandi?” tanyaku sambil masih memeluknya, menggesek-gesek-kan hidung kami

“Belum juga sih... hihihi”

“Makanya auk ecut!” godaku sambil menggelitiki pinggul-nya

“Enak aja! Wangi tauk!” bantahnya manja sambil nyengir, menggeliat-liat lucu karena gelitikanku

“Yaudah, kalau gitu mandi bareng” ujarku singkat sambil membopongnya

“Kyaaaa...” pekiknya anime, sok manja geto…

---

Galuh Andini, itulah namanya. Sesosok peri yang kunikahi tiga tahun lalu. Sesosok peri yang membuat hari-hariku begitu bahagia. Sesosok peri yang sangat kusayangi. Walau kadang kilatan-kilatan memori masa laluku berkelebat menyentak, membingungkan, memimbulkan keraguan dan mengganjal hati, namun tatapan mata sayang-nya selalu berhasil meyakinkanku bahwa inilah kehidupan yang sudah seharusnya kujalani. Dialah wanita yang memang ditakdirkan untuk berdampingan denganku dalam menghabiskan sisa umur ini...

Dia selalu berhasil meyakinkanku bahwa dunia diluar kebahagiaan kehidupan kecil kami, hanya ada kepedihan, luka dan duka-lara

Bahwa, hidupku sudah sempurna bersamanya, dan menurut pengakuannya, hidupnya juga sempurna karenaku

Bahwa itu semua terjadi, karena kita berdua saling mencintai

Itulah yang kuyakini sampai saat ini, dan mungkin akan kuyakini selamanya...

---

“Yang, tau gak, aku tadi mergokin pak Barta sedang guling-gulingan dengan ning Asih di hutan saat sedang cari kayu bakar” ujarku ngegosip sambil memangku istri mungilku di balai-balai depan rumah kami sesudah makan malam. Santai sambil menikmati udara desa kami yang bersih malam itu

“Ya biarin lah, mereka suami istri ini...” jawab istriku cuek sambil berusaha menggelung rambutnya dan membetulkan kain jarik yang dipakainya sebagai kemben

“Kebelet kali mereka… hahaha… Eh, tapi gimana ya caranya mereka ciuman, pak Barta kan kepalanya kambing gitu?”

“Iih, ya gak tau lah! Belum pernah liat pakde Barta ciuman lagi...” jawabnya ngikik

“Nah, ini pertanyaan selanjutnya, ning Asih kan badannya ular...”

“Trus?”

“Gituannya gimana ya?”

Andini, istriku, malah mendelik menatapku gemas “Piktor!!” hardiknya sambil memencet hidungku

“Hahaha... lha iya kan? Sebagai suami-istri kan harus... gituan...” aku masih membayangkan

“Iiiihh... apaan sih kanda! Malah ngebayangin istri orang deh!” rajuknya sok ngalem sambil ngikik

“Hehehe… eh, kalau orang jenis ning Asih itu melahirkan apa bertelur sih, say?” tanya-ku lagi sambil mempererat pelukan ke istri mungilku

“Bertelur, aku pernah membantu kelahiran yu Ashara, kakak yu Asih. Eh, tapi ngomong-ngomong, yang gak bisa aku bayangin itu dik Sinta…” sambung istriku, meneruskan ghibah bergelimang dosa kami, wkwkwk…

“Napa dia?” tanyaku polos

“Dia kan nikah sama kang Kartono…” lanjutnya

“Iya tau, trus napa?”

“Kang Karto kan genderuwo tuh, badannya gede, sedangkan Sinta peri kayak aku, kalau gituan… apa nggak….” Guman istriku tengil, mungkin sambil ngebayangin. Lik Kartono adalah teman kerja-ku. Kami sama-sama kerja di Ki Lurah untuk merawat ternak dan ladangnya. Sebagai genderuwo, lik Karto memang berbadan gede, tinggi-nya aja sekitar tiga meteran…

“Nah lho, sekarang siapa yang piktor? Ngebayangin punya suami orang…” godaku sok cemburu, sambil ber-haha-hehe

“PIKTOR ITU APA?” sambung suara besar yang tiba-tiba menyahuti gosipan kami

Aku dan Istriku sepontan terlonjak!

Kaget…. Kaget…. Kaget…. Kaget…. Kaget….

“Kang Nooo! Sampean itu lho! Ngagetin aja! Badan gede, kalau jalan gak ada suara!! Besok tak iketin kelintingan deh di kaki sampean! Bisa jantungen aku setiap kali kaget!” samperku sok emosi pada suara itu

“HAHAHAHA…. MAAFKAN AKU YA DIK….” Jawabnya ngekek dengan nada nge-bass plus intonasi lamban mbosenin ala genderuwo, ah tau sendiri lah gimana genderuwo kalau ngomong. Dialah kang Kartono, si Genderuwo teman kerjaku

“Da-pa mas bro?” tanyaku lagi, sedangkan istriku buru-buru ngacir masuk rumah karena gak enak, cuman make kemben, setelah tadi pamitan singkat

“INI, AKU DISURUH KI LURAH ANTER AYAM TIGA EKOR… SAMA… SAMA… SAMA APA YA? SAMA… KAMU TAU GAK DIK, TADI AKU DISURUH KI LURAH ANTER AYAM SAMA ANTER APA?? AKU LUPA…” Jawabnya absurd, seperti biasanya. Genderuwo memang terkenal gak pinter-pinter amat. OK, agak bego. Walaupun gitu, rata-rata mereka lovable, karena sifatnya yang rajin, polos, jujur dan setia. Aku emang agak deket sama genderuwo edan yang satu ini

“Apaan? Duit mungkin?” tebak-ku ngawur sambil nerima ayam dari kang Kartono

“OIYA DUIT… SYUKUR, PUJI HYANG TUNGGAL… UNTUNG DIK DEDE INGAT… SOALNYA AKU LUPA BENERAN, KALAU DIK DEDE GAK INGAT JUGA, MAKA AKU HARUS BALIK LAGI BUAT NANYA SAMA KI LURAH… BISA LAMA… SINTA BISA MARAH-MARAH. INI DUITNYA…” Jawabnya sambil mengeluarkan kantong berisi koin-koin – duit kami ya kayak gini – dari balik cawat berbulu-nya. Iyuuhh so gross…

“Duit apaan nih? Kan kemarin kita baru-saja terima bayaran kang?” tanyaku

“AKU GAK TAU, BESOK NANYA SAJA SAMA KI LURAH. AKU JUGA DI KASIH DUIT LAGI KOK SAMA KI LURAH. SINTA SENENG AKU DIKASIH DUIT LAGI. EH, SUDAH YA DIK, AKU GAK BISA LAMA-LAMA SOALNYA SINTA BILANG GITU. GAK BOLEH LAMA-LAMA, GAK BOLEH NGOBROL, GAK BOLEH MAMPIR, GAK BOLEH JALAN LAMBAT-LAMBAT, GAK BOLEH KEJAR KUNANG-KUNANG, GAK BOLEH PANJAT-PANJAT POHON, POKOKNYA LANGSUNG PULANG, SOALNYA KITA MAU BIKIN ANAK MALAM INI…” jawabnya.

Eh?

“Anjay! Bikin anak owg! Yawis makasih untuk kirimannya kang, sana, cepet pulang, salam sama sinta ya… Eh, tau caranya bikin anak belum?” godaku ngekek

“AKU ENGGAK TAU GIMANA CARANYA BIKIN ANAK, KAMU KAN TAU AKU BELUM PUNYA ANAK, JADI BAGAIMANA MUNGKIN AKU TAU CARA BIKIN ANAK. TAPI KATANYA NANTI AKU AKAN DIAJARI SAMA SINTA. DIK AKU PULANG DULU YA, AKU JANGAN DIAJAK NGOBROL, NANTI SINTA MARAH KALAU AKU LAMA-LAMA” Jawabnya gelisah, mungkin takut beneran kalau kuajak ngobrol. Teman yang aneh…

“Iya iya… sana pulang! Bikin anak yang banyak ya!” tereak-ku heboh, karena tanpa pamitan, teman satu itu sudah ngacir. Dasar Suami Takut Istri! Aku geleng-geleng…

---

“Udah pulang kang Karto-nya?” tanya istriku saat aku menyusulnya ke kamar, setelah menaruh ayam di kandang dan mengunci pintu depan tadi

“Udah, mau bikin anak katanya” jawabku selebor

“Iya, aku juga denger… hihihi…“

“Eh, nih dikasih uang sama Ki Lurah, mungkin bonus penjualan ternak kemarin” ujarku

“Akang memang hebat, semenjak ternak ki Lurah akang pegang, usahanya jadi maju pesat…” pujinya absurd sambil menerima uang yang aku serahkan. Aku memang ngasih hampir seluruh pendapatanku kepada istri. Biar dia yang ngatur pengeluaran. Tugasku hanya kerja, mencarikan nafkah halal untuk dia yang kucintai… hehe…

“Iya, aku cuman berfikir, daripada menjual ternak kepada tengkulak-tengkulak culas itu, lebih baik langsung kerjasama dengan rumah pemotongan hewan di kota, lalu dagingnya bisa kita tawarkan langsung ke rumah makan maupun pedagang pasar. Intinya hanya mencari pelanggan kok, begitu daging kita dikenal, maka mereka akan suka. Kualitas daging dari ternak-ternak desa ini sangat bagus. Stok ternak ki Lurah juga cukup banyak, dan apabila kurang, stok ternak warga bisa mencukupinya. Sekali dayung dua pulau terlampaui, ki Lurah untung, warga desa ikut merasakan kemakmurannya…” terangku seadanya, sambil duduk di tepi ranjang

“Ah, akangku ini memang hebat! Mungkin suatu saat akang yang akan didapuk untuk menggantikan ki Lurah memimpin kami saat beliau pensiun…” pujinya absurd sambil memijit-mijit pundak-ku dari belakang dan menggelayut manja

“Males… mending aku jadi warga biasa saja, lebih bisa menikmati hari-hari sama ning Dini… hehehe…”

“Akang gemesin deh… bikin Dini tersipu-sipu malu…” jawabnya konyol sambil memeluk-leherku dari belakang

“Eh kang…”

“Hmm…”

“Uang-uang hasil kerja akang yang terkumpul itu kita tabungin emas aja ya… besok anterin Dini ke kota, ya?” usulnya sambil melata kepangkuanku. Aku segera memeluk dan memandang dalam-dalam mata kuning-nya yang ngalem dan sok manja

“Apapun buat cantiknya akang… hehehe…”

“Iiihh… mulai ngegombal lagi, pasti ada maunya deh…” rajuknya imut

“Ya jelas to ya” candaku sambil mulai menciumi wajah dan leher mungil istriku

“Ooohh… akang ahh… geli tauukk…” protesnya sok-sok-an

Dan kami mulai berciuman, saling membelitkan lidah kami. Lidah ungu pendeknya kukenyot kenyot dengan seduktif yang dibalasnya dengan agressif. Istriku ini walau mungil, tapi untuk urusan gituan suka agresif. Diapun semakin mendesah-desah saat ciumanku mulai melata semakin kebawah. Kusingkapkan kemben diatas dadanya, kini dada yang bagiku mungil itu terpampang dengan eksotis di depanku. Dada-nya memang hanya sebesar bola tenis, tapi untuk ukuran peri dada itu termasuk montok. Dengan bentuk bulat kenyal dan puting keunguan yang mencuat eksotis. Segera saja ku-garap keduanya dengan kenyotan dan jilatan

“Oouugh…. Terus kang, enak kang… keyot terus pentilku… eghhh… oohh…” racaunya saat aku memasukkan hampir semua bagian payudaranya ke mulutku

Tiba-tiba Dini berdiri dan mendorong tubuhku sampai terlentang, dan mulai ‘mengambil insisiatif’ melakukan serangan balasan

Lidah peri memang unik, kalau dijulurkan biasa memang pendek, tapi gak tau gimana caranya, kadang bisa dijulurkan sampai bahkan bisa menjilati telinganya sendiri. Katanya lidah mode panjangnya berfungsi untuk menangkap serangga buat dimakan, bila perlu. Dan lidah itu sekarang menyapu leher dan dadaku. Memcecapi kedua putingku dengan sensasi yang tidak bisa kugambarkan. Licin, lengket, namun sedikit kasar. Dan lendirnya juga banyak banget. Ludah peri juga aneh, lengket dan banyak. Aku suka banget nyedotin ludah istriku. Rasanya manis-manis-asam. Kau tau, sesosok peri bisa tidak makan berhari-hari dan bertahan hidup hanya dengan menelan ludahnya sendiri. Istriku yang cerita. Bayangkan nutrisinya. Dan ibu peri juga menyuapi anaknya dengan ludahnya, selain diberikan Asi seperti biasa lho ya…

Kadang, ludah itu juga di gunakannya untuk bumbu memasak…

Ya tapi tidak selalu, kalau istriku masak sayur asem, atau tumis ikan asam manis, bisa di pastikan didalam masakan ada ludahnya. Bye bye micin!

Dan aku mendesah saat jilatan peri-ku semakin turun ke bawah, mengarah langsung ke tahta baginda rajo porno di keraton selangkangan hadiningrat. Segera, dengan kegesitan seekor cheetah, istriku membetot kolor merana yang sebelumnya mewadahi Mjolnir, Hammer of Thor!


“Oughhhh” dan aku mengerang, saat peri kecilku ini menjilati batang penisku dengan lidah Panjang, lengket dan berteksturnya. Sensasi ini….

Batang penisku membentang dari dagu sampai ubun-ubun-nya. Namun, benda yang baginya berukuran raksasa itu tidak satu jengkalpun luput dari jilatan lidah panjang dan cecapan bibir mungilnya. Dan kau tau, mulut mungil istriku tidak akan pernah muat untuk mengulum batangku – kita pernah coba, dia maksa buat ngemut batangku, hasilnya kepala penisku cidera ketancep taring-nya. Dan kita harus nunggu penisku selesai ereksi untuk bisa mengeluarkannya dari mulut istriku. Nyantol kan di taring. Dan itu lama, apalagi saat penisku didalam mulutnya selalu kegesek-gesek lidah imutnya. Betah ngaceng deh jadinya. Yep, peri memang bertaring agak panjang. Nambah manis deh, kayak gingsul gitu.

Namun berdasarkan pengalaman dan ilmu titen, setelah tiga tahun hampir tiap malam kita entot-entotan, walau tanpa sepongan, tapi dia punya jurus subtitusi lain. Jurus maut-nya yang menjadi favoritku, dan aku yakin akan segera dipraktekkan-nya…

Dan…

“OUUGGHHHH…..” aku mengerang senikmat-nikmatnya saat kedua tangan mungilnya menarik batang penisku keatas sampai pantatku ikut terangkat lalu…

Seperti seharusnya fungsi lidah panjang peri, yaitu untuk mengorek dan menangkap serangga di lobang-lobang pohon, saat ini digunakannya untuk mengorek…

“AAARRRGGHHH….” Erangku lagi saat merasakan rangsangan berupa korekan seduktif dari lidah panjang-nya di lobang anusku…

Rasanya bro….

Merinding sampai ubun-ubun….

Istriku berhenti saat aku sudah kejang-kejang dan merasakan penisku menegang secara maksimal. Dia kembali menghadapku dengan wajah tengil dan alis yang diangkat-angkat sok rese

“Enak kang?” tanya-nya absurd

“Oh, cayang… “ aku tidak menjawabnya, hanya kembali memeluknya sayang dan menciumi mulutnya, menyedot lidahnya yang barusaja dipakainya mengorek anusku. Gila memang, tapi menggairahkan….

Kubalik-kan tubuhnya dan aku melata kebawah, kearah selangkangannya. Dengan gemas, kedua kaki kecil itu aku kangkang-kan

“Ih, ayang emang udah gak pake celana dalam ya?” tanyaku cengengesan yang di balasnya dengan kerlingan binal imut

Setelah kaki mungil itu ku kangkang-kan, terpampang didepan mataku vaginanya yang walau mungil namun tembem. Gelambir ungu sewarna lidahnya mencuat dengan nggemesin di bibir vaginanya. Dan klitorisnya yang berwarna sedikit gelap juga sudah tampak licin. Aku juga kadang heran, bagaimana caranya memek kecil ini menampung dan menelan seluruh batang penisku. Tapi rasanya memang njepit banget. Kenceng dan meremas-remas eksotis. Tapi itu nanti, sekarang, aku ingin menjilatinya sepuasku

“Aahhh… kakang….aaahh…. jilat terus kannnggg…. Enaakk… jilatiiihhh terusss memekkuuh kangggg…. Enakkk…” racaunya saat aku mulai menggarap vagina mungilnya. Aku tidak tau apakah hanya istriku atau semua peri memang mempunyai vagina gundul gini. Yep, disekeliling vaginanya, memang tidak tumbuh sehelai bulu-pun. Licin seperti memek anak-anak. Kadang agak gimana juga sih, tapi menurut istriku, umurnya sudah beberapa ratus tahun, jadi sudah pasti dia bukan anak-anak. Dan aku adalah suami ke-dua nya…

Walau menurut pengakuannya juga, suami pertamanya sudah tidak bisa mgawinin dia lagi karena saat nikah si suami sudah terlalu tua…

Aku masih menjilati memek mungil istriku ini dengan rakus, membuatnya menggeinjang-gelinjang hebat. Lobang pantatnya pun tidak luput dari jilatan nakal-ku. Kau tau, peri tidak be’ol terlalu sering, mereka mempunyai system pencernaan yang berbeda dengan kita, mereka dapat mencerna makanan dengan lebih efektif. Jadi semua makanan yang masuk ke perutnya, dicerna sampai hampir tidak ada sisa. Walaupun buang air besar, juga gak banyak. Paling sebanyak kotoran ayam. Aku tau, karena aku sering meliatnya buang air besar. Dan lubang pantat peri, sama sekali tidak bau, malah berasa manis. Manis beneran, serius…

Makanya aku betah berlama-lama menggarap lobang itu dengan bibir dan lidahku, menyedot dan mencecapnya dengan rakus, membuat istriku semakin menggelinjang kesetanan…

“Masukin kang… masukin anumu ke anuku…. Sekarang kaaangg… aku udah ga kuaaatt…” pintanya

Dan tanpa menunggu komando lagi, aku menempatkan batang penis mengerasku yang kalau kutempelkan panjangnya membentang dari ujung selangkangan sampai hampir menyentuh payudaranya. Lalu mulai kuarahkan ke mulut vagina peri kecilku. Kugesek-gesek dengan lembut disana. Vagina peri juga aneh, mereka seperti mempunyai otot yang bisa bergerak di bagian itu, hampir seperti mulut kedua yang bisa membuka dan menutup. Saat ini vagina istri periku sudah mangap-mangap menunggu proses penetrasi

Dan sensasi yang paling membuatku belingsatan adalah, saat aku menempelkan ujung penisku ke mulut vaginanya, mereka seperti menyedot. Slurp… Slurrp… persis seperti mulut yang menyedot

Tetapi, bagaimanapun, sebenarnya kontol manusia kelihatannya memang tidak di rancang untuk kompatibel dengan memek peri atau mahluk manapun di dimensi alam ini. Entah kenapa, tuhan membuatnya dengan ukuran yang terlalu besar buat mahluk-mahluk ini. Kalau boleh jujur, aku pernah melihat punya kang Kartono. Titit gendruwo tidak sebesar titit manusia, walaupun badannya sebesar itu. Itulah makanya mereka tidak tau cara bikin anak, karena mereka jarang mengetahui kelamin mereka sendiri. Kadang mereka bahkan tidak tau kalau mereka punya kelamin. Dan mereka juga tidak ‘kencing’ dari sana. Mereka meludahkan cairan sekresinya. Jijik ya?

Walau katanya, setelah ngerasain enaknya bikin anak, mereka suka nakal. Menyamar menjadi suami manusia untuk sekedar ngentot. Legenda tentang gederuwo memang begitu kan? Walau genderuwo memang salah satu dari sedikit mahluk alam ini yang mempunyai ‘kemampuan istimewa’ untuk sesukanya menyeberang antar dimensi, aku sangsi, dengan rata-rata tingkat intelegensi seperti itu, mereka bisa ‘menyamar’ menjadi suami manusia sekedar untuk ngentot gratisan. Perlu diselidiki lebih lanjut, siapakah oknum yang sebenarnya.

Aku membuang jauh-jauh pikiran tentang kelamin genderuwo dan segudang permasalahan-nya, saat ini pengen kembali fokus ke kelamin istriku sendiri. Karena saat ini, vagina istri periku sedang megap-megap menyedot dan meludahkan cairan banyak-banyak ke kepala kontolku yang berusaha menyeruak masuk ke dalam relung kenikmatannya. Dan aku kembali mendorong

Sentimeter demi sentimeter batang oversize ku menerobos relung vagina mungil ini. Perasaan becek, tersedot, terpilin dan dipijat-pijat mengikuti seriap pergerakannya. Pasti kontol ini merasa sangat nyaman didalam sana, karena pemiliknya juga merasa sangat nyaman diluar sini….

OUGHT… OUGHT…OUGHT…OUGHT…OUGHT…

Begitu bunyi yang mengiringi laju penetrasiku….

SLEPPTT…

Akhirnya jalan yang harus ditempuh oleh kopral kecil ini paripurna. Pangkal selangkanganku sudah beradu dengan pangkal selangkangan istri peri-ku, pertanda batang kelaminku sudah berhasil ditelan secara utuh oleh vagina mungilnya. Gundukan bibir vagina itu kelihatan membengkak, dan alur kontolku bahkan kelihatan siluetnya dari luar kulit putih pucat perut istriku

“Aoghtgh… Aoghtgh… Aoghtgh…” istriku mengeluarkan bunyi seperti tersedak sesak nafas, bisa dimaklumi, karena aku yakin kontolku menggeser hampir seluruh organ dalamnya keatas. Kuning mata indahnya juga sudah berbalik, menyisakan hanya warna putih kelopak yang separuh terpejam. Dan aku menarik keluar batang penisku perlahan…..

“Aaaooghhhhtttt…… Enaaahhkk kangg…. Mentogghh… lagiieee kanggg… mentokiiiinn…..” pintanya memelas dengan mata masih terbalik dan menggenggam bantal sekuat yang dia bisa

Lha yo mesti tak lakukan lagi, wong penak…

Dulu pas pertama kali ngentotin istriku, aku memang sempat takut-takut kalau sampai nyakitin peri wanita yang sangat kusayangi ini, namun begitu mendengar ocehan nikmatnya - dan pengakuan-nya setiap kami selesai berhubungan badan, maka aku tahu kalau penetrasi yang kelihatan tidak manusiawi – atau perisiawi - ini terasa nikmat juga baginya.

Dan aku mulai memompa. Kalau ada orang yang melihat, pasti yang kulakukan ini sangat aneh. Seperti seorang dewasa yang memperkosa anak-anak. Karena dengan genjotan-genjotan-ku, tubuh mungil istriku seperti terombang-ambing secara menyedihkan dibawah pinggulku. Hanya erangan-erangan minta lagi, atau minta disodok lebih keras lagi yang membuat persetubuhan ini pada kenyataannya memang diinginkan oleh kedua belah pihak.

Dan aku semakin keras memompa, membuat erangan-erangan istriku bahkan menjadi lebih liar lagi

Saat aku tahu dia sudah diujung orgasme – bisasanya di tandai dengan semakin banyaknya cairan vaginanya yang keluar, banyak dalam arti banyak banget lho ya. Cairan vagina peri bisa menggenangi tempat tidurmu kalau kamu mengentotnya dengan benar. Dan saat ini, aku merasakan dorongan itu mulai datang, maka dengan sekuat tenaga, aku menyodoknya serta membenamkan batang penisku dalam-dalam. Mentok, mentok deh!

“KAAAA KAAAANGGGG….” Erangnya sambil mencakar punggungku

Lalu terjatuh dengan lunglai

“Enak sayang?” tanyaku sambil menciumi dahi istri tercintaku

“Bangedh kang…”

Dan kami memutar tubuh. Menempatkan tubuh istriku diatas. Biar gak sesek nafas lah, masa tega nindihin tubuh semungil itu? Baru orangnya manis pol lagi…

Setelah berhasil mengatur nafasnya, istriku mulai aktif kembali. Karena saat kedua selangkangan kami dalam posisi menempel, kepala dia hanya sampai ke dadaku, maka dia mulai menjilatinya dengan eksotis. Lagi lagi dengan jurus lidah panjangnya. Dan walaupun pinggulnya tidak bisa bergerak karena ‘paku alam’ yang menancap disana terlalu besar, tapi istriku punya trik lain. Sudah kubilang kan, kalau vagina peri mempunyai otot-otot yang berbeda dengan vagina manusia?

Nah, saat ini, setiap jengkal otot lorong vaginanya serasa menjepit, memilin dan mengenyot-enyot batang kontolku yang tertanam didalamnya. Itupun masih ditambah dengan sedotan-sedotan aneh dari ujung dalam-nya. Ini seperti sensasi saat kontolmu dipijat dan di vakum dalam waktu yang bersamaan. Dan dengan kombinasi jilatan didadaku, biasanya aku tidak tahan lama sebelum orgasme

Yah, walaupun sitriku suka gemes dan gak sengaja gigit, yang menyebabkan cidera karena taring tajamnya…

Posisi ini, ternyata juga dinikmati oleh istriku. Maka bersamaan dengan remasan-remasan gemasku di pantat mungilnya, istriku mulai mendesah-desah lagi

“Aku mauuu sampaii lagiii kaanngg….” Melas-nya

“Aku juga sayang…. Kusirami Rahim-mu dengan seperma-ku ya sayang… semoga bisa jadi anak kita….” Erangku

“Aaaamiinn kanggg…. Siram Rahim-ku dengan bibitmu kanngg… Semoga jadi anak kiya” Erangnya meng-amin-i

“Aminn” balasku

Shit! Ini ngentot apa kondangan sih?

Aminnn…

Dan akupun keluar…

Menyemprotkan semua cadangan sperma yang diproduksi hari itu oleh pabriknya, dikirim langsung via jalan kon-Tol ke Gudang distributornya…

Distribusi Langsung, Tanpa perantara!

Business to business

Terimakasih telah membangun jalan tol ini, Pak Jokowi…

Lho Eh?

---

Pagi itu, menjelang fajar, setelah semalaman bertempur dengan gembira Bersama istri peri tercintaku, aku tebangun karena mimpi buruk. Kelebatan bayangan-bayangan dalam frame-frame kelabu yang menyeramkan. Dan bisikan yang seakan begitu jelas kudengar

“Pulanglah mas Deny… pulanglah… semua menunggumu…. Pulang sekarang ya mas…” bisik suara itu. Suara yang sepertinya kukenal. Suara bulik Sekar…

Bulik Sekar?

Bulik sekar itu siapa?

Arrghh, kepalaku terasa mau pecah!

Aku bangkit dari tempat tidur, terhuyung menuju dapur untuk mencari air minum

“Cinta? Cinta kamu dimana?” panggil istriku dengan lembut, yang kemudian mendapatiku meringkuk di lantai dapur dengan memeluk kakiku sendiri

“Kang? Kamu kenapa? Cintaku? Ohh… kamu mimpi buruk lagi?” ujar-nya kemudian sambil menghampiriku lalu memeluk-ku dengan kasih-nya

Aku membalas pelukannya dan mengangguk bingung

“Ssstt… kilatan masa lalumu lagi kah? Sttt… biarkan itu datang dengan perlahan, jangan dipaksakan, nanti kamu malah sakit… lihat aku sayang… lihat mataku… kita akan melalui ini Bersama… kamu memilikiku…. Aku menyayangimu…. Banget…. Lihat mataku sayang… lihatlah cinta yang ada di sana…” dan pada detik itu juga semua mimpi buruk-ku serasa mengabut, hanya menyisakan sebuah kenyataan yang harus aku percayai…

Kenyataan hidup kecil ku dengan istri tercintaku

Kemudian, semua kilatan masa laluku itu, serasa tidak berarti lagi…

End of Darubeksi Nyai Ajeng Galuh Andini Pt.1

(Guna-Guna Nyai Ajeng Galuh Andini Pt.1)


INDEX




Note: Bagi yang ingin tahu cerita tentang tokoh utama, silahkan membaca Cerbung: Trampoline
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd