Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Official Thread DUEL Cerita Panas

Cerita Versi siapa pilihanmu?

  • Aryosh

  • Enyas


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
semoga suhu makin makmur.....
dan lebih ringan dalam menulis
biar kami pun bisa ikut baca karya suhu.....
thanks para suhu, momod, dan para master.....

:jempol:
 
bukan gue suka incest pilih enyas tp memang rangkaian kata ceritanya q suka,..
 
udah seru baca di awal....
udah mulai ngaceng maksimal ...
kembali loyo ... Haddeh ..

Lanjut in donk seru seruan nya...
pengin crot ga kesampaian nih ...!!
 
:pandapeace:Saya hitung2 kancing baju dengan menegangkan, ternyata yang muncul punya Oom Enyas... Sorry untuk Oom Aryosh... Mwehehe :pandapeace:
 
Vote untuk aryosh..ending nya cakep di bikin penasaran.dan detail setiap eksekusi ny menarik dan menegangkan juga msh masuk akal..good job

Untuk inces bukan berarti engga semprot nih..improv cerita nya cukup baik dengan di sambungkan keguguran,namun agak kurang nyaman saat khayalan sya sbagai pembaca tiba2 mendadak dihadapkan dengan proses bercengkrama nya threesome sang anak yg kurang detail bgaimana bs terjadi pergulatan ny

Btw,maafkan nubie yg hinaubie ini bila ada kritik yg kurang berkenan..for dua2 nya great job!
 
Semenjak persetubuhan liarku dengan Indun di acara keberangkatan Ibunya, aktivitas seksual kami semakin intens dan menjadi. Dengan dalih mengantarkan makanan ke rumah Indun yang saat itu tinggal seorang diri di rumahnya, berkali-kali kami melakukannya. Seluruh penjuru rumahnya telah menjadi saksi biksu aksi terlarang kami, ruang tamu, dapur, kamar tidur orang tuanya dan bahkan kamar mandi. Hanya balkon dan halaman saja yang tidak menjadi medan pertempuran kami berdua. Ya, aku belum cukup gila dengan melakukannya di tempat terbuka.

Kegilaan itu berujung pahit, aku seakan terobsesi dengan penis muda milik Indun, hal itu membuatku melupakan kewaspadaanku terhadap janin yang kukandung. Benar saja, dua bulan kemudian aku mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan keguguran.

Suamiku, Prasojo tampak kecewa dengan keguguranku, namun ia menunjukkan kesabarannya dengan terus berada di sampingku selama masa pemulihannku. Ia benar-benar suami yang baik dan itu menimbulkan rasa bersalah di dalam benakku. Ya, aku telah mengkhianati suamiku, sebuah perselingkuhan dengan anak yang umurnya terpaut cukup jauh, bahkan belum bisa dikatakan dewasa. Kadang penyesalan dan rasa bersalah itu terasa begitu besar, hingga membuatku menangis sendiri. Suamiku benar-benar sosok yang bertanggung jawab, mungkin keguguranku adalah jawaban dari Tuhan, mungkin inilah caraNYA mengingatkan atas kelalaianku.

Dan sekali lagi dalam hidupku, aku bersumpah setia kepada suamiku.

Indun sendiri seolah mengerti dengan keadaan yang terjadi, ia sering datang mengunjungiku, suamiku telah menganggapnya seperti anak sendiri. Beberapa kali terlihat suamiku mengobrol bersama Indun, memberinya beberapa nasihat tanpa mengetahui bahwa Indun lah Ayah dari janin dalam kandunganku, sekaligus penyebab utama keguguranku.

“Bu Lani…” lamunanku buyar kala Indun meraih tanganku lembut. Aku menoleh dan tersenyum ke arahnya.

“Kita harus menghentikan ini, Ndun…,” ujarku lirih, tak ingin terdengar oleh suami dan anak-anakku yang mungkin ada di rumah. “Ini semua salah.”

“Maafkan Indun, Bu…” Indun menundukkan pandangannya.

“Bukan salahmu, Ibu yang lebih bersalah dalam hal ini, Ndun,” kubelai rambut Indun dengan lembut. “Lupakan apa yang sudah terjadi dan belajarlah dari pengalaman,” entah dari mana aku bisa mendapatkan kalimat bijak seperti itu, mungkin kalimat itu sejatinya untuk diriku sendiri.

Indun mengangguk lemah, “Baik Bu,” ujarnya seraya tetap menunduk. Tidak lama kemudian aku melihat sosok suamiku memasuki ruangan.

“Kamu nggak dicari Ibumu, Ndun? Sudah hampir maghrib lho,” Suamiku berkata pada Indun seraya tersenyum lembut.

“Eh… iya Om, ini Indun mau pamit,” jawab Indun tanpa berani menatap mata suamiku.

“Inget pesen Om tadi, belajar yang pinter, masa depanmu masih panjang,” suamiku memberi nasihat kepada Indun.

“Siap, Om,” Indun beranjak berdiri dan menoleh ke arahku. “Bu, Indun pulang dulu, mari Om,” ujarnya sopan.

“Hati-hati di jalan Ndun,” jawabku.

*_*_*​

Sejak hari itu Indun secara intens datang ke rumah untuk melihat keadaanku, kulihat ia sudah dapat berbaur dengan Rika dan Sangga, anak-anakku. Suamiku pun menyambutnya dengan baik. Seiring membaiknya keadaanku, suamiku meminta ijin padaku untuk kembali ke tempat dinasnya. Anak keduaku Sangga juga meminta ijin untuk kost di tempat yang tidak jauh dari sekolahnya sedang Rika memilih untuk menemaniku di rumah, kebetulan saat itu Rika sedang liburan.

“Mi, hari ini sop ayam ya?” Rika menanyakan menu untuk makan siang yang hendak dipersiapkannya. Anak gadisku ini benar-benar telah tumbuh menjadi gadis yang mandiri, tidak hanya kepiawaiannya dalam mengurus rumah, namun kecantikan dan postur tubuhnya juga telah terbentuk indah. Rupanya ia mengikuti kebiasaanku yang rajin berolahraga untuk menjaga bentuk tubuh.

“Biar mami bantu masak ya?” jawabku seraya berusaha bangkit dari tidurku.

“Lhoo nggak usah,” Rika bergegas mendekat dan dengan lembut membaringkanku. “Dokter bilang, Mami harus istirahat total selama satu bulan penuh. Tidak boleh beraktivitas APAPUN,” Rika mengingatkan dengan gayanya yang sok tua, membuatku tertawa geli melihatnya.

“Perasaan yang dilarang oleh dokter itu aktifitas berat deh, bukan apapun.”

“Ambil amannya aja Mi, aktifitas APAPUN,” Rika menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di hadapanku. “Lagipula, Rika dibantu sama Indun kok, dia cukup cekatan juga dalam masalah dapur.”

“Oh, ya sudah kalo Rika sudah ada yang membantu,” ujarku sambil tersenyum. “Adikmu nggak pulang ke rumah? Ini kan hari minggu?”

“Tadi telepon sih pulang Mi, Oh itu dia!” Rika berujar saat mendengar suara mesin sepeda motor memasuki pekarangan rumah. “Ya udah, Rika masak dulu ya Mi?”

Aku tersenyum mengangguk, Rika lantas melangkah keluar dan menutup pintu kamar. Ia benar-benar telah menjadi gadis dewasa yang bisa diandalkan, pikirku.

*_*_*​

Jarum jam dinding kamarku menunjukkan pukul dua belas siang saat aku terbangun, rupanya aku sempat tertidur beberapa jam setelah meminum obat pemberian dokter. Obat yang diberikan padaku memang mengandung zat penenang, biasanya aku meminumnya di pagi hari dan terbangun saat sore menjelang. Namun sepertinya kondisi badanku sudah cukup kuat sehingga tidak perlu tertidur selama itu lagi.

Kurasakan kering di tenggorokanku, rupanya itu yang membuatku terbangun, aku duduk dan meraih gelas yang terletak di atas meja kamarku, kosong… sepertinya Rika lupa mengisi gelas itu, dispenser air mineral di kamarku juga sudah habis.

“Rika… Sangga…,” aku memanggil nama kedua anakku, namun hanya suara kering yang lemah keluar dari bibirku. Tenggorokanku terasa sangat kering hingga aku tak mampu bersuara lantang. Tidak ada pilihan lain, aku beranjak dari tempat tidurku dan melangkah pelan menuju dapur.

Lantunan musik reggae kesukaan Sangga terdengar melantun dari ruang tengah rumahku, sepertinya di sanalah mereka berkumpul. Aku berjalan melewati ruang tengah namun aku tidak menemukan siapa-siapa di sana. Mungkin mereka masih sibuk memasak, tanpa banyak berpikir kulanjutkan langkahku menuju dapur.

Tidak ada siapa-siapa di dapur. Aku mengambil gelas dan mengisinya dengan segelas air mineral. Air itu terasa sangat segar mengalir di tenggorokanku yang kering. Saat hendak kembali, aku melewati panci tertutup yang masih ada di atas kompor, kutengok isinya, sepanci sop ayam tersedia di dalamnya. Rupanya aktifitas masak mereka telah selesai. Sayup-sayup kudengar suara seseorang dari halaman belakang, akupun melongok ke jendela namun tak ada siapapun di sana. Benakku mulai berpikir tentang hal-hal mistis, membuatku jadi merasa ketakutan sendiri. Akupun melangkah kembali ke kamarku.

Dak…dak…

Suara benda keras beradu terdengar samar saat aku melewati kamar Rika yang tertutup. Kuhentikan langkahku dan memasang indera pendengaranku tajam-tajam, mencoba menangkap sumber suara diantara lantunan lagu reggae yang diputar cukup nyaring.

Dak…dak… emhh…

Suara benturan itu terdengar lagi, kali ini diikuti lenguhan seseorang, aku tidak bisa memastikan apakah itu lenguhan pria atau wanita. Yang jelas, suara itu berasal dari dalam kamar Rika. Aku menggengam gagang pintu kamar untuk membukanya.

“Pelan… Dik… Ahh…”

Sebuah suara yang kini jelas terdengar mengurungkan niatku membuka pintu. Kali ini jelas, itu suara Rika. Suaranya terdengar berbaur dengan nafas yang memburu, ya… ada nafas yang terdengar memburu, apa yang Rika lakukan di dalam sana?

“Ohh Mbak… gini enak??”

Kudengar suara pria dari dalam kamar. Aku mengenal suara itu, Sangga, anak keduaku. Apa yang tengah dilakukan kakak-beradik itu? Suara mereka seperti… apakah mereka tengah bersenggama?!. Kulayangkan pandanganku ke sekitar dan menemukan sebuah kursi plastik kecil, kuletakkan kursi itu di depan pintu dan beranjak naik ke atasnya, mencoba mengintip dari ventilasi di atas pintu. Aku tak mengerti apa yang kini sedang kulakukan, ini rumahku dan mengapa aku malah mengintip? Entah, toh tetap saja aku naik dan mengintip.

Apa yang aku lihat dari ventilasi di atas pintu kamar itu sangat mengejutkanku. Rika, anak gadisku tampak menghadap ke arah dinding kamarnya, tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Punggungnya merunduk sedang kakinya masih berdiri terbuka, payudara kencangnya tampak terayun-ayun ke depan, mata indahnya terpejam, bibir mudanya setengah terbuka dan sesekali mengeluarkan erangan-erangan erotis, bercampur baur dengan nafasnya yang memburu. Ekspresi wajahnya… menggambarkan kenikmatan yang tengah menderanya.

“Dik.. Ahh…,” Rika menengadahkan wajahnya, tubuh indahnya terdorong-dorong seiring kencangnya sodokan yang diterimanya dari belakang. Ah! Aku hampir saja melewatkan sosok pemuda yang kini asyik menyetubuhi putriku, badan pemuda itu tampak cukup berisi, ia sama telanjangnya dengan Rika, tangan kanan pemuda itu menarik pundak kanan Rika, membuat punggung anak gadisku sedikit menekuk ke atas sedang tangan kiri pemuda itu mencengkeram lekuk pinggul Rika. Rambut pemuda itu… Oh Tuhan! Dia anakku Sangga!. Rika tengah disetubuhi dari belakang oleh adik kandungnya sendiri!.

Persetubuhan sedarah itu membuatku berdesir, harusnya aku menghentikan kegilaan yang terjadi di rumahku ini tapi entah mengapa aku seolah tertahan tak berdaya. Kurasakan gejolak dalam diriku, apakah aku menikmati apa yang kulihat? Oh… seluruh tubuhku terasa merinding geli melihat bagaimana batang kejantanan Sangga keluar masuk liang kewanitaan kakaknya dengan cepat dan pasti, ukuran penisnya cukup besar, tidak berbeda jauh dengan milik Prasojo suamiku, Ayah kandungnya.

“Ahh… Mbak… enak banget…,” Sangga melenguh sembari menusuk-nusukkan penisnya ke dalam tubuh Rika. “Ahh… empot terus Mbak….,” ia memejamkan matanya sambil terus meningkatkan ayunan pinggulnya.

“Iya… Shhh… Dik… Mbak mau…,” Rika mengepalkan tangannya dan memukul-mukul dinding. “Teruss Dik… Mbak.. mau… OOuuhhh!”

Tubuh Rika terdorong oleh hentakan keras adiknya hingga menempel rapat ke dinding, dapat kulihat anak gadisku itu mengejan beberapa saat matanya terpejam, ia menggigit bibir bawahnya saat tubuhnya terus saja mengejan dihimpit oleh dinding dan tubuh telanjang adik kandungnya. Ya, aku tahu apa yang Rika alami, wajahnya terlihat memerah, ia tengah orgasme.

“Keluar Mbak?” tanya sanggah tanpa melepaskan penisnya. Rika hanya mengangguk lemah dengan nafas tersengal-sengal. Sangga lantas menarik penisnya lepas dan membalik tubuh Rika. Aku dapat melihat bulir-bulir keringat di sekujur tubuh mulus dan kencang Rika. Membuat tubuh molek anak gadisku itu tampak berkilau dan menggairahkan.

“Ahh..,” lenguhan kembali terdengar dari bibir muda Rika kala penis Sangga kembali memasuki tubuhnya, kali ini mereka melakukannya dengan posisi berhadap-hadapan. Sangga melumat bibir Rika dengan ganas, merapatkan tubuhnya hingga buah dada Rika menempel di dada telanjangnya. Kulihat Sangga kembali menggerakkan pinggulnya, kembali menyetubuhi kakak kandungnya yang kini terhimpit antara dinding dan tubuh adik kandungnya.

Kupikir posisi itu cukup sulit untuk melakukan persetubuhan dengan tempo kencang, namun sekali lagi perkiraanku salah. Sangga dengan piawai memompa tubuh Rika kencang-kencang, membuat Rika terlonjak-lonjak akibat sodokan penisnya.

“Ah… aku keluar mbak…,” ujar Sangga di sela-sela pompaan penisnya.

Disini seharusnya aku menghentikan mereka! Namun sekali lagi aku hanya terdiam, lutut dan lidahku seolah kelu dan tak mau menerima perintah dari akal sehatku. Aku hanya berharap Sangga tidak mengeluarkan benihnya di dalam tubuh Rika, aku berharap Rika masih punya cukup akal sehat untuk tidak membiarkan adik kandungnya menghamilinya.

Harapanku sirna saat kulihat Sangga melesakkan dalam-dalam penisnya dan menggeram, tubuhnya mengejan beberapa saat, pertanda ia mencapai ejakulasinya. Oh tidak! Apa yang akan terjadi dengan keluarga ini jika Rika mengandung anak dari adik kandungnya sendiri. Oh Tuhan! Aku merutuk dan meratap dalam hati.

Kulihat mereka terdiam untuk sejenak, sebelum Sangga mencabut penisnya. Untunglah! Aku bersyukur dalam hati saat melihat Sangga melepaskan sesuatu dari penisnya, rupanya ia menggunakan kondom. Untunglah masih ada akal sehat dalam diri anak-anakku.

Tubuh telanjang Rika merosot lemas hingga ia berjongkok di atas lantai, kulihat ia masih mengatur nafasnya. Tubuhku masih saja terasa merinding dan kewanitaanku kini terasa lembab. Apa yang salah dengan diriku? Mengapa tubuhku menandakan bahwa aku menikmati mmengintip persetubuhan sedarah yang dilakukan kedua anak kandungku. Ini salah! Ini benar-benar salah!.

“Ayo mbak.”

Suara seorang pria membuyarkan lamunanku, bukan… itu bukan suara Sangga, aku mengenal suara itu... itu suara Indun! Dan benar saja, kulihat Indun sedang membantu Rika berdiri dan membaringkan tubuh telanjang anak gadisku ke atas kasur. Kulihat Indun yang juga telah telanjang menarik kedua kaki Rika hingga terjuntai di tepi ranjang, kulihat Indun menggesek-gesekkan penisnya yang telah ereksi ke sepanjang bibir kewanitaan anak gadisku.

Dan sekali lagi Rika melenguh saat penis Indun, bocah SMP kelas tiga itu memasuki tubuh sintalnya. Rika hanya terbaring pasrah saat Indun menggoyang, meremas dan menghisap buah dadanya, Sesekali Rika tampak ikut bergoyang. Berarti sedari tadi Sangga dan Rika melakukan persetubuhan di hadapan Indun dan kini Indunlah yang menikmati tubuh anak gadisku.

Seketika itu pening menyerang kepalaku, terlebih lagi saat aku melihat Sangga naik ke atas ranjang, masih dalam keadaan tanpa busana dan penis yang belum tegang. Kulihat Sangga, putraku mengarahkan penisnya ke bibir Rika, kakak kandungnya.

Aku bergegas turun dan berjalan tertatih menuju kamarku, berbaring dan bersembunyi di balik selimutku. Kepalaku terasa pening, tubuhku gemetar, lututku terasa lemas dan kewanitaanku telah basah. Kupejamkan mataku dan berusaha mengusir bayangan terakhir dari apa yang kulihat, bayangan tubuh indah anak gadisku, Rika yang tengah mengulum penis Sangga, adik kandungnya, saat vaginanya disodok oleh penis Indun. Ah! Seharusnya aku tidak mengawali semua ini…. Seharusnya persetubuhanku dengan Indun tak pernah terjadi.

*_*_*​

Sore itu aku baru saja selesai menurunkan pakaian dari jemuran di belakang rumah, sudah enam bulan berlalu sejak aku melihat hal terlarang yang seharusnya bisa aku hentikan. Kadang aku masih merasa miris mengingat apa yang kulihat, namun aku tetap berusaha tampil tegar, seolah aku tidak pernah melihat kejadian itu. Rika kini telah kembali ke kesibukan kuliahnya, begitu pula dengan Sangga yang tak lagi tinggal di rumah. Indun? Bocah tetanggaku itu sudah jarang sekali terlihat, sepertinya ia menyadari kursi yang aku tinggalkan begitu saja di depan pintu kamar Rika.

Kudengar suara mesin sepeda motor memasuki pekarangan rumah. Kulihat Rika datang, mengenakan kemeja berwarna coklat khaki dan celana jeans ketat, dengan rambut panjang hitam yang tergerai indah membuatnnya tampak sangat anggun.

“Lho, tumben nih pulang? Kan belum hari minggu?” sapaku saat ia mencium tanganku. “Mbak mau dimasakin apa buat makan malam?” tawarku
padanya.

“Mi…,” Rika memanggilku lirih, pandangan wajahnya merunduk, seolah telah melakukan sebuah kesalahan. Seketika itu firasat buruk menyergapku. “Aku hamil…,” ucapnya lemah.

Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Kabar yang dibawa anak gadisku bagai petir yang menyambar di siang bolong.

“Siapa Ayahnya? Pacarmu?” tanyaku menyelidik.

“Bukan,” Rika menggeleng lemah. “Ayahnya… Indun.”

Dan seketika itu aku kehilangan kesadaranku.

*_*_*​
pengennya rika sama sangga dibuatin sekuel tersendiri, kayaknya bagus klo dikembangin
 
Keren parah sih dua2nya untuk cerita yang dibuat dalam wakti sesingkat 2 jam.

Dari cerita suhu Aryosh, saya suka karena karakter Bu Lina sebagai peran utama gak hilang gitu aja, masih tetep binal sama Indun. Tapi minusnya, masih ada beberapa kesalahan pola kalimat yang secara gak langsung bikin pembaca bingung.

Sedangkan dari cerita suhu Enyas, saya suka karena ada plot twist dimana kedua anak dari Bu Lina ternyata melakukan hubungan incest + kehadiran Indun (kebetulan saya suka juga dengan cerita incest hehehe). Tapi minusnya, plot dimana Bu Lina keguguran itu saya rasa agak melenceng dari cerita, dan juga karakter Bu Lina yang binal tiba2 hilang.

Overall sih saya suka keduanya, dan juga keduanya bisa dikembangin lagi + dibikin lanjutannya.

Good job for both of you, suhu :jempol:
 
klo secara alur cerita gw lebih suka enyas daripada aryosh.
karena alur cerita enyas lebih rapih dan ga begitu banyak tokoh tambahan.

tapi pada cerita enyas agak janggal juga. kenapa kok sangga tiba tiba bisa ikut ekse rika?. kan di pargraf sebelumnya sangga lagi pergi katanya..

anyway gw lebih suka cerita enyas
 
Okay, ini komen gw ya.

Pertama, kok bisa2nya cerita yang ini yang dipilih? Gw betul2 penasaran sama alasan pemilihannya. Curcol dikit; cerita ini pada awalnya adalah prolog dari
cerita Tidak Lari Orgasme dikejar. Akan tetapi, karena ternyata kepanjangan, akhirnya gw pisah dan jadi cerita sendiri. Lo semua juga ngerasa kan kalau
sex scene dan inti ceritanya ga kaya? Apa nih alasannya bro Super_puss? Penasaran gw.

Kedua, gw setuju bgt dg pendapat bro Enyas; untuk cerita spin-off, sebaiknya ada kesinambungan dengan cerita aslinya.
Jadi lebih mudah buat pembaca yang sudah akrab dg cerita aslinya untuk "menyambungkan" kesan-kesan yang didapatkan dari cerita sebelumnya.

Ketiga, perhatian pada fakta-fakta. Beberapa fakta memang sepele, tapi kadang nyolok mata. Ini beberapa yang mencolok mata gw (di versinya Upil_hero):
a. Boris dan Vani ga sahabatan. Boris itu sohibnya Albert. See, hal ini mungkin sepele buat banyak orang. Tapi, kalo baca poin b di bawah, lo paham kenapa ini gw bahas.
b. Boris tidak pernah merasa bersalah hampir ngentotin Vani di party-nya Angel. Takut ketahuan Albert, ya. Tapi, tidak ada rasa bersalah. Kalau ada rasa bersalah, ga akan konsisten dg cerita gw berikutnya "Ajakan Party Berbuah Threesome". Di situ Boris dg senang hati ngentotin Vani karena dia punya senjata untuk bungkam Vani agar tidak lapor Albert. Itu jelas bukan kualitas sahabat.
c. Dan masuklah kita ke poin terpenting dari fakta yang paling parah pelanggarannya. Ini yang paling buat gw mendidih penuh amarah: Toketnya Vani itu CUP C! Bukan D! Gw batal ngaceng begitu baca toketnya tertulis cup D. Buyar hayalan gw. Ini dosa besar Man. Kembalikan ngaceng gw.

Akhir kata, don't take my comments too seriously hehehe. Gw bener2 bangga cerita gw dijadikan inspirasi buat para story teller di sini. Gw suprise loh. Agak berkaca2 mata gw pas baca.

OOT dikit: bisa ga jangan manggil gw master? Gw paham itu penghargaan lo-lo pada karena story2 gw bisa buat lo ngaceng bahkan jadi bahan coli.
Sampai sekarang, gw merasa itu achievement tertinggi sepanjang hidup gw yang tidak bisa gw share ke bonyok gw (eh, bokap mungkin ikut bangga. Tapi, nyokap jelas akan mempertimbangkan kembali untuk membatalkan kelahiran gw.)
But, c'mon man, it feel really weird to be called master. Apalagi LEJEN! Anjrittt.

E
Karna cerita om Ethan menarik semuanya, dan aku pick cerita itu karena yah salah satu favoritju dari sequel Vani yg lain.

butuh waktu 6 tahun ngebales ini karena saking gemeterannya om Ethan nongol.

:aduh:
 
Ayoo siapaa lagi nih yg mau lanjutin cerita ini,, biar tambah rame nih forum..
Udah baca berkali kali tetep aja bikin ngaceng
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd