Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Senior semprot aja bnyak yg nengok. Gua ngikut yg lawas aja gan. Haha lanjutken!
 
Lanjutkan pak guru....
Bisa 3some nih, sama tante n Vina

:mantap:
 
Episode 2. Cinta Lama
Adimas lagi-lagi mendapati mobil Luvita di depan pagar rumahnya, awalnya ia berencana menerobos pergi dengan motornya namun saat Lovita keluar dari mobil dan memanggil, Adimas malah tak bisa meninggalkan wanita itu di depan rumahnya begitu saja.

“Adimas tunggu,” panggil Luvita lembut. Adimas menatap Luvita dengan hati yang berat, wanita di depannya ini langsung membangkitkan semua kenangan masa kulihanya. Wanita mungil dengan kulit putih dan poni yang menambah kesan lugu itu seolah sedang menghipnotisnya. Ia tak menyangka wanita yang selalu ia jaga selama kuliah, selalu ia genggam erat agar tak salah jalan, wanita yang selalu mengekor kemana Adimas pergi kini sudah menjadi istri orang sejak dua tahun yang lalu.

Wanita ini adalah wanita yang membuat Adimas mengalami patah hati terhebat yang pernah ia alami.

“Adimas?” panggil Luvita.

Adimas sedikit lega karena Monika pulang subuh tadi sehingga tak sempat berpapasan dengan Luvita.

“Aku mau berangkat kerja,” jawab Adimas dingin namun Luvita segera mengambil kunci motor sport milik Adimas.

“Kembalikan,” Adimas mencoba merebut kuncinya namun Luvita dengan cepat menyembunyikan kunci itu dibelakang punggungnya

“Ini sudah 5 hari Vita,” protes Adimas. Pagi yang sejuk itu malah terasa gerah bagi dimas. Keringatnya mengalir membasahi wajahnya. Ada rasa rindu namun rasa sakit jauh lebih mendominasi.

“Kalau memang butuh sebulan untuk meyakinkanmu maka aku akan di sini setiap pagi selama sebulan,” Luvita menatap Adimas dengan penuh keyakinan, wajahnya memang menyiratkan bahwa apa yang dikatakannya tidak main-main. Adimas sudah terbiasa dengan sifat kerasa kepala Luvita. Dulu sifat manja dan keras Luvita selalu menjadi bumbu penyedap hubungan percintaan mereka selama kuliah.

“Aku tahu kamu masih mencintaiku,” tegas Luvita.

“Tidak!” bantah Adimas namun “masih” teriak hati kecilnya. “Walau semua rasa itu sudah tercampur kebencian” batin Adimas lagi.

“Jangan bohong Dimas, aku selalu bersamamu selama 5 tahun. Aku hafal semua sifatmu, kamu tak akan melupakanku secepat ini” Luvita mencoba membenarkan teorinya.

“Kamu memang hebat, beda denganku. Aku sudah bersamamu 5 tahun namun aku tak pernah menyangka kamu akan hilang lalu menikah dengan orang lain,” Sindir Adimas. Rasa sakit yang ia pendam kini seolah kembali menganga. Selama ini Adimas merasa sudah Move on dari Luvita namun nyatanya ia masih menyimpan dendam dan rindu.

“Aku sudah bilang beribu kali padamu, aku dijodohkan Dimas, aku tak bisa menolak perjodohan itu,” ujar Luvita.

“Kenapa tidak? Kalau kamu cinta sama aku harusnya kamu bisa menolak,” pinta Adimas. Suara Adimas bukan seperti sebuah kemarahan namun tampak seperti harapan yang selama ini dipendamnya.

“Maaf tapi jujur rasa sayangku padamu tak pernah luntur sampai sekarang,” gadis lugu yang Adimas cintai dulu kini terdengar sangat menyebalkan.

“Lalu buat apa kamu ungkapkan itu, tak ada gunanya bagi kita berdua.” Balas Adimas kesal.

“Untuk memperbaiki hubungan kita,” jawab Luvita.

“Hubungan kita tak akan membaik Vita, tak akan pernah,” balas Adimas Tegas.

“Aku tak ingin hubungan kita rusak hanya gara-gara keputusan keluargaku,”

“Ini bukan hanya sekedar keputusan, tapi kamu sekarang istri orang! Aku masih bingung, Orang tuamu sudah kenal denganku sejak kita masih mahasiswa baru. Mereka bahkan selalu berpesan untuk menjagamu, aku tak bisa membayangkan mereka melepasku begitu saja setelah kita sama-sama menjadi guru honorer selepas kita lulus,”Adimas menghela nafas. “Atau karena mereka baru tahu alasan aku tinggal dengan paman dan bibiku dari kecil? Mereka tidak ingin punya menantu dari seorang anak pembunuh yang dihukum seumur hidup gara-gara membunuh istrinya sendiri. Benar?” tanya Adimas.

Luvita terdiam sejenak. Ia sulit membantah tebakan Adimas. Namun di lain sisi ia tak ingin Adimas dendam gara-gara keputusan orang tuanya.

“Maaf,” hanya itu kata yang terluar dari mulut Luvita.

“Lalu hubungan seperti apa yang kamu harapkan?” Adimas melemaskan otot-ototnya yang tadi cukup tegang karena emosi.

“Seperti dulu, aku masih butuh kamu,” jawab Luvita.

“Bagaimana mungkin aku bisa bersikap seperti dulu kepada istri dari rekan kerjaku? Istri dari senior guru di sekolahku. Apa kamu tak merasa bersalah pada Mahendra?” Adimas terus merasa takjub dengan ucapan Luvita yang seolah tak pernah memikirkan konsekuensi dari ucapannya.

“Dia baik, dia memperlakukanku dengan baik tapi aku tak bisa melupakan hubungan kita, kamu jauh lebih bisa diandalkan,” jawab Luvita tanpa dosa.

“Kamu bukan Luvita yang aku kenal, awalnya aku sempat goyah dengan kedatanganmu namun mendengar penjelasanmu, aku menjadi benci,” Adimas berhasil mengambil kunci dari genggaman Luvita.

“Bagaimana kalau aku menceraikannya?”

“Kamu Gila! Kamu mau menyakiti orang baik seperti Mahendra?”

“Aku akan membuat dia menceraikanku lalu aku akan membuktikan cintaku padamu Dimas,”

“Gila!”

“Aku memang sudah Gila,” teriak Luvita meledak. “Kamu tak tahu apa yang aku rasakan, aku ingin menolak perjodohan itu tapi aku tak bisa. Aku tak berhenti menangis setiap hari. Bahkan dihari pernikahanku mata ini selalu merah karena air mata. Aku mencoba melupakanmu dengan cara mencoba mencintai mahendra. Tapi tak bisa padahal dia tak pernah membuatku kecewa.,”

“Ini sudah terjadi Vita, tak ada yang bisa kita lakukan, ” Adimas mencoba sedikit lebih tenang.

Obrolan itu terhenti di sana. Luvita akhirnya hanya bisa menangis. Adimas lalu mengajaknya untuk masuk ke mobil, walaupun Adimas sangat membenci Luvita tapi melihat wanita itu menangis tetap membuat hati Adimas tersayat-sayat. Adimas lalu merangkul luvita lalu menyenderkan kepala Luvita dipundaknya sambil mengusap rambutnya dengan lembut.

“Jangan menangis, ini sudah takdir kita. Belajarlah nyaman dengan suamimu. Anggap aku sudah mati. Aku tak ingin hidupmu berantakan gara-gara aku. Aku janji akan berusaha memaafkanmu tapi tolong hiduplah bahagia dengan Mahendra.” Nasihat Adimas.

Luvita mengangguk. “Aku akan tetap mencintaimu,” ucap Luvita dalam hati.

***

Adimas banyak melamun disela-sela istirahat di ruang guru. Bahkan tadi ia menyudahi jam mengajarnya 20 menit lebih awal. Pertemuannya dengan Luvita menyisakan banyak tanda tanya tentang apa yang akan terjadi kedepan. ia masih tak yakin Luvita akan berhenti sampai di sana. Akankah ia menikah, mungkin dengan ini ia bisa membentengi diri dari Luvita dan akan meminimalisir kecurigaan hubungannya dengan Tante Monika.

“Are u okay?” sapa seorang guru kepada Adimas.

“Eh, baik kok mas,” Jawab Adimas kepada Mahendra. Benar, ia mahendra suami dari Luvita. Mahendra adalah seorang guru bahasa indonesia yang berusia 30 tahun. Ia merupakan guru yang juga pernah menjadi guru teladan di sekolah tempat mereka mengajar. Hampir mirip seperti Adimas, Mahendra juga guru yang banyak digandrungi banyak siswa. Bedanya Mahendra dikenal sebagai guru yang terlalu penyabar dan terlalu baik sedangkan Adimas memiliki kepribadian yang lebih tegas. Ini yang menyebabkan ia disegani oleh murid-muridnya.

“Jangan terlalu bersemangat mengajarnya, kadang kamu perlu sedikit lebih santai,” nasihat mahendra. “Oh ya, Pak kepsek menugaskan kita jadi penanggung jawab camping anak-anak osis, sepertinya pak slamet masih sakit. Kamu bisa kan?”

“Bisa kok mas,”

“oke deh, jangan lupa koordinasi sama pihak OSIS ya.”

“Oke Mas,”

Adimas tak menyangka bahwa tadi pagi istri dari guru di depannya ini menangis di depan rumahnya. “Aku harus melakukan sesuatu,” batin Adimas.

***

“Sudah sampai mana persiapan kalian?” Adimas masuk ditengah rapat Osis yang sedang membahas tentang acara camping mereka. Para anggota OSIS mematung seraya melihat Adimas dengan seksama.

“Horeee!” teriak beberapa anggota OSIS setelah sadar bahwa Adimas akan mengantikan Pak Slamet sebagai penanggung jawab camping mereka.

“Bapak jadi penanggung jawab kami?” tanya seorang anggota OSIS memastikan.

Adimas mengangguk. “Ada Pak Mahendra juga” lanjut Adimas.

“Pak Mahendra? Beruntung juga kita kali ini,”

“Jadi tujuan acara ini apa?” tanya Adimas. Wajahnya berubah serius. Semua anggota osis langsung melihat kearah ketua mereka Vina.

“Sebentar lagi kan siswa baru datang pak, masa bakti kami juga mau selesai. Kami ingin memperkuat kerjasama kami, jiwa kepemimpinan kami, dan menyamakan visi misi untuk regenerasi OSIS kedepannya,” jawab Vina lugas. “Pematerinya sudah kami undang semua, mantan-mantan osis periode sebelumnya. Kami juga meyewa trainer untuk kegiatan outbond,” lanjut Vina.

“Oke kalau begitu, jadi semua sudah fiks?”

“Sudah semua pak, perlengkapannya juga sudah siap , kami tinggal jalan aja,” jawab Vina.

“Bapak tahu kalian suka didampingi bapak karena bapak gak seketat Pak Slamet atau guru guru yang lain tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya oke?”

“Ya pak!”

“Yang harus kalian tahu, bila kalian membuat acara ini hanya sekedar dagelan dan refresing semata. Bapak gak akan tinggal diam!,” tegas Adimas. Semua pengurus osis mengangguk. Mereka senang karena Adimas adalah guru yang demokratis, ia tak mungkin membuat aturan yang tak masuk akal dan tanpa pertimbangan dari anggota osis juga. Tak seperti guru-guru yang lain yang kadang membuat aturan yang tak bisa mereka mengerti.

Rapat osis sudah ditutup 30 menit yang lalu namun beberapa anggota masih sibuk rapat membahas program-program osis yang masih belum berjalan. Adimas memutuskan menunggu di taman sekolah depan ruang osis. Karena ia sempat ikut rapat osis maka ia tak akan pulang sebelum semua penggurus osis pulang lebih dulu.

“Bapak sekarang gak pernah ke rumah lagi, mama sering nanyain loh,” Vina datang lalu duduk di samping Adimas.

“Kamu sama adikmu kan udah gak les lagi,” jawab Adimas.

“Papa sih bilang nanti kalau Vina kelas 3 bapak diminta ngajar aku les lagi,”

“Yah nanti kalau papa sama mamamu minta bapak pasti ngajar privat lagi, bapak gak mungkin menolak permintaan mereka yang sudah banyak bantu bapak,”

“Berarti harus papaku yang minta, kalau Vina yang minta gak mau gitu?”

“Bukannya saat kelas 1 kemarin kamu yang minta berhenti les ya, bapak Cuma ngajar adikmu aja buat persiapan ujian SDnya,”

“Vina berhenti les bukan karena gak suka pak, buktinya pas kelas 3 SMP Vina semangat banget lesnya sampai nilai Vina hampir sempurna. Vina gak enak aja kalau saat Vina udah buat jadwal malah Vina yang gak bisa belajar karena ada kegiatan sekolah,” jawab Vina.

“Enggak apa-apa, bapak paham kok. Kau juga udah pinter ngapain juga ikut les lagi,”

Obrolan mereka berlanjut hingga semua pengurus osis pulang semua.

Di suatu sudut sekolah tampak wakil ketua osis menatap Vina dan Adimas dari kejauhan.

“Berat bro sainganmu,”

“Aku yakin Vina hanya menyukai Pak Adimas sebatas guru saja,”

“Hmmmm aku sih gak yakin, tatapan Vina itu bukan tatapan kagum tapi tatapan Cinta”

“Aku gak akan menyerah,”
 
Cerita bagus bikin penasaran , semoga suhu di beri kesehatan buat update terus...
 
Guru idola sama primadona sekolah....cocoklah.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd