Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (ORIGINAL CONTENT) Berburu Binor Montok di Desa Lembang

Bimabet
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11. Memasuki waktu tengah hari, suasana desa pun mulai terasa panas. Jangan salah, meskipun wilayah Lembang terkenal hijau dan asri, siang hari di desa ini tetap terasa panas. Dulu, area sekeliling desa masih dirimbuni aneka jenis pepohonan besar, sehingga udara siang tetap terasa sejuk. Tetapi kini, semenjak industrialisasi pertanian, dimana sebagian besar lahan desa di garap untuk perkebunan teh dan hasil alam, menyebabkan Baku Kualitas Udara jadi tidak ideal.

Nyaris semua pepohonan yang berperan besar sebagai penghasil oksigen dan menyerap karbon dioksida sudah dibabat di area sekitar desa. Sepanjang mata memandang hanya tersisa pohon jambu, mangga, rimbunan pohon bambu, cemara, dan pohon angsana yang jumlahnya pun tidak seberapa. Sisanya, hanya terdapat petak-petak tumbuhan teh dan sayuran yang berjajar rapi, itupun tidak akan bertahan lama.

Di luar udara terasa panas, tapi di dalam rumah Pak Herman jauh lebih panas lagi. Sebelum dirinya menghabiskan berjam-jam duduk dibalik kemudi bus, siang ini ia ingin menyempatkan diri "berpamitan" dengan istri kebanggaannya.

Setibanya Herman di rumah, ia menelepon istrinya yang sedang berjaga di warung untuk pulang sebentar, "ada berita darurat" alasannya. Kaget mendengar hal itu, Irma langsung menutup warung sembakonya dan bergegas menuju rumah.

"Papaaaaaah? Ada apa!?" Tanya Irma dengan suaranya yang terdengar setengah panik sambil menutup pintu rumah.

"Sini mamahnya," ucap Herman sambil menepuk-nepuk paha menyuruh Irma duduk dipangkuannya.

Irma lantas menghempaskan bokongnya di pangkuan Herman, "ada apa pah!?" Tanya Irma tak sabar sambil menatap serius muka Herman.

Tapi, reaksi yang didapat Irma tidak seperti dugaannya. Tangan suaminya justru menyosor buah dada montoknya sambil berkata, "ini mah, udah darurat minta masuk sangkar" cengir Herman sambil menggerayangi susu montok istrinya sementara pinggulnya digoyang-goyang menekan batang tegangnya ke bongkahan pantat istrinya.

"Iiiiiih papah mah bikin kaget aja" balas Irma kesal sambil mencubit gemas puting Herman.

"Aawww, peureus (perih) mah hehehehe" balas lagi Herman sambil mencaplok bibir kenyal Irma.

"Mmmhhhhssss papaaahhh ihsssh" racau Irma yang mulutnya mulai basah dijilat Herman.

Herman lanjut menggendong Irma menuju kamar, dan menghempaskan tubuh montoknya ke atas kasur.

Sambil menindih tubuh Irma dan terus mencipok bibir seksinya, tangan Herman meregangkan kedua paha mulus Irma yang kini mulai bergeliat manja meladeni nafsu suaminya.

Jari-jarinya mulai menyusup ke balik celana dalam berwarna merah marun itu, meraba gundukan legit milik istrinya.

"Ssslluuurrrpp muuaacchhh mamah jangan nakal ya ditinggal papah"

"Ahhh mamah mah nakalnya cuma sama papah" tangan Irma berusaha membuka baju Herman.

Pergumulan mereka tak berlangsung lama sampai akhirnya keduanya sudah sama-sama telanjang bulat.

Herman menatap penuh rasa bangga melihat sosok tubuh istrinya yang begitu seksi mempesona. Dalam posisi missionary, Herman terus menggenjot liang nikmat istrinya sambil menatap wajah cantik istrinya.

"I love u mah, hmmmuaccchhhh" dikecupnya bibir Irma dengan lekat.

"I love u too papah ganteng sayangku" rangkul mesra kedua tangannya meraih wajah Herman yang kini mencumbu istrinya.

Proott ceproottttt prooottt, terdengar suara memek Irma mengempot saat dirojok kontol suaminya.

"Aaahhh sayanggg ahhhh ahhh ahhh ssshhhhh sedaaappp"

"Terusin papaahhhhh mamah lagi enakkk ashhhh"

Irma yang tengah dibanjiri peluh keringat meracau seiring dengan sensasi nikmat yang mulai menggelitik di rongga betinanya.

Setelah 7 menit keluar masuk memek Irma, kontol herman yang panjangnya cuma 11 cm dengan diameter seukuran jempol kaki mulai berkedut-kedut ingin memuntahkan cairan nikmat.

"Aaahhhhsss mamah aah ahhh ahhh mau crot maaah"

"Gak tahan lagi mahhh pengen ngecrottt ahhhsss"

"terus sayangg aaahhhss ahhhss genjotin terusssss"

Pllloookkk ploookkk ppllloooookkk
Pllloookkk ploookkk ppllloooookkk
Plooookkk ploookkk

Nyaring terdengar suara selangkangan Herman menabrak-nabrak paha montok penuh keringat istrinya yang sedang meregang lebar.

Herman meraih gundukan susu montok padat Irma sambil memagut-magut pentil seukuran kelingking berwarna pink itu dengan lidahnya. Selang beberapa waktu, Herman buru-buru mencabut kontolnya.

Crooottt crooott crooottttt

"Aahhhhhsss papaaaaahhh"

Kontol Herman berkedut tiga kali memuntahkan spermanya di buah dada Irma.

"Aaahhhh nikmat maaahh sshhhhh"
"Duhhh papahhh, enak gak sayang?"
"Luar biasa nikmat mahhhh huhhh"

Setelah puas melampiaskan birahi, Herman menghempaskan diri di atas tubuh Irma yang masih terlentang mengangkang. Terasa panas kontolnya setelah bercengkrama dengan memek istrinya yang nikmat, kontol Herman tampak semakin mengecil seiring berangsurnya ejalukasi. Terlihat bercak cairan kental bening meleleh dari sela-sela gundukan susu semok nan padat nikmat milik istrinya itu.

Irma tersenyum sayu melihat suaminya puas, sementara Herman sumringah puas melihat sosok montok istrinya terkapar tanpa busana bermandikan peluh, semakin terpancar aura kecantikannya. Sungguh seksi pemandangan itu.

Sambil bangkit dari kasur, Herman kembali mencipok bibir Irma sambil tangannya meraba-raba pantat montok sekal itu dari samping.

"Udah yuk pah huummmsshh, itu warung takut ada yang beli muuuaaasshhh" ucap Irma sambil mulut seksinya berusaha melepas cumbuan suaminya.

"Ya sok mamah dulu gih bersih-bersih mmuuuaaaccsshh" kecupnya kencang memagut penuh bibir tebal Irma.

Dengan kondisi tubuh masih telanjang penuh keringat, Irma meraih handuk dan masuk ke kamar mandi.

Irma mulai membasahi diri, mengambil secuil sabun cair, dan membusakannya ke seluruh tubuh. Jari-jari lentik yang dicat merah marun itu meraba halus setiap lekuk tubuhnya, dari leher, ke pundak, payudara, perut, hingga tiba di selangkangannya.

Perlahan tapi pasti, Irma memainkan jemarinya di bibir vaginanya. Berusaha meraih orgasme yang sudah jarang diperolehnya dari Herman. Pergumulan suami-istri selama 7 menit tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Irma. Tidak pula dengan malam-malam yang lain.

Sepanjang pernikahannya dengan Herman, Irma memang jarang sekali terpuaskan. Herman bukanlah tipe suami yang melek soal seks, tidak pernah belajar atau sekadar mencari tahu soal seluk beluk seksualitas perempuan. Jangankan soal kepuasan perempuan, dia sendiri bahkan tidak sadar performanya payah.

Dalam hal ini, perlakuan Herman terbilang sangat-sangat ceroboh. Berapa banyak anak muda kampung hingga bapak-bapak seusianya yang tergiur oleh kemolekan tubuh dan kecantikan istrinya? Sementara ia malah bekerja di luar kota, berhari-hari hingga berminggu-minggu meninggalkan istrinya tidak terpuaskan, di tengah-tengah para pria kampung yang senantiasa mengintai dan mengkhayalkan kenikmatan tubuh istrinya.

Wajar jika Irma mulai membatin akibat batang lemah suaminya itu. Padahal, kebutuhannya sangat tinggi. Butuh lebih dari sekadar pergumulan biasa untuk memuaskan gairah Irma. Gairah wanita matang yang sudah lama tidak terpuaskan.









_
_
_
_
_










"Omat ya Aep, ini mobil orang, jangan kebut-kebutan komo pas lagi nganterin warga" juragan Mukidi berpesan kepada Aep yang sedang mengecek kondisi mobil pick up milik Wa Haji.

"Tenang juragan, kapan juga Aep suka kebut-kebutan" balas Aep sedikit kesal merasa seolah-olah juragannya meragukan amanah yang dipercayakan kepadanya.

"Bukan begitu, ini mah saya ngingetin aja biar waspada, kemaren tau sendiri tikungan kobra udah makan korban lagi, apalagi kita ini mau selametan, kudu mawas diri, kudu eling" terang juragan dengan bijak menasehati Aep.

"Iya siap juragan, moal pokokna mah aman" balas Aep sambil tertunduk kikuk.

Sudah dua malam mobil pick up tua milik Wa Haji terparkir di depan kios. Bolak-balik ia mengecek kondisi mobil sambil bersiaga sewaktu-waktu salah seorang warga minta diantar, namun hingga kini belum juga muncul komando.

Hingga langit mulai menjelang sore, waktu kosongnya cuma ia habiskan berselonjor kaki di depan kios juragan. Kios pun hari ini sepi, cuma ada 3 pesanan galon yang sudah diantarnya sejak tadi pagi. Sekalinya ada yang datang, ternyata juragan, itupun cuma mau cek meteran listrik.

"Ngapain yak yang seru-seru" celetuk Aep di tengah lamunannya.

Triiiiiiiiiiiiiiing, bunyi panggilan WA masuk terdengar nyaring. Spontan Aep langsung merogoh saku celana dan mengusap layar HP-nya ke atas.

"Halo, samlekum?" sahut Aep mengangkat telepon dari nomor tidak dikenal.

"Kumsalam, ini dengan Asep Rahmat?" Suara dari seberang sana balas bertanya.

"Iya betul, ini siapa yah" tanya balik Aep.

"Kang ini saya nu nganterin paket, alamat tujuannya di mana yah? Posisi saya di gapura desa" jelasnya.

"Ohh iya iya kang, sebentar tungguin di sana yah, ini saya otw, deket da" balas Aep.

"Muhun kang diantos"

Setelah memutus panggilan, Aep buru-buru mengambil kunci motor dan bergegas pergi. Demi menghindari pertanyaan-pertanyaan curiga dari juragan, Aep harus mengambil paket itu diam-diam, oleh sebabnya ia tidak menuliskan alamat spesifik saat memesan barang itu lewat toko online, di situ cuma tertera gapura Desa Haur Jambe, Kecamatan Lembang, Bandung Barat.

"Ini dengan Kang Asepnya sendiri?" Tanya si kurir

"Betul Kang" jawab Aep.

"Boleh difoto dulu kang sambil pegang paketnya?" Pinta si kurir sambil langsung menodongkan hp ke arah Aep.

"Oh iya iya" jawab Aep kikuk sambil berdiri kaku memegang buntelan plastik kecil berwarna hitam.

"Nuhun Kang,"

"Sami-sami, saya duluan kang," tak mau lama-lama, Aep langsung tancap gas balik arah meninggalkan kurir ekspedisi yang terlihat masih sibuk mengotak-atik layar HP.

SUZUNO BIMBO, mulut Aep termonyong-monyong mengeja aksara yang tertera di label depan botol kecil seukuran kelingking.

Bak seorang maling, Aep membuka isi paket itu secara sembunyi-sembunyi di balik sekat triplek kamarnya. Sebab, barang yang ia genggam ini bukan barang sembarangan, melainkan cairan feromon, hormon kimia tubuh yang dapat mempengaruhi respon sosial dan seksual seseorang.

Sinyal feromon cenderung lebih mudah ditangkap oleh perempuan, karena sistem olfaktori (penciuman) pada perempuan jauh lebih sensitif dan responsif.

Konon, berdasarkan review yang Aep lihat di YouTube, produk feromon ini diekstrak langsung dari keringat pria-pria muda sehat & atletis. Produk ini diciptakan secara kolektif, eksklusif, dan terkendali, maka tidak heran jika keberadaannya sangat-sangat langka. Produk ini hanya diproduksi 150 botol dalam satu tahun.

Aep boleh dibilang super beruntung bisa mendapatkannya secara random, mengingat di luar sana barang ini merupakan incaran mewah para reseller, yang biasa mereka jual 3X lipat lebih mahal. Mungkin Dewi Fortuna memang telah merestui rencana Aep sehingga ia bisa mendapatkannya dengan harga asli, meskipun ia harus nekat berhutang 8 juta rupiah di 3 aplikasi pinjol sekaligus.

"Demi kelezatan body montok Bu Irma" bisik Aep dalam hati sambil mengantongi botol ajaib itu.







_
_
_
_
_








Suara ayam berkokok di Minggu pagi membangunkan Irma dari tidurnya. Irma melirik jam dinding yang menunjukan jarum pendek mendekati angka 6, ia pun lekas bangun dan membereskan tempat tidurnya dan bersiap-siap mandi. Pagi ini Irma diminta datang ke rumah Wa Haji untuk mengambil uang anggaran dan daftar belanja desa. Rencananya, semua kebutuhan belanja akan diselesaikan sekaligus seharian ini.

Beberapa saat kemudian, Irma keluar mengenakan handuk dari kamar mandi. Tubuhnya terlihat sudah segar dengan rambut panjangnya yang masih basah. Dengan telaten, ia memulai ritual kewanitaannya. Mulai dari mengeringkan rambut, mengaplikasikan lotion, pelembab wajah, krim sunscreen, sedikit polesan kosmetik, menata rambut, parfum, hingga kini ia sudah berdandan lengkap dengan pakaiannya. Irma terlihat sangat anggun, gemulai, dan mempesona dengan setelan dress biru selututnya.

Pakaiannya tidak terlalu ngetat dan terbilang masih sopan, tapi tonjolan-tonjolan bahenolnya tetap tercetak sempurna. Rambut panjangnya diikat estetis, susu segarnya besar membusung padat dilapisi BH, pantat lebar dan tebalnya tampak kencang melekuk ke atas, sepasang kaki jenjang dan padat terekspos bebas, membuat siapa saja yang melihat niscaya terpana dengan kesuburan wanita bersuami itu.

Irma bukan perempuan yang sehari-harinya biasa menggunakan pakaian seksi terbuka. Kebetulan saja postur tubuh bahenolnya memang tidak bisa benar-benar disembunyikan. Pakaian apapun yang ia kenakan akan terlihat seksi.

Setelah menyiapkan sarapan dan meninggalkan jatah uang jajan untuk Dian, Irma lantas pergi mengendarai motor matic-nya ke rumah Wa Haji yang terpaut jarak 150 meter.

Sesampainya di sana, Irma melihat beberapa warga juga turut hadir.

"Neng Irma" sapa ibu-ibu berkerudung motif kembang menyapa Irma yang berjalan memasuki pekarangan depan.

"Damang bu?" (Sehat bu?) Balas Irma sambil tersenyum ramah.

"Damang wae ibu mah neng" jawab si ibu tersenyum.

Irma lantas menanyakan keberadaan Bu Haji kepada si ibu, yang ternyata sedang pergi sebentar membeli aneka kue dan gorengan untuk suguhan warga yang sedang berkumpul di rumah besarnya.

Rumah Wa Haji memang sudah langganan menjadi tempat kumpul warga dan ibu-ibu desa, entah itu untuk acara arisan atau sekadar botram, termasuk juga untuk tempat berkumpul mempersiapkan acara-acara penting.

Wa Haji sendiri dikenal sebagai seorang tuan tanah kaya raya. Hampir setengah dari seluruh area perkebunan teh di desa itu berdiri di atas tanah miliknya. Dari situlah sumber kekayaannya berasal.

Sambil menunggu kedatangan Bu Haji, Irma mengobrol ngalor ngidul dengan ibu-ibu lainnya di teras depan. Sementara di ujung sana, beberapa bapak-bapak berusaha curi-curi pandang ke arah Irma yang sedang duduk menyamping di atas karpet sambil memiringkan pinggulnya.

Dari arah pintu yang terbuka lebar, muncul sosok Wa Haji sambil kepalanya menengok-nengok seperti mencari sesuatu. Matanya kemudian terhenti begitu menemukan Irma.

"Neng Irma punten, kadieu heula neng" (Neng Irma permisi, sini dulu dong neng) ujar Wa Haji melambaikan tangan ke arah Irma sambil berjalan menuju meja tempat bapak-bapak berkumpul. Irma seketika bangkit dan melangkah ke arah Wa Haji mendengar perintahnya.

"Kulan Wa Haji?" (Iya ada apa Wa Haji?) Tanya Irma sambil membungkukkan badan.

"Sok duduk dulu, tah, ini udah dihitung lagi barusan, totalnya lima juta delapan ratus tujuh puluh" terang Wa Haji sambil tangannya membuka ikatan karet gelang dari segepok uang di hadapannya.

"Bisi saya salah, sok aja hitung lagi sama Neng Irma" lanjutnya.

"Iya Wa Haji nanti Irma hitung lagi, eh, kalau daftar belanjaannya gimana Wa?" tanya Irma.

"Nah, itu teh sama si ibu kayaknya, tadi saya cari-cari gak ada, tunggu aja dulu semenit lagi juga nyampe dia" jelas Wa Haji.

"Udah ngabarin si Aep belum? Dia nu tugas nganterin, mobil juga udah sama dia" sambungnya.

"Oh iya Wa udah saya kabarin semalem, udah saya kasih tau pagi-pagi suruh ke sini, nanti Irma telepon lagi" pungkas Irma.

"Yaudah atuh sok, diminum dulu atuh tuh bajigurnya, tinggal ngambil, kueh jeung gorengannya bentar lagi nya," kata Wa Haji sambil tangannya menunjuk sebuah nampan berisi gelas-gelas berwarna kecoklatan

"Iya nuhun Wa Haji, mangga bapak-bapak" Sahut Irma sambil senyum meninggalkan meja bapak-bapak.

"Mangga neng"

"Manggaaaa"

Sahut bapak-bapak silih bergantian.

Angin pagi menyibak aroma parfum dari tubuh Irma mampir ke penciuman bapak-bapak di belakangnya. Spontan selera kejantanan mereka bangkit.

"Duh mamah beuki herang wae euy" (aduh mamah makin bening aja) bisik pelan salah seorang pria sambil geleng-geleng kepala.

"Isuk-isuk hareudang" (pagi-pagi udah gerah) timpal salah seorangnya lagi sambil membetulkan posisi duduknya setelah menyaksikan goyangan pantat Irma yang sedang berjalan menuju tempat ibu-ibu berkumpul.

"Sok atuh mumpung salakina keur rantau" (gas mumpung suaminya lagi keluar kota) timpal lagi Wa Haji sambil nyengir setengah menantang, yang kemudian hanya disambut gelak tawa.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara rongrongan mobil pick up hitam milik Wa Haji berhenti pelan di pekarangan. Aep yang dari semalam sudah mupeng ingin cepat-cepat bertemu dambaan kontolnya akhirnya sampai. Dari kejauhan ia terpana melihat Bu Irma dengan penampilan segarnya di pagi hari.

"Assalamualaikum" sahut Aep sambil melangkah mendekat menyalami Wa Haji dan hadirin bapak-bapak disampingnya, kemudian melirik tersenyum ke arah Bu Irma sambil menyapanya.

"Waalaikumsalam," Jawab Wa Haji dan yang lainnya.

"Bentar ya Aep, nungguin Bu Haji dulu" kata Bu Irma.

"Sok ngopi dulu nih, ambil tuh kopinya, termosnya ini" tambah Wa Haji menyodorkan gelas kosong, sambil bergantian telunjuknya mengarah ke tempat sasetan kopi dan termos tersimpan.

"Ada rokok gak kamu? Nih ambil buat bekel di jalan" sambung seorang bapak-bapak menyodorkan sebungkus Djarum Coklat kepada Aep.

"Waduh nuhun pak hehehe, tau aja" jawab Aep sambil terkekeh.

Jatah rokoknya hari ini belum sempat diambil karena Warung Teh Desi tutup. Begitu pula dengan warung-warung yang lain. Sebagian warga akan sangat sibuk hari ini, sehingga warung-warung dan tempat usaha banyak yang tutup, termasuk warung sembako Irma.

Beberapa menit berselang, belum juga ada tanda-tanda Bu Haji datang. Irma lantas mengirim pesan WA kepasa Bu Haji menanyakan keberadaannya. Tak lama, muncul balasan dari Bu Haji mengabarkan bahwa dirinya hendak mampir dulu menjemput beberapa ibu-ibu. Di bawahnya, Bu Haji mengirim beberapa foto catatan.

"Aep hayu sekarang" sahut Irma memanggil Aep.

"Kemana bu?"

"Ini Bu Haji udah ngasih daftar belanjaannya, sekarang anterin saya ke Sukajadi dulu, abis itu kita ke pasar induk"

"Oh iya siap siap"

Tak lama mereka pun pamit. Aep menyalakan mesin mobil sementara Bu Irma duduk di bangku sebelahnya. Begitu pintu ditutup, harum parfum tercium semerbak di hidung Aep. Pertemuan mereka biasanya berlangsung singkat tanpa bertele-tele, tak lebih dari sekedar urusan galon. Belum pernah ia berada sedekat dan seintens ini dengan Bu Irma. Selangkangan Aep terasa sesak bukan main.

20 menit berlalu semenjak mereka meninggalkan pekarangan rumah Wa Haji, dan kini jalanan mulai dipadati kendaraan. Hari Minggu adalah hari sibuk di daerah Lembang. Wisatawan dari dalam dan luar kota biasa berdatangan untuk menghabiskan waktu akhir pekan di objek-objek wisata setempat. Sepanjang perjalanan ini, Aep dan Bu Irma belum banyak berbincang. Aep sendiri lebih banyak fokus menyetir sambil sesekali melirik diam-diam ke sosok yang sedang duduk manis disampingnya. Sementara sosok yang dimaksud tampak sibuk memperhatikan layar HP-nya.

Di tengah kepadatan lalu lintas, tangan kiri Aep kini bersimpuh di atas saku celananya. Meraba-raba sebuah tonjolan kecil sambil menanti sebuah reaksi. Selepas mandi tadi, Aep mengoleskan perangsang yang ia beli di titik-titik nadinya, sesuai instruksi yang ia baca. Ia juga mengoleskan sedikit di tempat yang kini diduduki Bu Irma. Biar lebih tokcer pikir Aep. Bahkan, Ia juga berniat meneteskan cairan itu ke makanan atau minuman yang hendak dikonsumsi Bu Irma jika ada kesempatan.

Dengan sepenuh hati, Aep yakin pertaruhannya dengan hutang pinjol ini akan membuahkan hasil yang jauh lebih berharga, jauh lebih memuaskan. Di benaknya kini hanya ada tubuh molek Bu Irma. Bagaimanapun caranya, ia bertekad agar cairan kontol jahanamnya harus masuk dan meresap ke dalam tubuh Bu Irma.

"Di perempatan depan belok kiri ya Aep"

Tak terasa perjalanan membawa mereka ke tujuan pertama. Mereka tiba di sebuah bangunan tua khas peninggalan kolonial yang kini bertransformasi menjadi toko rempah dan bahan-bahan herbal.

Sesuai catatan yang diterimanya dari Bu Haji, di depan kasir Irma menyebutkan satu per satu pesanan yang akan dibeli. Tak lama, bertumpuk-tumpuk benda asing tiba di hadapan Aep dan Irma.

"Ini buat bahan-bahan sesaji nanti" jelas Irma melihat raut wajah Aep bingung celingukan.

"Kalo ini buat apa?" Tanya Aep menunjuk sebongkah besar mirip batu berwarna ungu mengkilat.

"Ini kemenyan, murni, belum dipecah"

Aep cuma mengangguk-angguk.

Setelah Irma membayar semua pesanan, Aep mengangkut kardus demi kardus ke bak mobil yang kemudian dilapisinya dengan terpal. Mereka lantas pergi ke tujuan kedua.

Tiba di pasar induk, Irma langsung menyusuri lapak demi lapak, membeli berbagai daftar belanjaan, mulai dari beras, daging, ayam, telur, aneka macam rempah dan sayuran, perlengkapan adonan kue, belanja perlengkapan dekorasi di toko seberang pasar, dsb.

Sudah enam kali pula Aep wara-wiri mengangkut barang belanjaan ke bak mobil yang nongkrong di parkiran. Kini Aep mengerti kenapa tidak ada warga yang sudi diminta jadi supir. Dari tadi peluhnya tidak henti-henti bercucuran membasahi kemeja Aep. "Untung aja bisa deket-deket si montok" kata Aep dalam hati.

"Tinggal satu lagi ya Aep, abis ini kita pulang" tukas Bu Irma sambil berjalan menuju lapak terakhir di sudut pasar.

"Siap bu" Aep berjalan membuntuti Irma sambil pandangannya bergantian melihat ke kanan-kiri, menyadari banyak pasang mata yang tertuju ke sosok montok yang melenggang anggun di depannya.

Meskipun lokasinya paling jauh, ternyata lapak ini justru paling ramai dikerumuni pengunjung. Alhasil mereka berdua terjebak di tengah-tengah kerumunan pembeli.

Sesak manusia berdempet-dempetan membuat jarak Aep dan Bu Irma kian menipis, makin tipis, sampai akhirnya tubuh mereka dipaksa ikut berhimpitan.

Situasi ini benar-benar menggambarkan kesempatan dalam kesempitan. Di tengah-tengah himpitan itu, dengan sengaja Aep menggeser posisi kakinya sedikit melebar, memberikan ruang bagi selangkangannya agar berdempetan langsung dengan bongkahan montok Bu Irma yang sama-sama sedang tergencet di depannya.

"Duh maap bu, gak bisa gerak lagi" ujar Aep dari belakang Irma setengah berbisik.

"Awas keinjek" timpal Bu Irma celingukan menggeser-geser kakinya agar tidak terinjak. Sssrrrrrrrrrr sensasi mendesir menghanyutkan Aep akibat gerakan Bu Irma, batang tegang dibalik celananya itu berkedut-kedut akibat pantat semok dihadapannya tiba-tiba bergeol.

Irma bukannya tidak sadar, ia bisa merasakan ada tonjolan keras berukuran besar menekan-nekan bokongnya. Sewajarnya ia akan merasa risih ada di posisi seperti ini, anehnya, dirinya malah merasakan sensasi serupa. Sensasi berdesir yang sangat kuat.

Dengan sangat perlahan Aep menggesek selangkangannya yang tengah berdempetan dengan tubuh Bu Irma. Ia tidak mau kehilangan momentum berharga ini, namun di sisi lain ia juga harus tetap waspada agar jangan sampai Bu Irma menunjukkan sikap terganggu.

Tapi yang terjadi justru sebaliknya, bokong semok itu justru ikut bergoyang ke kanan-kiri seiringan dengan arah gerakan Aep, membuat kontolnya makin berkedut-kedut.

Dari samping belakang, Aep bisa melihat kembang kempis dada Bu Irma terlihat bergerak cepat tidak karuan.

"Sepertinya mulai bereaksi" pikir Aep.

Belum puas ia menikmati gesekan pantat bahenol istri Pak Herman itu, tiba-tiba saja antrian melonggar. "Sial" ujar Aep dalam hati. Terpaksa ia harus melonggarkan jarak dengan binor idamannya itu, mengakhiri "sesi perkenalan" singkatnya.











_
_
_
_
_









Langit sudah gelap saat Aep dan Bu Irma selesai mampir dari kedai bakso di pinggir jalan tadi. Bak mobil pun sudah terisi penuh di balik terpal penutupnya. Di perjalanan kembali menuju desa, suasana di dalam mobil justru terlihat serba canggung.

Sedari tadi Bu Irma berusaha menahan-nahan birahinya yang makin lama makin memuncak. Ia kebingungan sendiri. Meskipun is sadar libidonya tinggi, tapi tidak pernah ia merasakan sensasi mendadak naik seperti ini.

Begitulah reaksi feromon ketika terhirup secara spontan dan konsisten, ia mencengkram tanpa disadari, namun terasa makin mencekik seiring waktu. Ditambah ulah si Aep mencampur 5 tetes lagi ke dalam gelas air minum Bu Irma di kedai bakso saat dirinya lengah.

Tubuhnya gerah, kain gaunnya basah nyeplak penuh keringat, menonjolkan lekuk montoknya yang menggairahkan. Aep yang birahinya sudah kepalang meledak-ledak akibat gesekan bokong semok Bu Irma nekat ngocok diam-diam di WC sebelum meninggalkan pasar. Bahkan ia sempat mengelap sisa-sia maninya di bangku jok tempat Bu Irma duduk sekarang.

Efek feromon juga membuat penciuman Bu Irma makin tajam, Ia bisa mencium jelas aroma kecut anyir, aroma khas sperma. Diam-diam ia pun berulang kali melirik ke arah bangku kemudi. Sumber aroma jantan itu bermuara.

Di sampingnya, meskipun Aep sudah sempat memuaskan dirinya, nafsu liar itu malah makin menjadi-jadi. Ternyata hormon perangsang itu turut mempengaruhi Aep. Badannya ikutan gerah berkeringat, terutama setelah melihat raut sayu di wajah Bu Irma yang tampak memerah, bibir tebal sensualnya pun terlihat makin mekar, keringat menetes dari sela-sela paha sekal Bu Irma yang dress-nya sedikit tersingkap ke atas. Paha itu terlihat mulus mengkilat.

"Aep mau ngopi dulu? Kasian kecapean gitu" Tanya Bu Irma seketika Aep menurunkan keranjang terakhir dari pundaknya di dapur rumahnya. Ia melirik jam menunjukkan sudah pukul 10 malam.

"Gak usah bu, mau minta air minum aja hehe aus"

"Itu tuh gelasnya ambil sok, mau air es?"

"Enggak usah bu air galon aja" jawab Aep sambil menodongkan gelas ke arah dispenser.

"Sok atuh, saya mau beresin nota dulu ya" balas Bu Irma.

"Iya bu" jawabnya singkat.

Irma buru-buru melangkah ke kamarnya, menutup pintu, menanggalkan dress-nya yang terasa menyesakkan, dan menggantinya dengan gaun tidur.

Sebetulnya Irma bukan mau membereskan nota belanja, ia cuma tak tahan menahan jantungnya yang kian berdebar kencang, nafasnya pun makin tak beraturan. Berulang kali ia mengusap-usap dada setelah minum segelas air berharap jantungnya sedikit tenang.

Sambil tiduran di atas ranjang, Irma berusaha mengatur nafas, badannya terasa sesak, namun kini sensasi menggelitik muncul di area selangkangannya. Birahi Irma kian bergejolak, seiring dengan pikirannya yang kian resah dengan aroma jantan yang masih hinggap di penciumannya.

Sementara itu, Aep yang sudah paham dengan gelagat tak wajar Bu Herman, buru-buru bergerak ke pintu belakang, mengintip memastikan anaknya sudah tertidur. Setelah dirasanya aman, ia kembali ke kamar depan sambil menenteng sebuah kursi plastik untuk mengintip ke dalam kamar Bu Irma.

Di sana, tepat dari bolongan ventilasi pintu, sepasang mata tampak melotot jelalatan menyaksikan seonggok betina birahi sedang terkapar di atas ranjang, seolah-olah mengharapkan seorang pejantan masuk dan menggagahinya.



((PEMANDANGAN BU IRMA))

Sambil meremas-remas kontol dari balik celana, tak lama Aep menyaksikan Bu Irma membalikkan badan, tangannya bergerak menyusuri tubuh sintalnya sampai terhenti di area selangkangan.

Setengah tak percaya, Aep melihat Bu Irma mulai ngangkang, mengangkat kedua paha semoknya ke atas sambil mengobol-obok memeknya yang merekah indah. Liang nikmat yang dicukul gundul itu terlihat basah, mengeluarkan lendir-lendir kental yang menggiurkan.

Tanpa Bu Irma menyadari, pelan-pelan Aep turun dan memutar gagang pintu di hadapannya. Ia sudah terlebih dulu menelanjangi diri, dan kini pintu itu sudah setengah terbuka.

Samar-samar Irma mencium aroma kejantanan itu makin terasa kental, seolah-olah sumber aroma itu ada di sampingnya.

Cetreekkk, terdengar suara kenop pintu tertutup. Bagai disamber geledek di siang bolong, jantung Irma terguncang melihat pemandangan di depannya.

Terlihat Aep telanjang bulat sedang mengasah-asah batang jantannya yang nyaris seukuran dengan tangannya sendiri.

"Sssssttt" Aep mendekat ke arah Bu Irma sambil menempelkan telunjuknya di bibir.

"Mau ngapain kamu Aep!!?? Jangan nekat kamu ya!" Tegas Bu Irma dengan suara agak parau takut ada yang mendengar.

Aep tidak menjawab, secepat kilat ia justru mendekap tubuh sintal Bu Irma, tangannya yang kurus tapi kokoh mencengkram erat tubuhnya yang mulai bergoncang-meronta.

Tanpa basa-basi Aep langsung mencaplok bibir kenyal itu.

Hmmmmmpppphhhhhhhh lepassshhh hmmmppphhh

Sambil ditindihnya tubuh Bu Irma, tangan Aep kemudian bergerak menggerayangi setiap lekukan montok tubuh istri Pak Herman.

Nafas mereka tersenggal-senggal, urat di sekujur tubuh telanjang Aep mengencang seperti orang kesetanan, seperti ingin melahap tubuh Bu Irma bulat-bulat.

"Udah Aep udah, nanti anak saya bangun" Bu Irma terus meronta sambil mendorong tubuh Aep agar menjauh, namun semakin ia menolak perlakuan itu, sensasi menggelitik di selangkangannya malah semakin terasa nyata.

"Kalau gak mau anaknya bangun makanya jangan ribuuutt! Ssstssttt" Aep mencengkram tangan Bu Irma ke sisi kiri dan kanan, mengekspos leher jenjang dan gundukan susu padatnya, yang langsung ia jilat-jilat seperti anjing kehausan.

Syaraf-syaraf rangsangan di sekujur tubuh Bu Irma merespon dengan spontan, membuatnya tiba-tiba bergidik merinding keenakan.

Susu montok yang terlihat segar berkeringat itu Aep caplok dengan kasar, ia sedot dalam dalam bergantian kiri dan kanan

Sruuuuppp aaahhhhhhhssss sruuuuuuuuppppp

Suara mulut dan lidah Aep nyaring terdengar membasahi kedua gundukan payudara wanita bersuami itu.

Setelah puas menyedot-nyedot susunya, Aep menarik badan Bu Irma bangkit dan dipaksanya duduk mengangkang di pangkuan Aep.

Bu Irma merasakan kontol gigantis milik Aep yang keras dan perkasa itu bergerak maju mundur menggesek bibir memeknya, dibuat basah oleh lendir binalnya sendiri.

Seolah terhipnotis oleh sensasi yang menjalar di sekujur tubuhnya, pergolakan batin istri Herman ini justru malah berbalik mengikuti goyangan Aep yang sedang meraba-raba bokong dan pahanya.

Cccrrreeekkkk ccrreeekk cccreeekkk
Cccrrreeekkkk ccrreeekk cccreeekkk
Cccrrreeekkkk ccrreeekk cccreeekkk
Cccrrreeekkkk ccrreeekk cccreeekkk

Kelamin mereka beradu nyaring saling membasahi satu sama lain.

"Sedaaapppp aaahhhh memek Bu Irma legit buuu ooohhh" racau Aep yang hanya dibalas desah tertahan dari mulut Bu Irma.

Tak lama Aep pun bangkit berdiri, kontolnya mengacung tegak perkasa tepat di depan wajah Bu Irma.

Mata Bu Irma langsung melotot melihat benda keras berurat dengan warna gelap di depannya itu. Selama ini ia mengira penis berukuran seperti itu cuma settingan film-film porno, sampai akhirnya benda perkasa itu muncul jelas-jelas di depan moncongnya.

Irma merinding sekaligus terpana, di satu sisi ia ngeri membayangkannya masuk ke liang vaginanya, di sisi lain aroma kontol itu begitu memikat insting betinanya, menggugah seluruh panca indera, rasanya ia ingin mengabdikan tubuhnya hanya untuk kontol jantan ini, kontol jantan perkasa milik Aep, sampai sampai ia tak sadar liurnya sudah menetes panjang dari sela-sela bibirnya.

Cuuiiiiihhhh, ccllloookkk clllooookk ccclookk

Aep meludahi kontolnya sendiri kemudian mengocok-ngocok membaluri setiap jengkal kulit kontol hitamnya, lalu ia hadapkan kepalanya yang lebar mirip tudung jamur ke mulut Bu Irma.

Seakan mengerti maksud Aep, Bu Irma perlahan mulai membuka rongga mulutnya sambil memejamkan mata. Meskipun tak bisa dipungkiri nafsunya sudah sama-sama memuncak, ia masih berusaha agar tidak kelihatan gampangan, padahal setengah tubuh semoknya sudah lengket akibat dijilati Aep.

Hhhmmmmpppphhhhh plak plaakk plaaak

Bu Irma terbelalak sambil menepuk nepuk paha Aep ketika batang kontol haramnya dicelupkan sekaligus ke dalam mulutnya. Hanya sebagian yang bisa masuk, itupun sudah mentok sampai di pangkal tenggorokan.

Hhmmmmpppssss pelan pelan aaahhh hhmmmmphhhppp cccplllaaak ccppllaaak

Kembali istri Herman menampar paha Aep karena kontol raksasanya dijejalkan sampai mentok.

Uuaaaahhhhsssss aahhhhhsss hmmmmpppphhhh aaahhhsss hhmmmmppp slluuurrrrrpppp

Slluuurrrrppp kkllookk kllokkk kloook klookkkk slluurrrrppp

Uaahhhhsssss hmmmm udahhhh ssshhh

Aep mengcengkram rambut Bu Irma sambil mengaduk-adukan kontolnya ke dalam mulut binalnya, ia tarik keluar, dibiarkannya ludah sedap Bu Irma meleleh dari batang kontolnya, kemudian Aep masukan lagi, secara berulang-ulang hingga ludah segar itu kini meleleh melewati belahan susu semoknya, menetes indah melewati selangkangan, hingga merembes membasahi ranjangnya.

Bu Irma merasakan cairan pre-cum kontol anyir itu kini meresap masuk ke tubuhnya. Membuat sekujur tubuh montok nan suburnya beraromakan kontol Aep.

Aep tarik lagi tubuh Bu Irma memaksanya berdiri, ia dekap kuat-kuat sambil ditekankan batang kontol panjangnya ke perut Irma.

"Hhmmmmmuuaaccchhh mau gak dientotin kontol ini Bu Irma?" Tanya Aep sambil mulutnya liar mencumbu bibir tebal nan kenyal istri Herman.

"Anhhhssss masukin aja udah, cepet tuntasiinnn hmmmssssh" kata-kata itu keluar dari mulut Bu Irma yang meleleh penuh lendir bekas sodokan kontol Aep, membuatnya sedikit terkejut tak menyangka bahwa perempuan semok idola warga desa itu sudah tak kuasa menahan birahi jalangnya.

"Kok buru-buru sih Irma sayang, santai dong, nikmatin, besok-besok juga kamu bakal ketagihan saya kontolin sssssslllluuuuuuurrrrrrrpppppppssss" mulut Aep liar menyedot-nyedot paksa lidah segar Bu Irma yang kini sudah menjulur sempurna di dalam mulut Aep.

Aep gemas melihat Bu Irma yang tampak sudah pasrah tak berdaya.

Aawwwhhssss ssllllluuuurrrpppp aaahhhsss

Hanya terdengar suara lidah saling sedot saling hisap yang keluar dari mulut Bu Irma. Seketika Aep memuntahkan kembali liur yang ia hisap dari mulut Bu Irma, liur segar khas wanita matang yang sudah bercampur dengan liurnya sendiri, memaksa Bu Irma menelan gumpalan liur itu masuk ke dalam tubuhnya.

Setelah puas bertukar liur, Aep membalikkan tubuh Bu Irma, menunggingkan bongkahan pantatnya sambil berdiri di atas ranjang. Pantat semok lengket mengkilat istri Herman itu nikmat digerayangi kontol Aep.

Aep melirik ke arah kiri tempat cermin terpajang, pemandangan ini sungguh luar biasa, semok montok perempuan bersuami ini sedang menungging di depan kontolnya yang sudah siap memagut kenikmatan dari liang kehormatannya.

Pllaaakkk plaaak pllaaakkk

Suara kontol menampar-nampar gemas kulit pantat. Lidah Aep bergerilya membasuh sekujur punggung mengkilat Bu Irma hingga ke bahu mulusnya.

Tangan kiri Aep merangkul ganas tubuhnya dari belakang, meraih payudara ambil dipelintir puting suburnya, sementara tangan kanannya mulai mengarahkan kepala kontol ke liang nikmat istri Herman itu.

Aaaaaahhhhhhhssssss pelaaaaaan!!

Suara pekik Bu Irma terdengar nyaring begitu kontol keras Aep merangsek masuk membelah daging segar memek Bu Irma. Seketika Aep membekam mulutnya dengan sebelah tangannya agar ia berhenti berteriak.

"Hhmmmmppphhhh sakit awww" Bu Irma berbisik pelan sambil menengokan wajahnya ke belakang menatap Aep yang sedang kelabakan menahan nikmat tubuhnya. Memeknya terasa seperti perih, seperti dirobek, belum pernah benda sebesar itu masuk ke memeknya, ukurannya luar biasa, jauh lebih besar dan lebih perkasa dari kontol letoy kecil milik suaminya.

Aep berhenti sejenak membiarkan kontolnya memenuhi setiap sudut rongga memek Bu Irma, "memek ibu ngegigit pisan, kontol saya keenakan bu, sedaaaap, legit" bisik Aep di kuping Bu Irma.

Mendengar kalimat-kalimat itu keluar dari mulut Aep, Bu Irma merasa jijik dan terhina, tak pernah sekalipun terbayangkan olehnya perlakuan keji seperti ini akan dialaminya, namun, di saat yang bersamaan dirinya merasakan ledakan-ledakan nikmat di sekujur tubuhnya. Rasa perih yang semula di memeknya kini terasa sungguh nikmat menggelitik.

"Inikah yang aku cari selama ini? Sensasi kenikmatan haram yang bisa memuaskan dahaga tubuhku? Celetuk batin Irma yang tak menyangka bahwa tubuhnya bereaksi 180 derajat dibanding akal sehatnya.

Tak lama Aep mulai merojok liang suci Bu Irma, kontolnya terlihat hitam legam, penuh urat, keras perkasa, keluar masuk membelah daging memek Bu Irma.

Cepllookk cepllook cceepllokkkk cceplloooook cceplloooook

Suara ceplokan pantat Bu Irma terdengar merdu dihajar Aep.

Imajinasinya kini menjadi kenyataan, dirinya kesetanan merasakan setruman-setruman nikmat yang belum pernah ia temui sepanjang hidupnya.

Tubuh Aep yang berkulit gelap dan dekil sangat kontras dengan seonggok betina binal yang menungging berdiri di depan kontolnya.

Ceeppllaaak ceplaaaakkk ceplaaaakkk

Aep menampar gemas bokong bahenol Bu Irma yang basah mengkilat akibat tetesan keringatnya, tercetak merah tangannya di permukaan kulit mulus itu.

Sambil ia jambak rambutnya ke belakang, pantat itu kian menungging terangkat. Kedua tangan Irma bersimpuh di dinding, sambil agak berjintit tubuhnya nungging bergoyang liar menahan hentakan kontol Aep yang tidak henti-hentinya mengocok-ngocok daging memeknya.

Lama mereka bergumul dalam posisi itu hingga keduanya kini banjir keringat. Aep merasakan tubuh Bu Irma mulai bergetar tak karuan, pertanda ia akan segera mencapai orgasme-nya.

"Aep aaaassshhhhhh aaahhhhh ahhhhsssss aeeeeeepppp sshhhh" racau Bu Irma.

Aep kemudian menarik tubuhnya merapat, merangkul tubuh lengket semok Bu Irma, sambil tangannya mencengkram kasar daging segar susu Bu Irma yang ukurannya lebih lebar dari telapak tangannya sendiri. Ia cipok lagi mulut binal itu sambil menambah tempo genjotannya di memek Bu Irma.

"Hmmmppphhsss sedap kan sayang hmmmppsss" racau Aep sambil menyedot-nyedot lidah Bu Irma.

Beberapa menit kemudian tubuh Bu Irma bergetar hebat, mengejang dan bergeliat, memeknya berkedut-kedut mencengkram kontol Aep, lendir betinanya kemudian mengucur keluar membasahi selangkangan Aep.

"Aaahhhhhhhhh aaaahhhssss yaaa ampuuun aasshhhhh

Astaggaaaaa iihhhhssss hmmmssss"

"Sedap kan sayang kontolku!???"

Plaaakkk plaakkk plaakkkk, tiga kali Aep menampar susu Bu Irma.

"Sedap gak hmmmppphhh sslluuurrrpppp ceppllaaaakkkk!?" Kembali Aep menampar kasar susu Bu Irma yang semakin memerah, sambil disedot kasar lidah basahnya, memaksa Bu Irma menjawab.

"Aaawwhhsss syeeeddaaapppssss aeeep syeedaaaappp ahhhhss"

Aep belingsatan mendengar kalimat itu. Meskipun ia sudah mencapai puncak kenikmatannya, Aep malah semakin beringas mengocok-ngocok liang memek Bu Irma.

Beberapa saat kemudian, Aep membalikkan tubuh Bu Irma, diangkat dan digendongnya tubuh montok itu, lalu berjalan mendekat ke arah kaca.

Dengan sebelah tangan, kontolnya yang masih mengacung perkasa itu dimasukkan lagi ke memek Bu Irma. Sambil digendong dari depan, Aep kembali merojok-rojok nikmat tubuh istri Pak Herman.

Di depan cermin itu Aep terpana melihat posisi Bu Irma bertumpu penuh pada gendongannya, kedua tangannya mencengkram pangkal paha semok Bu Irma, tampak bokong padat kencang itu berguncang hebat digenjot kontol Aep.

Satu jam lebih mereka bergumul sambil saling tindih, saling rangkul, saling jambak, saling jilat. Bu Irma sudah 3 kali mengucurkan lelehan orgasme dari memeknya, dan akhirnya Aep merasakan kontolnya akan segera memuntahkan lahar panasnya.

Ploookkk plokkk plookkk ploookk plokkkk

Iiiiiiihhhhh ahhhsssss hmmmmpppsss

Aaahhhhssss arrrgghhhhh sssshhh

Pinggul montok Bu Irma naik turun mantul-mantul keenakan di pangkuan Aep yang kini sedang terduduk. Sesekali ia menggoyangkan pinggulnya berputar membenamkan kontol Aep di belahan daging nikmatnya.

"Aaahhhsss ahhhssss aaarrgghhh ngentot pisan momokna Bu Irma, momok dahsyat, ngentooottt terus mamah semoook"

Aep mendekap kuat-kuat tubuh Bu Irma di pangkuannya. Mengejan-ngejan memaksa kepala kontolnya singgah di rahim Bu Irma.

"Aaaahhsssss ngecrooot di memek Irma sedaaapppp"

"Jangaaaan!!!! Aeepp iiihhhhssss gelooo saya gak KB, jangan di dalemm jangaaan aaahhh aaahhhhhh"

Ccrrrooootttt crooooott crroooottt

Cccrroooott croootttt

"Aeeeppp jangaaannn!!!!" Bu Irma meronta-ronta berusaha mencabut kontol hitam Aep dari memeknya, namun kedua tangan aep merangkul tubuhnya kencang, menahan kontolnya yang dibenamkan dalam-dalam.

Sssaaahhhhhhhhh nikmaaaattt aahhhhsss

Crooottt croooottt crooottt

Ccrroooott croootttt

Croooooottt

Aaaeeeppp aaaaaahhhhhh aahhhhh aaahhhhhh

Luar biasaaaaaahhhhhh memeknya sedap Bu Irma

Kontol jumbo Aep berkedut dan bergetar hebat menyemburkan mani panas bau anyir di rongga memek istri Pak Herman. Mani Aep menyembur sangat banyak, sampai tumpah meleleh dari memek Bu Irma, mengucur sampai ke lantai.

Dalam kondisi mani masih bercucuran keluar, kontol Aep tetap kokoh tertancap keras di dalam memek Bu Irma yang mukanya sayu tak berdaya dihajar Aep tanpa ampun.

Tubuh molek itu cuma bisa pasrah tak berdaya, sekaligus pasrah menerima kenikmatan. Di tengah keheningan itu Aep masih bisa merasakan sensasi berkedut-kedut memek Bu Irma memeras manja batang kontolnya.

TOK TOK TOK TOK…

"Mamaaaaaah??"


BERSAMBUNG……
 
Terakhir diubah:
Salam semuanya wahai suhu2 tercinta 🙏 maaf belum bisa balas satu2 🙏 saya sendiri gak menyangka responnya bisa serame ini 😅 update kali ini agak telat karena part baru ini agak panjang.

Sok lah, siapkan kopi & rokoknya, jangan lupa pintu kamar kunci dulu, selamat menikmati 💦💦💦
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd