Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (ORIGINAL CONTENT) Berburu Binor Montok di Desa Lembang



((BU IRMA))

"Waduuuuh kalo di saya bener-bener gak bisa pak kalau sekarang, maaf nih bukannya gak mau nolong, perkakasnya juga udah diangkut, baru banget pindahan hari ini" terang seorang pemuda sambil menunjukkan rasa iba di mukanya.

"Ya sudah kalau emang bener-bener gak bisa, saya mau lanjut ke by pass aja, nuhun jang" Jawab Pak Herman.

"Iya pak, maaf ya pak, hati-hati di jalan" jawabnya lagi.

Sudah 3 bengkel yang digedor Herman, namun tidak satupun yang menyanggupi permintaannya. Tengah malam di jalan terusan dari Purwakarta menuju Karawang, bus yang dikendarai Herman tiba-tiba mogok dan susah dihidupkan gara-gara dinamo yang sudah usang.

Sejak saban hari Herman memang sudah niat menggantinya dengan yang baru, namun tidak kunjung ia laksanakan. Barulah sekarang kena getahnya. Herman akhirnya terpaksa harus menurunkan para penumpang dan dititipkan ke bus lain.

Kini, Herman harus pergi ke satu-satunya bengkel dinamo yang masih buka. Masalahnya, jalanan menuju bengkel itu dikenal sebagai zona rawan begal, terutama saat tengah malam seperti ini.

"Halah sialan!" Celetuk Herman yang tampak letih berjalan sendirian tengah malam menelusuri trotoar. Bajunya sudah tampak kotor kena debu dan keringat, belum lagi perutnya mulai keroncongan. Sejak tadi sore dirinya memang sengaja menahan-nahan tidak makan sebelum sampai di terminal.

Herman kemudian menyalakan sebatang rokok dan melanjutkan perjalanan menuju perempatan terdekat sesuai arahan pemuda bengkel tadi, tempat tukang ojek mangkal sampai subuh.






_
_
_
_
_






Sementara suaminya terdampar di pinggir jalan dalam kondisi perut kelaparan, di rumah, istri kebanggaannya itu tampak panik kocar-kacir berusaha memakai gaun tidurnya yang tergeletak di lantai kamar

"Iya yan, sebentar" Jawab Irma sambil buru-buru merapikan rambut dan menyeka bibirnya yang belepotan.

"NYUMPUT DI KOLONG!!!" Tegas Irma sambil berbisik dan menarik paksa bahu Aep agar tiarap di kolong kasur.

Bak prajurit diberondong senapan serbu, Aep yang tidak kalah panik seketika merangsek ke kolong ranjang.

Pintu kamar pun terbuka.

"Kenapa yan?" Sapa Irma sambil berusaha terlihat tenang.

"Mamah kapan pulangnya?" Tanya Dian sambil matanya sayup-sayup setengah mengantuk.

"Tadi jam 10an, kamu kenapa malah bangun atuh?"

"Ini hp mamah tadi di dapur gandeng (berisik) bunyi terus, ada yang nelepon kayaknya" tukas Dian sambil tangannya menyodorkan HP Irma yang tertinggal di dapur.

"Ooh iya mamah lupa, udah sok sana ke kamar lagi, tidur"

Dian tiba-tiba bengong begitu menyadari sesuatu. Tubuh ibunya terlihat basah, dahinya berkeringat, gaun tidurnya nyeplak memperlihatkan lekuk montok yang tidak memakai dalaman itu. Ia menangkap jelas ada tonjolan puting tepat di tengah-tengah gundukan buah dada ibunya. Sambil tertunduk, tepat di sela-sela paha bagian dalam, Dian melihat ada cairan kental bening meleleh sampai ke betis ibunya.

Irma tertegun melihat sorot mata Dian penuh selidik ke arah selangkangannya.

"Itu apa mah? Ada yang netes" Tanya Dian menunjuk lelehan itu sambil wajahnya kebingungan.

"Oooh enggak, ini tadi mamah abis pake handbody, mau tidur, lupa belum dibalurin kayaknya" Sambil melirik ke bawah Irma menyeka-nyeka lelehan itu dengan tangannya, terlihat ekspresi grogi dari wajahnya.

"Mamah abis dari pasar seharian gak mandi dulu? Langsung tidur?"

Sambil bertanya, Dian mengendus-ngendus pelan. Penciumannya tak sengaja menangkap sesuatu. Ada bau kecut anyir, mirip bau telur mentah, dan bau itu bersumber dari kamar dan tubuh ibunya.

"Iya gak sempet, mau mandi udah kemaleman, mamah juga kecapean pisan, jadi langsung istirahat"

"Udah gih sana tidur lagi, kamu malah bengong-bengong gitu" tutup Irma setengah was-was takut anaknya curiga.

Dian lantas melenggang kembali ke kamar tanpa bertanya lagi. Pemandangan barusan menghadirkan sensasi asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Selangkangannya tiba-tiba mengeras, jantungnya berdesir. Sambil terlelap memejamkan mata, tangan Dian bergerak merogoh batang keras dibalik celananya, membayangkan tubuh ibunya.

Bocah malang ini sungguh tidak menyadari, tubuh seksi yang sedang ia khayalkan baru saja dinikmati secara hina oleh laki-laki lain selain ayahnya, oleh seorang tukang galon, yang menyemburkan air maninya di liang suci tempat dirinya dulu dilahirkan.

Tidak pula ia menyadari, aroma anyir yang mampir di hidungnya tadi merupakan aroma kontol si tukang galon, yang kini sudah meresap di sekujur tubuh sintal ibunya.

Cetreekkk

Terdengar suara pintu kembali tertutup. Irma langsung buru-buru membuka layar HP-nya, terlihat notifikasi panggilan tak terjawab sebanyak 9 kali.

Di saat yang bersamaan, notifikasi panggilan masuk kembali muncul di layar, terlihat foto seorang pria paruh baya duduk rapi bersama dua anak remaja berdiri di sisi kanan-kirinya, beserta sosok Irma di belakangnya.

"Halo pah?

"Mah, udah tidur ya? Maaf ya papah ngebangunin"

"Enggak apa-apa pah, mamah juga belum lama pulang dari belanja tadi, papah enggak kenapa-napa kan?"

Sambil berdiri membelakangi ranjangnya, terlihat Aep mulai bangkit keluar dari kolong sana. Aep langsung meraih pakaiannya yang ia tumpuk jadi satu di pojokan pintu kamar.

Sambil terus berbicara di telepon, ekor mata Irma melirik ke arah Aep yang kini sudah berpakaian lengkap. Pelan-pelan Aep mendekat ke arah Irma, memeluk tubuh sintalnya dari belakang, menjilat-jilat perlahan lehernya, sambil kedua tangannya menggerayangi bongkahan susu Irma dari belakang.

Irma balas mendorong tubuh Aep dengan sebelah tangannya, memaksa tukang galon itu menjauh dari tubuh seksinya. Namun posisi Aep tidak goyah. Ia malah menarik paksa wajah Irma mendekat, menjulurkan lidahnya panjang-panjang, dan menjilat-jilat sekujur wajah cantik Irma yang sedang teleponan dengan suaminya sendiri.

Irma yang takut si suami curiga langsung menjauhkan HP-nya.

"Sssstttttttt kamu bisa diem gak!? Ini suami saya lagi nelpon!" Irma berbisik kesal sambil berusaha menyingkirkan tangan nakal Aep dari buah dadanya.

"Yaudah, aku pulang dulu ya sayang, besok kita ketemuan lagi ya mmuuuaaachh" Aep balas berbisik di telinga Irma sambil mengecup bibir seksi itu dan melepaskan pelukannya.

"Itu suara apa mah?" Di ujung sana, langkah kaki Herman seketika terhenti mendengar suara yang tak asing dari telepon istrinya.

"Ini pah, eh, mamah lagi ngemut permen" jawab Irma was-was sambil mencubit kencang perut Aep.

"Ngemut permen kontol" mulut Aep berbisik pelan sambil menahan sensasi pedih nyelekit di kulit perutnya.

"Lah, mamah teh baru kebangun, terus sekarang udah makan permen?" Suara Herman terdengar curiga.

"Iya pah, ini kebetulan di meja samping mamah liat ada permen kembalian belanja tadi, mamah buka aja" jawab Irma sambil pelan-pelan membuka pintu kamar, memastikan anaknya tidak ada di sana.

Setelah dirasa aman, Irma melangkah menuju pintu depan, mengintip beberapa saat dari jendela, dan membuka pintu membiarkan Aep melangkah keluar.

"Awas, pokoknya jangan sampe ada yang liat" sambil menjauhkan HP, Irma mengisyaratkan Aep agar pergi secara diam-diam.

Tanpa melirik dua kali, Irma langsung kembali menutup & mengunci pintu.

Percakapan Irma dan Herman tidak berlangsung lama. Setelah suaminya mengabarkan kejadian yang dialaminya, sisa malam dihabiskan Irma teruduk merenung penuh rasa bersalah. Ia melihat ke sekeliling; ranjangnya berantakan, tubuhnya basah akibat cairan kelamin dan keringat, bahkan lendir itu terlihat masih hangat berceceran di kasur dan di lantai.

Bagaimana bisa dirinya malah terlena dengan perlakuan hina seperti itu, sementara suaminya sedang kesusahan ditimpa nasib sial. Sebagai wanita yang menjaga kehormatannya, selayaknya Irma harus terus menunjukkan perlawanan, bukannya malah pasrah, apalagi menikmati, ketika seorang tukang galon menyiramkan benih di liang kenikmatannya.

"Bagaimana jika suamiku tahu" cetus batin Irma. Di kamar kawinnya sendiri, tempat ia dan suaminya biasa memadu kasih sejak malam pertama, ia malah menikmati digagahi paksa orang lain.

Meski demikian, Irma tidak bisa membohongi diri. Perlakuan yang dialaminya barusan telah membangkitkan sisi lain yang sudah lama terkubur di dalam dirinya, sisi liar yang hanya sanggup dibendung oleh laki-laki perkasa.

"Untung masih ada" ungkap batinnya.

Irma kembali melangkah ke dapur sambil menggenggam sebutir pil kecil berwarna emas. Ia ambil segelas air dan menelan bulat-bulat pil itu.

Irma sengaja menyimpan pil kontrasepsi darurat untuk berjaga-jaga kalau suaminya kelepasan keluar di dalam. Tapi ia tak menyangka, yang keluar di dalam justru laki-laki lain selain suaminya.

Sementara di jalanan sana, sambil menghembuskan asap rokoknya, Aep tersenyum lebar mengingat kembali kejadian barusan. Tak pernah ia sangka khayalannya kini benar-benar menjadi kenyataan, ia bisa meneguk kenikmatan luar biasa dari tubuh seorang kembang desa yang sudah bersuami, bahkan sampai menyemburkan maninya di rahim wanita tersebut.

Meskipun sadar dirinya hanya seorang laki-laki kampung yang bekerja serabutan, Aep merasakan kebanggaan dan kemenangan besar dalam hatinya.

Sisa malam itu dihabiskan Aep minum-minum di warung pinggir jalan.




_
_
_
_
_






"PLOOOOKKK PLOOOKKK PPLLLOOOOOKKK"

"SSLUUURRRRPPPPSSS AAAHHH NIKMAT BANGET MEMEKMU SAYANG"

"IISSSHHH AAAHHH Jangan ribut paaaak duhhh issshhhh nanti ada orang denger"

"Biarin lah ada yg denger juga, paling entar kita dikawinin SSLUURRRPPPPSS AAHHHHHHH"

"IISSSHHHH dasar bapak-bapak ganjen MMUUAAACCH terus kalo bapak kawin sama saya, suami saya yang dirumah mau dikemanain?"

"Kandangin wae lah suami gak bisa ngaceng begitu mah"

"Iiiiiiihhhhh jahat"

"Jahat tapi nikmat kan sayang"

"PPLOOOKKK PLOOKKK PLOOOKKK PLOOKK AAASSHHHH BAPAK ENAAAAAK"

Dari luar, mobil minibus berplat merah yang sedang terparkir di sepetak lahan kosong itu tampak bergoyang-goyang. Aep mengenali mobil itu sebagai mobil dinas yang biasa dikendarai pak lurah.

"Ngapain mobil pak lurah parkir di situ" celetuk Aep dalam hati.

Aep sedang jalan kaki pulang dari warung Teh Desi untuk mengambil jatah sarapannya yang terlambat gara-gara bangun siang sehabis mabuk-mabukkan semalaman.

Pulangnya, Aep tidak melewati jalan biasa, tapi belok ke jalanan lama yang dikelilingi rimbunan pohon bambu. Aep sengaja lewat situ untuk mencari angin segar demi meredakan sisa-sisa mabuk semalam.

Namun, di tengah perjalanan, Aep tak sengaja melihat ada mobil pak lurah parkir di sebuah lahan kosong di area tersebut. Lahan kosong itu memang tidak terlalu nampak dari pinggir jalan, karena terhalang oleh semak-semak tinggi.

Sudah 10 menit Aep berdiri di situ. Ia merasa heran melihat mobil pak lurah parkir sendirian dan berguncang-guncang di tempat tak wajar seperti itu.

"Jangan-jangan mobil pak lurah dibawa setan!?" Asumsinya membuat badannya sendiri terasa merinding. Di tengah hutan bambu, sendirian, melihat mobil bergoyang-goyang.

Dari pinggir jalan, kaca mobilnya yang gelap membuat pandangan Aep tidak bisa melihat ke dalam. Akhirnya Aep memberanikan diri. Ia memutuskan untuk mengendap-endap mendekati mobil pak lurah dari sebuah jalur setapak di belakang lahan tersebut.

Langkah demi langkah membuat jantung Aep makin deg-degan. Awalnya ia mengira gara-gara sisa mabuk, tapi semakin dekat jaraknya, semakin jelas bahwa mobil itu memang sungguh-sungguh bergoyang.

Semakin dekat pula jarak Aep dengan mobil pak lurah, semakin terdengar samar-samar suara orang mendesah.

"Waduh!? Jangan-jangan!?"

Aep makin penasaran, semakin ia ingin memastikan dugaannya.

Kini jarak Aep dengan mobil hanya terpaut 3 meter. Aep mulai jongkok sambil bergerak mendekat, sampai akhirnya ia berada tepat di pintu belakang mobil.

Perlahan, Aep bangkit sambil melengokan kepalanya ke kaca jendela mobil dengan posisi tangan mengintip.

Sepasang bola matanya mendadak melotot tajam seperti mau keluar. Dari kaca jendela bangku belakang itu, dugaan Aep terbukti benar.

Tampak pemandangan pak lurah dari samping sedang menggenjot sesosok perempuan berhijab di bangku kemudi.

Perempuan itu duduk di pangkuan pak lurah menghadap ke arah kaca depan, daging pantat segarnya terlihat mantul-mantul di atas kontol yang sepertinya ukurannya tidak seberapa.

Dari posisi itu Aep tidak bisa melihat wajahnya, hanya saja ia bisa memastikan perempuan berhijab biru itu memiliki postur tubuh montok bahenol, pantatnya tidak kalah besar dan menggairahkan seperti milik Bu Irma yang semalam sudah berhasil dicucuk kontolnya. Namun, ukuran buah dadanya terlihat lebih besar dari Bu Irma.

Tiba-tiba pergumulan keduanya berhenti, tubuh perempuan semok itu berbalik ke arah belakang menghadap wajah pak lurah.

"DEGGGG!!"

Jantung Aep berdegup terkejut begitu melihat wajah perempuan itu berbalik. Ia mengucek matanya untuk memastikan tidak salah lihat. Benar. Ia tak salah lihat.



((BU HAJJAH LIA))

Hj Lia, perempuan yang cukup dihormati di desa ini, sedang adu kelamin dengan seorang bandot tua di sebuah mobil di tengah hutan bambu.

Dari jarak sedekat ini, Aep bisa dengan jelas mendengar bergulatan keduanya di dalam sana. Suara desahan, kalimat-kalimat binal, ceplokan pantat beradu dengan selangkangan, suara mulut saling kenyot saling lahap, suara tangan menampar-nampar gemas.

Bagai api disiram bensin, gairah si tukang galon meledak tiba-tiba, membangunkan batang raksasa yang nyaris seukuran dengan tulang tangannya sendiri.

Ia keluarkan kontol kekar itu dari balik celana, dan langsung ia kocok-kocok sambil menyaksikan pertunjukan panas dari balik jendela mobil.

Dengan hijab masih terpasang, Hj Lia terlihat sudah bertelanjang pantat, tanpa CD dan celana. Sementara atasan ketatnya masih terpasang, namun kancingnya sudah terbuka semua, sehingga mengekspos sepasang payudara tanpa BH berukuran di atas normal.

Selain Bu Irma, Aep juga mendambakan beberapa perempuan lain yang sudah sama-sama bersuami di desa ini, Hj Lia termasuk salah satu favoritnya.

Dari segi perawakan, Hj Lia 11-12 dengan Bu Irma, sama-sama cantik, karismatik, dan sama-sama bahenol depan-belakang. Tingginya ditaksir sekitar 172 cm dengan berat badan 73 kg.

Hanya saja, Hj Lia lebih unggul dari ukuran payudara. Aep tidak tahu pasti berapa ukurannya, yang jelas payudara itu terlihat sangat dahsyat. Bentuknya menggumpal padat dan kencang, menonjol ke depan, dengan areola yang berwarna coklat matang dan puting sebesar ujung jari telunjuk.

Meskipun usianya sudah setengah abad, toket super montok itu masih terlihat seperti perawan, nyaris tanpa ada tanda-tanda penuaan, begitu pula pada paras cantiknya yang awet muda.

Tampak indah toket super Hj Lia bergoncang-goncang di pangkuan pak lurah yang sedang menggenjot memeknya. Dari belahannya tampak mengalir basah mengkilat akibat dijilati lidah pak lurah si badot tua.

Sensasi mengintip sambil ngocok itu membuat Aep tak kuasa menahan birahinya lebih lama lagi. Beberapa menit kemudian, mulut Aep terengah-engah sambil menyemburkan mani panasnya mengenai pintu belakang mobil. Tampak air mani itu meleleh segar dan banyak.

Aep lantas memasang kembali resleting celananya dan bergegas pergi. Namun, langkahnya tiba-tiba tertahan oleh sebuah ide cemerlang. Ia lantas kembali mengendap-endap sambil mengeluarkan HP dari sakunya dan merekam adegan perselingkuhan binal itu.

"Rekaman ini akan menjadi senjata pamungkas" Aep tersenyum puas sambil melangkah meninggalkan lokasi.





_
_
_
_
_







MALAM HARI DI RUMAH WA HAJI

Di pekarangan depan malam itu rumah Wa Haji tampak ramai. Bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak kecil, para tetua, hingga beberapa pemuda anggota karang taruna sedang berkumpul mempersiapkan acara selametan panen raya yang akan diselenggarakan besok.

Semua anggota panitia tampak sibuk dengan agenda masing-masing, termasuk para warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, karena mereka akan terlibat langsung dalam rangkaian acara tersebut.

"Aep, abis kamu ngopi, kamu anterin Bu Irma ke rumahnya ya, angkutin belanjaan kemaren" perintah Hj Lia.

"Siap Bu Haji" Balas Aep sigap, namun matanya seperti berusaha curi-curi pandang ke arah bongkahan daging lezat yang menonjol di dada Hj Lia.

Secara diam-diam Aep terus memperhatikan gerak-gerik Hj Lia. Kini perempuan itu terlihat melangkah ke arah meja teras, tempat di mana Wa Haji sedang mengobrol bersama beberapa perangkat desa, bahkan si bandot tua juga turut hadir di situ.

Wa Haji tampak tertawa cekikikan membahas entah apa, sementara istri bahenol yang duduk di sampingnya tampak senyum-senyum sambil diam-diam main mata dengan Pak Lurah yang duduk tepat di depan hidung suaminya.

Kocak pikir Aep, melihat Wa Haji seperti badut bodoh yang bisanya cuma haha-hihi, tak sadar lelaki yang duduk di hadapannya itu baru saja mengobol-obok memek istri kesayangannya di tengah hutan bambu tadi siang.

"Hayu Aep" Bu Irma tiba-tiba muncul menepuk bahu Aep dari arah belakang, sambil langsung melangkah ke arah mobil pick up Wa Haji.

"Eh bu, meni reuwas (ngagetin aja)" Aep setengah tersentak kaget.

"Buruan ini ibu-ibu mau masak!" Balas Irma dengan raut wajah kesal.

"Iya bu hayu" jawab Aep diikuti senyum usil nya sambil berjalan membuntuti Irma.

Keduanya membuka pintu mobil hampir berbarengan, dan beberapa saat keduanya sudah melaju meninggalkan rumah Wa Haji.

"Bu?" Sambil menyetir, Aep berusaha memecah suasana yang serba canggung itu.

"Apa Aep" jawab Bu Irma sekenanya.

"Enak gak bu yang kemaren? Hehe" tanya Aep sambil giginya nyengir.

"Dihhh kamu Aep, gak boleh gitu kamu, istri orang dibegituin ihhhh" Bu Irma cemberut sambil melipat tangan di depan jendolan susu montoknya.

"Hehehe ya abisnya gimana bu, bu Irma juga sih, kayak nafsu gitu ngeliat saya kemaren"

"Apaan isshhh amit-amit kamu Aeeeep" Irma menjewer kencang kuping Aep.

"Aduh aduh aduh eta nyeri bu" Aep meringis kesakitan

"Puas ah! Bongan saha ganjen ka pamajikan batur!" (Rasain lo, siapa suruh ganjen sama istri orang)

"Abisnya istri orang keliatan menggoda, apalagi yang kaya Bu Irma, duh bu, bikin pening, heheheh"

"Tuhkan, berani-beraninya kamu ganjen lagi!" Tonjok Irma ke bahu Aep.

"Iyah iyah ampun bu ampun"

Aep setengah heran setengah lega, ia tak menyangka setelah dirinya menggagahi paksa perempuan di sebelahnya, perempuan itu tidak menunjukkan tanda-tanda trauma atau jijik. Malah sebaliknya, sikap Bu Irma justru terlihat lebih akrab, meskipun kini kupingnya terasa panas akibat dijewer.

"Saya beneran nanya lho bu, bukan bermaksud ganjen, ibu suka gak yang kemaren?" Tanya Aep dengan ekspresinya yang kini tampak serius.

"Apasih gausah bahas-bahas itu ah, suami saya malem ini mau pulang, awas kamu jangan ganjen-ganjen lagi, tar saya laporin tau rasa kamu!"

"Masa sih, emang ibu berani bilang sama suaminya?"

"Ih si Aep pikasebeleun pisan (nyebelin banget) gandeng ah (bacot lu!)"

Aep cuma senyum-senyum mendengar hal itu. Tak menyangka Irma akan terpikat secepat itu setelah memek legitnya dicekoki paksa dengan cairan haram kontolnya.

BERSAMBUNG…..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd