Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (ORIGINAL CONTENT) Berburu Binor Montok di Desa Lembang

Samar-samar dari kejauhan mulai terlihat sebuah bangunan rumah putih bergaya art deco peninggalan zaman kolonial Belanda. Rumah itu tampak berdiri anggun di ujung jalan sana. Kondisinya masih terawat dengan baik, seolah-olah tidak pernah menua kendati usianya sudah melampaui usia republik ini.

Di halamannya terhampar rumput hijau yang dipangkas rapi dengan sebuah kolam kecil yang memiliki pancuran di tengah-tengahnya. Berbagai tanaman hias berukuran kecil dan pohon-pohon cemara setinggi 3 meter berjejer estetis di sisi kanan dan kiri. Terdapat pula sebuah meja dan dua kursi kayu menghiasi teras lantainya.

Masih tertanam di benak Irma momen-momen saat dirinya pertama kali menginjakan kaki di rumah itu enam belas tahun silam. Pada suatu pagi yang cerah, persis seperti pagi ini, Herman membawa Irma berkenalan dengan kedua orang tuanya, Aisyah dan Kasim.

Semula Irma merasa tak yakin, tetapi Herman bersikeras meyakinkan Irma bahwa calon mertuanya itu akan menerima kehadirannya dengan antusias. Namun, firasat Irma-lah yang terbukti benar, sikap Aisyah dan Kasim terasa hambar dan berjarak.

Empat cangkir teh manis dan toples-toples kaca berisi camilan tradisional di atas meja menjadi saksi bagaimana canggungnya Irma menghadapi sesi tanya-jawab kaku hari itu.

Semua berbanding terbalik dengan sikap kedua orang tua Irma, Narsih dan Engkus, yang senantiasa menjalin hubungan akrab dengan Herman sejak pertemuan pertama sampai sekarang. Saking akrabnya, sampai-sampai Irma merasa Herman-lah yang lebih disayang.

Pasca perkenalan singkat itu, Herman tidak pernah lagi membahas perihal orang tuanya di depan Irma, kendati tak jarang Irma dan orang tuanya menanyakan kabar Aisyah dan Kasim, namun Herman selalu menghindar. Lambat laun hal ini membuat Irma sadar bahwa dirinya tidak mendapat restu dari orang tua Herman. Entah atas dasar apa, Herman pun tak pernah bicara.

Enam belas tahun telah berlalu. Irma pun telah melahirkan dua cucu yang begitu disayangi Aisyah dan Kasim. Kehadiran buah hatinya membuat hubungan mereka cukup membaik, setidaknya cukup untuk membuat Irma tetap sudi diajak Herman berkunjung.

Namun, kunjungan kali ini terasa memilukan bagi Irma. Mengingat kejadian nahas malam itu di kamar suaminya, serta perbuatannya di rumah Wa Haji kemarin malam.

Batin Irma meringis menelan kenyataan. Di saat hubungannya dengan orang tua Herman telah membaik, dirinya malah sengaja membuktikan tuduhan-tuduhan miring Aisyah tentang dirinya yang dahulu tak sengaja ia dengar.

Malam-malam di dapur rumahnya, cuma selang beberapa hari setelah hari pernikahannya, telinga Irma tak sengaja mendengar perdebatan antara Herman dan Aisyah.

"Awas aja pokoknya, ibu cuma ngingetin, ibu sebagai perempuan tau mana perempuan baik mana yang gak bener! Si Irma itu tingkahnya diem-diem tapi kayak perempuan gatel! Keluar rumah pake baju ngetat-ngetat gitu, gak pernah pake kerudung, ketemu siapa aja mukanya senyum-senyum, gimana kira-kira kalo dia ketemu laki-laki mesum!? Masih dia mau senyum-senyum? Atau emang dia doyan jadi pusat perhatian laki-laki mesum?" Terang Aisyah.

"Istigfar bu.. ibu nuduh-nuduh anak orang kayak gitu cuma karena penampilannya.. gak bisa gitu bu! Fitnah! Ibu makin kesini kok makin jahat gitu pikirannya sama Irma. Sebelumnya Aa masih bisa maklumin, tapi omongan ibu yang satu ini udah kelewatan bu, Aa baru aja nikah tapi ibu malah bikin suasana rumah jadi gak enak gini!" Bantah Herman.

"Kumaha maneh ah (terserah lu aja).. pokoknya ibu cuma ngingetin biar kamu waspada.. liat-liatin istri kamu, jangan dikasih kemana-mana kalo gak sama kamu" tegas Aisyah.

Rasa sakit itu masih membekas di hati Irma sampai hari ini. Rasa sakit yang membuatnya harus menangis diam-diam di kamar mandi setelah mendengar kalimat itu terlontar dari mulut ibu mertuanya.

Kali ini, rasa sakit itu berubah menjadi sesal yang nyata, bahkan terasa jauh lebih buruk dari sebelumnya. Ingin sekali Irma mencari tempat bersembunyi untuk menangis sekali lagi, menangis karena perkataan itu nampaknya terbukti benar.

"Kunaon mah hulang-huleng kitu? Hayu turun" (Kenapa mah kok ngelamun gitu? Ayo turun)

Pertanyaan Herman membuyarkan lamunan Irma di samping bangku kemudi. Buru-buru ia merapikan hijab dan terusan panjangnya yang sedikit lecek setelah duduk sekian lama menyusuri perjalanan.

"Dian.. Asti.. hayuk bangun, udah nyampe" Irma menepuk-nepuk bahu kedua anaknya yang tampak tertidur di bangku belakang.

Tak lama kemudian, mereka semua melangkah keluar dari mobil minibus hitam sewaan Herman yang terparkir di depan halaman rumah.

"Assalamualaikum.. tok tok tok.. Bu.. Pak…" Sahut Herman sambil mengetuk pintu.

















_
_
_
_
_























SORE HARI DI DESA


Aep tampak kewalahan sehabis bulak-balik kios-rumah warga mengantarkan bergalon-galon air minum sejak tadi siang. Namun, belum lima menit ia selonjoran sambil menyenderkan punggungnya di tembok kios, tiba-tiba HP-nya sudah kembali berbunyi.

Dengan wajah yang tampak kesal, Aep mengangkat panggilan tersebut.

"Halo samlekum Wa Haji?"

"Kumsalam Ep, lagi di mana ini?" Tanya Wa Haji.

"Saya di kios Wa, aya naon? (Ada apa?)" Aep balik bertanya.

"Ini mau pesen galon, tapi ada empat biji, kira-kira bisa gak diangkut naek motor?" Balas Wa Haji.

"Waduh.. gak bisa Wa, wadahnya juga cuma ada dua" Jelas Aep.

"Oo.. ya udah kalo gitu, nanti si ibu aja ke sana naek mobil" kata Wa Haji.

"Hmmm kesempatan nih" celetuk Aep dalam benaknya.

"Oh iya siap Wa Haji, mangga diantos (ditunggu ya)" tukas Aep.

Begitu Wa Haji memutus panggilannya, Aep langsung mengetik nama "Hj Lia" di daftar kontaknya. Aep lantas mengirim pesan singkat kepada istri Wa Haji itu.

"Neng seksi 😘"



((BINOR LIA))

Beberapa menit berselang, HP Aep kemudian berbunyi. Hj Lia membalas pesan Aep.

"Apa akaaaang.. emak-emak gini kamu bilang seksi, aya-aya wae (ada-ada aja) 😋"

"Emang beneran seksi 😘😘 neng disuruh suaminya ke tempat saya ya?"

"🤭🤭 Iya nih mau isi galon"

"Sekalian istrinya saya isiin mani anget ya 😘"

"Iissshh masa istri orang mau kamu isi pake air mani hmmm"

"Abisnya istri orang nikmat 💦💦 nanti dateng pake yg ngetat-ngetat ya neng.. gak usah pake daleman juga.. biar gampang akang ngentotin Neng Lia😘😘"

"Hmmm gimana nanti aja 😋"

"Harus pokoknya.. wajib.."

Tidak ada balasan lagi dari Hj Lia setelahnya.

Aep lantas bersiap-siap untuk menyambut kedatangan istri Wa Haji. Ia masuk ke dalam kamar dan mengambil minyak ajaibnya. Dua oles di leher, dua oles di dada, satu oles di masing-masing lengan, dan dua oles lagi di sisi kanan-kiri selangkangannya.

Tak lupa juga ia rapikan kasur lusuhnya yang sudah tampak kusam lengket akibat tidak pernah dijemur.

"Hari melelahkan ini akan terbayar dengan kenikmatan tubuh montok istri Wa Haji" pikir Aep dalam benaknya.

Sesaat kemudian, terdengar suara mesin kendaraan berhenti tepat di depan kios, Aep lantas berlalu ke depan untuk memastikan siapa yang datang.

Sesosok perempuan paruh baya bertubuh semok dan padat turun dari mobilnya. Ia mengenakan hijab kuning, atasan hitam super ketat yang menonjolkan bongkahan daging susu besarnya, dan celana bahan sebatas betis yang juga tak kalah ketat mempertontonkan lekukan pantat montoknya. Tungkai mulusnya tampak seksi dengan gelang kaki emas yang melingkar di sana.

Bibir Hj Lia yang dipulas lipstik merah merekah malu-malu melihat Aep yang melongo di depan pintu kamarnya. Ia kemudian berbalik badan membuka pintu belakang, pantatnya tampak menungging sambil mengeluarkan dua buah galon kosong dari dalam mobil.

"Heh!? Malah bengong" sahut Hj Lia sambil melangkah masuk ke dalam kios membawa galon kosong di tangan kanan dan kirinya.

Aep tidak langsung menjawab. Pandangannya masih sibuk menyapu setiap inci tubuh montok istri Wa Haji di hadapannya, dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pemandangan Hj Lia menghipnotisnya sore itu.

"Mancung banget neng" mata Aep terpaku pada tonjolan lancip di tengah-tengah payudara Hj Lia, yang menandakan bahwa perempuan itu tidak memakai BH.

Tanpa tedeng aling-aling, kedua tangan Aep bergerak mencubit gemas tonjolan puting Hj Lia di depannya, diikuti dengan gerakan meraba-raba seluruh daging padatnya.

"AAWWW" pekik Hj Lia terkejut menerima perlakuan absurd dari Aep, dan seketika ia menoleh ke arah luar, khawatir ada orang melihat kejadian barusan.

"Akang ih!! Nanti kalo ada yang liat bahaya!" Sambung Hj Lia yang tampak kesal.

Aep cuma terkekeh melihat ekspresinya. Tanpa banyak basa-basi, ia kemudian merangkul pinggang Hj Lia, memandunya masuk ke dalam kamar tanpa sedikitpun ada sikap penolakan dari Hj Lia.

Begitu sekat triplek kamarnya kembali ditutup, Aep yang sudah tak tahan menahan birahinya langsung memeluk erat tubuh perempuan montok di depannya dan dengan rakus mencaplok bibir seksinya.

Pergumulan mereka berlangsung panas. Ruangan sempit itu pun kian terasa sesak. Meskipun baru semalam mereka saling memuaskan, pertemuan keduanya sore ini sudah seperti pasangan kekasih yang sudah lama tak bertemu.

"Semalem suaminya curiga gak?" Tanya Aep sambil menggerayangi tubuh perempuan semok bersuami itu.

"Dikit hehe.. mani akang ada yang tumpah di lantai.. gak sengaja keinjek suami" jawab Hj Lia manja.

"Bilangin aja padahal.. itu air mani Aep, abis crot ngentotin memek istrinya" balas Aep nakal.

"Iissshh jangan aneh-aneh ah hmmmmccch" jawab lagi Hj Lia sambil mencumbu bibir Aep.

Hj Lia tak kalah beringas membalas perlakuan Aep. Sambil lidah keduanya saling sapu, saling hisap, ia dekap tubuhnya rapat-rapat sehingga buah dadanya yang tidak terbungkus BH itu terasa menyesakkan di tubuh Aep.

Aep pun tidak tinggal diam. Ia rogohkan kedua tangan kasarnya menyusup ke balik celana ketat Hj Lia, meremas-remas daging pantat mulusnya yang tak kalah montok seperti susunya.

Perempuan itu pun tak mau kalah, tangannya kini bergerak turun ke arah selangkangan Aep, mengusap-usap gemas batang perkasa yang semalam tadi sudah mengotori liang sucinya.

"Neng suka banget bau badan akang hmmmmccch" desah manja Hj Lia tak kuasa tertahankan lagi.

"Akang juga doyan banget body neng montok, bikin kontol akang ketagihan" Aep balas tak kalah binal.

"Hayu dimasukin kontolnya kang" pinta Hj Lia.

"Dimasukin ke mana neng sayang?" Tanya Aep.

"Ke situ…"

"Ke situ manaaa? Bilang dong neng semok"

"Ke memek Neng Lia aaahhhsss"

Permintaan itu terdengar seperti tabuhan genderang perang di telinga Aep. Birahinya semakin meledak-ledak.

Ia lantas membuka celana training-nya, menyingkap keluar batang kekarnya, menarik Hj Lia bersimpuh lutut tepat di hadapan kepala kontolnya.

Dengan kondisi Hj Lia yang masih mengenakan pakaian lengkap dengan hijabnya, Aep menampar-nampar batangnya ke wajah cantik Hj Lia.

"PLAAKKKK PLAAKK PLAAKKK"

"Ayo neng geulis calangap (buka mulutnya)" perintah Aep dengan wajahnya yang sudah memerah.

"Aaaaaaaaaa"

Hj Lia membuka lebar-lebar mulutnya sambil menjulurkan lidahnya keluar. Seketika itu pula Aep langsung menancapkan batangnya ke dalam rongga mulut perempuan bersuami itu.

Kepala berhijabnya langsung maju mundur melayani nafsu jantan Aep. Ia jilat, hisap, dan sesekali meludahi seluruh batang haram itu. Aep kemudian bergerilya membuka kancing baju Hj Lia, menyibak bongkahan besarnya keluar, dan meremas-remasnya dengan sebelah tangan.

"Pinter banget nyedot kontolnya neng" Aep tampak merem melek menerima servis Hj Lia.

"Abisnya kontolnya nafsuin.. hmmmcccuuuh.." Hj Lia meludahi kontol Aep, kemudian melahap lagi seluruh batangnya.

Setelah puas menikmati mulut istri Wa Haji, Aep merebahkan tubuh sintal itu di atas kasur lapuknya. Ia tarik celananya hingga terlepas, menelanjangi tubuh bagian bawah Hj Lia.

Kedua tungkainya begitu montok, padat, putih, dan mulus. Tepat di pusatnya terdapat belahan indah yg dicukur bersih. Aep regangkan kedua pahanya, kemudian melahap nikmat belahan itu.

Sekarang giliran Hj Lia yang dibuat merem melek setiap kali lidah Aep menyapu bersih area kemaluannya, mulai dari klitoris, mulut vagina, hingga rongga dalamnya.

"Aahhhhsss akang.. jangan lama-lama kang, buruan masukin ihssshh" pinta Hj Lia.

"Nungging dulu atuh neng" balas Aep.

Seketika Hj Lia menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi di atas kasur. Ia regangkan pahanya agak lebar agar Aep leluasa menikmati tubuhnya.

"PRROOOOTTTTT"

Nyaring terdengar bunyi vagina basah ditusuk sebatang penis besar.

"AAAHHHHHSSS PELAAAAN" Hj Lia tampak menahan pekik nikmatnya dengan satu tangan, khawatir ada yang mendengar.

Aep membiarkannya terbenam di dalam sana. Terasa hangat dan kencang vagina Hj Lia menampung seluruh batangnya.

Beberapa saat kemudian, ia mulai memacu genjotannya dari belakang. Menabrak-nabrak kasar bongkahan bokong Hj Lia yang sedang menungging.

"Plooookkk ploookkk ppllloooookkk plokkkk ploookkk ppllloooookkk plokkkk"

Aep kemudian menarik kedua tangan Hj Lia ke belakang, sehingga dadanya membusung ke atas. Tampak susunya tergoncang-goncang hebat setiap kali Aep menggenjotnya dari belakang.

Hj Lia melirik ke belakang, matanya terlihat sayu. Ia julurkan lidahnya keluar dalam posisi itu. Menetes liur binal dari ujung-ujung lidahnya, membasahi buah dadahnya yang sudah tersingkap bebas.

Aep tidak menyia-nyiakan pemandangan itu. Ia dekap tubuhnya erat dan melahap mulut Hj Lia yang sudah menganga keenakan. Tangannya yang tadi menahan lengan Hj Lia kini bergerak meremas-remas buah dadanya dari belakang, sambil terus menggenjot liang kenikmatannya.

"Ssshhhhhh aaaaahhhh Neng Lia nikmat" puji Aep yang gemas melihat tingkah binal perempuan bersuami itu.

"Nikmatin sepuasnya akang" balas Hj Lia mengompori Aep.

Aep lantas membalikkan tubuh Hj Lia, mengangkatnya ke atas pangkuan, dan kembali memasukkan batang perkasanya.

Hj Lia tampak bergoyang hebat di pangkuan Aep yang terduduk di atas kasur. Aep pun tak kalah beringas membalas goyangan Hj Lia. Sesekali ia meliuk berputar, maju-mundur, dan melompat-lompat.

Baik Aep dan Hj Lia tak ingin menahan birahinya lama-lama, mengingat kondisi pergumulan keduanya cukup beresiko di tempat itu, belum lagi Hj Lia yang sedang ditunggu suaminya di rumah.

Aep lantas menidurkan tubuh Hj Lia di kasur, menindihnya dari atas, dan memompa vaginanya dengan kecepatan penuh. Beberapa saat kemudian, kelamin keduanya mulai terasa ingin menyemburkan cairan.

"Aaahhh dikit lagi akaaaaang aaaassshhhhhh enaaaaak" Desah Hj Lia kali ini tak tertahankan lagi.

"Bareng sayaaang hhmmmmpppssss" balas Aep sambil melahap lagi bibir Hj Lia.

Memek Hj Lia terasa berkedut-kedut hebat mencengkram kontol Aep yang keluar masuk di liangnya.

"Aaaaaahhhhhhhssssss aaaaaahhhhhhhssssss"

"Crooottt croooottt crooottt croooottt crooottt croooottt crooottt CRROOOOTTT"

Di saat yang berbarengan, Aep pun mencapai puncak ejakulasinya. Hj Lia merasakan liang sucinya terasa sesak dan panas oleh semburan air mani jantan milik Aep.

"Makasih ya udah muasin kontol akang mmmccchhh" Aep mengecup mesra bibir Hj Lia.

"Sama-sama akang, Neng Lia juga puas mmmuuuaaaach" Hj Lia membalas tak kalah mesra.

"Gausah dibersihin neng.. biarin sampe kering di situ" jelas Aep sambil mencabut batangnya.

"Ih nanti suami curiga gimana akang" jawab Hj Lia sambil melihat lelehan air mani keluar dari vaginanya begitu batang itu keluar.

"Gak bakalaaan tenang aja" tegas Aep.

Hj Lia tak mau ambil pusing. Ia lantas berdiri dan mengenakan lagi semua pakaiannya. Ia rapikan hijabnya dan menyeka sekujur wajahnya, sementara Aep berlalu keluar untuk mengisi galon pesanan Hj Lia.

"Makasih ya kang, ini uangnya" Hj Lia menyerahkan selembar uang seratus ribu.

"Biarin aja kembaliannya buat beli rokok, lumayan" tambahnya.

"Makasih neng sayang" jawab Aep genit sambil menguncupkan bibirnya.

Setelah semua galon terisi penuh, Aep langsung mengangkatnya satu per satu ke dalam mobil Hj Lia. Ketika ia hendak pamit dan masuk ke dalam mobil, Aep melihat celana Hj Lia di bagian bokongnya tampak merembes basah, namun ia cuma diam dan terkekeh, melihat air maninya tercetak di pantat montok istri Wa Haji itu.

"Dadaaah nanti ngentot lagi ya neng 😘"

Aep setengah berbisik lewat jendela kaca mobil. Hj Lia cuma manyun-manyun sambil melirik malu. Mobil itu pun pergi meninggalkan kios.










_
_
_
_
_













"Meni lila bu" (lama amat bu) tanya Wa Haji melihat istrinya turun dari mobil.

"Iya itu tadi mesinnya macet-macet, jadi ngisinya lama" jawab Hj Lia sambil berlalu melewati Wa Haji yang sedang menyapu halaman.

"Eta naha baseuh kitu !?" (Itu kenapa kok basah gitu!?) Wa Haji terlihat mengernyitkan dahi melihat celana istrinya basah di bagian bokong.

Hj Lia terkejut mendengar itu, namun ia tetap berusaha terlihat tenang.

"Iya duh ini.. si Aep tadi pas mau masukin galon ke mesin aernya muncrat-muncrat.." Jawab Hj Lia sambil tangannya menyeka-nyeka area basah itu.

"Masa muncratnya ke pantat gitu?" Suaminya tampak heran.

"Ibu posisinya lagi ngebalik ke belakang, jadi gak keliatan pa.." balas lagi Hj Lia.

Ia kemudian bergegas masuk ke dalam rumah, sambil diam-diam mendekatkan tangannya ke hidung, mencium aroma jantan yang merembes dari balik celananya.

Sementara di kios, Aep sedang sibuk merapikan peralatannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam, sudah saatnya ia menutup kios dan bergegas mandi sebelum makan malam di warung teh Desi.

Sambil handukan dan menenteng ember, Aep berjalan menuju mushola.

"Tah kitu mandi!!!" (Nah gitu dong mandi) celetuk suara seseorang mengagetkan Aep dari arah belakang.

Ternyata Rusdi, tukang ronda setempat yang biasa menemaninya nongkrong malam-malam di warung Teh Desi.

"Goblog reuwas" (****** kaget) Aep refleks misuh-misuh yang kemudian diikuti tawa puas Rusdi melihat ekspresi Aep.

"Asa sura-seuri wae euy ditilik-tilik teh" (gua perhatiin cengar-cengir mulu lu) Rusdi curiga melihat Aep yang akhir-akhir ini sering terlihat berseri-seri.

"Curiga geus aya bikang na ieu mah" (bau-baunya udah nemu betina nih) sambung Rusdi yang tampak geleng-geleng kepala.

"Naon ah gandeng, geus ditu gera ngaronda hariwang" (bacot lu, dah sana buruan ngeronda) jawab Aep sekenanya sambil terus melangkah.

Bukan cuma Rusdi yang melihat perubahan itu. Dirinya sendiri merasa hidupnya penuh semangat dan lebih bergairah akhir-akhir ini. Bahkan, sikap kikuknya perlahan memudar. Aep merasa lebih percaya diri sekarang.

"Eh Aep.. tadi siang di warung ada yang nyariin kamu" sahutan Rusdi kembali menghentikan langkah Aep, ia lantas membalikkan badan.

"Saha?" (Siapa?) Tanyanya penasaran.

Rusdi berjalan mendekat ke arah Aep. Kali ini ekspresinya tampak serius.

"Saya gak tau itu orang siapa, entah kamu sendiri kenal atau enggak, rada aneh gelagatnya.. ngakunya namanya Rukmana, orang Sukabumi, aki-aki udah tua" Rusdi bicara setengah berbisik.

Tubuh Aep seketika terasa seperti tersengat listrik ribuan watt mendengar nama itu keluar dari mulut Rusdi.

"Dia dateng sendiri.. pesen kopi ke si Mang Asep, gak lama ngajak saya ngobrol, tapi gelagatnya aneh gitu, nanyain yang namanya Asep warga pendatang.. di sini gak ada lagi warga pendatang yang namanya Asep selain kamu.. kamu kenal sama aki-aki itu?" sambung Rusdi.

Aep tidak langsung menjawab. Butuh beberapa detik sampai ia mengembalikan fokusnya dan berusaha bersikap wajar.

"Ah nugelo meureun eta mah.. Rukmana saha, teu wawuh aki-aki ngarana Rukmana" (ah paling ODGJ itu mah.. Rukmana siapa, gak kenal sama aki-aki namanya Rukmana) Jawab Aep singkat, namun matanya berusaha menghindari tatapan serius Rusdi.

"Heeh sugan urang ge kitu, da karek nempo eta aki-aki didieu" (gua pikir juga gitu, soalnya baru pertama kali liat tuh aki-aki di sini) Rusdi tampak setuju dengan Aep.

"Geus ah geus burit rek mandi" (udah ah udah hampir gelap mau mandi) Aep lekas kembali berjalan meninggalkan Rusdi.

Suasana hati Aep seketika berubah 180 derajat. Kenangan masa lalu itu kembali seliweran di benaknya. Siapa dirinya, asal-usulnya, tempat yang dulu pernah menghancurkan hidupnya berkeping-keping.

Sore ini tidak berakhir seindah yang ia bayangkan. "Sial" pekiknya dalam hati.

Ada urusan yang harus ia selesaikan.


BERSAMBUNG…..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd